PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati

SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

RAHAJENG SETIAWATY, EMILIA, YATI SUYATI, NENI NURYANI. Unit Uji Virologi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

VARIASI SEROTIPE ISOLAT VIRUS INFECTIOUS BRONCHITIS YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI PULAU JAWA

HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

OPTIMASI EKSTRAKSI RNA (Ribo Nucleic Acid) DARI VIRUS AI MENGGUNAKAN METODE PRE EKSTRAKSI. YUNI, Y., EMILIA, SURYATI, Y., dan HERMAWAN, D.

III. METODE PENELITIAN

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

ABSTRACT PENDAHULUAN. Infectious Laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernafasan pada unggas, terutama ayam METODOLOGI

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

untuk menghasilkan titer yang tinggi, maka virus ILT paling baik ditumbuhkan pada CAM dari telur embryo ayam tertunas (JORDAN, 198), misalnya untuk tu

BAB III METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

STATUS KEBAL TERNAK SAPI PASKA VAKSINASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) INAKTIF DI LAPANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

3. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

METODOLOGI PENELITIAN

Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Khairul Daulay, Sarji, Deden Amijaya, Neneng Atikah, Meutia Hayati, Ernes Andesfha

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH

TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM PUSAT VETERINARIA FARMA PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

DATA DAN KARAKTERISTIK VAKSIN BAKTERI UNTUK BABI YANG BEREDAR DI INDONESIA

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk

"?" PEWINGKWTWN KEKEBALAN IRAN LELE (Clarias batrachus, L) DENGAH PENYUNTIKAN VAKSlSd Aeromonas hydrophila SECARA INTRAPERITOHIAL

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BIOLOGIK VIRUS NEWCASTLE DISEASE

Transkripsi:

PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI Unit Uji Virologi Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur Bogor, Indonesia, 16340 ABSTRAK Telah dilakukan pengkajian mutu vaksin Infectious Bronchitis (IB) aktif yang beredar di 8 provinsi di Indonesia. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui potensi vaksin IB aktif strain H 120 yang beredar di lapangan. Pengujian potensi vaksin dilakukan dengan menggunakan 20 ekor ayam Spesific Pathogen Free (SPF) dimana 10 ekor diinokulasi dengan 1 dosis vaksin IB aktif secara tetes mata dan 10 ekor lainnya sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan selama 21 hari, kemudian dilakukan pengambilan darah terhadap ayam perlakuan dan vaksinasi dan dilanjutkan dengan uji Serum Neutralisasi (SN). Uji potensi terhadap vaksin dinyatakan lulus jika nilai Indeks Neutralisasi (IN) tidak kurang dari 2.0sesuai yang tertera pada Farmakope Obat HewanIndonesia (FOHI). Hasil kaji ini menunjukkan dari 15 sampel vaksin IB aktif yang diperoleh dari 8 provinsi, 12 vaksin (Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten dan Jawa Timur) memenuhi persyaratan sedangkan 3 (ti ga) vaksin lainnyayang berasal dari provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatantidak memenuhi syarat karena nilai IN kurang dari 2.0. Kata kunci: virus IB, vaksin IB, indeks serum neutralisasi, uji potensi ABSTRACT A study of Infectious Bronchitis (IB) vaccine quality that distributed has been done at eight provinces in Indonesia. The purpose of the study was to determine the potency of IB vaccines strain H 120 distributed in the fields. The vaccines were only tested against potency test using 20 SPF chickens where 10 chickens were inoculated one dose and others were treated as control. Observation was conducted in 21 days, then all chickens were bleed at the end of observation for serum neutralization (SN) test. Vaccines are met the potency tes t if Serum NeutralisationIndex (IN) is less than 2.0 according to Indonesia Veterinary Drug Pharmacopeia. The results of the study showed that12 of 15 vaccines collected from 8 provinces (Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogjakarta, Banten dan Jawa Timur) were met the minimum requirement while 3 vaccines were not met the minimum requirement since the IN index less than 2.0. Key words: IB virus, IB vaccine, serum neutralization index, potency test

PENDAHULUAN Infectious bronchitis (IB) adalah penyakit pernafasan unggas yang sangat menular dan akut, dengan ciri batuk dan bersin dan secara ekonomi sangat penting karena menyebabkan penurunan berat badan, efisiensi pakan, kualitas dan produksi telur (3). Avian IB pertama sekali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an sebagai penyakit pernafasan akut terutama pada ayam muda. Virus penyebab penyakit ini disebut virus Avian Infectious Bronchitis (VIB). Virus IB merupakan anggota dari genus virus Corona, familia Coronaviridae pada orde Nidovirales. Virus IB dan Avian Coronavirus lainnya seperti kalkun dan burung kuau (pheasant) diklasifikasikan sebagai kelompok 3 Coronavirus, dan kelompok Coronavirus lainnya terdapat di mamalia disebut kelompok 1, 2, dan 4. Salah satu penyakit kelompok 4 yang dikenal adalah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Beberapa serotipe virus IB telah diketahui dan mempunyai perbedaan dalam pengendalian penyakit IB, karena imunitas yang mengikuti infeksi atau vaksinasi dengan satu serotipe biasanya tidak protektif terhadap infeksi serotipe yang berbeda. Hal ini mungkin yang menyebabkan vaksinasi IB di Indonesia kadang mengalami kegagalan.vaksin IB yang beredar di Indonesia terdiri dari 2 jenis yaitu vaksin aktif dan inaktif dengan beberapa strain antara lain strain M 41, Massachuset, H 120, H 52, M 48, PTS-3, I 269 dan lain-lain. Kajian secara experiment menunjukkan aplikasi vaksin IB aktif pada ayam pedaging umur 1 hari dapat menimbulkanproteksiketika ditantang oleh virus homolog yang virulen pada umur 3 minggu setelah vaksinasi (4). Menurut Farmakope Obat Hewan Indonesia (2007) untuk melihat potensi vaksin IB aktif digunakan uji serum neutralisasi (SN). Uji serum neutralisasi merupakan suatu metode serologik untuk mengukur titer antibodi terhadap virus. Prinsip uji neutralisasi adalah spesifik antibodi mampu menetralisasi efek biologik virus. Efek biologik virus adalah menimbulkan cytopathic effect (CPE) di sel atau gejala klinis di embrio telur. Gejala klinis IB yang ditimbulkan pada embrio antara lain curling dan hipoplasia. Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) sebagai salah satu unit pelaksana teknis lingkup Kementerian Pertanian memiliki komitmen untuk ikut mengendalikan penyakit hewan dan menjamin kualitas obat hewan yang beredar di Indonesia dengan melakukan pengkajian terhadap mutu vaksin IB yang beredar di 8 (delapan) provinsi di Indonesia.

MATERI DAN METODA Materi Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah Vaksin IB aktif, strain H 120 ayam SPF umur 4 hari, telur ayam SPF umur 9-11 hari, serum pasca vaksinasi IB, serum ayam kontrol, virus IB strain H 120 yang homolog dengan vaksin, larutan Phosphat Buffer Saline (PBS) ph 7,2-7,4 (Oxoid, England), larutan PSK 1% yang mengandung garam kalium penisilin G (Sigma -Aldrich, Germany), streptomisin sulfat (Gibco, USA) dan Kanamisin monosulfat (Gibco, USA). Peralatan yang digunakan meliputi kandang brooder, pippette aid, tabung reaksi, rak tabung reaksi, syringe ukuran 1 ml, 5 ml, penangas air, incubator telur, pelubang telur, teropong telur, paraffin, pipet volumetrik, Biosafety Cabinet (BSC) class II (Esco, Singapura) Sampel Sampel vaksin IB aktif berasal dari 8 provinsi di Indonesia yaitu provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sumatera Utara, Jawa Barat dan Banten. Setiap provinsi diwakili oleh 2 kabupaten dan dari setiap kabupaten diambil 2 vial vaksin IB aktif dengan nomor batch dan waktu kadaluarsa yang sama.sampel vaksin IB aktif dibawa dalam keadaan dingin dengan menggunakan ice box. Metode Vaksin IB aktif yang diperoleh pada pengkajian ini hanya diuji dengan uji potensi yang mengacu pada Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI, Jilid I, Sediaan Biologik, Tahun2007). Metodenya meliputi : 1. Uji Potensi Metode pengujian menggunakan prinsip dengan inokulasi 1 dosis secara tetes mata diharapkan ayam yang divaksin dapat menimbulkan kekebalan cukup terhadap virus IB dengan prosedur sebagai berikut: dilakukan vaksinasi terhadap 10 ekor anak ayam umur 4 hari dan sepuluh ekor lainnya tidak divaksinasi sebagai kelompok kontrol. Pelihara kedua kelompok ayam tersebut dalam brooder terpisah, kemudian dilakukan pengamatan selama 21 hari. 21 hari setelah vaksinasi, diambil darah dari setiap ayam baik dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dan dipisahkan serumnya. Serum dari kelompok yang sama kumpulkan jadi satu tempat kemudian diinaktifkan dalam penangas air pada suhu 56 o C selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan uji Serum Neutralisasi. 2. Uji Serum Neutralisasi (SN)

Disiapkan 60 butir telur ayam SPF bertunas dan 5 butir telur sebagai kontrol (tanpa perlakuan). Telur ayam ditandai dengan pensil pada tempat inokulasi pada 3 mm diatas batas ruang udara pada telur ayam bertunas yang jauh dari pembuluh darah. Pada tanda tersebut dilubangi dengan jarum. Virus IB strain H 120 yang homolog dengan virus vaksin, diencerkan secara seri dengan kelipatan sepuluh menggunakan larutan PBS - + PSK 1% dari pengenceran 10-1 sampai 10-7. Kemudian bagi serum pasca vaksinasi ke dalam 4 buah tabung; masingmasing diisi 0,5 ml serum, lalu masukkan 0,5 ml virus yang sudah diencerkan tadi ke dalam setiap tabung serum dari pengenceran 10-2 sampai 10-5. Lakukan hal yang sama terhadap serum kontrol; bagi 0,5 serum control ke dalam 4 buah tabung, lalu masukkan 0,5 ml virus dari pengenceran 10-3 sampai 10-6. Proses neutralisasi dilakukan pada suhu 37 o C, selama 1 jam dalam penangas air. Inokulasi 0,1 ml/telur pengenceran tersebut diatas dengan menggunakan 5 butir telur per pengenceran. Tutup lubang bekas penyuntikan dengan parafin. Inkubasi di inkubator telur pada suhu 37 o C selama 7 hari. Telur diteropong setiap hari, embrio yang mati hari pertama dibuang karena tidak termasuk telur yang terinfeksi. Embrio yang dinyatakan positif terinfeksi virus adalah embrio yang mati pada hari kedua sampai dengan hari ketujuh danembrio hidup yang memperlihatkan gejala hambatan pertumbuhan (hypoplasia),dan kerdil (curling).penilaian dilakukan pada hari ke-tujuh, dihitung berdasarkan metode Reed and Muench. Vaksin yang diuji dinyatakan memenuhi syarat apabila indeks netralisasi antara [(A-B)-(A-C)] harus lebih besar atau sama dengan 2,0 (Keterangan : A=kelompok virus; B=kelompok vaksinasi; C=kelompok kontrol) HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sampel vaksin IB aktif yang diperoleh dari 8 provinsi adalah sebanyak 15 sampel.semua vaksin IB aktif yang disampling hanya didapatkan satu jenis strain vaksin yaitu strain H 120.Strain H adalah salah satu vaksin IB aktif paling awal yang dikembangkan dan terus digunakan diseluruh dunia selama hampir 50 tahun, karena kemampuannya menyediakan proteksi silang heterolog terhadap sejumlah virus IB dari serotipe yang berbeda (2). Tabel 1. Hasil Pengujian Serum Neutralisasi Vaksin IB IndeksNeutr Ket Provinsi Kabupaten No. Agenda alisasi (IN) Jawa Tengah Semarang PV-IB 0012011 1.8 TMS Sukoharjo PV-IB 0022011 1.4 TMS Sulawesi Selatan Pinrang PV-IB 0032011 1.8 TMS Sidrap PV-IB 0042011 2.2 MS

Sumatera Utara Kota Binjai PV-IB 0052011 2.0 MS Sergai PV-IB 0062011 2.2 MS Kalimantan Selatan Tanah Laut PV-IB 0072011 2.6 MS BanjarBaru PV-IB 0082011 2.6 MS Jawa Barat Sukabumi PV-IB 0092011 2.4 MS Bandung PV-IB 0102011 2.6 MS DI Yogyakarta Bantul PV-IB 0112011 2.6 MS Kulonprogo PV-IB 0122011 2.8 MS Banten Tangerang PV-IB 0132011 2.7 MS Jawa Timur Kota Blitar PV-IB 0142011 2.4 MS Kota Blitar PV-IB 0152011 3.0 MS Keterangan: Sampel dinyatakan memenuhi syarat apabila nilai Indeks Neutralisasi tidak kurang dari 2.0; MS = Memenuhi Syarat ; TMS = Tidak Memenuhi Syarat Pengujian kualitas vaksin IB aktif meliputi uji keamanan, potensi dan uji kandungan virus. Pada pengkajian ini hanya dilakukan uji potensi yang bertujuan untuk mengetahui potensi vaksin IB di lapangan. Dari 15 sampel vaksin IB aktif yang diuji potensinya menunjukkan 3 sampel yang tidak memenuhi syarat yang berasal dari provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan karena nilai Index Neutralisasinya kurang dari 2,0. Ini berarti kualitas vaksin tersebut kurang baik, dan menurut Farmakope ObatHewan Indonesia (Jilid I, Sediaan Biologik, Tahun 2007) nilai Indeks Neutralisasi untuk kelulusan vaksin IB harus tidak kurang dari 2.0. Kualitas vaksin di lapangan tergantung pada system transportasi dan penyimpanan vaksin dengan suhu yang tepat (2-8 o C) sehingga potensi vaksin tetap terjamin. Sementara 12 sampel lainnya yang berasal dari provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Jawa Timur dan satu kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu kabupaten Sidrap memenuhi syarat kelulusan dan mempunyai nilai Indeks Neutralisasi berkisar dari 2.0 3.0. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pengkajian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Nilai IndeksNeutralisasi di pengkajian vaksin IB aktif cukup baik karena berkisar antara 2.0-3.0

2. Penyimpanan dan transportasi sesuai yang direkomendasikan untuk vaksin aktif. 3. Vaksin IB aktif yang paling banyak dijual di depo obat hewan adalah strain H 120, sedangkan strain lainnya seperti M 41, H 52 tidak diperoleh. Diharapkan pada pengkajian berikutnya jenis vaksin IB yang diambil bukan hanya vaksin aktif tetapi ditambahkan vaksin inaktif agar data potensi vaksin yang diperoleh lebih lengkap dan berguna untuk menilai efektifitas vaksin di lapangan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonimous. Farmakope Obat Hewan Indonesia, SediaanBiologik. 2007. Jilid I. Ed. 3. Departemen Pertanian RI. Hal : 115-116 2. Anonimous. 2010. Handbook for Vaccine and Cold Chain Handlers. Department of Health & Family Welfare Ministry of Health and Family Welfare Government of India. 3. Bijlenga G, Cook JK, Gelb J. & de Wit JJ. 2004. Development and Use of the H Strain of Avian Infectious Bronchitis Virus from the Netherlands vaccine: a review. Journal. Avian Pathology. 4. Cavanag D. & Naqi SA. 2003. Infectious Bronchitis in Poultry Disease Ed.11. Iowa State Press. pp. 101-119. 5. Cavanag D. 2006. Corona Avian Infectious Bronchitis. Vet. Res. 38 (2007). pp. 281-297. 6. Office International des Epizooties (OIE). 2008. Avian Infectious Bronchitis. In Manual Standards for Diagnostic Test and Vaccines. Paris. pp. 443-455