BAB 1 PENDAHULUAN. sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang
|
|
- Yuliani Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan program yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam rangka penurunan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh berbagai Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Cakupan program imunisasi rutin yang tinggi dengan kualitas program yang baik, terbukti mempercepat penurunan angka kematian dan angka kesakitan bayi. Program imunisasi rutin harus dipertahankan secara terus-menerus dengan cakupan yang tinggi selama masih ada bibit penyakitnya. Pengalaman membuktikan, bahwa walaupun jumlah kasus suatu PD3I tidak tinggi, sehingga penyakit tersebut tidak diperhitungkan sebagai masalah kesehatan yang serius, tetapi bila cakupan imunisasi di suatu daerah rendah dalam beberapa tahun, akan terjadi peningkatan kasus PD3I bahkan bisa terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Imunisasi atau vaksinasi sebagai suatu tindakan memberikan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin seharusnya membuat daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit tertentu menjadi baik. Satu hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah pengelolaan rantai vaksin (cold chain). Pengelolaan vaksin sama halnya dengan pengelolaan rantai vaksin, yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar vaksin memiliki potensi yang baik sampai pada saat diberikan kepada
2 sasaran. Untuk menjamin penyimpanan, pengiriman dan penanganan vaksin secara baik, sistem cold chain terdiri dari tiga elemen utama yaitu personil, peralatan dan manajemen prosedur yang efisien (WHO, 2002). Menurut Parslow (2003) vaksin merupakan produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan, memiliki karakteristik tertentu, sehingga memerlukan penanganan khusus. Menurut Centers For Disease Control and Prevention (2003) penyimpangan ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga potensi vaksin akan berkurang atau bahkan hilang. Sekali potensi vaksin berkurang atau hilang tidak dapat diperbaiki. Kualitas vaksin tidak hanya ditentukan dengan tes laboratorium (uji potensi vaksin), namun juga sangat tergantung pada kualitas pengelolaannya. Kualitas vaksin tidak semata-mata hanya ditentukan dari bagaimana cara vaksin atau serum tersebut diproduksi tetapi hal lain yang sangat menentukan, yaitu bagaimana vaksin atau serum tersebut diperlakukan selama penyimpanan, pengepakan dan selama pengiriman (Depkes RI, 2005). Vaksin dapat lebih cepat mengalami kehilangan potensi jika terpapar oleh temperatur yang tidak sesuai dengan temperatur penyimpanan yang ditentukan. Kehilangan potensi pada vaksin bersifat permanen dan irreversible. Oleh sebab itu penyimpanan vaksin pada kondisi temperatur yang ditentukan merupakan hal vital yang sangat penting agar potensi
3 vaksin tetap terjaga sampai dengan vaksin diberikan (Centers for Disease Control and Prevention, 2012). Kehilangan potensi pada vaksin dan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin juga dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa. Menurut Riskesdas tahun 2013 persentase imunisasi dasar pada anak umur bulan di Provinsi Sumatera Utara adalah (HB-0=63,0%, BCG=78,1%, DPT- HB-3=63,1%, Polio-4=67,5%, Campak=70,1%) dan persentase imunisasi dasar lengkap pada anak umur bulan, yaitu 39,1% (lengkap), 44,5% (tidak lengkap) dan 16,4% (tidak imunisasi). Persentase imunisasi dasar lengkap di perkotaan lebih tinggi (64,5%) daripada di perdesaan (53,7%) dan terdapat 11,7 persen anak umur bulan di perdesaan yang tidak diberikan imunisasi sama sekali (Kemenkes RI, 2013). Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, IOM (Institute of Medicine USA) menyatakan bahwa sebagian besar kejadian KIPI adalah akibat kesalahan prosedur dan kinerja petugas dalam penatalaksanaan vaksin. Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, bahkan ada yang berpikir kalau semakin dingin maka vaksin semakin baik.
4 Menurut Depkes RI (2013) vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu yang sudah ditentukan. Pemantauan suhu vaksin sangat penting untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan dan beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan adalah paparan vaksin terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin. Menurut WHO (2002) agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada sarana penyimpanan (cold chain) pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan. Standar penyimpanan vaksin pada lemari pendingin berguna untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin dilengkapi dengan alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang akan menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Sebagai dasar pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat puskesmas dan poliklinik merupakan sarana penyimpanan vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun.
5 Mekanisme perjalanan vaksin dari Dinas Kesehatan sampai ke puskesmas memiliki alur secara berjenjang. Pengambilan vaksin ke kabupaten/kota dari puskesmas menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan seperti cold box atau vaccine carrier. Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin VVM (Vaccine Vial Monitor) kemudian dimasukkan cool pack ke dalam alat pembawa dan dibagian tengah diletakkan thermometer, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa, selama perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung. Sampai di puskesmas data vaksin dicatat dalam buku stok vaksin: tanggal menerima vaksin, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Penerapan prosedur tersebut untuk memperkecil risiko kerusakan pada vaksin (WHO, 2003). Permasalahan yang kerap dihadapi petugas kesehatan adalah ketika distribusi vaksin sampai ke posyandu di daerah terpencil. Kondisi yang tidak kondusif sering merusak kualitas vaksin. Semua vaksin secara kontinu harus disimpan dalam suhu yang tepat sejak saat dibuat sampai digunakan untuk mempertahankan mutu. Sekali potensi vaksin hilang atau rusak, tidak dapat diperoleh kembali atau diperbaiki. Tanpa penanganan yang tepat, setiap vaksin menjadi tidak efektif untuk memberikan perlindungan terhadap sasaran. Pada beberapa kasus, hilangnya potensi dapat pula menyebabkan vaksin lebih mudah menimbulkan reaksi (reactogenic) (Centers for Disease Control and Prevention, 2012).
6 Studi terhadap klinik yang melayani imunisasi di wilayah Vancouver tahun 2006, menyebutkan dari 170 klinik yang ada hanya 12% yang memantau suhu vaksin secara rutin 2 kali sehari (BCCDC, 2006). Studi oleh PATH (Program Appropiate Technology in Health) dan Departemen Kesehatan RI tahun menyatakan bahwa 75% vaksin di Indonesia telah terpapar suhu beku selama distribusi. Suhu beku dijumpai selama transportasi dari provinsi ke kabupaten (30%), penyimpanan di lemari es kabupaten (40%) dan penyimpanan di lemari es puskesmas (30%) (Nelson et al., 2004). Salah satu faktor yang terkait dengan pengelolaan vaksin adalah kepatuhan petugas vaksin terhadap tata cara atau prosedur pengelolaannya. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012) secara teoritis kepatuhan atau ketidakpatuhan dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh perilaku seseorang. Dalam hal ini adalah kepatuhan petugas kesehatan terhadap anjuran atau aturan dalam mengelola vaksin. Menurut Depkes RI (2013) program imunisasi akan bermutu apabila petugas kesehatan khususnya petugas cold chain dan vaksin patuh terhadap standard yang ditetapkan. Kepatuhan petugas cold chain dimulai dari cara menangani vaksin, yaitu mulai dari pabrik pembuat vaksin sampai dilapangan dan pemeliharaan sarana tempat penyimpanan yang memadai dan dapat berfungsi dengan benar disemua tempat. Pengetahuan menjadi dasar terbentuknya sikap seseorang serta melakukan tindakan. Sikap positif petugas kesehatan menjadi dasar kecenderungan untuk melakukan tindakan atau praktik yang berkenaan dengan objek sikapnya tersebut.
7 Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), determinan perilaku seseorang dalam melakukan serangkaian tindakan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu karakteristik individu yang bersangkutan dan faktor eksternal, yaitu faktor lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Hasil survei awal pemantauan pengelolaan vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2013 menunjukkan sebagian besar petugas pengelola vaksin puskesmas belum sepenuhnya patuh terhadap SOP (standar operasional prosedur) dalam mengelola vaksin, yakni suhu penyimpanan vaksin harus stabil pada kisaran 2-8 o C. Pemantuan berdasarkan VVM pada 2 unit puskesmas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ditemukan vaksin DPT 1 unit dan vaksin HB sebanyak 2 unit mengalami perubahan warna, sehingga tidak bisa digunakan. Salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan vaksin ini adalah secara internal pengetahuan petugas yang masih rendah tentang pengelolaan vaksin, sebagian besar belum mengikuti pelatihan dan secara eksternal minimnya supervisi dari pimpinan serta fasilitas pendukung yang belum sepenuhnya dioperasikan dengan baik. Hasil penelitian Mavimbe dan Bjune (2007) di Mozambique terhadap 44 petugas pengelola vaksin menunjukkan bahwa sebagian besar petugas memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyimpanan vaksin. Sebanyak 40 petugas (91%) tidak mengetahui tentang uji kocok (shake test) dan sebanyak 21 petugas (48%) tidak mengetahui kisaran suhu yang dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.
8 Hasil penelitian Kristini (2008) menyimpulkan bahwa kepatuhan seperti pengetahuan dan sikap petugas pengelola vaksin merupakan salah satu faktor efektf tidaknya kinerja petugas dalam pengelolaan vaksin dan ditemukan sebagian besar (65,9%) petugas pengelola vaksin memiliki pengetahuan kurang mengenai penyimpanan vaksin. Hasil penelitian Suryanti (2008) menyimpulkan bahwa kepatuhan petugas meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan vaksin belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur. Petugas kesehatan yang belum sepenuhnya patuh terhadap penerapan standar operasional prosedur dalam mengelola vaksin maka penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan" 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
9 1.4 Hipotesis Faktor Internal dan Eksternal berpengaruh terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sebagai bahan masukan dalam hal pengelolaan vaksin guna perbaikan kualitas pelayanan terkait dengan vaksinasi. 2. Penelitian ini memberi masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dan bagi peneliti selanjutnya khususnya tentang pengelolaan vaksin. 3. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengelolaan vaksin.
BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Salah satu faktor penting dalam penurunan
Lebih terperinciINSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014
INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014 No. Responden : (Diisi oleh peneliti) A. Data Karakteristik Responden Petunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan dan sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs)
Lebih terperinciMENJAMIN KUALITAS VAKSIN DENGAN MANAJEMEN RANTAI DINGIN
MENJAMIN KUALITAS VAKSIN DENGAN MANAJEMEN RANTAI DINGIN RINANSITA WARIHWATI Fakultas Kedokteran uiversitas Gadjah Mada Yogyakarta Email: rinansita.warihwati@gmail.com ABSTRAK Kemajuan Konsep paradigma
Lebih terperinciPROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG
PROFIL PENYIMPANAN VAKSIN DI PUSKESMAS DI KOTA KUPANG Jefrin Sambara 1, Ni Nyoman Yuliani 2, Maria Lenggu 3, Yohana Ceme 4 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang Email : y.ninyoman@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Julita/095102081 adalah mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Pengetahuan
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit
Lebih terperinciPERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 NOVITA SAFITRI JAMBAK 135102100 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
Lebih terperinciLampiran 1. Jadwal Penelitian. Bulan Maret April Mei Juni Juli
66 Lampiran 1. Jadwal Penelitian Jenis kegiatan Pelaksanaan seminar proposal 1 penelitian Pengurusan surat pengantar penelitian dari jurusan Farmasi UII Pengurusan surat perijinan penelitian ke 3 Dinas
Lebih terperinciPELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II
PELAYANAN IMUNISASI No. Kode : Terbitan : No. Revisi : PEMERINTAH KAB. BANJARNEGARA PANDUAN Tgl. : MulaiBerlaku Halaman : / Tanda tangan UPT PUSKESMAS PURWAREJA KLAMPOK 1 Ditetapkan oleh : Kepala Puskesmas
Lebih terperinciHUBUNGAN PENYIMPANAN VAKSIN DENGAN KERUSAKAN VAKSIN DI PUSKESMAS SE-KOTA MADYA SIBOLGA TAHUN 2015 ELSARIKA DAMANIK ABSTRAK
HUBUNGAN PENYIMPANAN VAKSIN DENGAN KERUSAKAN VAKSIN DI PUSKESMAS SE-KOTA MADYA SIBOLGA TAHUN 2015 ELSARIKA DAMANIK ABSTRAK Vaksin merupakan bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional dalam Millenium Development Goal s (MDG s). Salah satu tujuan MDG s adalah menurunkan 2/3
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Vaksin Vaksin merupakan suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna
Lebih terperinciBUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS. Tenaga Kesehatan di Lapangan
BUKU SAKU PETUNJUK TEKNIS Tenaga Kesehatan di Lapangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 8-15 Maret 2016 Buku petunjuk teknis ini merupakan panduan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan Pekan Imunisasi
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar penyakit tersebut
Lebih terperinciLampiran : 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran : 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Mengelola Vaksin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Identitas Responden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah mewujudkan manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Pembangunan kesehatan menitikberatkan pada programprogram yang mempunyai
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI DASAR (Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun)
GAMBARAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI DASAR (Studi di 12 Puskesmas Induk Kabupaten Sarolangun) Kairul, Ari Udiyono, Lintang Dian Saraswati Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian. Vaksin merupakan material biologis yang sangat mudah kehilangan potensinya. Bila ini terjadi maka akan terjadi kegagalan vaksin untuk menstimulasi respon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi 2.1.1 Definisi Imunisasi yaitu pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. 7 2.1.2 Imunisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun
Lebih terperinciEVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia EVALUASI DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DI DINAS KESEHATAN KAB.MAJENE SULAWESI BARAT UMMU KALSUM T, S.Farm,Apt,MPH MANAJEMEN KEBIJAKAN OBAT
Lebih terperinciPEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan rancangan kualitatif. Pengumpulan data yang diperoleh berasal dari data
Lebih terperinciKerusakan vaksin pada suhu dibawah 0 O C.
Why.. RANTAI DINGIN Kerusakan vaksin pada suhu dibawah 0 O C. Hep B - 0,5 o C Maks ½ jam DPT, TT & DT - 5 C s/d 10 o C Maks 1,5 2 jam (Thermostability of Vaccines, WHO, 1998) Stabilitas vaksin di luar
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Penerapan Rantai Dingin Vaksin Imunisasi Dasar di Purwakarta Tahun 2017 (Studi yang dilakukan di seluruh Puskesmas Kabupaten Purwakarta) Gantinia Aditiyana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak. Imunisasi merupakan suatu cara efektif untuk memberikan kekebalan khususnya terhadap seseorang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengelolaan Vaksin Perencanaan nasional penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh Pemerintah berdasarkan perencanaan yang disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN FLYING DOCTOR HEALTH CARE DI PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 PROGRAM : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. KEGIATAN : IMUNISASI 1. Imunisasi Bayi : HB0, BCG,DPT,POLIO,Campak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kepatuhan (bahasa Inggris: compliance) berarti mengikuti suatu spesifikasi, standar,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut kamus umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang yang didasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka kematian bayi. Untuk mengatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terlaksana di Indonesia dimulai tahun 1956. Melalui program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit
Lebih terperinciEVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN VAKSIN DARI DINAS KESEHATAN KOTA MANADO KE PUSKESMAS TUMINTING, PUSKESMAS PANIKI BAWAH DAN PUSKESMAS WENANG
EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN VAKSIN DARI DINAS KESEHATAN KOTA MANADO KE PUSKESMAS TUMINTING, PUSKESMAS PANIKI BAWAH DAN PUSKESMAS WENANG 1) Gebbie Prisili Lumentut 1), Nancy C. Pelealu 1),
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Nadia Rahmah 1, Putri Sri Lasmini 2, Rahmatini 3
917 Artikel Penelitian Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Petugas Imunisasi terhadap Praktik Penyimpanan dan Transportasi Vaksin Imunisasi di Tingkat Puskesmas Kota Padang Tahun 2014 Nadia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama dan dalam melaksanakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), imunisasi merupakan salah
Lebih terperinciCHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG
84 Lampiran 1 CHECK LIST OBSERVASI LANGSUNG GAMBARAN TENTANG SISTEM COLD CHAIN DIHUBUNGKAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS CIPAGERAN KELURAHAN CITEURERUP KOTA CIMAHI PENGAMATAN
Lebih terperinciSOP PENYELENGGARAAN IMUNISASI
SOP PENYELENGGARAAN IMUNISASI Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. Tahun 2012 SOP
Lebih terperinciSOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi
SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti
19 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Salah satu faktor kunci dari keberhasilan suatu bisnis dan merupakan inti dari suatu akifitas bisnis adalah pemasaran. Pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi pengganti orang tuanya dikemudian hari, maka sering dikatakan anak adalah penerus bangsa. Untuk mempersiapkannya
Lebih terperinciPELATIHAN COLD CHAIN INVENTORY
Term of Reference PELATIHAN COLD CHAIN INVENTORY 1. Latar Belakang Penilaian manajemen vaksin efektif dalam 2011/12 di Indonesia dilaporkan area utama bagi perbaikan untuk memenuhi standar internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program imunisasi sangat penting bagi individu guna tercipta kekebalan agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat (population immunity),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS VAKSIN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KABUPATEN PASURUAN
PENGARUH KUALITAS VAKSIN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KABUPATEN PASURUAN The Influence of Quality of Measles Vaccine to The Incidence of Measles in Pasuruan Regency Dwi Wahyu Ningtyas 1, Arief Wibowo
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan, yang meliputi indikator angka harapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit, yang salah satu sasarannya untuk mencapai Universal Child
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR RISIKO KUALITAS PENGELOLAAN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI YANG BURUK DI UNIT PELAYANAN SWASTA ( Studi Kasus di Kota Semarang)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO KUALITAS PENGELOLAAN VAKSIN PROGRAM IMUNISASI YANG BURUK DI UNIT PELAYANAN SWASTA ( Studi Kasus di Kota Semarang) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-2 Magister
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas manusia disuatu negara dijabarkan secara international dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah menurunkan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan salah satu aspek penting dalam menggambarkan tingkat pembangungan sumber daya manusia di sebuah Negara, juga merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Difteri, Pertusis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular namun apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun
Lebih terperinciKEERATAN PENYIMPANAN DAN PENCATATAN DENGAN KUALITAS RANTAI DINGIN VAKSIN DPT DI PUSKESMAS
KEERATAN PENYIMPANAN DAN PENCATATAN DENGAN KUALITAS RANTAI DINGIN VAKSIN DPT DI PUSKESMAS Relationship Between Storage and Recording with Quality of DPT Vaccine Cold Chain in Puskesmas Faradiba Hikmarida
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Definisi Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun ke depan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok
Lebih terperinciMerindani, et al, Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri...
Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri Di Puskesmas Suboh Kabupaten Situbondo (Management of Diphtheria Immunization Program Implementation at Suboh Public Health Center, Situbondo)
Lebih terperinciVillage Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Village Activity Mapping Service Availability Mapping Provinsi Jawa Barat Deni K Sunjaya, Dewi MDH Universitas Padjadjaran HOTEL HORISON MAKASSAR,
Lebih terperinciPERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT
PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Imunisasi. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SE-WILAYAH RANTING TENGAH BANTUL
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SE-WILAYAH RANTING TENGAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Oleh : Sri Nurjanti NIM: 90104023 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Data World Health Organization (2012) menunjukkan bahwa dua miliar orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 600.000 orang meninggal
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS PERBEDAAN PENGELOLAAN VAKSIN TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN KARANGASEM DAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012
UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS PERBEDAAN PENGELOLAAN VAKSIN TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN KARANGASEM DAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012 OLEH NI KADEK ASTITI MULIANTARI NIM. 0820025025 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini dibuktikan dengan salah satu indikator ketiga dari 17 indikator dalam Sustainable Development
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
Lebih terperinciDRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA
DRAFT SUPERVISI PROGRAM IMUNISASI DI INDONESIA SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2006 1 I. Pendahuluan Program imunisasi dimulai secara nasional sejak tahun 1977 dan secara
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2017 KEMENKES. Penyelenggaraan Imunisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan UNICEF pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Akibatnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, difteri merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada semua kelompok umur. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011),
Lebih terperinciSeksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Surabaya
PEDOMAN PELAKSANAAN PIN POLIO Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Surabaya Persiapan Pos PIN Polio Logistik : - Meja dan kursi - Vaksin Polio dan penetes/dropper - Vaccine carrier/termos - Cool
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya menghasilkan generasi sehat memerlukan motivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit campak
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN. Novita Lusiana
HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN Novita Lusiana Novitalusiana.mkes@yahoo.com ABSTRAK Kualitas imunisasi yang diberikan sangat berkaitan dengan pengelolaan
Lebih terperinciNo Kode DAR2/Profesional/582/011/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 011: DISTRIBUSI OBAT-OBAT KHUSUS. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.
No Kode DAR2/Profesional/582/011/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 011: DISTRIBUSI OBAT-OBAT KHUSUS Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi dan
Lebih terperinciPEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN
PEDOMAN INTERNAL IMUNISASI UPTD PUSKESMAS LANGKAPLANCAR DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal dibidang kesehatan
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK BIDAN DALAM DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DPT
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK BIDAN DALAM DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN VAKSIN DPT Factors Related to Practice on DPT Vaccine Distribution and Storage Fitri Rahayu Departemen Epidemiologi FKM UA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak
Lebih terperinciUCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )
C3-1 KAB.LOTENG TH 2015 JUMLAH PENDUDUK 900,120 jiwa SASARAN IMUNISASI BAYI : 19.623 bayi BUMIL: 21.585 orang UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37). Vaksin mutakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara berkembang lainnya. Padahal penyakit campak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas
Lebih terperinciPetunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting
Petunjuk Pelaksanaan Sweeping/Backlog Figting Latar Belakang Terjadi Kecenderungan penurunan cakupan Imunisasi Desa (UCI Desa) dari tahun ke tahun Rendahnya cakupan Imunisasi (UCI Desa) dalam jangka waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih mengalami banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI
KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program
Lebih terperinci