I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KUESIONER. Identitas Responden

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan transportasi pun juga semakin bertambah. Kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Abstrak. Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Undang Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dengan Pelanggarannya

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi kemacetan lalu lintas dan berbagai gangguan lalu lintas lainnya. termasuk ancaman keselamatan lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN I-1

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat maka sudah sepatutnya masyarakat berpartisipasi dalam menjaga ketertiban umum di jalan. Timbulnya masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berkembang seirama dengan perkembangan dan pembangunan masyarakat. Antara lain adalah masalah pelanggaran lalu lintas yang cenderung mengakibatkan timbulnya ketidaktertiban dan kecelakaan dalam masyarakat. Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseuaian antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah piranti hukum yang telah ditetapkan dan disepakati oleh negara sebagai undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksanaannya adalah manusia atau masyarakat suatu negara yang terikat oleh piranti hukum tersebut. Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran rambu-rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas, seperti larangan berhenti dan parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu lalu lintas, dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sebagian besar kecelakaan disebabkan karena terjadi pelanggaran lalu

2 lintas. Penyebab kecelakaan lainnya adalah kondisi jalan, infrastruktur yang kurang memadai, dan kurangnya kesadaran diri. Demi terciptanya ketertiban dan kenyamanan berlalu lintas, diperlukan peraturan yang dapat mengatur ketertiban berkendara. Karena itu, pengaturan lalu lintas mutlak perlu karena menyangkut keselamatan masyarakat dan pengguna jalan. Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah menyangkut setiap pengguna jalan, dimana setiap individu diharapkan dapat melaksanakan peraturan dalam berlalu lintas, tidak terkecuali siapapun mereka termasuk pejalan kaki, pengendara roda dua ataupun pengendara roda empat. Selama mereka berada di jalan mereka tidak sekedar berjalan atau mengemudi, tetapi juga memperhatikan adanya aturan dalam berlalu lintas guna kelancaran bersama. Kebijakan yang telah ditetapkan adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 juni 2009 yang merupakan lanjutan dari Undang Undang Nomor 14 tahun 1992. (http://www.bantuanhukum.or.id/index.php/id/dokumentasi/makalah/227- implementasi-undang-undang-nomor-22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-danangkutan-jalan-raya) diakses pada tanggal 27 desember 2011. Sasaran kebijakan dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 terletak pada bab II pasal 3 yaitu terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat tertib, lancar, dan terpadu, terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa, dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

3 Pencapaian tujuan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara lain : Awal tahun 2010, undang-undang nomor 22 tahun 2009 mulai ditegakkan di Bandar Lampung melalui Operasi Patuh Krakatau (OPK) serentak digelar 14-27 januari 2010. Fokusnya OPK ini adalah titik rawan kemacetan dan ketidak teraturan lalu lintas. Harapannya meminimalisasi kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Operasi ini menghasilkan 64 pengendara baik roda 2 maupun roda 4 yang terjaring, rinciannya yakni 40 teguran lisan dan 24 teguran tertulis. (http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/5731-penegakan-uu-no- 222009-melalui-opk) 25 desember 2011. Untuk menekan angka kecelakaan maka Polda Lampung dan Jasa Raharja cabang Lampung bekerja sama dengan Unila menggelar seminar Safety Riding Police dan Raharja geos to Campus. Seminar sehari yang dilaksanakan pada tanggal 19 desember 2011 yang bertempat di GSG Unila. Seminar ini bertema Peran Mahasiswa dalam mewujudkan Perilaku Tertib Lalu Lintas melalui Pembentukan Komunitas Mahasiswa Peduli Lalu Lintas. Sebab sesuai dengan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan bahwa penanganan persoalan lalu lintas tidak bisa diselesaikan satu pihak. (http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/hukum-a-kriminal/44253- tekan-angka-lakalantas-gencar-kampanye-safety-riding) diakses pada tanggal 25 desember 2011. Hasil dari kegiatan yang telah dilakukan menunjukan masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pengendaran kendaraan bermotor, dan sosialisasi saja tidak cukup. Untuk menanggulangi pelanggar-pelanggar tersebut dibutuhkan partisipasi

4 dari segenap warga masyarakat dan penegakan hukum yang tegas agar tindakan tersebut tidak diulangi lagi. Jika dilihat dari kegiatan yang dilakukan dapat di lihat pada tabel 1, masih banyak adanya pelanggaran yang dilakukan oleh penerima kebijakan dalam hal ini adalah pengendara kendaraan bermotor. Tabel. 1. Jumlah Pelanggaran lalu lintas tahun Pelanggaran Korban Luka berat Luka ringan 2008 1.517 738 837 1.454 2009 1.207 593 605 1.305 2010 1347 1157 599 1461 2011 1667 1057 509 1120 jumlah 5738 3545 2550 5340 Sumber : Data Polda Lampung 2011 Ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran dalam diri merupakan pemicu utama terjadinya pelanggaran. Karena pengetahuan tentang pokok undang- undang sangatlah penting dalam berkendara tertib dan aman dalam menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. Kesadaran diri mutlak perlu untuk mengubah perilaku berkendara di jalan. Dan korbannya justru di dominasi oleh usia produktif seperti pelajar dan mahasiswa. Kondisi inilah yang menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa lalu lintas di Bandar Lampung masih buruk. Ini disebabkan ketidaktahuan serta ketidakpahaman masyarakat dalam berlalu lintas dengan baik dan benar. Termasuk untuk mewujudkan dan memelihara keamanan serta keselamatan lalu lintas di jalan. Dengan banyaknya korban usia produktif semisal mahasiswa, karena pengendara sepeda motor di dominasi oleh pelajar dan juga mahasiswa. Sebagai kaum yang intelek dan kritis seharusnya mahasiswa dapat menaati dan mematuhi peraturan

5 yang diberlakukan oleh pemerintah demi terciptanya ketertiban dan keamanan dijalan. Tetapi tetap saja ada pelanggaran yang terjadi baik disengaja ataupun tidak disengaja di dalam ataupun di luar lingkungan kampus. Dari pengamatan di lapangan yang penulis lakukan dalam hal ini di lingkungan FISIP Unila selama rentang januari 2012 sampai april 2012, pelanggaran yang terjadi adalah seperti melanggar rambu-rambu lalu lintas yang telah terpasang, contoh larangan untuk berbelok. Pelanggaran ini tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 pasal 287 ayat 1. Kemudian pelanggaran yang sering terjadi di dalam area kampus dan jalan raya adalah tidak memakai helm sebagaimana yang tertulis dalam pasal 291 ayat 1 dan 2 dapat terkena sanksi yang telah tertulis. Jenis pelanggaran itu merupakan sedikit dari sekian pelanggaran yang telah terjadi, dan mereka bersikap seolah tidak tahu atau belum mengetahui tentang adanya undang-undang lalu lintas tersebut. Perilaku indisipliner terhadap undangundang tersebut suatu saat akan memakan korban walaupun sampai saat ini belum terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa dan masih banyak yang belum mematuhi dan memahami isi dari Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 terutama mahasiswa. Jenis pelanggaran yang sering dilakukan oleh masyarakat baik itu masyarakat umum maupun mahasiswa itu sendiri adalah tidak memakai pelindung kepala atau helm baik pengendara maupun penumpangnya, pelanggaran ini dapat dijerat dengan pasal 291, dan berboncengan lebih 2 orang dalam 1 motor dapat dijerat dengan pasal 292. Pelanggaran tersebut dapat membahayakan pengendara dan

6 penumpangnya, karena dapat mengakibatkan korban jiwa jika tidak mematuhi dan memahami isi dari undang-undang tersebut dan juga pasal-pasalnya. Seperti yang telah disampaikan dalam seminar safety riding, penanganan lalu lintas tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Maka kita sebagai mahasiswa seharusnya memberi perilaku positif dalam berlalu lintas dengan mematuhinya agar tercipta suasana aman, nyaman, dan terjaminnya keselamatan. Dari paparan di atas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011. B. Perumusan masalah 1. Adakah pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011? 2. Seberapa besar pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan pengendara sepeda motor di FISIP Unila tahun 2011?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan mahasiswa tentang undang-undang no. 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan berkendara. 2. Mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan tentang undang-undang no. 22 tahun 2009 terhadap kedisiplinan berkendara. D. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi pengembangan konsep dalam Ilmu Administrasi Publik, khususnya Implementasi Kebijakan Publik; 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi kebijakan publik khususnya implementasi UU No.22 tahun 2009 tentang program keselamatan berkendara, agar subjek lebih memperhatikan dan tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas demi keselamatan saat berkendara. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, khususnya penelitian yang mengambil tema serupa dengan penelitian ini.