Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP PADA SISWA

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

Riskah, S.Pd Guru SMAN 1 Kaliwungu Kabupaten Kendal

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN JARINGAN KOMPUTER

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII SMPN 1 INUMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Yayuk Jatining Rahayu 4

Peningkatan Hasil Belajar Sejarah melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw Siswa Kelas XII

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

Aji Heru Muslim 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG KPK DAN FPB MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA DEKAK

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Jurnal EduFisika Vol. 01 No. 02, November 2016 E-ISSN:

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

KOLABORASI PENDEKATAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN SATE BOLA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK NEGERI 1 SINGKEP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Langkah 1 : Penomoran Langkah 2 : Mengajukan Pertanyaan. Langkah 3 : Berpikir Bersama Langkah 4 : Menjawab METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Alkhairaat Towera Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

Transkripsi:

Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial melalui Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together Bagi Siswa Kelas XD SMAN 1 Rowosari Semeser 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Rowosari di Kelas XD yang kemampuan siswanya untuk pelajaran Sosiologi cukup rendah. Prestasi belajar siswa kelas XD di semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 pada pada kompetensi dasar terakhir belum mendapatkan nilai yang memuaskan dengan prestasi belajar baru mencapai rata-rata = 67,4 Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar materi penyimpangan sosial bagi siswa kelas XD semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I meningkat 59% untuk keaktifan belajar siswa dan 60% untuk prestasi belajar dengan nilai rata-rata 75,6. Dari Siklus I ke Siklus II naik 90% untuk aktivitas belajar dan 92% untuk prestasi belajar dengan nilai rata-rata 84,04. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: aktivitas belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Number Head Together. Latar Belakang Kompetensi dasar penyimpangan sosial merupakan salah kompetensi diantara sejumlah kompetensi yang dipelajari dalam mata pelajaran Sosiologi di kelas X semester 2 pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada kompetensi ini peserta didik diharapkan mampu mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap anti sosial. Fakta yang terjadi di SMA N 1 Rowosari, pembelajaran sosiologi sampai saat ini seringkali masih menggunakan cara mengajar lebih sering menggunakan metode ceramah,

tanya jawab dan penugasan. Aktivitas pembelajaran sosiologi di kelas XD terlihat pada kurang bergairahnya siswa saat pelajaran sosiologi, hal ini tampak dengan beberapa siswa yang berbicara ke temannya, guru sering mengingatkan agar siswa fokus pada pelajaran yang sedang disampaikan, mengantuk, dan sebagainya. Aktivitas siswa dalam antusias menyimak pelajaran, bertanya dan berpendapat masih sangat kurang. Prestasi belajar siswa kelas XD di semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 pada pada kompetensi dasar terakhir belum mendapatkan nilai yang memuaskan dan untuk prestasi belajar baru mencapai rata-rata = 67,4 dengan nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 45 sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 75. Pembelajaran akan lebih bermakna bilamana terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa sehingga terjadi komunikasi timbal balik. Guru seharusnya memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali potensi dirinya melalui pembelajaran yang menyenangkan, atau bahkan yang akan memaksa siswa untuk lebih mengenal berbagai fenomena masyarakat melalui pembelajaran sosiologi sehingga berkembang kemampuan bernalarnya. Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran sosiologi, sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together. Model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah ditentukan. Dalam hal ini sebagaian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dari alasan di atas, guru tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial melalui Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together Bagi Siswa Kelas XD SMAN 1 Rowosari Semeser 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan

aktivitas belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah yang dapat disampaikan adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Number Head Together 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata yaitu aktivitas dan belajar. Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik dalam aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas merupakan ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Sudjana (2002: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, tingkah laku dan aspek lain yang ada pada individu siswa. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam pribadi manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan kemampuan lainnya. Dari semua pengertian dan pendapat-pendapat tentang aktivitas dan pengertianpengertian serta pendapat-pendapat tentang belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar mempunyai batasan-batasan seperti: 1) kebenaran perlakuan, 2) ada partisipasi, 3) kegiatan aktual atau keikutsertaan baik jasmani maupun rohani, 4) antusiasme,

5) interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya, 6) penerapan secara aktual apa yang telah diporoleh. Prestasi Belajar Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang berbentuk angka sebagai simbol dari ketuntasan belajar. Prestasi belajar ini sangat dipengaruhi oleh faktor luar yaitu guru dan metode. Hal inilah yang menjadi titik perhatian peneliti di lapangan. Prestasi belajar penyimpangan sosial adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran penyimpangan sosial yang mencakup aspek kognitif dan afektif. Prestasi belajar ini juga dipengaruhi oleh hasil aktifitas belajar siswa pada KD. Penyimpangan sosial. Penyimpangan Sosial Pengertian perilaku menyimpang yaitu sebagai suatu perilaku yang dieksresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian anggota masyarakat. 1. Berdasarkan jumlah orang yang terlibat a) Penyimpangan individu, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh sendiri tanpa orang lain. b) Penyimpangan kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan bersama-sama di dalam kelompok tertentu. 2. Berdasarkan kekerapannya a) Penyimpangan primer yaitu penyimpangan yang bersifat sementara (temporer) dan orang yang melakukan penyimpangan masih ditoleransi oleh masyarakat karena tidak terus menerus melakukan penyimpangan. b) Penyimpangan sekunder yaitu penyimpangan sosial yang dilakukan oleh pelakunya secara terus menerus meskipun pelaku telah dikenakan sanksi, sehingga secara umum dikenal sebagai pelaku menyimpang. 3. Berdasarkan sifatnya a) Penyimpangan positif, yaitu penyimpangan yang

mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. b) Penyimpangan negatif, yaitu penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang 1. Penyimpangan seksual 2. Kriminalitas 3. Konsumsi berlebihan 4. Penyimpangan gaya hidup Model Pembelajaran Numbered Head Together Menurut Huda (2011: 130) Numbered Head Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok, masingmasing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan presentasi selanjutnya. Begitu seterusnya sampai semua nomor terpanggil. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Kerangka Berpikir Sebelum melakukan penelitian peneliti belum menerapkan model NHT, sehingga aktivitas dan prestasi belajar pada siswa kelas XD Semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 pada masing masing ulangan harian masih rendah. Supaya aktivitas dan prestasi belajar penyimpangan sosial meningkat maka perlu dilakukan tindakan oleh peneliti, tindakannya menggunakan model pembelajaran tipe Number Head Together.

Kerangka berpikir penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal : Guru belum menggunakan model pembelajaran NHT Guru belum menggunakan model NHT Aktifitas dan prestasi belajar siswa rendah Tindakan Guru menggunakan model NHT Siklus I Menggunakan NHT Kelompok besar Kondisi Akhir Setelah adanya Tindakan Gb. 1. Kerangka berpikir Aktivitas dan prestasi belajar Meningkat Siklus II Menggunakan NHT Kelompok kecil Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan ini dapat dirumuskan seperti berikut: 1. Diduga melalui penerapan model Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas belajar Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Diduga melalui penerapan model Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode Penelitian Adapun waktu penelitian dari pembuatan proposal, pengumpulan data, analisis data sampai laporan penelitian memakan waktu sampai dengan empat bulan, terhitung dari awal masuk semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 yaitu minggu pertama Januari sampai dengan April 2016. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret tahun 2016. Sedangkan lokasi penelitian ini

dilaksanakan di kelas XD SMA N 1 Rowosari Kabupaten Kendal yang berlamat di Jalan Bahari Km. 5 Kecamatan Rowosari. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas XD SMA Negeri 1 Rowosari sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari setelah diterapkan model Numbered Head Together dalam proses pembelajaran. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Siswa Sumber data siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas, angket tes evaluasi siswa dalam pembelajaran sosiologi. Selain itu sumber data siswa juga diperoleh dari catatan lapangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta dokumentasi berupa foto. 2. Guru Sumber data guru diperoleh dari hasil observasi guru yang diambil dari kegiatan pengamatan serta angket dengan guru lain sebagai kolaborator. Selain itu sumber data guru diperoleh dari catatan lapangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta dokumentasi berupa foto Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes, sedangkan alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah nilai hasil ulangan harian (tes), lembar pengamatan, pedoman wawancara dan lembar angket pendapat siswa (nontes). Validasi Data Data yang divalidasi adalah data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa pada KD. Penyimpangan sosial. Dalam penelitian ini validasi yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu memalui sumber yang berbeda yaitu informasi dari siswa dan dari guru lain selaku kolaborator. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, angket, dan observasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif baik untuk data kualitatif maupun untuk data kuantitatif.

Setelah dilakukan penelitian target yang ingin dicapai/diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas siswa mengalami kenaikan lebih dari 50% setelah kegiatan belajar menerapan model pembelajaran Number Head Together. 2. Prosentase prestasi belajar sosiologi adalah jika peserta didik secara individu telah memperoleh nilai dengan kriteria ketuntasan minimal adalah nilai 75, dan ketuntasan klasikal yaitu 85%. Prosedur Penelitian Penelitian dalam pembelajaran penyimpangan sosial melalui penerapan model Number Head Together dirancang dengan menggunakan 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (actuating), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Kondisi Awal Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan pembelajaran degan model Number Head Together, ternyata aktivitas belajar siswa masih rendah, terbukti dengan masih sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan, malas mengerjakan tugas, tidak semangat dalam mengikuti pelajaran, cenderung berbicara dengan teman di sebelahnya, tidak antusias mengikuti proses pembelajaran dan enggan menjawab pertanyaan, bahkan ada yang tertidur. Dari data pengamatan aktivitas belajar pada kondisi awal siswa yang antusias hanya empat siswa, mau mengajukan pertanyaan hanya satu anak, hanya satu siswa yang berani menjawab pertanyaan, delapan anak yang lengkap catatannya dan semuanya merupakan siswa putri, serta masih ada 10 anak yang belum menunjukkan aktivitasnya dalam belajar. Setiap kali diberi penjelasan mereka lebih sering diam daripada bertanya, tetapi setelah diberi umpan balik mereka tidak bisa menjelaskannya, apalagi ketika diminta untuk mengerjakan tugas di papan tulis, siswa cenderung sibuk mencari jawaban milik teman dengan alasan belum siap atau bahkan buku baik cetak maupun tulis tertinggal di rumah. Tabel.1. Prestasi Belajar Sosiologi Kelas XD pada Kondisi Awal No. Rentang Nilai F % 1 91-100 2 8 2 81-90 1 4 3 75-80 3 12 4 < 75 19 76 Dari tabel 1 terlihat bahwa prestasi belajar siswa pada kondisi awal, dari 25 siswa hanya 6 siswa (24%) yang mencapai KKM dengan nilai 75 ke atas, sedangkan 19 siswa (76%) belum mencapai KKM dengan

nilai dibawah 75. Kondisi perolehan nilai ini masih sangat jauh dari kriteria ketuntasan prestasi belajar yaitu pembelajaran dianggap tuntas apabila siswa memperoleh nilai >75 (lebih dari KKM yang ditetapkan dan ketuntasan klasikal apabila >85% siswa di kelas XD telah mengalami ketuntasan. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XD pada kondisi awal belum tuntas secara klasikal. Deskripsi siklus I 1. Perencanaan, pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat pembelajaran, menyiapkan lembar kerja kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara berkelompok, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, menyiapkan kisi-kisi dan lembar evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur prestasi siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan. a. Pada kegiatan awal guru mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi, menjelaskan kompetensi pembelajaran tentang penyimpangan sosial, menjelaskan tujuan pembelajaran, menanyakan prasyarat pengetahuan tentang penyimpangan sosial, memberikan penjelasan pada siswa mengenai penyimpangan yang terjadi di masyarakat, guru membagi kelompok siswa menjadi empat kelompok. Pada kegiatan awal ini siswa membentuk kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 6 siswa. b. Pada kegiatan inti guru mengelompokkan siswa berdasar nomor kepala yang dipilih siswa secara acak, guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan siswa dalam kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas soal yang diberikan dengan cara menulis jawaban pada lembar kerja masing-masing. Setelah mendapat jawaban kemudian didiskusikan bersama kelompoknya sebelum dipresentasikan dengan di depan kelas. Pada kegiatan ini guru berkeliling dan memberikan bantuan bilamana ada kelompok yang mengalami kesulitan. Langkah terakhir adalah guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas, setelah selesai presentasi guru akan memanggil kelompok dengan nomor yang lain. Pada langkah ini guru mengamati dan memberikan bantuan informasi dan evaluasi dari hasil diskusi siswa.

c. Pada kegiatan akhir guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan, memberikan penguatan, memberian tugas rumah. Kemudian guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Pada akhir kegiatan siswa mengerjakan tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. 3. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan tindakan tentang aktivitas belajar materi penyimpangan sosial siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Materi Penyimpangan Sosial Pada Siklus I NO Uraian kegiatan Siklus I 1 Antusias 15 2 Bertanya, berpendapat 5 3 Kerja sama kelompok 17 4 Membaca 18 5 Menulis 18 6 Berpartisipasi dalam menyimpulkan materi Dari tabel diatas tampak bahwa siswa mengalami peningkatan aktifitas, hanya saja baru ada 5 siswa yang berani bertanya atau berpendapat. Ada 17 siswa yang 15 sudah dapat bekerja sama dengan kelompok, adapun siswa yang lain masih belum terbiasa dengan kerja kelompok sehingga diskusi belum berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan. Pengamatan prestasi belajar materi penyimpangan sosial siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Rentang Nilai Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial Pada Siklus I NO Rentang Nilai f % 1 91-100 2 8 2 81-90 4 16 3 75-80 9 36 4 < 75 10 40 Dari Tabel 3 memperlihatkan 15 siswa (60 %) telah mencapai KKM dengan nilai 75 ke atas, sedangkan 10 siswa (40 %) belum mencapai KKM dengan nilai kurang dari 75. Hasil ini masih jauh dari harapan untuk pencapaian prestasi belajar secara klasikal yaitu 85% dari seluruh siswa kelas XD yang harus tuntas KKM, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus 2. 4. Refleksi Setelah menerapkan model pembelajaran Number Head Together dari 25 siswa yang ada

yang mau bertanya bila mengalami kesulitan, mau menjawab bila ditanya tentang konsep penyimpangan sosial, ada semangat, ada motivasi belajar, ada rasa ingin tahu, mandiri, mau bekerja sama dalam berdiskusi, berusaha memecahkan masalah bila menjumpai persoalan. Dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan aktivitas belajar materi penyimpangan sosial siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Aktivitas belajar materi penyimpangan sosial pada kondisi awal rendah menjadi aktivitas belajar penyimpangan sosial pada siklus I sedang, terjadi peningkatan setelah menerapkan model pembelajaran Number Head Together. Diharapkan aktivitas belajar materi penyimpangan sosial akan meningkat lagi pada siklus II. Data prestasi belajar materi penyimpangan sosial pada kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial Kondisi Awal dan Siklus I NO Uraian Kondisi awal Siklus I 1 Nilai terendah 45 50 2 Nilai tertinggi 91 95 3 Nilai rata-rata 67,4 75,6 Dari Tabel 4 memperlihatkan pada kondisi awal peneliti belum menerapkan model pembelajaran Number Head Together, dari 25 siswa nilai terendah 45, setelah menerapkan model pembelajaran Number Head Together nilai terendah menjadi 50. Untuk nilai tertinggi 91 pada kondisi awal menjadi 95 pada siklus I sedangkan nilai rata-rata 67,4 pada kondisi awal menjadi 75,6 pada siklus I. Diharapkan pada tahapan siklus II prestasi belajar siswa bisa lebih meningkat. Deskripsi siklus II 1. Perencanaan Bersama kolaborator membahas kelemahan dan hambatan yang dihadapi pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus II. Pada tahap perencanaan di siklus II guru mempersiapkan perangkat pembelajaran, membagi siswa untuk berkelompok sesuai dengan nomor secara acak, masing-masing kelompok terdiri atas 4 siswa sehingga dalam satu kelas terdapat 6 kelompok, menyiapkan lembar kerja berisi butir pertanyaan kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara berkelompok, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa yang akan digunakan dalam proses penelitian, menyiapkan

lembar evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur prestasi siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Pada kegiatan awal guru mengecek kehadiran siswa, memberikan motivasi, menjelaskan kompetensi pembelajaran tentang penyimpangan sosial, menjelaskan tujuan pembelajaran, menanyakan prasyarat pengetahuan tentang penyimpangan sosial, memberikan penjelasan pada siswa mengenai penyimpangan yang terjadi di masyarakat, guru membagi kelompok siswa menjadi 6 kelompok. Pada kegiatan awal ini siswa membentuk kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. b. Pada kegiatan inti guru mengelompokkan siswa berdasar nomor kepala yang dipilih siswa secara acak, guru memberikan lembar kerja untuk dikerjakan siswa dalam kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas soal yang diberikan dengan cara menulis jawaban pada lembar kerja masing-masing. Setelah mendapat jawaban kemudian didiskusikan bersama kelompoknya sebelum dipresentasikan dengan di depan kelas. Pada kegiatan ini guru berkeliling dan memberikan bantuan bilamana ada kelompok yang mengalami kesulitan. Langkah terakhir adalah guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas, setelah selesai presentasi guru akan memanggil kelompok dengan nomor yang lain. c. Pada kegiatan akhir guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan, memberikan penguatan, memberian tugas rumah. Kemudian guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Pada akhir kegiatan siswa mengerjakan tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. 3. Hasil pengamatan aktivitas belajar materi penyimpangan sosial Hasil pengamatan tindakan tentang aktivitas belajar materi penyimpangan sosial siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5. berikut.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Materi Penyimpangan Sosial Pada Siklus II NO Uraian kegiatan Siklus II 1 Antusias 22 2 Bertanya, berpendapat 18 3 Kerja sama kelompok 24 4 Membaca 25 5 Menulis 25 6 Berpartisipasi dalam menyimpulkan materi Dari tabel 5 memperlihatkan adanya peningkatan aktifitas, antusias mengikuti pelajaran pada siklus I sebanyak 15 siswa menjadi 22 siswa, bertanya atau perpendapat pada siklus I sebanyak 5 menjadi 18 siswa, kerja sama kelompok pada siklus I sebanyak 17 menjadi 24, membaca dari 18 pada siklus I menjadi 25 pada siklus II, menulis pada siklus I sebanyak 18 menjadi 25 siswa pada siklus II dan mau berpartisipasi menyimpulkan materi sebanyak 15 siswa pada siklus I menjadi 21 siswa pada siklus II. Pengamatan prestasi belajar penyimpangan sosial siswa pada siklus II. Prestasi belajar materi penyimpangan sosial siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: 21 Tabel 6. Rentang Nilai Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial Siklus II NO Interval F % 1 91-100 6 24 2 81-90 7 28 3 75-80 10 40 4 < 75 2 8 Dari Tabel 6 memperlihatkan prestasi belajar materi penyimpangan sosial Siklus II yang diperoleh siswa, sebanyak 23 siswa (92%) memperoleh nilai di atas 75 yang berarti mencapai KKM, dan 2 siswa (8%) memperoleh nilai kurang dari 75 yang berarti belum mencapai KKM. 4. Refleksi Dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan aktivitas belajar materi penyimpangan sosial bagi siswa kelas XD SMA N 1 Rowosari semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Aktivitas belajar penyimpangan sosial pada siklus I sedang menjadi aktivitas belajar materi penyimpangan sosial tinggi pada siklus II, terjadi peningkatan setelah pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together melalui kerja kelompok kecil.

Data prestasi belajar materi penyimpangan sosial pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Prestasi Belajar Materi Penyimpangan Sosial Siklus I dan Siklus II NO Uraian Siklus I Siklus II 1 Nilai terendah 50 65 2 Nilai tertinggi 95 95 3 Nilai rata-rata 75,6 84,04 Dari tabel 7. terlihat bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar materi penyimpangan sosial, pada siklus I nilai terendah 50 dan pada siklus II nilai terendah 65, pada siklus I nilai tertinggi 95 dan pada siklus II tetap 95. Nilai rata-rata materi penyimpangan sosial 75,6 pada siklus I naik menjadi 84,04 pada siklus II. Terjadinya peningkatan ratarata dari siklus I ke siklus II selain telah diterapkannya model pembelajaran Number Head Together dengan kelompok besar pada siklus I dan kelompok kecil pada siklus II juga disebabkan karena saat ulangan siklus I materinya relatif lebih sulit dan lebih banyak dibandingkan dengan materi pada siklus II. 5. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara menggunakan pedoman wawancara siswa setelah siklus II dengan mengambil 25 siswa semua siswa merasa santai dan rileks dalam mengikuti pembelajaran. 6. Hasil Angket Hasil angket menggambarkan bahwa dari 25 siswa, sebanyak 68% menyatakan sangat menarik, mudah, lebih menyenangkan dan sangat setuju untuk dilanjutkan pemanfaatannya. Adapun sebanyak 32% siswa menyatakan setuju untuk dilanjutkan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together. Simpulan Berdasarkan uraian seperti tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Number Head Together dapat meningkatkan aktivitas belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dari kondisi awal aktivitas belajar rendah yaitu 20%, meningkat menjadi 59% pada siklus I, dan siklus II aktivitas belajar materi penyimpangan sosial mengalami peningkatan menjadi 90% atau tinggi. 2. Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar materi Penyimpangan Sosial bagi siswa kelas XD SMAN 1 Rowosari semester 2 Tahun Pelajaran

2015/2016 dari kondisi awal rata rata prestasi belajar sosiologi 67,4, nilai rata-rata prestasi belajar materi penyimpangan sosial pada siklus I naik menjadi 75,6 dan mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 84,04 pada siklus II. Rekomendasi Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagi para siswa, untuk terbiasa belajar dengan memanfaatkan model pembelajaran secara kelompok, agar kemampuan bernalar dan berfikir lebih meningkat, serta dapat meningkatkan pemahaman. 2. Kepada teman-teman guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran dapat menerapkan berbagai model pembelajaran sebagai upaya pemecahan masalahnya. 3. Untuk perpustakaan supaya selalu menambah bahan bacaan terutama yang berkaitan dengan inovasi, kreasi, strategi, metode maupun model pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Nana, Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas. Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sanjaya. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru