1. Pendahuluan. Mandasari, 5 Eva Nurlaela, 6 Mugia Kurniawan

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Prosiding Farmasi ISSN:

Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanol Daun Srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.)

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

PINGKAN MARSEL

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN FITOKIMIA DAN TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN PINANG YAKI Areca Vestiaria Giseke

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati (mega-biodiversity) yang dimiliki perairan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Toksisitas Ekstrak Biji Dan Klika Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Uji Toksisitas Ekstrak Batang Pinang Yaki (Areca vestiaria) pada Artemia salina Leach.

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

UJI TOKSISITAS TERHADAP FRAKSI-FRAKSI DARI EKSTRAK DIKLORMETANA BUAH BUNI

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol dan Fraksi Daun Srigading (Nyctanthes arbortristis

Uji Toksisitas Kulit Akar Melochia umbellata (Houtt) Stapf. var. degrabrata dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Prosiding Farmasi ISSN:

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

TOKSISITAS BEBERAPA EKSTRAK RIMPANG CABANG TEMULAWAK (Curcumaxanthorrhiza Roxb.) PADA LARVA UDANG (Artemiasalina Leach.)

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL UMBI TALAS (Colocasia esculenta L. Schoot ) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST TERHADAP Artemia Salina Leach

Febri Tianandari 1 *, Rasidah Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Banda Aceh.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah

TOXICITY TEST DIETHYL ETHER EKSTRACT Oxalis corniculata L. HERB ON BRINE SHRIMP LETHALITY TEST METHOD. Herwin, Rachmat Kosman, Muzakkir Baits

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Musyarrifah, Asriani Ilyas, dan Maswati Baharuddin Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Daun Tumbuhan Akar Kaik-Kaik Uncaria cordata (Lour.) Merr terhadap Artemia salina Leach

UJI TOKSISITAS METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK n-heksan DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) TERHADAP Artemia salina Leach A B S T R A K

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suren ( Toona sureni Merr.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

ABSTRACT. Key words : Euphorbia tirucalli Linn, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), LC50, Phytochemical Compounds ABSTRAK

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

Sri Mulyani M. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

YULITA MAYA SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DARI EKSTRAK n-heksan BATANG BENALU TANAMAN JERUK (Dendrophtoe pentandra (L.)Miq.)

BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) DARI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) Inda Mapiliandari dan Candra Irawan Akademi Kimia Analisis

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DARI SPON LAUT Petrosia sp. DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

I. PENDAHULUAN. tanaman obat tradisional. Sellaginella adalah tumbuhan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

UJI TOKSISITAS FRAKSI n-butanol BERUWAS LAUT (Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

INDICA LINN), DAGING BUAH MAHKOTA

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BSLT EKSTRAK ETANOL BUNGA UBU-UBU (Hibiscus rosa-sinensis L.) DARI MALUKU UTARA

UJI FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL TANAMAN KESEMBUKAN (Paederia foetida Linn.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

Tamarindus indica L. banyak digunakan masyarakat dalam pengobatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

THE CYTOTOXIC ACTIVITY OF N-HEXANE EXTRACT OF KERSEN(muntingia calaburaa linn.) TEST (BSLT) METHOD*

III. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SPONS Hyrtios erecta TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina L.

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL : BUAH, BIJI, DAUN MAKUTADEWA

SKRINING TOKSISITAS EKSTRAK HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina Leach

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 STUDI AWAL POTENSI ANTIKANKER FRAKSI DAUN SRIGADING (NYCTANTHES ARBOR-TRISTIS L.) ELALUI UJI SITOTOKSIK DENGAN ETODE BRINE-SHRIP LETHALITY TEST (BSLT) 1 Esti Rachmawati Sadiyah, 2 Endah Rismawati Eka Sakti, 3 Siti Hazar, 4 Nelly andasari, 5 Eva Nurlaela, 6 ugia Kurniawan 1 Program Studi Farmasi, Fakultas atematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggamalela No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 esti_sadiyah@ymail.com Abstrak. Potensi antikanker senyawa fitokimia dari bahan alam dapat ditunjukkan salah satunya melalui aktivitas sitotoksik. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji potensi aktivitas sitotoksik adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva udang (Artemia salina Leach). Srigading atau harsingar (Nyctanthes arbor-tristis L.) adalah tumbuhan yang memiliki potensi aktivitas sitotoksik. etode penelitian yang dilakukan mencakup penyiapan bahan, penapisan fitokimia, ekstraksi dengan metode maserasi dan refluks, fraksinasi, serta pengujian aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT. Hasil uji sitotoksik dengan metode BSLT pada ekstrak dan fraksi menunjukkan bahwa fraksi n-heksan hasil maserasi dengan etanol 96% memiliki aktivitas sitotoksik yang signifikan dengan nilai LC 50 sebesar 30,516 ppm. Hal tersebut memperlihatkan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksan berdasarkan penapisan fitokimia yang berupa alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpen-seskuiterpen, dan steroid-triterpen memiliki potensi sebagai antikanker. Kata kunci: srigading, maserasi, refluks, ekstrak, fraksi, sitotoksik, BSLT. 1. Pendahuluan Bahan alam terutama tumbuhan diketahui mengandung senyawa antikanker yang memiliki kemampuan untuk mencegah maupun mengobati penyakit kanker. Jika dikonsumsi secara rutin setiap hari senyawa antikanker yang berasal dari tumbuhan juga diketahui dapat mengurangi kejadian beberapa jenis kanker. Senyawa fitokimia tersebut dapat bersinergi dengan obat-obatan kemoterapi untuk mengatasi resistensi obat kanker dan penggunaan lebih jauhnya juga dapat memungkinkan penurunan konsentrasi obat terapi kanker yang disertai dengan peningkatan efisiensi (Rahman & Khan, 2013: 74). Adapun potensi antikanker senyawa fitokimia dari bahan alam dapat ditunjukkan salah satunya melalui aktivitas sitotoksik. Senyawa yang bersifat sitotoksik adalah senyawa yang dapat menimbulkan kematian sel melalui gangguan fungsi metabolic atau pertumbuhan sel (proliferasi). Senyawa sitotoksik dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dari sel tumor malignan. Senyawa sitotoksik tersebut dapat berupa senyawa yang larut dalam air (polar dan semipolar) maupun tidak larut dalam air (nonpolar), metabolit primer (protein) maupun sekunder (flavonoid, alkaloid, terpenoid) (Rahman & Khan, 2013: 76-79). Potensi antikanker dapat diketahui melalui penelitian awal berupa uji aktivitas sitotoksik. Salah satu metode yang digunakan adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). etode tersebut menggunakan larva udang (Artemia salina Leach) sebagai 125

126 Esti Rachmawati Sadiyah, et al. bioindikator tingkat toksisitas senyawa yang diuji ditunjukkan melalui nilai edian Lethal Concentration (LC 50 ) (eyer, dkk., 1982: 32). Srigading atau harsingar (Nyctanthes arbor-tristis L.) adalah tumbuhan yang memiliki potensi aktivitas sitotoksik. Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol batang dan daun tumbuhan ini di antaranya adalah alkaloid, senyawa fenol, tannin, terpenoid, saponin, dan flavonoid (Chidi dkk, 2015: 208). Senyawa-senyawa tersebut memiliki kepolaran yang beragam, baik yang dapat terlarut dalam pelarut non polar seperti n-heksan, maupun yang dapat terlarut dalam air yang bersifat polar. Sejauh yang dapat ditelusuri, belum ada publikasi ilmiah mengenai aktivitas sitotoksik fraksi n- heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi air, serta fraksi alkaloid daun srigading yang diuji dengan metode BSLT. 2. etode Penelitian Penelitian ini mencakup beberapa tahapan yaitu penyiapan bahan, penapisan fitokimia, ekstraksi dengan metode maserasi dan refluks, fraksinasi serta pengujian aktivitas sitotoksik dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan perhitungan LC 50 dengan metode probit. Bahan yang digunakan adalah daun srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.) yang telah dideterminasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Penapisan fitokimia pada simplisia dan ekstrak dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, kuinon, monoterpen dan sesquiterpen. Ekstraksi dilakukan dengan dua metode, yaitu maserasi (cara dingin) dan refluks (cara panas). Pada metode maserasi digunakan dua macam pelarut yaitu etanol 96% untuk mendapatkan kandungan flavonoid serta metanol untuk mendapatkan kandungan alkaloid. Pada metode refluks hanya menggunakan etanol 96%. Ekstrak hasil maserasi dengan etanol 96% yang diperoleh kemudian difraksinasi dengan n-heksana, kloroform, etil asetat, dan air. Sementara itu, ekstrak hasil maserasi dengan metanol difraksinasi untuk mendapatkan fraksi-fraksi alkaloid berdasarkan derajat keasamannya. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair (ECC). Seluruh ekstrak dan fraksi yang diperoleh kemudian diuji aktivitas sitotoksiknya dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), dengan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan ujinya. Parameter LC 50 dihitung dengan metode probit (Chidi dkk, 2015: 207, Fatimatuzzahra, 2013: 32). Penyiapan larva udang dilakukan dengan merendam telur udang (Artemia salina Leach) di dalam wadah penetasan yang berisi air garam di bawah cahaya lampu pijar 60 watt (jarak sinar lampu dengan wadah penetasan ± 20 cm) pada suhu kamar, yang dilengkapi dengan pengatur suhu akuarium dan aerator. Telur dibiarkan selama 24 jam sampai menetas menjadi larva. Setelah berumur 48 jam, larva siap digunakan (Teng Wah Sam, 1993 dalam Steven & Russel, 1993: 445). Konsentrasi larutan sampel uji yang digunakan adalah 0; 5; 10; 25; 50; 75; 100; 125; 150; 175; 200; 250; dan 300 ppm (Rija i, 2013: 27-28). Larutan diaduk hingga homogen menggunakan vortex, kemudian larva udang (Artemia salina Leach) sebanyak 10 ekor dimasukan ke dalam vial tersebut, dan vial ditutup dengan aluminium foil, serta diinkubasi selama 24 jam (Rija i, 2013: 28). Pengujian dilakukan sebanyak tiga pengulangan (triplo) untuk masing-masing konsentrasi pada ekstrak dan fraksi. Kematian larva udang diamati setelah 24 jam kemudian persen kematian dihitung dengan rumus sebagai berikut. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PK Kesehatan

Studi Awal Potensi Antikanker 127 %kematian = Σ larva mati Σ larva uji X 100% 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Penapisan Fitokimia Berdasarkan hasil penapisan fitokimia simplisia, ekstrak maupun fraksi daun srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.) menunjukkan bahwa baik pada simplisia, ekstrak, maupun fraksi daun srigading mengandung alkaloid, flavonoid, serta senyawa fenolat. Namun, baik pada simplisia dan ekstrak daun srigading tidak terdeteksi adanya kandungan senyawa tannin. Kandungan saponin terdeteksi pada simplisia dan ekstrak metanol hasil maserasi, sedangkan pada ekstrak etanol baik hasil maserasi maupun refluks, serta pada fraksi tidak terdeteksi. Senyawa monoterpen dan seskuiterpen terdeteksi pada simplisia, seluruh ekstrak dan fraksi, kecuali fraksi air baik hasil maserasi maupun refluks. Steroid/triterpenoid terdeteksi juga pada simplisia, seluruh ekstrak dan fraksi kecuali pada fraksi etil asetat (semi polar) dan fraksi air (polar), baik hasil maserasi maupun refluks. Sebaliknya, kandungan kuinon terdeteksi pada simplisia, seluruh ekstrak dan fraksi kecuali pada fraksi n-heksan dan fraksi kloroform yang bersifat non polar, baik hasil maserasi maupun refluks (Tabel 1). Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia simplisia, ekstrak, dan fraksi aserasi Refluks Golongan Senyawa Simplisia E E E FH FK FEt FA E R FH R FK R FEt FA R Alkaloid + + + + + + + + + + + + Flavonoid + + + + + + + + + + + + Tanin - - - - - - - - - - - - Fenolat + + + + + + + + + + + + onoterpen seskuiterpen + + + + + + - + + + + - Steroid/ Triterpenoid + + + + + - - + + + - - Kuinon + + + - - + + + - - + + Saponin + + - - - - - - - - - - Keterangan: (+) Terdeteksi; (-) Tidak terdeteksi; (E) ekstrak maserasi dengan metanol; (EE) ekstrak maserasi dengan etanol; (FH) fraksi n-heksana hasil maserasi; (FK) fraksi kloroform hasil maserasi; (FEt) fraksi etil asetat hasil maserasi; (FA) fraksi air hasil maserasi. (ER) ekstrak refluks; (FHR) fraksi n-heksana hasil refluks; (FKR) fraksi kloroform hasil refluks; (FEt) fraksi etil asetat hasil refluks; (FA) fraksi air hasil refluks. pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016

128 Esti Rachmawati Sadiyah, et al. 3.2 Pengujian Aktivitas Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Etanol dan Fraksi Tabel 2 menunjukkan rata-rata jumlah larva yang mati pada setiap kelompok uji yang diberi ektrak atau fraksi hasil maserasi. Tabel 2. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 96% dan fraksi flavonoid hasil maserasi Konsentrasi (ppm) Rata-rata Jumlah Larva ati pada Sampel Uji Ekstrak Etanol 96% Fraksi n- heksan Fraksi kloroform Fraksi etil asetat Fraksi Air 0 0 0 0 0 0 5 0 1,67 0 0,33 0,33 10 0 2,67 1 1,33 1 25 1 3,67 1,67 2,33 2 50 3 4,33 3,67 3 2,67 75 5 5 4 3,67 3,33 100 5,33 5,67 5 4 5 125 6 7 5,67 5,67 5,67 150 7,33 7,67 7 10 8,33 175 8 10 8 10 8,67 200 10 10 9 10 9 250 10 10 9,33 10 10 300 10 10 10 10 10 Ekstrak dan fraksi hasil refluks menunjukkan aktivitas yang berbeda. Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada konsentrasi 5 ppm yang telah menunjukkan kematian larva adalah kelompok yang diberi fraksi kloroform dan fraksi etil asetat, sedangkan fraksi n- heksan dan fraksi air baru menunjukkan kematian larva pada konsentrasi 10 ppm. Sama seperti hasil yang ditunjukkan pada aktivitas sampel hasil maserasi, kelompok yang diberi fraksi etil asetat hasil refluks juga menunjukkan kematian seluruh larva pada konsentrasi 150 ppm. Di samping itu, kelompok yang diberi fraksi n-heksan juga menunjukkan kematian seluruh larva pada 150 ppm, sedangkan pada kelompok yang diberi fraksi kloroform menunjukkan kematian seluruh larva pada 175 ppm. Pada kelompok yang diberi ektrak etanol dan fraksi air tidak menunjukkan kematian seluruh larva walaupun pada konsentrasi tertinggi (300 ppm). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PK Kesehatan

Studi Awal Potensi Antikanker 129 Tabel 3 Hasil pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 96% dan fraksi flavonoid hasil refluks Konsentrasi (ppm) Rata-rata Jumlah Larva ati pada Sampel Uji Ekstrak Etanol 96% Fraksi n- heksan Fraksi kloroform Fraksi etil asetat Fraksi Air 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1,33 0,33 0 10 0 1,67 1,33 1 1 25 0 2 1,67 1,67 1 50 0,67 4,67 2,33 2 1,67 75 2 6 3 3,67 2,33 100 2,67 7 3,67 4,33 3,67 125 4 7,67 5,67 5,33 4 150 5 10 6 10 5 175 5,67 10 10 10 5,67 200 6 10 10 10 6,33 250 6,33 10 10 10 8 300 8,33 10 10 10 9 Hasil perhitungan jumlah kematian yang diperoleh selanjutnya dikonversi menjadi nilai probit dan digunakan untuk mendapatkan persamaan yang menunjukkan hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi ekstrak atau fraksi yang digunakan. Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai LC 50 ekstrak, Dengan memasukkan angka 5 sebagai nilai probit dari 50% kematian ke dalam persamaan tersebut dan mencari antilog dari nilai X yang diperoleh, dihasilkan nilai LC- 50 dari ekstrak dan fraksi (Tabel 4). Tabel 4 Nilai LC 50 ekstrak etanol 96% dan fraksi flavonoid hasil maserasi dan refluks Nilai LC 50 (ppm) Sampel Uji aserasi Refluks Ekstrak etanol 62,619 191,587 Fraksi n-heksan 30,516 36,191 Fraksi kloroform 69,677 38,01 Fraksi etil asetat 32,746 34,139 Fraksi air 49,407 126,248 Berdasarkan nilai LC 50 yang diperoleh secara keseluruhan, aktivitas sitotoksik yang paling tinggi ditunjukkan pada fraksi n-heksan hasil maserasi (30,516 ppm) dan ativitas tersebut signifikan menurut eyer et al. (1982: 32). Aktivitas terendah ditunjukkan pada ekstrak etanol hasil refluks (191,587 ppm). Adapun jika diperhatikan berdasarkan metode ekstraksi yang digunakan, pada hasil maserasi aktivitas terendah tidak ditunjukkan pada ekstrak etanol, melainkan pada fraksi kloroform. Di samping itu, pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016

130 Esti Rachmawati Sadiyah, et al. pada hasil refluks aktivitas tertinggi tidak ditunjukkan pada fraksi n-heksan, melainkan pada fraksi etil asetat. Jika mengamati hasil penapisan fitokimia pada Tabel 1, setiap ekstrak atau fraksi sejenis menunjukkan kandungan senyawa yang sama, meskipun metode ekstraksinya berbeda. Fraksi n-heksan hasil maserasi dan hasil refluks sama-sama menunjukkan kandungan alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpen-seskuiterpen, dan steroidtriterpenoid. Berdasarkan LC 50 yang diperoleh, kedua fraksi tersebut menunjukkan nilai yang berdekatan (Tabel 4). Di samping itu, fraksi etil asetat hasil maserasi dan refluks juga menunjukkan kesamaan kandungan senyawa satu sama lain, yaitu alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpen-seskuiterpen, dan kuinon. Nilai LC 50 kedua fraksi tersebut juga berdekatan (Tabel 4). Berdasarkan hasil yang diperoleh, aktivitas sitotoksik yang ditunjukkan pada ekstrak dan fraksi yang diperoleh melalui maserasi dan refluks menggunakan etanol 96% diduga melibatkan peranan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpenseskuiterpen, dan steroid-triterpenoid seperti yang terdapat pada fraksi n-heksan hasil maserasi. Ekstrak etanol dan Fraksi Hasil pengujian ekstrak metanol daun srigading menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka persen kematian larva udang juga semakin tinggi (Tabel 5). Tabel 6 menunjukkan nilai LC 50 ekstrak metanol dan fraksi alkaloid. Berdasarkan hasil yang diperoleh, aktivitas sitotoksik tertinggi ditunjukkan pada ekstrak metanol, yang diikuti fraksi alkaloid basa. Aktivitas sitotoksik terendah ditunjukkan pada fraksi alkaloid netral/basa lemah. Tabel 5 Hasil pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak metanol dan fraksi alkaloid Konsentrasi (ppm) Ekstrak metanol Rata-rata Jumlah Larva ati pada Sampel Uji Fraksi alkaloid Fraksi alkaloid Fraksi alkaloid netral/basa basa kuarterner lemah 0 0 0 0 0 5 0,66 0 0,66 1,00 10 2,33 0 1,00 1,00 25 2,33 0 2,33 1,00 50 2,33 1,66 2,33 1,66 75 3,33 1,66 3,00 3,33 100 5,66 1,66 3,00 3,33 125 7,00 2,33 4,33 4,33 150 8,00 2,66 5,00 5,33 175 6,66 3,33 5,66 4,66 200 8,66 3,33 6,00 6,00 250 9,33 4,66 9,33 8,33 300 9,66 5,33 9,66 8,66 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PK Kesehatan

Studi Awal Potensi Antikanker 131 Tabel 6. Nilai LC 50 Ekstrak metanol dan fraksi alkaloid Sampel Nilai LC 50 (ppm) Ekstrak metanol 57, 4815 Fraksi alkaloid netral/basa lemah 286,53 Fraksi alkaloid basa 93,64 Fraksi alkaloid kuarterner 115,75 Nilai LC 50 yang ditunjukkan ekstrak metanol berdekatan dengan nilai yang ditunjukkan ekstrak etanol hasil maserasi. Sebelumnya hasil penapisan fitokimia (Tabel 1) memperlihatkan bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak metanol memiliki kesamaan dengan yang terkandung dalam ekstrak etanol, kecuali saponin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas sitotoksik yang ditunjukkan pada ekstrak metanol dan etanol melibatkan peranan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpenseskuiterpen, steroid-triterpenoid, dan kuinon, namun tidak menunjukkan peranan saponin. Adapun jika dibandingkan dengan aktivitas sitotoksik ekstrak dan fraksi hasil maserasi dan refluks dengan menggunakan etanol 96%, nilai LC 50 ekstrak metanol dan fraksi alkaloid basa lebih tinggi dari nilai yang ditunjukkan fraksi n-heksan hasil maserasi. 4. Kesimpulan dan Saran Hasil uji sitotoksik dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ekstrak dan fraksi menunjukkan bahwa fraksi n-heksan hasil maserasi dengan etanol 96% memiliki aktivitas sitotoksik yang signifikan dengan nilai LC 50 sebesar 30,516 ppm. Hal tersebut memperlihatkan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksan yaitu alkaloid, flavonoid, fenolat, monoterpen-seskuiterpen, dan steroid-triterpen memiliki potensi sebagai antikanker. Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut sebagai berikut: (1) Diperlukan pengujian lanjutan aktivitas sitotoksik senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksan hasil maserasi dengan etanol 96%, untuk mengetahui potensi masing-masing secara terpisah. (2) Diperlukan juga karakterisasi kimia lebih lanjut senyawa-senyawa dalam fraksi n- heksan tersebut yang menunjukkan aktivitas sitotoksik yang signifikan dengan metode BSLT. Ucapan Terima Kasih Kegiatan ini dilaksanakan atas Biaya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada asyarakat (LPP) Universitas Islam Bandung Tahun Anggaran 2015/2016. Daftar pustaka Fatimatuzzahra, F. (2013). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum Sims.) terhadap Larva (Artemia salina) dengan etode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). [Skripsi], Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 2, No.1, Th, 2016

132 Esti Rachmawati Sadiyah, et al. Chidi, B. B., Pandeya, S., Gharti, K. P., Bharati, L. (1993), Phytochemical Screening and Cytotoxic Activity of Nyctanthes arbor-tristis, Ind. Res. J. Pharm. & Sci.,2 (2): 205-217. eyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putman, J.E., Jacsben, L.B., Nicols, D.E., and claughlin, J.L. (1982). Brine shrimp : a convinient general bioassay for active plant constituent. Journal Plant edica 45: 31-34. Rahman,.. and Khan,. A., (2013), Anti-cancer Potential of South Asian Plants, Nat. Prod. Bioprospect., 3: 74-88. Rijai, A. J., (2013), Telaah Fitokimia Kandungan etabolit Sekunder dalam Ekstrak Daun Sirih Hitam (Piper betle L.) dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach), Skripsi, Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung. Steven & Russel. J, (1993). Bioactive Natural Products; Detection, Isolation and Structural Determination. Florida: CRC Press. Inc. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PK Kesehatan