DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 )

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN KARBON AKTIF SEBAGAI PENYERAP ION SIANIDA

PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB III METODE PENELITIAN

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Rumus Kimia. Mol unsur =

Materi Pokok Bahasan :

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LOGO STOIKIOMETRI. Marselinus Laga Nur

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWAB. UjianTeori. Bidang Kimia. Waktu 210 menit

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Pemisahan dengan Pengendapan

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

Studi Tingkat Keasaman Air Hujan Berdasarkan Kandungan Gas CO 2, SO 2 Dan NO 2 Di Udara (Studi Kasus Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak)

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metodologi Penelitian

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Penentuan Kesadahan Dalam Air

RECOVERY ION Cu 2+ DARI SISA PROSES DETOKSIFIKASI SO 2 /UDARA MENGGUNAKAN METODE CARBON IN PULP DI PT ANTAM TBK UBPE PONGKOR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2004 CALON TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

Antiremed Kelas 11 Kimia

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10


BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dalam larutan berair

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.

RINGKASAN PENDAHULUAN

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

OPTIMASI PENGGUNAAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) TERHADAP PENURUNAN KADAR SIANIDA PADA LIMBAH CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

KAJIAN SINTESIS GIPSUM DARI BATU GAMPING ASAL SULAWESI TENGAH [STUDY SYNTHESIS OF GYPSUM FROM LIMESTONE IN CENTRAL SULAWESI]

VOLUMETRI / TITRIMETRI

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Bab IV Hukum Dasar Kimia

Transkripsi:

DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) Mariska Margaret Pitoi 1, Audy D. Wuntu 1 dan Harry S. J. Koleangan 1 1 Jurusan Kimia Fakultas MIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Pitoi, M. M., A. D. Wuntu and H. S. J. Koleangan. 2008. cyanide detoxification in gold mining tailing using sodium metabisulphite (Na 2 S 2 O 5 ) and hydrogen peroxide (H 2 O 2 ). Experiments have been made to test the performance of Na 2 S 2 O 5 and Cu s method, H 2 O 2 s method, and H 2 O 2 and Cu s method in cyanide detoxification in gold mining tailing with the varying theoretic concentration of the reagent was 100 %, 200 %, 300 %, 500 %, 750 %, and 1000 %. Tailing that used was taken from one of the people mining which used cyanide. It was treated with the three methods and six theoretic concentrations for four hours on magnetic stirrer. The result showed that Na 2 S 2 O 5 and Cu s method gave significant difference for CN free and CN WAD detoxification better than H 2 O 2 s method and H 2 O 2 and Cu s method, whereas H 2 O 2 and Cu s method gave significant difference for CN free detoxification better than H 2 O 2 s method but not for CN WAD detoxification. Theoretic concentration 750 % gave the best detoxification result but it was not have significant difference with 500 %, 300 %, and 200 % for CN free and 1000 %, 500 %, 300 %, and 200 % for CN WAD, so theoretic concentration 200 % was the economic considerations choice. Key words: Detoxification, CN free, CN WAD PENDAHULUAN Di Sulawesi Utara terdapat beberapa tambang emas yang dikelola oleh perusahaan asing dan penambang rakyat. Penambang rakyat mula-mula menggunakan air raksa atau merkuri untuk mengambil emas dari padatan, tetapi angka recovery (perolehan) emas dengan cara ini rendah. Perusahaan asing seperti PT Newmont Minahasa Raya memanfaatkan sianida dalam mengambil emas dari padatan lewat leaching. Pengambilan emas lewat leaching dengan sianida memiliki persen perolehan emas lebih dari 90 % (Smith dan Mudder, 1991). Karena tingginya persen perolehan emas dengan menggunakan sianida menyebabkan banyak penambang rakyat mulai beralih ke metode ini, bahkan ada penambang rakyat yang menggunakan sianida untuk mengolah material sisa penambangan emas dengan merkuri. Ternyata pengolahan material sisa ini memberikan hasil yang memuaskan. Dalam leaching, lumpur yang mengandung emas ditambahkan larutan sianida agar terbentuk kompleks emas sianida yang akan diserap oleh karbon aktif. Karbon aktif kemudian dipisahkan dari lumpur sisa yang disebut tailing. Tailing mengandung sejumlah sianida yang jika dibuang langsung ke badan air ataupun tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan kematian makhluk hidup. Dengan demikian maka tailing yang mengandung sianida harus didetoksifikasi sebelum dibuang ke lingkungan. Proses detoksifikasi dapat dilakukan dengan mengubah bentukbentuk sianida dalam larutan menjadi padatan yang stabil ataupun menjadi CNO - (sianat). Sianat akan terdegradasi menjadi NH 4 + (amonium) dan CO 3 2- (karbonat) yang banyak dijumpai di lingkungan. Detoksifikasi sianida pada tailing tambang emas yang diterapkan PT Newmont Minahasa Raya (Anonim, 1997a) adalah dengan menggunakan Na 2 S 2 O 5 (natrium metabisulfit) sebagai sumber SO 2 (belerang dioksida), udara sebagai sumber O 2 (oksigen), dan Cu (tembaga) sebagai katalis untuk proses oksidasi sianida menjadi CNO -. Proses detoksifikasi ini tergolong rumit karena membutuhkan kompresor, selain itu kontrol ph harus dilakukan karena proses ini menghasilkan H 2 SO 4 (asam sulfat) sebagai produk samping. Pembentukan H 2 SO 4 dapat menurunkan ph dan membebaskan gas HCN (hidrogen sianida) yang mematikan. Kehadiran H 2 SO 4 dapat 30 Pitoi et al...

menjadi masalah untuk pengolahan material bijih atau penggunaan air proses yang kadar kalsiumnya tinggi, dimana kalsium dapat - bereaksi dengan SO 4 (sulfat) membentuk kerak yang perlu dibersihkan. Dari hal ini dapat dilihat bahwa detoksifikasi dengan Na 2 S 2 O 5 membutuhkan modal awal yang besar dan pengawasan secara terus-menerus untuk mengontrol ph sehingga metode ini sulit diterapkan untuk penambang rakyat yang umumnya bermodal kecil dan membutuhkan kesederhanaan proses detoksifikasi. Smith dan Mudder (1991) mengemukakan bahwa H 2 O 2 dapat mengoksidasi sianida menjadi CNO - dan proses oksidasi sianida menjadi CNO - dapat dipercepat dengan kehadiran Cu. Namun apakah H 2 O 2 ataupun H 2 O 2 dan Cu dapat mendetoksifikasi sianida seperti Na 2 S 2 O 5 dan Cu masih menjadi sebuah pertanyaan. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan mengadakan penelitian dengan metode-metode tersebut dan melihat penurunan konsentrasi sianida pada tailing tambang emas sebelum dan sesudah perlakuan. Tujuan penelitian ini adalah menguji apakah metode H 2 O 2 ataupun metode H 2 O 2 dan Cu dapat mendetoksifikasi sianida pada tailing tambang emas sebaik metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dan melihat metode yang terbaik di antara ketiga metode ini pada beberapa konsentrasi teoritis. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berupa tailing yang diambil dari salah satu lokasi pertambangan rakyat yang menggunakan sianida, H 2 O 2 30 % v/v kualitas medical dan pure analysis, Na 2 S 2 O 5, CuSO 4 5H 2 O, AgNO 3, NaOH, CdCl 2, indikator rodanin, NaCN, reagen A, dan reagen B diperoleh dari MERCK (Darmstadt, Germany). Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah magnetik stirer, alat-alat gelas, kompresor, buret digital, CN WAD analyzer produksi ALPKEM, pipet mikro, dan marcy scale. Metode Sampel diambil dari buangan tangki leaching pada saat pemisahan karbon yang telah menyerap emas dengan tailing. Selanjutnya sampel tersebut mengalami beberapa tahap pengukuran awal yaitu: a. Pengukuran konsentrasi awal CN bebas (HCN dan CN - ) dengan cara titrasi menggunakan AgNO 3 dan indicator rodamin. b. Pengukuran konsentrasi awal CN WAD (weak acid dissociable cyanide termasuk didalamnya CN -, HCN, dan kompleks sianida yang lemah dan sedang) dengan menggunakan CN WAD analyzer. Konsentrasi CN WAD awal digunakan dalam menentukan variasi konsentrasi untuk masing-masing metode detoksifikasi. Secara teoritis, 1 mol CN - akan bereaksi dengan 0,5 mol Na 2 S 2 O 5 atau dengan 1 mol H 2 O 2. dalam hal ini, mol teoritis Na 2 S 2 O 5 sama dengan dua kali mol CN WAD awal, sedangkan mol teoritis H 2 O 2 sama dengan mol CN WAD awal. Konsentrasi teoritis x % berarti konsentrasi teoritis Na 2 S 2 O 5 atau H 2 O 2 yang dikali x %. Selanjutnya untuk perlakuan detoksifikasi untuk sampel adalah sebagai berikut: 1. Metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu Ke dalam 6 buah gelas kimia yang dilengkapi dengan batang magnet dan saluran udara yang terhubung dengan kompresor dimasukkan sampel tailing masing-masing 250 ml. Selanjutnya ke dalam gelas-gelas kimia tersebut dimasukkan 29 mg CuSO 4 5H 2 O (dalam 5 ml DW) dan Na 2 S 2 O 5 (dengan variasi konsentrasi teoritis untuk masing-masing gelas kimia: 100 %, 200 %, 300 %, 500 %, 750 %, dan 1000 %). 2. Metode H 2 O 2 Ke dalam 6 buah gelas kimia yang dilengkapi dengan batang magnet dimasukkan sampel tailing masingmasing 250 ml. Selanjutnya ke dalam gelas-gelas kimia tersebut ditambahkan H 2 O 2 (dengan variasi konsentrasi teoritis untuk masing-masing gelas kimia: 100 %, 200 %, 300 %, 500 %, 750 %, dan 1000 %). 3. Metode H 2 O 2 dan Cu Ke dalam 6 buah gelas kimia yang dilengkapi dengan batang magnet dimasukkan sampel tailing masingmasing 250 ml. Selanjutnya ke dalam gelas-gelas kimia tersebut dimasukkan 29 mg CuSO 4 5H 2 O (dalam 5 ml DW) Pitoi et al... 31

dan H 2 O 2 (dengan variasi konsentrasi teoritis untuk masing-masing gelas kimia: 100 %, 200 %, 300 %, 500 %, 750 %, dan 1000 %). Selanjutnya masing-masing gelas kimia diperlakukan selama 4 jam di atas magnetik stirer, dan larutan hasil perlakuan digunakan untuk mengukur konsentasi akhir CN bebas dan CN WAD. Masing-masing variasi konsentrasi untuk setiap metode diulangi sebanyak tiga kali. Keefektifan metode dilihat dari persen penurunan konsentrasi sianida. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Untuk setiap perlakuan yang memberikan F hitung yang lebih besar dari F tabel maka dilakukan uji lanjut yaitu beda nyata jujur (BNJ). HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan konsentrasi CN bebas yang dinyatakan dalam persentase pada tailing yang mengalami perlakuan dengan tiga metode dan enam variasi konsentrasi teoritis disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu H 2 O 2 H 2 O 2 dan Cu Persentase Penurunan Konsentrasi CN Bebas pada Tailing Ulangan Konsentrasi Teoritis (%) 100 200 300 500 750 1000 1 89,56 99,39 99,76 99,99 100,00 84,94 2 88,54 91,00 98,54 99,25 99,99 86,81 3 75,68 89,94 89,22 99,95 99,97 72,69 1 40,95 43,76 42,53 42,87 54,73 43,67 2 46,48 50,78 47,77 47,91 53,05 50,34 3 41,62 41,80 42,89 43,07 44,70 45,41 1 55,29 58,96 59,14 58,43 62,94 60,57 2 53,89 55,23 54,39 56,07 61,50 60,52 3 60,90 61,10 61,06 61,12 62,62 63,77 Tabel 2. Persentase Penurunan Konsentrasi CN WAD pada Tailing Metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu H 2 O 2 H 2 O 2 dan Cu Ulangan Konsentrasi Teoritis (%) 100 200 300 500 750 1000 1 86,66 99,23 99,47 99,85 99,86 87,48 2 79,70 94,52 99,08 99,53 99,98 90,73 3 73,18 93,25 89,06 99,76 99,77 80,68 1 64,63 66,75 65,21 65,71 73,25 68,65 2 57,94 61,69 60,31 60,31 64,61 62,27 3 53,18 53,70 55,69 55,82 56,69 55,51 1 67,72 69,37 69,89 68,52 70,66 70,48 2 59,57 63,47 62,75 62,97 65,45 65,35 3 59,32 60,35 60,16 60,42 61,58 62,70 120 % Penurunan CN bebas 100 80 60 40 20 Na2S2O5 + Cu H2O2 H2O2 + Cu 0 100% 300% 500% 700% 900% Konsentrasi Teoritis Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Persentase Penurunan Konsentrasi CN bebas. 32 Pitoi et al...

120 100 % Penurunan CN WAD 80 60 40 20 Na2S2O5 + Cu H2O2 H2O2 + Cu 0 100% 300% 500% 700% 900% Konsentrasi Teoritis Gambar 2. Grafik Nilai Rata-rata Persentase Penurunan Konsentrasi CN WAD. Analisis ragam untuk data CN bebas (Tabel 1) menunjukkan bahwa F hitung untuk perlakuan metode, konsentrasi, dan interaksi antara metode dan konsentrasi lebih besar dari F tabel pada taraf 1 % sehingga dapat dikatakan perbedaan antara nilai rata-rata perlakuan metode, konsentrasi, dan interaksi sangat nyata. Untuk melihat perbedaan pada perlakuan metode, konsentrasi dan interaksi antara metode dan konsentrasi dilakukan uji BNJ. BNJ pada taraf 5 % untuk perlakuan metode adalah 3,40. Hal ini berarti dua metode yang memiliki beda nilai rata-rata yang lebih besar dari 3,40 memberikan hasil persen penurunan CN bebas yang berbeda secara nyata. Jika nilai rata-rata untuk setiap metode diurutkan dari yang terendah hingga yang tertinggi dan dihitung bedanya maka diperoleh bahwa metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu berbeda secara nyata lebih baik dibanding metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu, dan metode H 2 O 2 dan Cu berbeda secara nyata lebih baik dibanding metode H 2 O 2 ditinjau dari kemampuannya mendetoksifikasi CN bebas. Perbedaan ini jelas terlihat jika nilai rata-rata setiap metode ditampilkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 1. Untuk pengaruh konsentrasi, perbedaan nyata terlihat untuk persen penurunan CN bebas pada tailing yang diperlakukan dengan konsentrasi teoritis 100 % dan 500 % (nilai BNJ = 5,91), artinya tailing yang diperlakukan dengan salah satu metode detoksifikasi (diantara tiga metode detoksifikasi) pada konsentrasi teoritis 500 % memberikan hasil detoksifikasi CN bebas yang berbeda secara nyata lebih baik dari pada perlakuan pada konsentrasi teoritis 100 %. Hal yang sama berlaku pada konsentrasi teoritis 100 % dan 750 %, dan konsentrasi teoritis 1000 % dan 750 %. Konsentrasi teoritis 750 % memberikan nilai rata-rata yang tertinggi (terbaik) namun tidak berbeda secara nyata dengan konsentrasi teoritis 500 %, 300 %, ataupun 200 %. Artinya tailing yang diperlakukan dengan salah satu metode detoksifikasi dengan konsentrasi teoritis 750 %, 500 %, 300 %, ataupun 200 % memberikan hasil yang kurang lebih sama, sehingga berdasarkan pertimbangan ekonomis sebaiknya digunakan konsentrasi teoritis 200 %. Perhitungan BNJ untuk pengaruh interaksi antara metode dengan konsentrasi memberikan nilai BNJ 12,76. Interaksi antara metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 750 % memiliki nilai rata-rata tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan interaksi antara metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 500 %, 300 %, dan 200 %. Artinya interaksi antara metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 750 %,500 %, 300 %, dan 200 % akan memberikan hasil detoksifikasi CN bebas yang hampir sama sehingga sebaiknya digunakan interaksi antara metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 200 %. Data hasil analisis ragam untuk data CN WAD (Tabel 2) menunjukkan bahwa F hitung untuk perlakuan metode dan perlakuan konsentrasi lebih besar dari F tabel pada taraf 1 %. Hal ini berarti bahwa pengaruh perlakuan metode dan pengaruh perlakuan konsentrasi sangat nyata. Pada perlakuan interaksi, F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 5 %. Berdasarkan uji BNJ untuk data CN WAD, metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu berbeda Pitoi et al... 33

secara nyata lebih baik dibanding metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu, sedangkan metode H 2 O 2 dan Cu dan metode H 2 O 2 tidak memberikan perbedaan yang nyata (nilai BNJ = 4,18). Hal ini akan tampak jelas jika nilai rata-rata setiap metode ditampilkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 2. Uji BNJ (nilai BNJ = 7,28) untuk pengaruh konsentrasi menunjukkan perbedaan nyata untuk persen penurunan CN WAD pada tailing yang diperlakukan dengan konsentrasi teoritis 100 % dan 500 % dan juga untuk konsentrasi teoritis 100 % dan 750 %. Konsentrasi teoritis 750 % memberikan nilai rata-rata tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 500 %, 300 %, 200 %, dan 1000 %. Berdasarkan analisis statistik, metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu memberikan hasil detoksifikasi CN bebas dan CN WAD yang terbaik dibandingkan dengan metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu. Dengan kata lain walaupun metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu dapat mendetoksifikasi sianida dalam tailing dengan menurunkan konsentrasi CN bebas dan CN WAD, namun hasilnya tidak sebaik metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu. H 2 O 2 adalah oksidator yang kuat, namun demikian sifat tailing yang heterogen (terdiri dari berbagai macam zat organik dan anorganik) menyebabkan H 2 O 2 kurang efektif dalam mendetoksifikasi sianida karena sebagian H 2 O 2 terkonsumsi untuk proses oksidasi senyawa organik dan anorganik yang terdapat pada tailing. Disamping itu, H 2 O 2 juga dalam keadaan tidak murni seperti di dalam tailing dapat terurai menjadi air dan oksigen. Jika ditinjau dari penurunan konsentrasi CN bebas, metode H 2 O 2 dan Cu ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan metode H 2 O 2, namun jika ditinjau dari penurunan konsentrasi CN WAD, kedua metode ini tidak berbeda nyata. Artinya penambahan Cu hanya berpengaruh pada detoksifikasi CN bebas dan tidak pada detoksifikasi CN WAD. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada metode H 2 O 2 dan Cu sebagian Cu yang ditambahkan bereaksi dengan CN - membentuk kompleks tembaga sianida. Pada pengukuran CN bebas, kompleks ini tidak terurai sehingga tidak terukur (sianida dalam kompleks dianggap terdetoksifikasi), sedangkan pada pengukuran CN WAD, kompleks ini terurai dan terukur sebagai sianida yang tidak terdetoksifikasi. Pengaruh konsentrasi pada metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu jika dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 berbanding lurus dengan konsentrasi teoritis kecuali untuk konsentrasi teoritis 1000 %. Persen penurunan konsentrasi CN bebas dan CN WAD pada penambahan Na 2 S 2 O 5 dengan konsentrasi teoritis 1000 % jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi teoritis 750 %, hal ini kemungkinan disebabkan interferensi yang muncul karena banyaknya Na 2 S 2 O 5 yang ditambahkan pada konsentrasi teoritis 1000 %. Konsentrasi teoritis pada metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu tidak berbanding lurus dengan persen penurunan CN bebas dan CN WAD. Hal ini dapat dijelaskan dari sifat H 2 O 2 yang tidak stabil. Secara umum, konsentrasi teoritis 750 % untuk setiap metode memberikan penurunan konsentrasi CN bebas dan CN WAD yang terbaik namun berdasarkan uji statistika hasil ini tidak berbeda secara nyata dengan konsentrasi teoritis 500 %, 300 %, dan 200 % pada CN bebas dan 1000 %, 500 %, 300 %, dan 200 % pada CN WAD sehingga berdasarkan pertimbangan ekonomis dapat digunakan konsentrasi teoritis 200 %. Terlepas dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dalam mendetoksifikasi sianida seperti dipaparkan dalam pendahuluan, metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu masih tetap menjadi metode detoksifikasi yang terbaik (dibandingkan dengan metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu). Dengan kata lain, walaupun metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat penggunaan metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu (tidak dibutuhkan kompresor dan kontrol ph seperti pada metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu), kedua metode ini belum dapat menyamai hasil detoksifikasi sianida yang diberikan oleh metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu. KESIMPULAN Dari pembahasan dapat disimpulkan: Metode H 2 O 2 dan metode H 2 O 2 dan Cu dapat mendetoksifikasi sianida (menurunkan konsentrasi CN bebas dan CN WAD) pada tailing tambang emas namun belum dapat menyamai metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu. Metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu ternyata memberikan hasil 34 Pitoi et al...

detoksifikasi CN bebas dan CN WAD yang berbeda nyata lebih baik dibanding kedua metode yang menggunakan H 2 O 2. Metode H 2 O 2 dan Cu memberikan hasil detoksifikasi CN bebas yang berbeda nyata lebih baik dibanding metode H 2 O 2, tetapi tidak berbeda nyata untuk CN WAD. Konsentrasi teoritis 750 % memberikan nilai rata-rata (persen penurunan konsentrasi sianida) tertinggi (terbaik) pada CN bebas dan CN WAD, namun hasil ini tidak berbeda nyata dengan konsentrasi teoritis 500 %, 300 %, dan 200 % untuk CN bebas, dan 1000 %, 500 %, 300, dan 200 % untuk CN WAD sehingga berdasarkan pertimbangan ekonomis sebaiknya digunakan konsentrasi teoritis 200 %. Interaksi antara metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi teoritis 750 % memberikan nilai rata-rata (persen penurunan konsentrasi sianida) tertinggi diantara interaksi yang lain, namun interaksi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 500 %, 300 %, dan 200 % sehingga sebaiknya digunakan interaksi metode Na 2 S 2 O 5 dan Cu dengan konsentrasi 200 %. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997a. Deskripsi Proses dan Prosedur untuk Leach/CIP/Detox and Thickener. PT Newmont Minahasa Raya, Mesel. Smith, A. dan T. Mudder. 1991. The Chemistry and Treatment of Cyanidation Wastes. Mining Journal Books Ltd, London. Pitoi et al... 35