BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB III LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

Perencanaan Produksi SAP ERP

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Ratih Wulandari, ST., MT

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

KEPENTINGAN STRATEGIS PENJADWALAN JANGKA PENDEK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III LANDASAN TEORI

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada


PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

2 BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

Referensi penunjang: 3. Handoko, T.H., Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta,

BAB I FUNGSI OPERASI 1.1. Definisi Manajemen Operasi

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

ABSTRAK Giffler dan Thompson

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian Penjadwalan

Penentuan Penjadwalan Mesin yang Optimal pada Bagian Produksi di UD. Budi Deli Serdang

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Dalam suatu kegiatan produksi dan operasi, seorang manajer produksi dan operasi harus mampu membina dan mengendalikan arus masukan (input) dan keluaran (output), serta mengelola penggunaan sumber sumber daya yang dimiliki agar kegiatan dan fungsi produksi dan operasi dapat lebih efektif. Kegiatan produksi yang dilakukan merupakan kegiatan dalam menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, sehingga kegiatan ini menjadi sebuah fungsi utama didalam perusahaan. Melalui kegiatan produksi, segala sumber daya input perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan output yang memiliki nilai tambah. Proses kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi disebut proses produksi (manufaktur).

9 Kegiatan produksi adalah merupakan kegiatan yang kompleks, tidak saja mencakup pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengkoordinasikan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan operasi, tetapi juga mencakup kegiatan teknis untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Dengan adanya proses produksi yang efisien dan efektif diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan teknologi dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dimasa yang akan datang. Dalam suatu aktivitas produksi diperlukan suatu rangkaian kegiatan yang dapat dijadikan sebagai acuan didalam pelaksanaan kegiatan proses produksi. Kegiatan proses produksi ini adalah merupakan kegiatan kegiatan produksi yang saling berinteraksi sehingga menjadi suatu system produksi. Dalam system produksi ini ditandai dengan adanya suatu kegiatan input produksi dan output produksi. Ada empat fungsi terpenting dalam produksi dan operasi, yaitu : 1. Proses pengolahan Proses ini merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (input). 2. Jasa jasa penunjang Yang dimaksud dengan jasa jasa penunjang adalah merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

10 3. Perencanaan Perencanaan merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. 4. Pengendalian atau pengawasan Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahn masukan (input) pada kenyataannya dapat dilaksanakan. Manufacturing enginering adalah merupakan sebagai perancangan proses produksi untuk produk. Rekayasa dari produksi mencakup semua hal tentang proses produksi. Termasuk fungsi fungsi seperti pemilihan dan perancangan mesin, tool, jig dan desain peralatan tetap, estimasi biaya, dan perancangan system perawatan dan pengepakan. 2.1.1 Pengertian Sistem Produksi System produksi adalah merupakan kumpulan dari beberapa sub system yang saling berinteraksi untuk mentransformasikan input menjadi output (Nasution, 2006). Adapun sistem produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan dari suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada (Asruri, 1993).

11 Kegiatan produksi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang melakukan proses transformasi dari input menjadi output. Input adalah merupakan masukan sumber daya yang diperlukan. Misalkan berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi adalah merupakan barang jadi, setengah jadi atau jasa yang dihasilkan beserta hasil sampingannya, seperti limbah, informasi dan sebagainya. Melalui proses transformasi, input itu diolah untuk menjadi output yang memiliki nilai tambah. Dalam proses ini biasanya dilengkapi dengan adanya kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Kegiatan umpan balik ini dilakukan dengan cara melakukan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan standar atau acuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil dengan standar, maka dilakukan tindakan koreksi. Hal ini dapat berupa perbaikan dalam komponen input atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga didapatkan output yang dapat sesuai dengan yang diharapkan (standar). Dapat dilihat seperti pada gambar 1.1 yang menerangkan bahwa adanya hubungan Input dengan Output dari proses transformasi system produksi sebagai berikut :

12 Teknologi Ekonomi INPUT OUTPUT Material Tenaga Kerja Dana Mesin Informasi Dana Masuk Proses Transformasi Produk Limbah Informasi Dana Keluar Proses Manajemen Politik Sosial Budaya Gambar 1.1 Input output system produksi Dalam perusahaan manufaktur, input yang diperlukan antara lain berupa material, tenaga kerja, dana/modal, mesin dan informasi. Input ini akan diolah melalui proses transformasi dan menghasilkan output yang memiliki nilai tambah (seperti produk, limbah dan informasi). Dengan adanya umpan balik (feed back) yang dilakukan pada saat pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkan dengan standar atau acuan yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam perusahaan jasa, proses transformasi dapat dilakukan dengan input (seperti tenaga kerja, kendaraan, dan energy) sehingga menjadi output berupa jasa pelayanan pengangkutan barang dari satu tempat ketempat yang lain.

13 Secara umum system produksi adalah merupakan aktivitas untuk mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada dalam proses penciptaan barang atau jasa dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat efektivitas dan efisiensi proses produksi. Dengan cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada. Dalam organisasi manufaktur, system produksi adalah merupakan suatu fungsi internal yang memiliki hubungan dengan lingkungan eksternal melalui penyangga fungsi fungsi organisasi lainnya. 2.1.2 Jenis Jenis Sistem Produksi System produksi menurut proses menghasilkan outputnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu system produksi kontinyu, system produksi terputus dan system produksi repetatif. Perbedaan pokoknya adalah lama waktu set-up peralatan produksi. a. Sistem produksi kontinyu (Continues Process) Sistem produksi kontinyu adalah system produksi yang tidak memerlukan waktu set-up yang lama, karena system ini dalam memproduksi suatu produk secara terus menerus dan jenis produk yang diproduksi produk yang sama dalam jumlah yang besar. Dengan adanya system produksi kontinyu ini, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya.

14 Kelebihan sistem produksi kontinyu adalah: a. Dapat diperoleh tingkat biaya produk per unit yang rendah, bila dapat dihasilkan produk dalam volume cukup besar atau produk yang dihasilkan terstandarisasi, b. Dapat dikurangi pemborosan pemakian tenaga manusia, terutama karena system pemindahan bahan menggunakan tenaga mesin/listrik, c. Biaya tenaga kerja rendah karena jumlahnya sedikit dan tidak perlu tenaga ahli, d. Biaya pemindahan bahan pabrik lebih rendah karena jarak antara mesin lebih pendek dan digerakan dengan mesin (mekanisasi). Kekurangan dari sistem produksi kontinyu adalah: a. Sukar menghadapi perubahan produk yang diminta konsumen, b. Proses produksi mudah terhenti karena jika macet disuatu tempat maka kemungkinan seluruh proses produksi akan berhenti, c. Sukar menghadapi perubahan tingkat permintaan karena biasanya tingkat produksinya tertentu.

15 b. Sistem produksi terputus (Intermitten Process/Discrate Sistem) Sistem produksi terputus adalah yang memerlukan waktu set-up yang lebih lama, karena system ini dalam memproduksi beberapa produk yang berbeda dengan jenis spesifikasi barang sesuai dengan permintaan dari konsumen dalam jumlah volume rendah. Dengan adanya pergantian jenis produk yang diproduksi, maka membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda. Dengan adanya system produksi terputus ini, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari sistem produksi terputus adalah: a. Fleksibilitas tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar. Terutama diperoleh dari system penyusunan peralatannya proses layout, jenis mesin yang digunakan bersifat umum dan system pemindahan bahan baku tidak menggunakan tenaga mesin melainkan tenaga manusia, b. Bisa menghemat investasi mesin karena mesin lebih murah daripada mesin sepesial purpose, c. Proses produksi tidak mudah terhenti karena adanya kerusakan mesin atau macet.

16 Kekurangan untuk sistem produksi terputus adalah: a. Sukar membuat scheduling dan routing pengerjaan produk karena banyak urutan pekerjaan dalam mengerjakan satu produk, juga butuh sangat banyak routing dan scheduling karena adanya perbedaan produk, b. Butuh investasi cukup besar untuk bahan mentah dan bahan dalam proses karena prosesnya terputus dan tergantung dari permintaan, c. Biaya tenaga kerja dan pemindahan bahan sangat tinggi karena menggunakan tenaga manusia yang ahli. c. Sistem produksi repetatif Sistem produksi refetatif adalah merupakan kombinasi dari jenis system kontinyu dan system terputus. 2.1.3 Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya Dilihat dari tujuan perusahaan dalam melakukan operasinya dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka system produksi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

17 1. Enginering To Order (ETO) Enginering To Order (ETO) yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa). 2. Assembly To Order (ATO) Assembly To Order (ATO) yaitu bila produsen membuat desain standar, modul modul opsinya standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai bentuk produk. 3. Make To Order (MTO) Make To Order (MTO) yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya. 4. Make To Stock (MTS) Make To Stock (MTS) yaitu bila produsen membuat item item yang diselesaikan dan ditempatkan selagi persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari system persediaannya setelah pesanan konsumen diterima. 5. Make To Demand (MTD) Make To Demand (MTD) yaitu merupakan suatu strategi yang baru yang dikembangkan dalam perusahaan industry. Dimana respon

18 terhadap permintaan pelanggan secara total adalah fleksibel. Dalam penyerahan produk dari perusahaan berkaitan dengan kualitas dan waktu penyerahan secara tepat berdasarkan keinginan pelanggan. 2.2.4 Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk Kriteria dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit unit produk yang melalui tahapan konversi. Ada lima jenis dasar dari aliran operasi, yaitu: 1. Flow Shop Flow shop yaitu proses konversi dimana unit unit output secara berturut turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksinya. 2. Continuous Continuous proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop dimana terjadi aliran material yang konstan. Biasanya dalam satu lintasan produksi pada proses kontinyu hanya dialokasikan untuk satu produk saja. 3. Job Shop Job shop yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit unit untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat pusat kerja yang dikelompokan berdasarkan fungsinya.

19 4. Batch Batch yaitu merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. System batch memproduksi banyak variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk tiap produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. 5. Proyek Proyek yaitu merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas tugas yang terakhir akan kebutuhan sumberdaya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa fungsi fungsi yang mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian, pemasaran, penambahan personal atau mesin (yang biasanya dilakukan secara terpisah pada system job shop dan flow shop) harus diintegrasikan sesuai dengan urutan urutan waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesian yang ekonomis. 2.2 Penjadwalan Penjadwalan dalam sebuah perusahaan adalah merupakan sebuah tantangan yang sulit bagi seorang manajer dalam meminimalisasi terjadinya sebuah keterlambatan yang tidak perlu terjadi. Seorang manajer yang bagus adalah yang mampu untuk melakukan suatu perencanaan, penjadwalan dan

20 pengendalian di dalam mengolah dan mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan dapat tercapai adalah yang diinginkan oleh semua manejemen perusahaan. Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik untuk perencanaan. Pesanan pesanan actual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu (fasilitas, pekerja, dan peralatan), kemudian silakukan pengurutan kerja pada tiap tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilitas kapasitas yang ada. Dengan adanya pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangatlah penting, sehingga para pelaksana dapat mengetahui kapan waktu harus memulai suatu pekerjaan dan kapan waktu untuk mengakhirinya. Sehingga penjadwalan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam sebuah perusahaan. Berikut adalah merupakan gambar tahapan dalam perencanaan sebuah usaha perencanaan total dan penjadwalan:

21 Business plan Perencanaan aggregat Business plan Penjadwalan Loading Squencing Detailed scheduling Pengaturan di Jalur produksi Kapasitas Jangka pendek Pengaturan Input-output Expediting Gambar 1.2 Tahapan Rencana Usaha Perencanaan Total dan Penjadwalan

22 2.2.1 Pengertian Penjadwalan Pengertian Penjadwalan menurut Bulpin, 1997 Penjadwalan adalah merupakan proses dalam mengatur, memilih dan menentukan penggunaan sumber daya guna menyediakan seluruh kebutuhan dari aktivitas untuk menghasilkan produk sesuai keinginan pada saat yang dibutuhkan dengan tingkat kepuasan yang tinggi yang dihasilkan dari kerjasama antara seluruh aktifitas dari sumber daya yang terbatas. Menurut Vollman, 2005 Penjadwalan adalah perencanaan dengan referensi pengurutan berdasarkan alokasi waktu dan kebutuhan yang penting untuk menyelesaikan sebuah item. Menurut Brown, 2004 Penjadwalan adalah suatu penugasan dari banyak perencanaan pekerjaan yang didefinisikan ke dalam periode waktu untuk mendapat solusi optimal dari penggunaan sumber daya pada saat sumber daya tersebut memiliki keterbatasan (constraint). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja dan menentukan urutan pelaksanaan bagi suatu kegiatan operasi. Dalam suatu perusahaan industry, penjadwalan diperlukan antara lain dalam mengalokasikan tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses, jenis produk, dan pembelian material. Sedangkan dalam suatu bidang lembaga pendidikan, penjadwalan diperlukan antara lain untuk

23 mengalokasikan ruang kelas, peralatan mengajar, tenaga pengajar, staf administrasi, dan pendaftaran penerimaan mahasiswa baru atau ujian. Suatu penjadwalan berhubungan erat dengan bagaimanakah sistem produksi yang di jalankan oleh suatu perusahaan. Suatu perusahaan atau pabrik yang menggunakan sistem produksi flow shop, maka penjadwalan yang perlu dilakukan adalah pengalokasian jumlah tenaga kerja, dan beban kerja guna menghindari Bottleneck pada suatu lintasan produksi. Sebaliknya, penjadwalan Job Shop memusatkan perhatian pada penempatan Jobs pada stasiun kerja, dan kapan ditemukan untuk menghindari keterlambatan. Penjadwalan merupakan pengalokasiaan sejumlah sumber daya (resources) untuk melakukan jumlah tugas/operasi (taks) dalam jangka waktu tertentu. Dengan adanya penjadwalan ini, diharapkan setiap proses dapat diperoleh dengan minimalisasi waktu penyelesaian, maksimalisasi utilisasi, minimamalisasi persediaan work-in-process (WIP), menumbuhkan hubungan antara banyaknya job dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi, serta minimalisasi waktu tunggu pelanggan. 2.2.2 Tujuan Penjadwalan Realisasi dalam pengiriman barang/produk yang dilakukan oleh perusahaan ternyata tidak akan selamanya sesuai dengan waktu pengiriman yang sudah dikehendaki oleh pembeli (konsumen) pada waktu pemesanan.

24 Penjadwalan yang sudah terperinci ketika dipergunakan pada proses produksi sehari hari dapat diketahui belum efisien. Hal seperti ini bisa terlihat ketika adanya pekerjaan yang menganggur dalam stasiun kerja yang ada. Agar sistem penjadwalan dapat lebih efisien, maka penjadwalan ini dibuat dengan tujuan, yaitu: a. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat. b. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas lain. c. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu, untuk meminimalkan penalti cost (biaya kelambatan). d. Membantu dalam pengambilan keputusan perencanaan yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan. e. Penjadwalan dilakukan sebagai perencanaan agar semua kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar. Pada saat merencanakan suatu jadwal produksi, yang harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa tenaga kerja, peralatan prosesor ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah ubah (terutama operator dan bahan

25 baku), maka penjadwalan dapat kita lihat merupakan proses yang dinamis. Dalam menunjang MPS, akan ada beberapa sub-penjadwalan yang harus ditentukan kapan dapat dimulainya suatu pekerjaan dan kapan dapat diselesaikan. 2.2.3 Faktor Prilaku Pada Penyusunan Penjadwalan Prilaku manusia yang dihubungkan dengan kerumitan aliran ribuan job yang melalui ratusan pusat kerja. Tidak saja proses harus berjalan tetapi juga harus selesai tapat waktu, di situ semua operasi harus berjalan dengan lancer dan efisien. Beberapa jenis keterampilan manusia dibutuhkan, ruang lingkup pekerjaan diperluas, pekerjaan bervariasi dengan tanggung jawab dan wewenang pekerja yang lebih besar dan melalui insentif. Hubungan individu dengan pengguna metode kerja yang tepat, maka manajemen dapat menciptakan lingkungan kerja yang akan membuat para pekerja merasa aman dan kebutuhan sosialnya terpenuhi sehingga motivasi kerja meningkat. Fasilitas terdiri dari banyak pusat kerja yang masing masing menggunakan keahlian manusia dan peralatan tertentu yang merupakan dasar pembentukan kelompok. Interaksi antar kelompok kerja mempengaruhi kerja system produksi. Meskipun sebuah kelompok mempunyai norma sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka, yang mana norma ini mungkin sejalan atau tidak sejalan dengan sasaran manajemen. Usaha dalam

26 penyesuaian norma dengan sasaran manajemen adalah merupakan hal yang sangat penting dan menjadi sebuah pertimbangan utama dalam penyusunan sebuah penjadwalan. 2.2.4 Jenis Jenis Penjadwalan Ada tiga bagian besar jenis penjadwalan operasi, yaitu sebagai berikut: a. Penjadwalan proses lini (Line Process Scheduling) yang berlangsung secara terus menerus Line process atau pemrosesan lini sangat dibutuhkan oleh Assembling line (lini perakitan) atau processing industry (industry pengolahan). Sebagian permasalahan dapat diselesaikan dengan desain proses, apalagi untuk satu produk dalam satu lini. Akan tetapi, lini proses pada umumnya terkait dengan pembuatan banyak barang pada lini tunggal. Artinya, banyak produk dibuat pada sebuah fasilitas sehingga bersaing menggunakan sumber daya yang terbatas. Produk yang dihasilkan adalah dalam tumpukan (batch), sehingga diperlukan beberapa lot yang ekonomis dengan mempertimbangkan biaya yang terjadi. Karena banyaknya barang yang dibuat pada lini tunggal, maka dibutuhkan waktu peralihan untuk mengolah barang yang satu ke barang yang lain. Peralihan ini dapat berupa penyetelan dan mempertahankan sediaan yang seimbang (peralihan sederhana) atau peralihan yang

27 kompleks seperti penggantian alat, dan modifikasi stasiun kerja. Jika satu produk pada satu lini, maka tidak ada persoalan penjadwalan dan tidak ada peralihan. Factor penting dan patut diperhatikan dalam waktu peralihan ini adalah bagaimana caranya mengurangi waktu peralihan agar mendekati nol. Untuk mengurangi sediaan yang ada, dalam line proses digunakan metode run out time. Adapun langkah langkah yang harus ditempuh dalam melakukan metode Run Out Time adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pendataan terhadap masing masing produk meliputi data permintaan, data produksi, kecepatan produksi dan waktu produksi. 2. Menghitung Run Out Time dengan cara membagi sediaan dengan permintaan, sebagai berikut: R i = l i d i Ri = Run Out Time (waktu habis) Ii = Inventori (sediaan) di = Demand (permintaan)

28 b. Penjadwalan yang terputus putus (Intermittent Process Scheduling) Karakteristik intermitten process adalah setiap titik yang mengalir mempunyai banyak titik awal dan akhir yang tidak bersambungan, dan adanya aliran yang tidak teratur disebabkan oleh tata letak proses menurut kelompok mesin atau keahlian dalam pusat kerja. Dalam persoalan penjadwalan intermitten ini adalah bagaimana cara mengolah antrian antrian sebuah pekerjaan. Penjadwalan dalam proses intermitten dalam sebuah perusahaan mirip dengan system Material Requirement Planning (MRP). Untuk sebuah job pekerjaan dalam jenis penjadwalan ini yang sedang berjalan tidak teratur dan penuh dengan jadwal mulai dan berhenti. Karena sering adanya aliran dan jalur pekerjaan yang tidak beraturan, maka untuk penjadwalan kadang kadang menjadi rumit dan penuh dengan menunggu giliran masuk atau antrian ke pusat pusat kerja. Antrian job akan terjadi pada setiap work center yang menunggu giliran proses sebagai tahapan untuk dapat meneruskan ke proses berikutnya. Penjadwalan intermittent mempunyai hubungan sangat erat dengan beberapa hal, seperti: a. Analisa pemasukan dan pengeluaran atau input output analysis, b. Pemuatan atau Loading, c. Tahapan atau Sequencing, d. Pengiriman atau Dispatching.

29 c. Penjadwalan proyek (Project Sheduling) Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilaksanakan satu kali dalam jadwal waktu yang pasti dan terperinci. Kegiatan yang dilakukan satu kali dan menghasilkan satu produk yang unik sehingga menyebabkan pentingnya arti perencanaan dan penjadwalan dalam sebuah proyek. Dengan adanya penjadwalan proyek, maka akan lebih terperinci dari pada perencanaan, dimana penjadwalan menetapkan waktu dan urutan dari macam macam tahapan, keterkaitan satu aktivitas dengan aktivitas lainnya. Jadwal dimulai dengan menggambarkan kerangka jaringan dengan daftar perincian aktivitas yang biasa disebut dengan rincian pekerjaan atau work break down. Penjadwalan proyek disusun dalam bentuk jadwal kapan akan dimulai dan kapan proyek akan selesai. Setelah jadwal dibuat, maka tahap berikutnya adalah membagi tugas masing masing sesuai dengan bidang keahlian. Tahap berikutnya adalah dengan mengadakan pengendalian atau control terhadap jalannya proyek. Secara garis besar ada dua penjadwalan proyek, yaitu Gantt Chart dan metode Network (jaringan). Gant chart digunakan untuk penjadwalan yang sederhana dan kegiatannya tidak terlalu berkaitan atau proyek kecil. Sedangkan untuk metode Network adalah merupakan penjadwalan yang digunakan untuk kegiatan yang lebih rumit.

30 Jenis dari penjadwalan produksi akan sangat bergantung pada hal hal berikut: a. Jumlah job yang akan dijadwalkan b. Jumlah mesin yang dapat digunakan c. Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan d. Cara job datang e. Jenis aliran proses produksi 2.2.5 Sistem Penjadwalan System penjadwalan berdasarkan input dan outputnya dapat dibedakan sebagai berikut: a. Input Sistem Penjadwalan Pekerjaan pekerjaan yang berupa alokasi untuk order order, penugasan prioritas dan job pengendalian jadwal produksi membutuhkan informasi terperinci, dimana informasi informasi tersebut akan menyatakan input dari system penjadwalan. Dalam hal ini dibutuhkan kapasitas dari order order yang dijadwalkan yang berdasarkan jumlah sumberdaya yang digunakan. Untuk jenis produk produk tertentu, informasi ini bisa diperoleh dari lembar kerja operasi (berisi keterampilan dan peralatan yang dibutuhkan, waktu standard an lain sebagainya) dan BOM (berisi kebutuhan kebutuhan akan komponen, sub komponen dan bahan pendukung).

31 b. Output Sistem Penjadwalan Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancer akan melalui tahapan produksi, maka system penjadwalan harus membentuk aktivitas aktivitas output sebagai berikut: 1. Pembebanan (Loading) Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order order yang diterima atau diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pemebebanan dilakukan dengan menugaskan order order pada fasilitas fasilitas, operator operator dan peralatan tertentu. 2. Pengurutan (Sequenching) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order order mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job. 3. Prioritas Job (Dispaching) Dispaching merupakan prioritas kerja tentang job job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses. 4. Pengendalian Kinerja Penjadwalan Pengendalian kinerja penjadwalan ini dilakukan dengan meninjau kembali status order order pada saat melalui system tertentu. Serta mengatur kembali urutan urutannya, misalkan expediting order order yang jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama.

32 5. Up-dating Jadwal Untuk melakukan up-dating penjadwalan dapat dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan menyurvei prioritasprioritas. 2.2.6 Kriteria Keberhasilan Penjadwalan Pada saat merencanakan jadwal produksi, yang harus diperhatikan adalah dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Ketersediaan sumber daya ini bisa berupa tenaga kerja, peralatan atau prosesor, bahan baku ataupun hal lainnya yang mendukung dalam proses produksi. Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah ubah terutama tenaga kerja (operator) dan bahan baku. Suatu penjadwalan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari penjadwalan dapat dicapai. Ukuran keberhasilan dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan, khususnya penjadwalan job shop adalah meminimalisi kriteria-kriteria keberhasilan sebagai merikut : a. Rata-rata waktu alir ( Mean Flow Time ). b. Makespan, yaitu total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kumpulan job. c. Rata-rata keterlambatan ( Mean Tardines ). d. Jumlah job yang terlambat.

33 e. Jumlah mesin yang menganggur. f. Jumlah persediaan. Suatu kelayakan yang amat diinginkan, apabila semua kriteria diatas dapat terpenuhi. Namun, pada suatu penjadwalan terdapat tujuan utama penjadwalan berdasarkan salah satu kriteria keberhasilan penjadwalan. Sebagai contoh: perusahaan yang menggunakan Sistem Produksi MTS, mungkin melakukan penjadwalan pekerjaan dengan tujuan utama penjadwalan adalah meminimumkan jumlah mesin yang menganggur, agar kapasitas yang tersedia dapat dioftimalkan penggunaanya. Sebaliknya, perusahaan yang menggunakan Sistem Produksi MTO mungkin melakukan penjadwalan dengan tujuan untuk meminimumkan rata-rata keterlambatan (Mean Tardiness). Adapula perusahaan yang melakukan penjadwalan dengan tujuan utama meminimumkan jumlah pekerjaan yang terlambat, apabila penalty untuk tiap keterlambatan adalah sama (tidak tergantung pada hari keterlambatan). Kriteria keberhasilan penjadwalan meminimumkan makespen, yaitu bertujuan untuk meraih utilitas yang tinggi dari peralatan dan sumber daya dengan cara menyelesaikan seluruh job secepatnya. Penjadwalan dengan kriteria keberhasilan meminimumkan waktu alir bertujuan untuk mengurangi persediaan barang setengah jadi. Penjadwalan dengan kriteria keberhasilan mengurangi jumlah job yang menganggur berarti akan meminimasi nilai dari maksimum ukuran keterlambatan. Semua kriteria

34 keberhasilan pelaksanaan penjadwalan tersebut adalah dilandasi keinginan untuk memuaskan konsumen dan efisiensi biaya internal perusahaan. 2.2.7 Hambatan Hambatan Penjadwalan Untuk mencapai suatu kriteria penjadwalan tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan, pada penjadwalan terdapat hambatan-hambatan penjadwalan yang menyebabkan suatu penjadwalan yang telah dilakukan dengan baik, namun tidak dapat diimplementasikan secara baik. Beberapa hambatan penjadwalan diantaranya adalah : a. Keterlambatan kedatangan bahan baku. b. Tidak tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. c. Kerusakan mesin atau peralatan yang menyebabkan kegiatan produksi menjadi terganggu. d. Produk yang dibuat merupakan New Model, sehingga membutuhkan waktu penyesuaian untuk kegiatan produksi. e. Order yang datang saat jumlah order tengah diselesaikan. f. Kecelakaan kerja. g. Pembatalan pesanan. h. Hari libur yang menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan. i. Keterlambatan container untuk mengangkut produk yang telah jadi. j. Demonstrasi buruh/karyawan.

35 2.2.8 Istilah Istilah Dalam Penjadwalan Perlu diketahui beberapa istilah pada penjadwalan agar memahami penjadwalan yang dikerjakan. Adapun beberapa istilah yang berkaitan dengan penjadwalan : 1. Processing time (waktu proses) Merupakan perkiraan waktu penyelesaiaan suatu pekerjaan. Perkiraan waktu ini meliputi juga waktu set up yang dibutuhkan. Simbol yang di gunakan untuk waktu proses pekerjaan i adalah Ti. 2. Due Date (batas waktu) Merupakan waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kelebihan waktu dari waktu yang ditetapkan, merupakan suatu keterlambatan. Batas waktu ini di simbolkan sebagai di. 3. Lateness (Kelambatan) Adalah penyimpangan antara waktu penyelesaiaan pekerjaan dengan batas waktu. Suatu pekerjaan akan mempunyai keterlambatan positif jika diselesaikan sesudah batas waktu dan keterlambatan positif jika diselesaikan sesudah batas waktu dan keterlambatan negatif jika diselesaikan sebelum batas waktu. Simbol keterlambatan ini adalah Li. 4. Tardinnes (Ukuran keterlambatan) Merupakan ukuran untuk keterlambatan positif. Jika suatu pekerjaan diselesaikan lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan, maka

36 mempunyai nilai keterlambatan negatif tetapi ukuran keterlambatan positif. Ukuran ini di simbolkan dengan Ti dimana Ti adalah maksimum dari ( 0, Li ). 5. Slack (kelonggaran) Yaitu ukuran yang digunakan untuk melihat selisih waktu antara waktu proses dengan batas waktu yang sudah ditetapkan. Slack dinotasikan dengan S1i dan dihitung dengan persamaan S1i = di ti. 6. Completion Time (waktu penyelesaiaan) Merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan dimulai (t = 0), sampai dengan pekerjaan itu selesai. Disimbolkan dengan Ci. 7. Flow Time (waktu alir) Adalah rentang waktu antara saat pekerjaan tersedia (dapat dimulai) dan saat pekerjaan selesai. Waktu alir sama dengan waktu proses ditambah dengan waktu tunggu sebelum pekerjaan diproses. 2.2.9 Metode Metode Penjadwalan Pada prinsipnya dalam sebuah penjadwalan dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu : 1. Job Shop Job shop yaitu pesanan yang mempunyai spesifikasi khusus, sehingga sumber daya yang dimiliki terfokus pada kemampuan yang bersifat

37 umum. Hal ini disebabkan karena harus dapat diubah sesuai dengan permintaan konsumen. Pekerjaan produksi dilakukan jika ada pesanan sehingga sejumlah pekerjaan yang berbeda dapat diproduksi dengan volume produksi yang relatif kecil. Dalam pemecahan permasalahan penjadwalan job shop dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Penjadwalan optimis, dimana penjadwalan dilakukan secara analitik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teknik teknik yang digunakan adalah dengan teknik integer programing. b. Pendekatan heuristik, yaitu hanya memberikan solusi praktis terhadap persoalan penjadwalan dan bukan hasil yang optimal. Teknik yang digunakan adalah dengan teknik priority dispatching dan sampling. 2. Flow Shop Flow shop yaitu merupakan bagian dari job shop dimana pesanan mempunyai spesifikasi yang bersifat umum, melewati beberapa prosesor atau operasi. Berdasarkan kuantitas produk yang dijadwalkan, maka penjadwalan dibagi kedalam: 1. Job shop scheduling Job shop scheduling adalah penjadwalan berdasarkan jumlah order yang relatif kecil.

38 2. Batch shop scheduling Batch shop scheduling adalah penjadwalan yang digunakan untuk keluaran produk bersekala besar dan umumnya dalam proses produksi yang stabil atau tidak berganti ganti seperti pada job shop. Dalam aktivitas penjadwalan yang dilakukan akan melalui dua tahapan, yaitu: 1. Pekerjaan harus diturunkan ke mesin. Jika terdapat lebih dari satu mesin, maka akan diperhitungkan tentang kualitas, ongkos set up, pemeliharaan dan ketersediaan operator. 2. Mengurutkan pekerjaan pekerjaan yang ada dimesin yang membutuhkan aturan prioritas. Pemilihan aturan prioritas akan memberikan hasil penjadwalan yang tepat sesuai dengan tujuan penjadwalan yang ditetapkan dari kriteria yang dijadikan sebagai alat ukur performasi penjadwalan yang dilakukan. Metode penjadwalan yang digunakan adalah dalam pentuk penjadwalan maju atau mundur sehingga mempengaruhi ketepatan penggunaan aturan aturan penjadwalan tersebut. Metode penjadwalan Job Shop secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu: metode penjadwalan dengan Job Shop Loading dan Job Sequencing.

39 Job Shop Loading Job Shop Loading adalah bahwa kita harus memutuskan pada pusat-pusat kerja yang mana suatu job harus ditugaskan. Ketika order tiba pada suatu job shop, kegiatan pertama pada penjadwalan adalah menugaskan order tersebut pada bermacam-macam pusat kerja untuk diproses. Permasalahan loading menjadi lebih sederhana ketika suatu job tidak dapat dipisahkan. Meskipun hal ini sering terjadi, biasanya suatu industri sering dalam prakteknya melakukan pemisahaan job dan menugaskan bagian-bagian terpisah dari job tersebut kepada pusat-pusat kerja yang berbeda untuk meningkatkan utilitas sumber daya. Untuk permasalahan yang sederhana dimana kita mengasumsikan tidak ada pemisahaan job, maka job shop loading dapat dibuat dengan mudah menggunakan Gantt Chart dan Metode Penugasan. Gantt Chart Gantt Chart merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam loading dan scheduling. Nama ini didapatkan dari Henry Gantt (akhir 1800- an). Gantt chart menunjukkan penggunaan sumberdaya, seperti work center dan tenaga kerja. Ketika digunakan dalam loading, Gantt chart menunjukkan loading dan waktu luang pada beberapa departemen, mesin, atau fasilitas. Gantt Chart menunjukkan beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manajer mengetahui penyesuaian apa yang sesuai. Loading dengan Gantt Chart merupakan cara yang paling sederhana dan paling tua serta banyak digunakan untuk bermacam macam aktivitas

40 penjadwalan. Meskipun sederhana dan tervisualisasikan, Gantt Chart sangat lemah dalam mengevaluasi rencana rencana alternative untuk loading. Penugasan harus memakai cara trial error dalam improvisasi jadwal. Bila jumlah job meningkat, proses ini menjadi cukup sulit dan tidak layak. 1. Lathe A 2. 3. Drill Milling B C D n. Testing E 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar 1.3 Contoh Gantt Chart untuk penjadwalan job shop Metode Penugasan Loading dengan Metode Penugasan merupakan cara pembebanan pekerjaan pekerjaan untuk job job yang tersedia dengan tujuan meminimalisasi total waktu yang bisa dipakai untuk permasalahan ini. Dalam situasi yang lebih kompleks, permasalahan loading dapat diformulasikan sebagai suatu bentuk problem transfortasi.

41 Job Squencing Setelah beberapa job ditugaskan (loading) pada pusat kerja tertentu, maka langkah untuk selanjutnya adalah menentukan urutan urutan memprosesnya. Pemrosesan order merupakan hal yang penting karena mempengaruhi lamanya suatu job yang akan diproses dalam system tertentu. Lamanya job dalam proses ini akan mempengaruhi batas waktu janji pengiriman kepada konsumen. Yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh urutan pemrosesan job terhadap utilitas sumber daya yang tersedia. Penjadwalan Job Shop melibatkan aturan aturan prioritas sequencing. Sequencing adalah penetapan prioritas dalam bentuk menunggu giliran atau antrian masuk ke dalam pusat kerja untuk suatu proses produksi. Penjadwalan yang terperinci akan menentukan saat saat mulai dan saat saat berhenti suatu proses di pusat kerja yang akan berpengaruh pada waktu menunggu aliran. Job Shop sequencing adalah penjadwalan dengan melibatkan aturan-aturan sequencing. Aturan-aturan prioritas sequencing diaplikasikan untuk seluruh job yang sedang menunggu dalam antrian. Bila pusat kerja telah kosong untuk suatu job baru, maka dengan prioritas terdahulu akan diproses. Pemilihan prioritas sequencing tersebut mempertimbangkan efisiensi penggunaan fasilitas dengan kriteria antara lain biaya set up, biaya persediaan WIP, waktu menganggur, persentasi waktu menganggur, dan sebagainnya. Beberapa aturan job sequencing, antara lain :

42 1. FISFS (first in system, first served) adalah pemberian prioritas pekerjaan kepada pekerjaan yang pertama tiba di factory (bukan mesin). 2. FCFS (first come, first served) adalah yang pertama datang, yang pertama dilayani. Job pertama yang datang di sebuah work center diproses terlebih dahulu. 3. SPT (shortest processing time) adalah waktu pemrosesan terpendek. Job yang memiliki waktu pemrosesan terpendek diselesaikan terlebih dahulu. 4. EDD (earliest due date) adalah batas waktu paling awal. Job dengan batas waktu yang paling awal dikerjakan terlebih dahulu. 5. LPT (longest processing time) adalah waktu pemrosesan terpanjang. Job yang memiliki waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan terlebih dahulu. 6. LWR (last work remaining) adalah pemberian prioritas kepada pekerjaan dengan jumlah pemrosesan kepada pekerjaan dengan jumlah pemrosesan total tersisa yang masih dikerjakan paling sedikit. 7. LSF (least stock first) adalah merupakan pemberian prioritas kepada pekerjaan yang waktu senggangnya terkecil. Waktu senggang (slck) adalah selisih antara waktu jatuh tempo (due date) dan lama pengerjaan pekerjaan.

43 Contoh - Lima job yang berkaitan menunggu untuk ditugaskan pada suatu perusahaan manufaktur ABC. Waktu pengerjaan mereka dan batas waktunya diberikan dalam tabel berikut. Urutan pengerjaan sesuai dengan aturan (1) FCFS, (2) SPT, (3) EDD, dan (4) LPT akan ditetapkan Job ditandai dengan huruf sesuai dengan urutan kedatangan mereka. Tabel 1.1 Perusahaan ABC Job Job Work ( Processing Time) (days) Job Due Date (days) A 6 8 B 2 6 C 8 18 D 3 15 E 9 23 1. Contoh Perhitungan dengan metode FCFS (First Come, First Served) Urutan FCFS diperlihatkan dalam tabel diatas secara sederhana, yaitu A-B-C-D-E. "Aliran waktu" dalam sistem untuk urutan ini menghitung waktu yang dihabiskan oleh setiap job untuk menunggu ditambah dengan waktu pengerjaannya. Sebagai contoh, job B, menunggu selama 6 hari, selagi job B sedang diproses, dan kemudian mengambil waktu dua hari lagi sebagai waktu pemrosesannya; sehingga job B akan selesai dalam 8 hari, yaitu terlambat 2 hari setelah batas waktunya.

44 Tabel 1.2 Contoh Penjadwalan Dengan Metode FCFS Job Job Work ( Processing Time) (days) Job Due Date (days) A 6 8 B 2 6 C 8 18 D 3 15 E 9 23 Aturan FCFS menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut: Jumlah aliran waktu total 77 hari a. Waktu penyelesaian rata-rata = = = 15.4 hari Jumlah pekerjaan 5 Jumlah waktu proses total 28 b. Utilisasi = = = 36.4%. Jumlah aliran waktu total 77 Jumlah aliran waktu total 77 hari c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = = = 2. 75 job. Waktu proses pekerjaan total 28 hari Jumlah hari keterlambatan 11 d. Keterlambatan job rata-rata = = = 2. 2 hari. Jumlah pekerjaan 5 2. Contoh Perhitungan dengan metode SPT (Short Processing Time) Aturan SPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut menghasilkan urutan B-D-A-C- E. Urutan dibuat berdasarkan waktu pemrosesan, dengan prioritas tertinggi diberikan kepada job yang paling pendek.

45 Tabel 1.3 Contoh Penjadwalan Dengan Metode SPT Job Sequence Job Work (Processing Time) Flow Time Job Due Date Job Lateness B 2 2 6 0 D 3 5 15 0 A 6 11 87 3 C 8 19 18 1 E 9 28 23 5 Jumlah 28 65 149 9 Aturan SPT menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut: 65 a. Waktu penyelesaian rata-rata = = 13 hari. 5 b. Utilisasi = 28 = 43.1%. 65 c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = 65 = 2. 32 job. 28 d. Keterlambatan job rata-rata = 9 = 1. 8 hari. 5 3. Contoh Perhitungan dengan metode EDD (Earliest Due Date) Aturan EDD yang ditunjukkan dalam tabel berikut memberi urutan B-A-D-C-E. Perhatikan bahwa job diurutkan berdasarkan batas waktu yang paling awal terlebih dahulu.

46 Tabel 1.4 Contoh Penjadwalan Dengan Metode EDD Job Sequence Job Work (Processing Time) Flow Time Job Due Date Job Lateness B 2 2 6 0 D 3 5 15 0 A 6 11 87 3 C 8 19 18 1 E 9 28 23 5 Jumlah 28 65 149 9 Aturan EDD menghasilkan ukuran efektivitas sebagai berikut: a. Waktu penyelesaian rata-rata = 68 = 13. 6 hari. 5 b. Utilisasi = 28 = 41.2%. 68 c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = 68 = 2. 43 job. 28 d. Keterlambatan job rata-rata = 6 = 1. 2 hari. 5

47 4. Contoh Perhitungan dengan metode LPT (Longest Processing Time) Aturan LPT yang diperlihatkan dalam tabel berikut menghasilkan urutan E-C-A-D- B. Tabel 1.5 Contoh Penjadwalan Dengan Metode LPT Job Sequence Job Work (Processing Time) Flow Time Job Due Date Job Lateness B 2 2 6 0 D 3 5 15 0 A 6 11 87 3 C 8 19 18 1 E 9 28 23 5 Jumlah 28 65 149 9 Perhitungan efektivitas LPT adalah sebagai berikut: a. Waktu penyelesaian rata-rata = 103 = 20. 6 hari. 5 b. Utilisasi = 28 = 27.2%. 103 c. Jumlah job rata-rata dalam sistem = 103 = 3. 68 job. 28 d. Keterlambatan job rata-rata = 48 = 9. 6 hari. 5

48 Hasil dari keempat metode perhitungan diatas, maka dapat dirangkum dalam tabel 1.11 seperti berikut: Tabel 1.6 Contoh Hasil dari Perhitungan FCFS, SPT, EDD dan LPT Aturan Waktu penyelesaian rata-rata (hari) Utilisasi (%) Jumlah job ratarata dalam sistem Keterlambatan rata-rata (hari) FCFS 15.4 36.4 2.75 2.2 SPT 13.0 43.1 2.32 1.8 EDD 13.6 41.2 2.43 1.2 LPT 20.6 27.2 3.68 9.6 Seperti yang dapat terlihat, LPT merupakan urutan yang paling tidak efektif bagi perusahaan. SPT unggul dalam tiga pengukuran, sementara EDD unggul dalam keterlambatan rata-rata. Hal ini merupakan kenyataan yang sesungguhnya dalam dunia nyata. Tidak ada satu aturan sequencing pun yang selalu unggul dalam semua kriteria. Pengalaman menunjukkan hal berikut: 1. SPT biasanya merupakan teknik yang terbaik untuk meminimasi aliran job dan meminimasi jumlah job rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamanya adalah job yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat secara terus-menerus tidak dikerjakan, karena job yang memiliki waktu pemrosesan pendek selalu didahulukan. Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar, dan penyesuaian berkala untuk job yang panjang harus dilakukan.

49 2. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria (tetapi juga tidak begitu buruk). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil oleh pelanggan, suatu hal yang sangat penting dalam sistem jasa. 3. EDD meminimasi keterlambatan maksimal, yang mungkin perlu untuk job yang memiliki penalti setelah tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja baik ketika keterlambatan menjadi sebuah isu.