BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB III. Hasil Penelitian & Analisa. Dalam BAB ini penulis akan memaparkan hasil-hasil penelitian berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II PENDEKATAN TEORI. Pada Bab II Ini peneliti akan menggunakan teori-teori yang mendukung Judul

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

BAB I

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

UKDW. Bab I Pendahuluan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir karena ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus misalnya. Setiap orang berusaha mencari pasangan hidupnya masing-masing. Membina hubungan dan saling mengenal satu dengan yang lain, hingga pada akhirnya memutuskan untuk menikah. Pernikahan adalah persekutuan hidup antara laki-laki dan perempuan atas dasar ikatan cinta kasih secara total. 1 Pada saat sepasang muda-mudi akan merencanakan pernikahan, seringkali mereka menaruh harapan, bahwa kehidupan pernikahan mereka akan selalu bahagia dengan cinta yang mereka miliki. Namun pada kenyataan yang seringkali terjadi adalah bahwa tidak seperti yang dibayangkan. Ada begitu banyak masalah dan tantangan yang akan dihadapi oleh pasangan suami isteri dalam menjalani kehidupan Rumah Tangga. Satu atau dua tahun sesudah perkawinan pasti suasana akan berubah, mungkin sangat berubah seperti matahari di tengah siang bolong. 2 Hal ini berarti bahwa perjalanan kehidupan rumah tangga tidak akan berjalan tanpa adanya masalah didalamnya. Di dalam perkawinan harus ada ruang untuk perbedaan pendapat tentang hal-hal yang tidak prinsipil, sebab hanya dengan jalan itu 1 Loekmono, Lobby J.T., Konseling Pernikahan (Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana, 1989),hal.9. 2 Ibid., hal.16.

suami isteri dapat saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi. 3 Pada kenyataannya, tidak sedikit Rumah Tangga yang berakhir karena masalah-masalah tersebut. Hal tersebut terbukti dari kenyataan yang sering kita lihat di sekitar kita, baik itu terjadi di keluarga kita, tetangga kita maupun melalui informasi yang ada di berbagai media massa. Dewasa ini ada begitu banyak pasangan suami isteri yang pada awalnya bahagia, namun pada akhirnya memutuskan untuk bercerai (berpisah). Perceraian sudah bukan hal yang baru lagi di Indonesia, bahkan hal tersebut sudah menjadi gaya hidup di Negara ini. Salah satu media massa, antara lain, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Dan hal tersebut terbukti dengan data-data yang tercatat di pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri. Dari sumber media disebutkan, bahwa jumlah perceraian di Indonesia semakin meningkat. Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), kurun 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. 4 Penyebab suatu pernikahan tersebut gagal karena pasangan suami istri tidak memahami dengan jelas tentang diri mereka sendiri, tentang peran mereka sebagai suami isteri. Mereka tidak memahami pasangan hidup mereka, dan mereka tidak memahami pernikahan serta konsekuensi-konsekuensinya. 5 Pasangan Suami Istri tidak memikirkan perihal merencanakan pertumbuhan bagi pernikahan mereka. Mereka beranggapan bahwa hubungan pernikahan mereka akan bertumbuh secara otomatis dengan sendirinya, 3 Abineno, J.L. Ch, PERKAWINAN (Persiapan, persoalan-persoalan dan pembinaanya), (Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1983)., 14 4 http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/01/inilah-penyebab-perceraian-tertinggi-di-indonesia/ 5 Loekmono, Lobby J.T., Konseling Pernikahan (Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana, 1989)., 48-49.

padahal tidak demikian kenyataannya. 6 Pemahaman tentang pernikahan dan segala konsekuensi-konsekuensi di dalamnya perlu dipahami dengan baik oleh pasangan sebelum memasuki kehidupan pernikahan tersebut, sehingga mereka dapat mengetahui kekurangan dari diri sendiri dan pasangannya masing-masing, dan masalah-masalah yang mungkin akan timbul akibat dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat diantisipasi sejak awal. Oleh karena itu sangat penting adanya suatu persiapan yang serius bagi calon pasangan suami istri sebelum mereka memasuki kehidupan pernikahan. Keluarga yang baik perlu dipersiapkan lama, sebab keluarga yang baik adalah faktor utama untuk keselamatan (kesejahteraan), baik pribadi, masyarakat, maupun gereja. 7 Katekisasi Pranikah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gereja. Pelayanan ini menjadi penting oleh karena mengajarkan kebenaran fundamental tentang iman Kristen bagi pasangan-pasangan Kristen. Abineno mengungkapkan bahwa: katekese bukanlah hanya pelayanan sampingan saja dari gereja: sama seperti pelayananpelayanan gerejawi yang lain, demikian pula katekese adalah pelayanan pokok dan merupakan fungsi dasariah dari gereja. 8 Gereja memiliki tanggung jawab dalam memberikan bimbingan dan pendidikan bagi jemaatnya, termasuk memberikan Katekisasi Pranikah bagi calon pasangan yang akan menikah. Sebelum menyatukan sepasang muda-mudi yang akan menikah, seorang pendeta harus menolong mereka memiliki pemahaman yang benar tentang pernikahan dan memberikan mereka bekal spiritualitas sebagai pegangan calon pasangan pada saat mereka menikah nantinya. 6 Dave & Nate Jackson, Paket Pelajaran bagi pasutri-pasutri baru (Memulai dan Membangun Keluarga Bersama), (Malang: Departemen Literatur Saat, 2002)., 115. 7 Tim pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG, Kursus Persiapan Hidup berkeluarga (Yogyakarta:Penerbit Kanisius,2007), Hal.14. 8 Seba, Otniol H. Seba, Katekisasi: Pergumulan dan Tantangan Gereja Masa Kini, http://gkagloria.or.id/artikel/a11.php

Karena dasar yang kuat di awal pernikahan, akan menjadi pondasi yang baik dalam mempertahankan suatu kehidupan rumah tangga yang harmonis. Dewasa ini Katekisasi Pranikah dianggap sebagai sekedar formalitas semata, hanya sebagai syarat untuk bisa melangsungkan pernikahan di Gereja, sehingga seringkali di banyak Gereja di Indonesia, kurang begitu serius dalam memberikan Katekisasi Pranikah bagi calon Pasangan Kristen. GKPB (Gereja Kristen Protestan di Bali) Philadelphia merupakan sebuah gereja yang terletak di wilayah kelurahan Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Tempatnya yang sangat dekat dengan Pantai Kuta (salah satu Pantai terkenal di Pulau Bali), membuat Gereja ini menjadi salah satu alternatif bagi para wisatawan asing maupun lokal untuk beribadah. Letaknya yang strategis membuat beberapa orang dari berbagai tempat yang berbeda bertemu dan tidak sedikit yang menjalin hubungan berpacaran hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Hal tersebut mengakibatkan selain melayani pemberkatan nikah antar Warga Negara Indonesia (WNI) GKPB Philadelpia juga sering melayani Pernikahan Warga Negara Asing (WNA). Alasan penulis memilih GKPB Philadelpia sebagai lokasi penelitian karena penulis melihat seringkali pernikahan Asing yang terjadi di gereja tersebut tanpa melalui Katekisasi Pranikah, Penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana Katekisasi Pranikah bagi warga Jemaat Asli maupun Asing di jemaat tersebut, dan bagaimana pemahaman warga jemaat asli dan warga jemaat asing memaknai pernikahan Kristen dan juga bagaimana pemahaman mereka tentang Katekisasi Pranikah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis memilih judul skripsi: KETEKISASI PRANIKAH (Tinjauan terhadap Pelayanan Katekisasi Pranikah di Jemaat Gereja Kristen Protestan di Bali Jemaat Philadelpia) 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelayanan Katekisasi Pranikah di GKPB Philadelpia? 2. Bagaimana Pemahaman warga jemaat Asli maupun warga Jemaat Asing tentang Pernikahan? 3. Bagaimana Pemahaman warga jemaat Asli maupun warga Jemaat Asing tentang Katekisasi Pranikah? 1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki tujuan : 1. Mendeskripsikan pelayanan Katekisasi Pranikah di GKPB Philadelpia. 2. Memaparkan bagaimana pemahaman warga jemaat Asli maupun warga Jemaat Asing tentang hakikat pernikahan. 3. Memaparkan sejauh mana pemahaman warga jemaat Asli maupun warga Jemaat Asing tentang Katekisasi Pranikah.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangsih bagi ilmu pengetahuan teologi untuk memahami Pentingnya Katekisasi Pranikah bagi calon pasangan Kristiani. Adapun manfaat penulisan skripsi ini agar Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philadelpia dapat meninjau ulang Pelayanan Katekisasi Pranikah agar bisa lebih baik lagi. Di samping itu, manfaat penulisan ini bagi calon Pasangan Kristen adalah mereka dapat memiliki pemahaman yang benar diawal pernikahan mereka, serta dapat memahami pentingnya Katekisasi Pranikah diawal pernikahan agar pernikahan yang mereka jalani dapat terjadi atas kehendak Tuhan. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang mana pendekatan kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis. 9 Untuk itu penulis menggunakan metode deskriptif, yang mana metode deskriptif adalah prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik, dan lain-lain) sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang. 10 9 Nawawi H. Hadari, H. M. Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992), Hal. 209. 10 Ibid, Hal.67.

Sumber Data akan di dapat melalui: 1. Data Primer Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama, data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file, data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data (Narimawati 2008:98). Data sekunder diperoleh dengan cara: a. Wawancara Wawancara adalah alat pengumpul data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan. 11 b. Observasi adalah pengamatan secara langsung maupunt tidak langsung dilakukan pada waktu pelaksanaan Katekisasi Pranikah. Tehknik pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu dalam pengumpulan data sebagaimana yang di harapkan penyusun. 12 2. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, data diperoleh dari studi pustaka maupun dari sumber bacaan lain yang ada hubungannya dengan Katekisasi Pranikah (Sugiono 2008:402). 11 Ibid. Hal.98. 12 Mardalis, Metode Peneltian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Askara, 2003)

3. Sumber Data Informan Kunci: Pendeta Jemaat dan Sekretaris gereja. Subyek penelitian: 6 Orang Pasangan yang menikah di Gereja Kristen Protestan di Bali Jemaat Philadelpia 4. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah GKPB (Gereja Kristen Protestan di Bali) Philadelpia yang terletak di wilayah kelurahan legian, kecamatan Kuta, kabupaten Badung. Waktu penelitian: penelitian dengan tekhnik wawancara-observasi ini akan dilakukan selama 2 minggu. 1.6 Batasan Masalah Dengan maksud terciptanya konsentrasi pembahasan dan menghindari penelitian yang terlalu luas penulis membatasi penelitian ini pada upaya untuk mengetahui sejauh mana pelayanan Katekisasi Pranikah di GKPB Philadelpia, serta bagaimana pemahaman warga jemaat tentang Pernikahan dan juga pemahaman warga jemaat tentang katekisasi pranikah. Pembahasan masalah ini mengandung konsep pemahaman sebagai berikut: Katekisasi adalah salah satu wadah Pembinaan dan Bimbingan kepada warga gereja yang dilaksanakan oleh Gereja. 13 Pranikah adalah masa-masa sebelum memasuki pernikahan. Sehingga Katekisasi Pranikah yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Katekisasi yang dilayankan gereja bagi para pasangan yang akan menikah atau sudah bertunangan. 13 Pdt.Pieter Pattinasarany, Katekisasi GPIB, http://hotbah.blogspot.com/2008/05/katekisasi-gpib.html, (Akses: 2 Mei 2008)

Jemaat GKPB Philadelpia yang meliputi jemaat Asli dan Asing yang pernah melangsungkan pernikahan di Gereja tersebut. Kriteria Jemaat Asing yang penulis maksudkan dalam Skripsi ini adalah Warga Negara Asing (WNA), Warga Negara dari luar Indonesia. Sedangkan warga jemaat asli yang penulis maksudkan adalah Warga Jemaat yang terdaftar sebagai Anggota Jemaat tetap di GKPB Philadelpia. 1.7 Sistematika Penulisan. Pada Bab I, Pendahuluan Penulis akan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang akan diteliti dengan sistematika sebagai berikut: 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Metode Penelitian 1.6 Batasan Masalah 1.7 Sistematika Penulisan Pada Bab II, Pendekatan Teori. Bab ini akan mencakup serangkaian konsepkonsep teoritis yang terfokus seperti: 2.1 Pernikahan (Untuk meneliti Hakikat Pernikahan Kristen) 2.2 Katekisasi Pranikah (Untuk meneliti Pentingnya Katekisasi Pranikah bagi Jemaat)

2.3 Gereja dan Pernikahan (Untuk meneliti sejauh mana tanggung jawab gereja dalam mempersiapkan pernikahan bagi calon pasangan kristen). Pada Bab III Penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian lapangan, serta menganalisa data hasil penelitian dari Pelayanan Katekisasi Pranikah di GKPB Philadelpia, serta Pemahaman warga jemaat tentang hakikat pernikahan dan pemahaman tentang katekisasi pranikah. Pada Bab IV penulis akan memberikan refleksi teologis berdasarkan permasalahan, hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan Pada Bab V atau Penutup akan memberikan kesimpulan mengenai Pelayanan Katekisasi Pranikah di GKPB Philadelpia, dan mengenai pemahaman warga jemaat tentang hakikat pernikahan dan juga pelayanan katekisasi pranikah. Setelah itu penulis akan memeberikan saran yang membangun, baik bagi Calon Pasangan Kristen maupu bagi gereja sebagai pekerja yang melayani Tuhan.