PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Masalah Utama Pertanian di Provinsi Sulawesi Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

PEMERINTAH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya terletak dibagian Selatan dari ibukota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

1. BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

FAKTOR-F PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN JWM ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

Transkripsi:

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Masalah Utama Pertanian di Provinsi Sulawesi Barat Nama Anggota: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172 Novi Bagus Pratama 115040201111258 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, sektor pertanian juga perlu menjadi salah satu komponen utama. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala. Kendala ini muncul karena pada dasarnya sektor pertanian mempunyai beberapa masalah utama dalam pertanian di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut: penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian, terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian, adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi, terbatasnya akses petani terhadap modal, dan masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian. Kelima masalah utama dalam pertanian tersebut juga dialami oleh pertanian Mamuju, Sulawesi Barat. Namun pemerintah daerah itu selalu berupaya untuk mengatasi masalah tersebut. hasil pembangunan yang dilaksanakan selama tahun 2012 yang lalu diharapkan pertanian di Mamuju dapat terbantu sehingga hasil produksi pertanian petani di Mamuju dapat semakin mengalami peningkatan. Selain itu, Mamuju terus melakukan peningkatan sarana dan prasarana pertaniannya agar produksi padi di Mamuju sekitar 127 ribu ton pertahun dengan luas lahan padi sekitar 23.000 hektar dapat terus mengalami peningkatan. Bupati Mamuju menyapaikan, hasil produksi tanaman padi di Mamuju telah memacu terjadinya surplus beras sekitar 32.000 ton. Meningkatnya produksi beras ini, setelah pemerintah gencar membuka areal sawah baru seluas 3.050 hektar. Sehingga saat ini di daerah Mamuju, Sulawesi Barat telah memiliki areal persawahan tanaman padi 28.376 hektar dengan tingkat produksi 141.340 ton per tahun. 1.2. Tujuan Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu: a. Menghargai peran pertanian sehingga menjadikan pola hidup dalam menjalankan profesi, baik sebagai pengusaha, komunikator, pengambil kebijakan, peneliti. b. Merancang kegiatan yang terkait dengan profesinya berdasarkan karakteristik ekonomi pertanian di Indonesia, khususnya Sulawesi Barat. c. Mengatur diri dalam pengembangan profesi berdasarkan potensi sumberdaya pertanian di Indonesia, khususnya Sulawesi Barat.

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1. Permasalahan yang Diangkat Dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan sektor pertanian juga perlu menjadi salah satu komponen utama. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala. Kendala ini muncul karena pada dasarnya karena pada dasarnya sektor pertanian mempunyai beberapa masalah utama dalam pertanian di Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Penurunan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Lahan Pertanian Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan. Selain itu, alih guna lahan pertanian menjadi pemukiman semakin menurunkan kuantitas sumber daya lahan. Hal ini juga dialami oleh Provinsi Sulawesi Barat. b. Terbatasnya Ketersediaan Infrastruktur Penunjang Pertanian Dalam sektor pertanian Sulawesi Barat, infrastruktur penunjang yang dapat diperbaiki dan dipenuhi ketersediaannya, meliputi: Perbaikan akses jalan antar lahan pertanian dan pusat dagang untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang Pembangunan dan Peningkatan fasilitas jaringan irigasi teknis usaha tani Revitalisasi dan peningkatan kapasitas gudang dan penyimpanan Peningkatan kapasitas pelabuhan Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi) pada seluruh kawasan produksi dan industri c. Kelemahan dalam Sistem Alih Teknologi Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu, dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Sehingga dibutuhkan teknologi untuk mengatasi hal tersebut. d. Terbatasnya Akses Petani terhadapa Modal Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas, sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial.

e. Panjangnya Mata Rantai Niaga Pertanian Hal ini menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan. 2.2. Mengidentifikasi Studi Kasus yang Berhubungan dengan Permasalahan a. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Lahan Pertanian b. Ketersediaan Infrastruktur Penunjang Pertanian Perbaikan akses jalan antar lahan pertanian dan pusat dagang untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang Sebagai provinsi termuda di Indonesia saat ini, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) senantiasa melepaskan stereotype yang dulunya melekat sebagai daerah pembuangan. Setelah enam tahun lamanya mekar dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel),kesan tersebut akhirnya mampu berbalik menjadi daerah yang menjadi incaran para investor. Namun sepanjang 36.815 meter jalan tani mengalami kerusakan dan dalam kondisi tidak layak. Jalan tani ini tersebar di 10 kecamatan pada wilayah Kabupaten Mamuju. Kerusakan terparah berada di Kecamatan Budong- Budong Mamuju dengan panjang mencapai 6.965 meter, kemudian di Kecamatan Tobadak sepanjang 5.850 meter, lalu Kecamatan Kalumpang yang mencapai 5.150 meter. Sementara itu, di Kecamatan Sampaga dan Kecamatan Kalukku masing-masing sepanjang 3.500 meter dan 3.900 meter. Oleh sebab itu, hingga saat ini petani memasarkan hasil bumi masih kurang layak karena tidak adanya akses sarana transportasi jalan yang memadai, khususnya di desa yang masih berada di daerah pegunungan Mamuju. Namun pemerintah berupaya melakukan pembangunan jalan tani di sejumlah desa di Mamuju untuk mendukung sarana dan prasarana petani di bidang transportasi hasil pertanian, sehingga para petani dapat menyalurkan dan memasarkan hasil produksinya ke ibukota kecamatan dan kabupaten dengan lebih mudah, sehingga kesejahteraan mereka dari hasil pertaniannya juga meningkat. Berbagai langkah dan upaya dilakukan Pemprov Sulbar untuk menggali potensi daerah. Dalam wawancaranya, Anwar Adnan Saleh (Gubernur Sulbar) mengungkapkan bahwa dari segi infrastruktur sudah mulai membaik, meskipun belum sempurna sebagaimana layaknya sebuah provinsi yang baru karena kekurangan anggaran dan tidak memiliki database mengenai kerusakan

jalan tani. Saat ini terus dilakukan pembenahan dari segi jalan, bandara, fasilitas umum, serta fasilitas pendukung agar investor bisa berdatangan di daerah ini. Saat ini pemprov sedang melakukan perbaikan jalan. Untuk jalan nasional, telah melakukan perbaikan sepanjang 544 km. Awalnya,sekitar 80% jalan di sini rusak berat. Namun, sampai saat ini telah dilakukan perbaikan dan akhirnya berbalik, saat ini 80% jalanan telah bagus. Sementara untuk jalur udara, telah dilakukan perbaikan bandara yang dulunya landasan hanya 900 meter, kini bertambah sampai 2.200 meter lebih. Sulbar juga telah memiliki Hotel D Maleo, hotel berbintang tiga yang tentu saja akan menjadi sarana pendukung masuknya investor. Di samping itu, saat ini telah dilakukan pembenahan pelabuhan yang ada dan telah menambah panjang dermaga menjadi 160 meter. Ini akan mendukung masuknya kapal-kapal besar ke Sulbar. Dana perbaikan ini berasal dari Dana Anggaran Khusus (DAK) APBD daerah dan kerjasama dengan negara lain. Untuk infrastruktur jalannya, 2011 mendatang pemprov akan mulai membangun jalan yang diberi nama Mamuju Multimade Access Road sepanjang 102 km. Pemprov memfokuskan pada empat sektor pembangunan, yakni ketersediaan akses pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan sektor pertanian, dan mendorong percepatan infrastruktur. Dari segi pertanian, Pemprov banyak membuka lahan pertanian dan irigasi baru (Jumardin, 2010). Pembangunan dan peningkatan fasilitas jaringan irigasi teknis usaha tani Jaringan irigasi lahan pertanian di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat perlu terus ditingkatkan. Sebagai daerah lumbung pangan terbesar di Sulbar, Polman dan Mamuju diminta untuk terus memberi andil bagi kestabilan pangan, baik di Sulbar maupun wilayah timur Indonesia. Namun polman yang memiliki luas lahan tidak sedikit dan butuh irigasi teknis, bukan pasrah kepada kondisi yang tadah hujan. Sedangkan sekitar 80% sawah petani di Mamuju masih menggunakan sistem sawah tadah hujan, sehingga sarana irigasi sangat dibutuhkan agar pengairan sawah petani lebih maksimal. Wakil Ketua Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI), Salman Dianda Anwar menyampaikan, untuk mempertahankan suplai pangan daerah, bukan hanya berkutat pada teknik agronomi tapi juga terkait masalah kebijakan pemerintah. Beliau mendukung kebijakan pemerintah setempat

untuk tetap fokus dan mempertahankan keberadaan alokasi anggaran pertanian, khususnya untuk irigasi (Ridwan, 2012). Pemerintah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, telah membangun sarana irigasi sepanjang 2.700 meter untuk lahan pertanian padi petani pada 2012, yang sebelumnya pada 2011 juga mampu membangun sarana irigasi 3.214 meter. Pembangunan sarana irigasi ini dilakukan setiap tahun denga memprioritaskan wilayah yang masih mengandalkan sawah tadah hujan (Burhan, 2013). Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Mamuju mengelola anggaran APBN tahun 2011 sekitar Rp10 miliar untuk sektor pertanian, seperti jalan tani sekitar 31 kilometer, saluran irigasi 25 kilometer, peningkatan kualitas tenaga penyuluh pertanian karena sarana dan prasarana tersebut sangat menentukan peningkatan produksi dan distribusi hasil pertanian petani yang memberikan kontribusi pendapatan daerah (T. KR-MFH, 2011). Selain itu untuk mengatasi solusi dalam penyediaan sarana infrastruktur pertanian dapat pula dilakukan dengan cara revitalisasi dan peningkatan kapasitas gudang dan penyimpanan, peningkatan kapasitas pelabuhan, serta peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi) pada seluruh kawasan produksi dan industri. c. Sistem Alih Teknologi d. Akses Petani terhadapa Modal Ada beberapa masalah yang timbul di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dalam hal akses petani terhadap modal, yaitu sulitnya mendapatkan modal usaha dari lembaga perbankan di wilayah itu, terutama untuk komoditas kakao. Dengan sulitnya mendapatkan pinjaman lunak dari perbankan yang ada di Mamuju, membuat para petani sulit berdaya guna dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan mutu kakao. Menurut Ketua Kelompok Tani yang ada di Mamuju, kesulitan petani dalam mendapatkan akses modal usaha dikarenakan persoalan administrasi yang berbelit-belit termasuk penyiapan jaminan atau agunan yang disyaratkan perbankan. Pihak perbankan belum menangkap peluang untuk membina secara serius kepada petani kakao di Mamuju, Sulawesi Barat. Gubernur Sulbar merasa kecewa terhadap perbankan karena kurang respon melakukan pembinaan terhadap petani kakao di Sulbar. Selain harapan modal dari perbankan, sebagian petani kakao

selama ini juga berharap mendapat bantuan dari program gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao (Gernas Kakao) yang juga belum tersentuh sama sekali. Memang ada wacana pemerintah bersedia menjadi penjamin kredit bagi betani kakao. Namun ternyata, Pemerintah sendiri rupanya saat ini tidak lagi memberikan anggaran yang memadai untuk keberlanjutan Program gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao. Dengan dihentikannya bantuan untuk membiayai program Gernas, maka sejatinya perbankan langsung merespon. Tetapi pihak perbankan tidak proaktif untuk memudahkan pemberian bantuan modal usaha bagi petani kakao. Dengan adanya masalah ini, Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Sulawesi Barat akan menggagas bank pertanian desa dengan harapan dapat membantu petani dalam rangka mengembangkan usaha pertaniannya (KR-ACO, 2012). e. Panjangnya Mata Rantai Niaga Pertanian Mata rantai niaga di Sulawesi Barat memiliki banyak ragam dari setiap komoditas. Untuk komoditas tanaman pangan seperti beras, memiliki rantai perdagangan yang cukup panjang. Ini mengakibatkan harga yang diterima masyarakat terlalu mahal. Padahal para petani menjual dengan harga yang jauh lebih murah. Ini terjadi karena distribusinya terlalu panjang. Setelah dari petani gabah dikumpulkan oleh para tengkulak, dan kemudian digiling untuk dijual dalam bentuk beras. Namun ini tidak langsung diterima oleh konsumen, melainkan dialirkan ke tengkulak lain yang secara tidak langsung akan menaikkan harga di tingkat konsumen. Ini merupakan kendala yang terjadi dalam tata niaga beras di Sulawesi Barat (Panggabean, 2011). Sedangkan pada komoditas kakao tidak memiliki permasalahan pada mata rantai tata niaga. Untuk solusi yang kami sarankan untuk mengatasi masalah distribusi beras di Sulawesi Barat adalah: 1. Dengan memperpendek jalur perdagangan agar harga tidak terlalu jauh dari harga petani 2. Dengan membentuk kelembagaan yang menampung hasil petani agar petani memiliki kejelasan dalam menjual hasil pertanian.

3. Dengan mengatur pola distribusi perdagangan agar petani tidak dipermainkan pasar. Misal dengan memberikan penyuluhan pengelolaan penanaman agar produksi stabil dan tidak terjadi kelangkaan ataupun kelebihan pasokan sehingga harga berfluktuasi terlalu tajam.

BAB III KESIMPULAN Dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dalam sektor pertanian, setiap daerah pastti memiliki masalah utama yang menjadi kendala bagi daerah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dalam program dan strateginya untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini juga dihadapi oleh Mamuju, Sulawesi Barat, yang baru menjadi suatu provinsi baru. Dari beberapa studi kasus ditemukan masalah yang senantiasa muncul di sektor pertanian Sulawesi Barat, antara lain: penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya lahan pertanian, terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian, adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi, terbatasnya akses petani terhadap modal, serta masih panjangnya mata rantai tat niaga pertanian. mungkin di daerah lain juga mengalami masalah tersebut, namun penyelesaian masalah tiap daerah berbeda, tergantung pada kondisi lingkungan dan kemampuan pemerintah dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Burhan, Ruslan. 2013. Pemkab Mamuju Bangun Irigasi 2700 meter. ANTARA News. 13 Januari 2013. Jumardin, Akas. 2010. Ingin Jadikan Sulbar sebagai Brunei Kedua. Seputar Indonesia, 24 Juli 2010. KR-ACO. 2012. Perbankan Tidak Serius Membantu Petani Kakao. ANTARA News. 14 November 2012. Panggabean, Rossa. 2011. Warga Mamuju Keluhkan Kenaikan Harga Beras. ANTARA News. 15 September 2011. Ridwan, Mohammad. 2012. Kurangi Habit Impor Beras, Sulbar dan Tingkatkan Irigasi. Lensa Indonesia. 25 Februari 2012. T. KR-MFH. 2011. Distanak Mamuju Kelola Anggaran Pertanian Rp. 10 Miliar. ANTARA News. 29 November 2011.