HUBUNGAN ANTARA ATOPI DENGAN RIWAYAT PENYAKIT ALERGI DALAM KELUARGA DAN MANIFESTASI PENYAKIT ALERGI PADA BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan respon imun yang abnormal dari tubuh. Reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Royong I Surabaya terhadap 75 anak umur 2-14 tahun sejak 8 Juni-9 Agtustus

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. Kelamin Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya Periode 16 Juni. 2. Pada 6 orang pasien yang memiliki riwayat Rinitis Alergi,

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI PADA USIA 0-3 BULAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ALERGI PADA BAYI

Faktor Risiko Rinitis Alergi Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT- KL Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2011

HUBUNGAN RINITIS ALERGI DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIAL PADA SISWA/I SMPN 1 MEDAN. Oleh: JUNIUS F.A. SIMARMATA

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Prevalensi asma semakin meningkat baik di negara maju maupun negara

PREVALENSI GEJALA RINITIS ALERGI DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

PREVALENSI WHITE DERMOGRAPHISM PADA DERMATITIS ATOPIK DI POLI ANAK KLINIK PRATAMA GOTONG ROYONG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU. RSUP. H. Adam Malik, Medan

RIWAYAT ATOPI PADA PASIEN DENGAN KELUHAN GATAL DI POLI PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI

Relationship between the Degree of Severity Atopic Dermatitis with Quality of Life Patiens in Abdul Moeloek Hospital Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

HUBUNGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN RIWAYAT ATOPI DAN MASA KERJA PADA PEKERJA SALON DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ALERGI PADA ANAK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit. peradangan kulit kronik spesifik yang terjadi pada

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

Prevalens Asma Pada Siswa Usia Tahun Berdasarkan Kuesioner ISAAC di Jakarta

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. gambaran dermatitis atopik pada anak usia 0 7 tahun yang terpapar. diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

NILAI ATOPI KELUARGA MENENTUKAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI USIA 0-4 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN DERMATITIS ATOPI PADA BALITA DI RSUD DR. SOEDJATI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. dermatitis atopik. White Dermographism pertama kali dideskripsikan oleh Marey

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

Wiwien Heru Wiyono Departement of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia/ Persahabatan Hospital Jakarta

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

HASIL DAN PEMBAHASAN. 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0. Deskripsi Rerponden

ABSTRAK. Pengaruh Kompetensi Bidan di Desa dalam Manajemen Kasus Gizi Buruk Anak Balita terhadap Pemulihan Kasus di Kabupaten Pekalongan Tahun 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah di kota Yogyakarta usia 6-15 atau lahir kurun waktu

1. Personil Penelitian 1. Ketua penelitian Nama : dr. Mardiana Hasibuan Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK- USU/RSHAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. imunologis, yaitu akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu,

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT ALERGI KELUARGA, LAMA SAKIT DAN HASIL TES KULIT DENGAN JENIS DAN BERATNYA RINITIS ALERGI ARTIKEL

Prevalens Asma Bronkial Berdasarkan Kuesioner ISAAC dan Perilaku Merokok pada Siswa SLTP di Daerah Industri Jakarta Timur

Prevalensi penyakit alergi dilaporkan meningkat,

Validitas Hasil Pemeriksaan Skin Prick Test terhadap Imunoglobulin E RAST Tungau Debu Rumah dan Debu Rumah pada Dermatitis Atopik

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Permasalahan. Alergen adalah zat yang biasanya tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

TESIS HUBUNGAN KEJADIAN ASMA DENGAN JUMLAH SAUDARA KANDUNG PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ATOPI JOHAN EL HAKIM SIREGAR / IKA

PROFIL PENDERITA ALERGI DENGAN HASIL SKIN PRICK TEST TDR POSITIF DI POLIKLINIK ALERGI-IMUNOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

DAFTAR PUSTAKA. Anonim ISAAC International Data Centre.in Diakses pada 27 Februari 2011.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Rinitis alergika merupakan penyakit kronis yang cenderung meningkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TINGKAT KEJADIAN DERMATITIS ATOPI PADA BALITA DI RSUD DR. SOEDJATI PURWODADI

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. 2. Pradono, Senewe, dkk, Transisi Kesehatan di Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan Edisi Desember 2005.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi barier epidermal, infiltrasi agen inflamasi, pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ASMA BRONKIALE BERKAITAN DENGAN RINITIS ALERGI. : dr. July Ivone, MKK, MPd. Ked

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI JAJANAN TIDAK SEHAT DENGAN DERAJAT ASMA PADA ANAK USIA 3-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengganggu aktivitas sosial (Bousquet, et.al, 2008). Sebagian besar penderita

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA ATOPI DENGAN RIWAYAT PENYAKIT ALERGI DALAM KELUARGA DAN MANIFESTASI PENYAKIT ALERGI PADA BALITA Endah Weninggalih, Cissy B Kartasasmita, Budi Setiabudiawan Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung ABSTRAK Prevalensii penyakit alergi cenderung meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik dibuktikan dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Penyakit alergi merupakan gejala alergi pada individu yang atopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah atopi dan riwayat penyakit alergi dalam keluarga merupakan faktor risiko timbulnya manifestasi penyakit alergi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Garuda, Babakan Sari dan Padasuka Bandung selama bulan Februari-Maret 2007 dengan rancangan cross sectional. Subjek yang telah mempunyai data hasil uji tusuk kulit (UTK) dan ada tidaknya riwayat penyakit alergi dalam keluarga dilakukan pengisian kuesioner standar The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan pemeriksaan fisis. Subjek dinyatakan atopi bila hasil UTK positif. Hubungan antara variabel dianalisis dengan metode Ki kuadrat dan rumus Mantel Haenszel untuk mengkontrol c\onfounding variabel. Jumlah subjek sebanyak 260 anak (92%), terdiri dari 130 anak dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dan 130 anak tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Berdasarkan UTK didapat 70 anak atopi dan 190 anak nonatopi. Manifestasi penyakit alergi terdapat pada 86 anak (33,08%). Manifestasi terbanyak adalah rinitis alergika 41 anak (15,77%), kemudian dermatitis atopik 18 anak (6,92%), dan asma 5 anak (1,92%). terdapat pada 57,1% anak atopi dan 24,2% anak nonatopi. terdapat pada 41,5% anak dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dan 24,6% anak tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Atopi mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan manifestasi penyakit alergi pada balita, namun riwayat penyakit alergi dalam keluarga juga mempunyai hubungan sehingga merupakan hal yang penting untuk ditanyakan kepada orang tua. Kata kunci: Manifestasi penyakit alergi, atopi, riwayat penyakit alergi dalam keluarga ASSOSIATION BETWEEN ATOPY WITH ALLERGIC HISTORY IN THE FAMILY AND ALLERGIC DISEASE IN UNDER FIVE YEAR OLD CHILDREN ABSTRACT There was an increase in prevalence of allergic diseases in the last decade. This was because of genetic and environmental factors. Genetic factor were proven by allergic history in the family. Allergic reaction in individu with atopy determined as allergic disease.the aim of this study was to know whether atopy and family allergic disease were risk factors for the occurrence of allergic disease manifestation. This study was conducted at Garuda, Padasuka and Babakan Sari Primary Health Center in Bandung, Indonesia, during February-March 2007, with cross sectional designed. Subjects with skin prick test (SPT) result and history or no history allergic disease data were questioned by The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) and physical examination. Data were analyzed using chi square and Mantel Haenszel test for confounding variables. A total of 260 (92%) children joined the third phase; consisted of 130 children with family history of allergic and 130 children without family history of allergic. Based of SPT consisted of 70 children with positive results and 190 children with negative results. The incidence of allergic disease was confirmed in 86 (33.08%) children: 41 (15.77%) children with allergic rhinitis, 18 (6.92%) children with atopic dermatitis, and 5 (1.92%) with asthma. Allergic diseases manifestation were confirmed in 57.1% atopy children and 24.2% nonatopy children. Allergic diseases manifestation were confirmed in 41.5% children with and 24.6% children without family history of allergic. Atopy has stronger association with allergic disease manifestation in under five children, but family history of allergic also has association so it's important to ask parents. Key words: Allergic diseases manifestation, atopy, family history of allergic Alamat Korespondensi: Endah Weninggalih, dr. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No.38 Bandung 40163 Indonesia, Telp. 022-2035957, email: erosmayudi@yahoo.com

PENDAHULUAN Prevalensi penyakit alergi meningkat dalam dekade terakhir baik di negara maju maupun di 1 negara berkembang. Peningkatan ini disebab- 2-4 kan karena faktor genetik dan lingkungan. Namun prevalensi di negara berkembang, termasuk Indonesia, lebih rendah dibandingkan 1 dengan negara maju. Prevalensi yang lebih rendah di negara berkembang ini kemungkinan 5 dipengaruhi faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tersebut antara lain alergen, infeksi, ketegangan psikologis, dan 6 gaya hidup. Beberapa penelitian membuktikan peningkatan paparan terhadap penyakit infeksius dan produk mikroba (endotoksin), berhubungan dengan gaya hidup yang kurang bersih pada komunitas negara berkembang dibandingkan negara maju, sehingga menyebabkan deviasi imun dari perkembangan sistem imun menjadi respons nonalergi. Hal ini disebut 5,7 sebagai hygiene hypothesis. Faktor genetik dapat dibuktikan dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Seorang anak yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit alergi akan berisiko mengalami penyakit alergi dua sampai tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak punya riwayat penyakit alergi di keluarga- 6,8 nya. Penyakit alergi seperti dermatitis atopik (DA), alergi makanan, asma, dan rinokonjungtivitis merupakan penyakit kronik yang paling sering terjadi pada anak. Penyakit ini merupakan gejala alergi pada individu yang atopi. Atopi adalah kecenderungan personal dan/atau familial, biasanya pada masa anak atau remaja, untuk tersensitasi dan menghasilkan IgE sebagai respons terhadap pajanan alergen, biasanya protein. Istilah atopi tidak dapat digunakan sebelum adanya bukti sensitisasi IgE yang ditandai dengan radio allergo sorbent testing 9 (RAST) atau uji tusuk kulit (UTK) positif. Munculnya gejala pada usia tertentu yang berbeda-beda dari masing-masing penyakit alergi merupakan perjalanan alamiah penyakit yang disebut atopic march. Manifestasi penyakit alergi yang pertama kali timbul pada anak adalah DA yang dapat timbul sejak lahir, selanjutnya alergi makanan, kemudian diikuti asma, dan rinitis alergi. Seluruh manifestasi tersebut telah timbul pada lima tahun pertama 10 kehidupan. Hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang menghubungkan atopi dan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dengan manifestasi penyakit alergi pada anak bawah lima tahun (balita). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah atopi dan riwayat penyakit alergi dalam keluarga merupakan faktor risiko timbulnya manifestasi penyakit alergi pada balita di Indonesia. METODE Penelitian komparatif observasional dengan rancangan cross sectional ini dilakukan bulan Februari hingga Maret 2007 di wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari, Padasuka dan Garuda di kota Bandung. Data mengenai riwayat penyakit alergi dalam keluarga diambil dari kuesioner berdasarkan anamnesis dari orang tua. Ukuran sampel adalah seluruh anak yang telah dilakukan UTK yaitu sebanyak 284 anak, terdiri dari 80 anak dengan atopi dan 204 anak nonatopi. Subjek tidak ikut dalam penelitian bila pindah alamat. Penelitian dilakukan dengan cara anamnesis menggunakan kuesioner standar the International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) untuk alergi yang telah divalidasi guna melihat manifestasi penyakit 11 alergi pada anak. Analisis statistik menggunakan uji Ki kuadrat yaitu untuk menguji hubungan variabel data kualitatif. Untuk menilai hubungan atopi dan manifestasi penyakit alergi pada balita, dengan confounding variabel riwayat penyakit alergi dalam keluarga digunakan rumus Mantel Haenszel. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Hasan Sadikin. HASIL Terdapat 260 anak (92%) berusia antara 44-52 bulan yang mengikuti penelitian ini. Subjek terdiri dari 130 anak dengan dan 130 anak tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Berdasarkan UTK didapat 70 anak atopi dan 190 anak nonatopi. Berdasarkan kuesioner ISAAC didapatkan 86 dari 260 anak (33,08%) mempunyai manifestasi penyakit alergi. Karakteristik jenis kelamin, usia, berat dan tinggi badan, serta status gizi antara anak dengan dan tanpa manifestasi penyakit alergi dapat dilihat pada Tabel 1. pada balita berdasarkan kuesioner ISAAC dapat dilihat pada Gambar. yang paling banyak pada penelitian ini yaitu rinitis alergika sebanyak 41 balita (15,77%), kemudian dermatitis atopik sebanyak 18 balita (6,92%), dermatitis atopik dan rinitis alergika sebanyak 12 balita (4,62%), asma sebanyak lima balita (1,92%), asma dan rinitis alergika sebanyak lima balita (1,92%), dermatitis atopik, asma, dan rinitis alergika sebanyak empat balita (1,54%), serta dermatitis atopik dan asthma pada satu orang balita (0,38%). pada balita terjadi baik pada kelompok balita

atopi maupun nonatopi. Analisis statistik kejadian manifestasi penyakit alergi pada balita berdasarkan atopi dan nonatopi dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kejadian asma (p=0,076), dermatitis atopik (p=0,022), rinitis alergika (p=0,000), dan seluruh manifestasi penyakit alergi (p=0,000) berbeda bermakna antara balita atopi dan nonatopi. terjadi baik pada balita dengan maupun tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Analisis statistik kejadian manifestasi penyakit alergi pada balita berdasarkan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa kejadian asma (p=0,003), rinitis alergika (p=0,020), dan seluruh manifestasi penyakit alergi (p=0,004) Tabel 1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Manifestasi Karakteristik Subjek Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Usia (bulan) X (SB) Rentang Berat Badan (kg) X (SB) Rentang Tinggi Badan (cm) X (SB) Rentang Status Gizi Gizi lebih Gizi baik KEP ringan KEP sedang KEP berat Manifestasi N (%) N (%) 39 (45,3%) 47 (54,7%) 86 48,4 (1,75) 45-52 14,6 (1,70) 10,2 18 96,97 (5,65) 73 111 2 (2,3) 67 (77,9) 11 (12,8) 5 (5,8) 1 (1,2) 78 (44,8%) 96 (55,2%) 174 48,3 (1,58) 44 52 14,85 (2,64) 11,3 25 95,53(5,25) 85-115 7 (4,0) 131 (73,3) 26 (14,9) 9 (5,2) 1 (0,6) p 0,937 0,965 0,715 0,401 0,935 0,880 0,763 0,837 0,795 174 Asma ( 5) Rinitis Alergika/RA (41) Dermatitis Atopik/DA (18) Asma+RA (5) 5 Asma+DA (1) DA+RA (12) Asma+DA+RA (4) 41 Tidak ada (174) 4 12 1 5 18 Gambar Kejadian Manifestasi pada Balita Tabel 2 Kejadian Manifestasi pada Balita Berdasarkan Atopi dan Nonatopi Manifestasi pada Balita Asma Dermatitis atopik Rinitis Alergika Atopi 7 10 63 90 15 21,4 55 78,6 30 42,9 40 57,1 40 57,1 30 42,9 Nonatopi 8 4,2 182 95,8 20 10,5 170 89,5 32 16,8 158 83,2 46 24,2 144 75,8 Kemaknaan 2 = 3,154 p = 0,076* 2 = 5,21 p = 0,022* 2 = 19,064 p = 0,000* 2 = 25,062 p = 0,000* Keterangan: * p < 0,05

Tabel 3 Kejadian Manifestasi pada Balita Berdasarkan Riwayat dalam Keluarga Manifestasi pada Balita Asma Dermatitis atopik Rinitis Alergika Keterangan: * p < 0,05 Riwayat dalam Keluarga Atopi/ Nonatopi Riwayat dalam keluarga 13 10 117 90 21 16,2 109 83,8 39 31,21 91 68,79 54 41,5 76 58,5 (+) (-) 2 1,5 128 98,5 14 10,8 116 89,2 23 16,78 107 83,22 32 24,6 98 75,4 Kemaknaan 2 = 8,561 p = 0,003* 2 = 1,618 p = 0,203 2 = 5,422 p = 0,020* 2 = 8,410 p = 0,004* Tabel 4 Kejadian Manifestasi Berdasarkan Riwayat dalam Keluarga dan Atopi RR (95% CI) (+) Atopi 28 12 3,50 (2,25 5,44) Nonatopi 26 64 1,44 (0,87 2,40) (-) Atopi 12 18 2,00 (1,11 3,60) Nonatopi 20 80 1,0 berbeda bermakna antara balita dengan dan tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga, sedangkan pada kejadian dermatitis atopik tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,203). pada balita terdapat pada balita dengan dan tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga, kemudian dihubungkan berdasarkan atopi dan nonatopi. Analisis statistik kejadian manifestasi penyakit alergi pada balita berdasarkan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dan atopi dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa kejadian manifestasi penyakit alergi pada balita atopi dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan anak nonatopi yang tidak mempunyai riwayat penyakit alergi dalam keluarga. Dengan rumus Mantel-Hanszel didapat 2 = 21,66, dengan nilai p < 0,001; RR=2,36; 95% IK: 1,64 3,13. Hal ini berarti terdapat hubungan antara atopi dan timbulnya manifestasi penyakit alergi pada balita, dengan confounding variable riwayat penyakit alergi dalam keluarga. PEMBAHASAN Jumlah subjek yang mengikuti penelitian ini ada 260 balita. Pada penelitian ini terdapat 86 (33%) balita yang mempunyai manifestasi penyakit alergi. Karakteristik jenis kelamin, usia, berat badan, dan tinggi badan balita serta status gizi antara balita dengan dan tanpa manifestasi penyakit alergi tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Penelitian yang dilakukan 12 Hafsah pada tahun 2005 mendapatkan kejadian penyakit alergi lebih banyak terjadi pada anak laki-laki (53%). Penelitian lain di Inggris juga menunjukkan bahwa anak laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk mempunyai 13 DA. Hubungan antara jenis kelamin dan asma bervariasi sesuai usia. Pada masa awal anakanak, kejadian asma lebih sering terjadi pada anak laki-laki, namun pada usia lebih tua kejadian asma seimbang antara anak laki-laki 14 dan perempuan. Manifestasi penyakit alergi terbanyak pada penelitian ini adalah rinitis alergika yaitu sebanyak 41 (15,77%) balita, kemudian diikuti DA sebanyak 18 (6,92%) balita, dan asma sebanyak lima (1,92%) balita. Hal ini berbeda dengan penelitian di Australia yaitu pada usia 6-7 tahun terdapat penyakit asma sebanyak 27%, 15 DA sebanyak 23%, dan rinitis alergika 18%. Hasil yang berbeda ini diduga karena adanya perbedaan lingkungan dan usia subjek. Hasil penelitian ini mendapatkan kejadian rinitis alergika lebih tinggi daripada DA, hal ini tidak sesuai dengan atopic march yang

menyatakan rinitis alergika biasanya meningkat 10 setelah usia lima tahun. Penyebabnya karena pada penelitian ini hanya menggunakan kuesioner berdasarkan anamnesis dari orang tua. Saat penelitian tidak ditemukan kasus rinitis alergika secara klinis, maka mungkin ada estimasi yang salah. Manifestasi penyakit alergi terdapat pada 40 dari 70 (57,1%) anak atopi. Kejadian asma terjadi pada 15 anak, sebanyak 47% (tujuh anak) di antaranya adalah atopi. Hal ini serupa dengan penelitian di Kenya, kejadian asma terjadi pada 40% subjek dengan hasil UTK positif 2 (atopi). Penelitian lain menunjukkan hasil UTK positif terhadap aeroallergen berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya 14 wheezing. Manifestasi penyakit alergi pada penelitian ini terdapat pada 54 dari 130 (41,5%) anak dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga dan 32 dari 130 (24,6%) anak tanpa riwayat penyakit alergi dalam keluarga, perbedaan ini bermakna secara statistik (p=0,004). 6 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Koning et al menyebutkan bahwa bila salah satu orangtua memiliki penyakit alergi maka anak mempunyai risiko 20 40% menderita penyakit alergi. Apabila kedua orangtuanya memiliki penyakit alergi maka risiko menjadi 60 80%, apabila saudara kandung memiliki penyakit alergi maka anak mempunyai risiko 20 30%. Sedangkan bila orangtua tidak memiliki penyakit alergi maka risiko anak menderita penyakit penyakit alergi sebesar 10%. Namun pada penelitian ini tidak diperinci anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit alergi. Kelemahan penelitian ini antara lain ini adalah kriteria diagnosis manifestasi penyakit alergi yang ditegakkan berdasarakan kuesioner ISAAC. Saat penelitian peneliti tidak mendapatkan kasus penyakit alergi secara klinis sehingga ada kemungkinan estimasi yang salah terhadap penyakit alergi. Kemungkinan ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan gambar manifestasi penyakit alergi saat wawancara. Kelemahan lain adalah timbulnya kasus baru penyakit alergi dapat lebih banyak ditemukan pada anak lebih besar karena secara klinis onset penyakit dapat 10,16 terjadi pada usia yang berbeda-beda. Penelitian ini mengambil subjek usia bawah lima tahun sehingga diharapkan temuan diagnosis penyakit alergi juga akan lebih banyak terjadi mengingat terdapatnya atopic march. Berdasarkan atopic march penyakit alergi dengan prevalensi tertinggi pada usia lima tahun adalah DA dan yang 10 terendah adalah rinitis alergika. Selain itu terdapat kelemahan data tentang riwayat penyakit alergi dalam keluarga pada penelitian ini mungkin kurang akurat karena ditegakkan hanya berdasarkan anamnesis tanpa disertai pemeriksaan penunjang, misalnya kadar IgE total dan IgE spesifik atau UTK pada anggota keluarga yang diduga menderita penyakit alergi. Kesimpulan penelitian ini adalah atopi mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan manifestasi penyakit alergi pada balita, namun riwayat penyakit alergi dalam keluarga juga mempunyai hubungan sehingga merupakan hal yang penting untuk ditanyakan kepada orangtua. DAFTAR PUSTAKA 1. The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) Steering Committee. Worldwide variation in prevalence of symptoms of asthma, allergic rhinoconjuctivitis, and atopic eczema: ISAAC. Lancet. 1998;351:1225-32. 2. Weinberg EG. Urbanization and childhood asthma in South Africa. ACI International. 2000;suppl I:39-42. 3. Yadav M. Maternal factors in atopy. Medical Progress. 2000;27:15-22. 4. Kay AB. Allergy and allergic diseases. N Eng J Med. 2001;344:30-7. 5. Gold MS, Kemp AS. Atopic disease in childhood. MJA. 2005;182:298-304. 6. Koning H, Baert MRM, Oranje AP, Savelkoul HFJ, Neijems HJ. Development of immune factors, related to allergic mechanisms, in young children. Dalam: Koning H, penyunting. T and B cell activation in childhood allergy. Rotterdam: Pubmed; 2000. hlm. 11-41. 7. Romagnani S. Allergy: is it a TH2-predominant disease? Pro. Dalam: Isolauri E, Walker WA, penyunting. Allergic diseases and the environment. Switzerland: Karger; 2004. hlm. 69-95. 8. Kjellman NIM. Prediction and prevention of atopic allergy. Dalam: Hamsten MVH, Wickman M, penyunting. 30 years with IgE. Copenhagen: Munksgaard; 2000. hlm. 73-7. 9. Johansson SGO, Bieber T, Dahl R, Friedmann PS, Lanier BQ, Locley RF, et al. Revised nomenclature for allergy for global use: report of the nomenclature review committee of the world allergy organization, October 2003. J Allergy Clin Immunol. 2004;113:832-6. 10. Barnetson RSC, Rogers M. Childhood atopic eczema. BMJ. 2002;324:1376-9. 11. Asher MI, Keil U, Anderson HR, Beasley R, Crane J, Martinez F, et al. International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC): rationale and methods. Eur Resp J. 1995;8:483-91. 12. Hafsah T. Hubungan antara kejadian penyakit atopik pada anak dan status IgE tali pusat saat lahir serta riwayat penyakit atopik dalam

keluarga. Tesis. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2005. 13. Morgan J, Williams P, Norris F, Williams CM, Larkin M, Hampton S. Eczema and early solid feeding in preterm infants. Arch Dis Child. 2004;89:309-14. 14. Asher MI, Grant C. Epidemiology of asthma. Dalam: Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Disorders of the respiratory tract in children. Edisi ke-7. Philadelphia: Saunders; 2006. h. 762-85. 15. Gold MS, Kemp AS. Atopic disease in childhood. MJA. 2005;182:298-304. 16. Kristal L, Klein PA. Atopic dermatitis in infants and children. An update. Pediatri Clin North Am. 2000;47:877-95.