PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

Perencanaan Pembangunan Sistem Kelistrikan, Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik di

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

BAB I 1. PENDAHULUAN

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

Versi 27 Februari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

PROGRAM AKSI DI BIDANG ENERGI

KONDISI RIIL KEBUTUHAN ENERGI DI INDONESIA DAN SUMBER-SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

Peranan Energi Baru dan Terbarukan Dalam Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang (Outlook Energi Indonesia 2012)

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

BAB 2 RPJM Kondisi Umum

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto

KETERSEDIAAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI NTT

BaB i Pendahuluan OutlOOk EnErgi indonesia 1

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

BEBERAPA PERMASALAHAN UTAMA ENERGI INDONESIA. oleh: DR.Ir. Kardaya Warnika, DEA Ketua Komisi VII DPR RII

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN

Simulasi Kalkulator Energi Baru Terbarukan (EBT) Guna Memenuhi Ketahanan Energi di Indonesia

Transkripsi:

RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1

KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT

GAMBARAN UMUM Letak Geografis : 8 0-12 0 LS dan 118 0-125 0 BT Jumlah Pulau : 566 buah (besar dan kecil) Pulau yang bernama : 246 buah Pulau yang berpenghuni : 43 buah Iklim : 8 bulan (kemarau/kering) dan 4 bulan (hujan/basah) Luas Wilayah : ± 47.349,9 km 2 Daratan dan ± 200.000 km 2 Lautan Wilayah administratif : Kabupaten : 20 dan 1 kota Kecamatan : 285 buah Desa / Kel. : 2.836 buah

POSISI NTT TERHADAP NASIONAL EKONOMI INDIKATOR NTT (2008) NTT (2009) NASIONAL (2008) Penduduk Miskin (%) 25,65 23,31 14,15 Pengangguran 3,98 3,98 9,75 Pendapatan Per Kapita Rp. 4,1 juta Rp. 4,1 juta Rp. 17,5 juta Pertumbuhan Ekonomi 4,18 4,18 6,1 (%) Inflasi (%) 10,9 10,9 11,6

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN ENERGI

Analisis Sektor Basis PDRB Provinsi NTT 2004 2008 No Sektor Ekonomi Sektor Basis PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pertanian 2.85 2.85 2.87 2.89 2.89 2 Pertambangan 014 0.14 015 0.15 015 0.15 015 0.15 016 0.16 3 Industri 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 4 Listrik, Gas, Air Bersih 0.61 0.63 0.60 0.57 0.54 5 Konstruksi 1.20 1.17 1.09 1.04 1.01 6 Perdagangan, Hotel, dll 0.92 0.91 0.97 0.95 0.94 7 Pengangkutan g & Komunikasi 1.10 1.07 1.03 0.99 0.95 8 Keuangan, Jasa Perusahaan, dll 0.33 0.34 0.33 0.38 0.37 9 Jasa-jasa 2.44 2.52 2.48 2.52 2.54

Kondisi Pembangunan Energi NTT Listrik ik merupakan salah satu elemen sangat penting dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi Pemanasan global telah menjadi salah satu isu dunia Pembangunan berkelanjutan harus menjadi pertimbangan dalam kebijakan pembangunan reformasi menyeluruh penyediaan sarana dan prasarana membawa perubahan pada tiga aspek dasar: Perubahan peran pemerintah menjadi fasilitator atau enabler, abe Penekanan pada keberlanjutan (sustainability) pelayanan melalui investasi sarana dan prasarana yang efisien dan efektif Penerapan demand responsive approach dengan lebih meningkatkan partisipasi masyarakat

Potensi dan Produksi Energi Fosil tahun 2008 Energi Fosil Sumber Daya Cadangan Produksi RASIO CAD/PRO (th) Minyak Bumi 56,6 Miliar barel 8,2 miliar ton 357 juta barel 23 gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63 Batubara (ton) 104,8 miliar ton 18,8 miliar 229,2 juta ton 82 ton Coal Bed Methane 453 TSCF - - (CBM) Kapasitas Produksi Energi Alternatif di Indonesia 2004-20082008 Uraian Satuan Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Panas Bumi KW 800.000,0 800.000,0 800.000,0 1.042.000,0 1.052.000,0 PLTS KW - 110,3 1.629,3 3.658,3 5.522,3 PLTB KW - 80,0 320,0 835,0 1.015,0 PLTMH & KW - 214,0 928,0 2.092.0 3.027,0 Pikohidro Total KW 800.000,0 800.404,3 802.887,3 1.048.565,3 1.061.564,3

Potensi dan Produksi Energi Non Fosil tahun 2008 No Energi NonFosil Sumber Daya Kapasitas Terpasang 1 Tenaga Air 75.679 MW (e.q. 845 juta SBM) 4.200 MW 2 Panas Bumi 27.510 MW (e.q. 219 juta SBM) 1.052 MW 3 Mini/Mikro Hidro 500 MW 86,1 MW 4 Biomass 49.810 MW 445 MW 5 Tenaga Surya 4,80 kwh/m2/hari 12,1 MW 6 Tenaga Angin 9.290 MW 1,1 MW 7 Uranium 3.000 MW (e.q. 24.112 ton untuk 11 tahun *) 30 MW Kapasitas Produksi Biofuel di Indonesia 2004-2008 URAIAN SATUAN 2004 2005 2006 2007 2008 Biofuel (Per Tahun) Ribu KL 3,3 122,5 471,5 1.722,2 2.558,7 - Bio Diesel Ribu KL 0,8 120,0 456,6 1.550,0 2.329,1 - Bio etanol Ribu KL 2,5 2,5 12,5 135,0 192,4 - Bio Oil Ribu KL 2,4 37,2 37,2

Kondisi Kelistrikan di NTT Prosentase Rumah Tangga menggunakan sumber Energi penerangan Tahun 2008 sbb: PLN 36,14 % Non PLN 63,86 % Komposisi Sumber Energi Penerangan Kabupaten/ Kota PLN Listrik Non PLN Petro mak Pelita/ Sentir/ Obor Lain nya Jumlah Provinsi i NTT Prosentase 350,732 43,011 4,477 167,163 5,226 970,600 36.14 4.43 0.46 17.22 0.54 100.00

Pengembangan Energi Baru Terbarukan NTT sebagai Provinsi kepulauan memiliki potensi energi baru terbarukan sangat potensial. Dari sumber energi baru terbarukan tersebut banyak yang sudah dikembangkan, namun belum menunjukkan peran yang optimal dalam mendukung percepatan pelayanan kelistrikan Sumber energi baru terbarukan sebagai energi alternatif yang sudah dikembangkan dan yang belum dikembangkan sebagai berikut: Energi baru terbarukan yang telah dikembangkan; PLTA melalui PLTMH, PLTS, PLTG, Biogas, Biomassa; Energi baru terbarukan yang belum dimanfaatkan: energi arus laut, energi angin dan energi biofuel

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ENERGI BARU TERBARUKAN DI NTT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Isu-Isu pembangunan Bauran energi (energy mix) belum optimal Pasokan energi masih terbatas (jumlah, kualitas, dan keandalan Kondisi sistem transmisi interkoneksi masih belum andal Teknologi dan pendanaan didominasi asing Regulasi masih perlu disempurnakan diikuti dengan konsistensi kebijakan Kebijakan harga (pricing policy) masih belum tepat Efisiensi dan konservasi Energi masih belum berjalan dengan baik Parsitipasi pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan Energi kurang

Arahan Pembangunan 1. Rencana Pengembangan g Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan Sistem kelistrikan, sistem kelistrikan di NTT yaitu Kota Kupang, Oelmasi, SoE, Kefamenanu, Atambua, Betun, Baa, Seba, Kalabahi, Lewoleba, Larantuka, Maumere, Ende, Mbay, Bajawa, Borong, Ruteng, Labuan Bajo, Waitabula, Waikabubak, Anakalang dan Waingapu, yang dipenuhi oleh Pembangkit Listrik dari berbagai sumber daya, yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya; Sistem Prasarana, sistem kelistrikan NTT didukung oleh sistem prasarana listrik yang terdiri atas jaringan Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT), Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dalam wilayah provinsi. 2. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Energi Arahan peraturan zonasi pembangkit energi listrik mencakup: karakteristik ruang setempat; dan jarak aman dari kegiatan lain. Arahan peraturan zonasi jaringan transmisi energi listrik mencakup pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi

Strategi Pembangunan 1. Berkesinambungan dan Berkelanjutan 2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Masyarakat 3. Percepatan Pembangunan Daerah dengan Mengembangkan Ekonomi Lokal, 4. Pemberdayaan Masyarakat. Program/kegiatan RPJMD Indikator Agenda Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana kerlistrikan ik dan pengembangan sumber energi yang berkelanjutan Program : Pembangunan dan Pengembangan Energi Listrik dan Mineral Indikator Program : Meningkatnya cakupan dan akses pelayanan listrik terhadap masyarakat Termanfaatkannya potensi energi lokal menjadi energi listrik Terciptanya desa mandiri energi listrik Tersedianya peta potensi sumber daya mineral yang lebih akurat Terfasilitasinya pengembangan energi alternatif

Pembangunan Energi/Ketenagalistrikan 2010-2014 No Sasaran Indikator dan Target Pencapaian Tahun 2014 1 Tercapainya komposisi i - Persentase pemanfaatan minyak kbumi dalam bauran energi nasional bauran energi yang sehat sebesar 38,33 persen dengan menurunnya - Persentase pemanfaatan energi baru terbarukan dalam bauran persentase pemanfaatan energi nasional sebesar 16,1 persen energi fosil dan - Pengembangan produksi dan pemanfaatan bahan bakar alternatif meningkatnya persentase seperti bahan bakar nabati, batubara dicairkan, GTL (Gas To Liquid), energi baru terbarukan DME (dimethyl eter) dan lain-lain (EBT) - Peningkatan pemanfaatan EBT untuk pembangkit tenaga listrik (PLTMH, PLTS, PLT Bayu, PLT Biomassa) 2. Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana energi nasional untuk memenuhi kebutuhan domestik dan komitmen ekspor - Tercapainya pembangunan jaringan gas kota untuk 80.000 sambungan rumah di 20 kota - Tercapainya pembangunan 21 buah SPBG di 3 kota - Tercapainya pemenuhan kebutuhan kapasitas dengan penambahan 30.500 MW - Terintegrasinya sistem di Sulawesi dan sistem di Kalimantan - Berkurangnya susut jaringan menjadi di bawah 10,0 persen - Meningkatnya pelayanan Ii Izin Usaha Ketenagalistrikan t ik - Meningkatnya penerapan standarisasi teknis bidang ketenaga listrikan yang disertifikasi SNI dan/atau diperlakukan wajib

Lanjutan No Sasaran Indikator dan Target Pencapaian Tahun 2014 3. Peningkatan jangkauan pelayanan - Rasio elektrifikasi meningkat dari 67,2 persen di ketenagalistrikan tahun 2010 menjadi 80,0 persen di tahun 2014 - Meningkatnya rasio desa berlistrik 94,5 persen di tahun 2010 menjadi 98,9 persen di tahun 2014 4. Tercapainya bauran energi (energy Pangsa energi primer untuk pembangkit tenaga listrik mix) primer untuk penyediaan pada tahun 2014 menjadi : tenaga listrik - Batubara sebesar 64 persen - BBM sebesar 2 persen - Panas bumi sebesar 10 persen - Gas bumi sebesar 18 persen, - Hidro sebesar 6 persen 5. Berkembangnya ilmu pengetahuan, - Meningkatnya sertifikasi kompetensi bidang energi teknologi dan sumberdaya manusia dan MeningkatnyaTingkat Komponen Dalam nasional yang mendukung industri Negeri sesuai peraturan yang ada energi dan ketenagalistrikan nasional

KESIMPULAN 1. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi yang memiliki potensi energi baru terbarukan yang potensial antara lain; energi surya, energi angin, energi arus laut, energi gas bumi, energi air dan energi biomassa; 2. Sesuai dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-2013 dan RPJMN 2010-2014 menunjukkan dukungan pengembangan energi baru terbarukan berkelanjutan; 3. Kebijakan yang ditetapkan belum berjalan optimal karena belum adanya konsistensi dalam pembiayaan pembangunan, karena pengembangan kelestrikan berbasis energi baru terbarukan cenderung lebih mahal dibandingkan energi PLTD; 4. Untuk menjadikan energi baru terbarukan sebagai energi alternative potensial kedepan maka perlu kajian teknologi yang menjamin adanya afisiensi pembiayaan dan efektifitas pemanfaatannya.

S E K I A N TERIMAKASIH