BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 4 (diakses pada tanggal 9 Desember 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran inbal jasa penjaminan oleh Pemerintah. ini dapat tercermin dari eksistens UMKM yang cukup dominan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Pada akhir tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan dan keikutsertaannya dalam membangun ekonomi negara, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT MIKRO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk JAKARTA PUSAT

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tergolong padat penduduk. Dizaman

Abstrak. Kata Kunci : Efektivitas, KUR, Kesempatan Kerja, Pendapatan.

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah ekonomi tersebut, dengan membuat usaha kecil-kecilan atau usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata- Penyebaran yang merata

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya lembaga keuangan merupakan sebuah perantara di mana

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam memajukan perekonomian suatu Negara peranan Perbankan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Bidang dan Objek KKP. Indonesia kini menjadi Negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan era globalisasi, perusahaan-perusahaan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan pasar yang tidak menentu dan tingkat persaingan antar bank yang

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Perkembangan Perekonomian Daerah Propinsi Maluku Triwulan II 2008 PERKEMBANGAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PERBANKAN DI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya. Sementara defenisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kebijakan ditujukan untuk sektor UMKM karena sektor ini memiliki potensi dan efektifitas yang tinggi untuk menyerap tenaga kerja di Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pasal 1 (satu) tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau sering disebut UMKM memiliki pengertian yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Sektor UMKM berperan dalam meningkatkan perekonomian nasional khususnya di bidang Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan. Menurut data dari Kantor Staf Presiden (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia. Sedangkan secara ekonomi kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia

2 sebesar 59 persen. Untuk itu peningkatan sektor UMKM sangat penting dan strategis (ksp.go.id, 2015). Kebijakan untuk sektor UMKM berupa pemberian subsidi bunga dalam pembiayaan (kredit) yang salah satunya dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 20/PMK.05/2016, Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak, namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2007 melalui Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 namun bunga KUR yang diterapkan masih relatif tinggi. Sehingga pada bulan September 2015, pemerintah melalui KUR menerbitkan kebijakan subsidi bunga yang diperuntukkan untuk sektor UMKM. Subsidi bunga yang diberikan oleh pemerintah memungkinkan para pelaku UMKM memperoleh kredit bunga rendah. Bunga yang diterapkan pada KUR di bank saat ini rata-rata sekitar di bawah 10% pertahun. Pemberian subsidi bunga tersebut dikarenakan tekad pemerintah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan daya saing di pasar internasional melalui peningkatan permodalan UMKM. Pertumbuhan UMKM yang sangat pesat dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional membuat pemerintah memberikan perhatian lebih pada sektor UMKM. Bank Indonesia (BI) mencatat baru 22

3 persen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menikmati akses pembiayaan perbankan (depkop.go.id, 2016). Sehingga pemberian subsidi bunga pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan dapat meningkatkan pelaku UMKM untuk memiliki akses perbankan dan program pembangunan pemerintah. Paket kebijakan pemerintah ini sangat relevan ditujukan untuk pemberdayaan sektor UMKM yang memiliki kualitas namun menghadapi kendala dalam permodalan. Meskipun UMKM yang menggunakan perbankan masih sedikit, namun menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 58,78 triliun per 31 Juli 2016. Jumlah itu mencapai 53,82 persen dari target Rp 109,21 triliun. Aslan Lubis selaku Deputi Direktur Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK mengatakan bahwa jenis kredit yang jumlah realisasinya paling besar adalah KUR mikro, yakni mencapai Rp 39,61 triliun atau 56,65 persen dari target (Jatmiko, 2016). Tabel 1.1 Realisasi Penyalur KUR terbesar di Inonesia No. Bank Target Realisasi Prosentase 1. BRI 71,58 triliun rupiah 43,92 triliun rupiah 61,36 persen 2. Mandiri 13 triliun rupiah 7,42 triliun rupiah 57,05 persen 3. BNI 11,5 triliun rupiah 7,23 triliun rupiah 63,35 persen Sumber : Jatmiko, 2016 Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang paling besar adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Pada kuartal I

4 tahun 2016 penyaluran KUR sebesar Rp 50,8 triliun. Adapun target penyaluran KUR BRI tahun 2016 mencapai Rp 67,5 triliun. Pencapaian tersebut terdiri atas KUR Ritel sebesar Rp 39,5 triliun dengan debitur sebanyak 2.666.488 pelaku UMKM. Adapun untuk realisasi KUR Mikro sebesar Rp 11,3 triliun dengan debitur 54.571 pelaku UMKM (bisniskeuangan.kompas.com, 2016). Realisasi terhadap KUR di BRI yang tinggi tersebut dikarenakan bunga yang diterapkan pada KUR sangat rendah yaitu 9 persen pertahun atau setara dengan 0,41 persen flat pertahun. Saat pengajuan pinjaman KUR di BRI, nasabah tidak dipungut biaya provisi dan administrasi (bri.co.id, 2016). Pertumbuhan pengguna layanan KUR di bank konvensional khususnya BRI yang semakin meningkat tentu menjadi ancaman bagi perkembangan lembaga keuangan mikro syariah yang turut membantu permasalahan permodalan bagi para pelaku UMKM seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan syariah bukan bank yang bergerak dalam skala mikro yang memiliki kesetaraan dengan koperasi simpan pinjam (KSP) yang memiliki fungsi sebagai lembaga pengumpul dan penyalur dana ke masyarakat. Kegiatan operasional BMT dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat tidak menggunakan sistem bunga melainkan sistem bagi hasil. Sehingga masyarakat yang menginginkan

5 pinjaman tanpa adanya bunga dapat melakukan pembiayaan di BMT atau lembaga keuangan mikro lainnya yang disetarakan seperti Koperasi Syariah. Ancaman terhadap perkembangan lembaga ini berdasarkan pada pertumbuhan BMT yang masih lambat. Pertumbuhan BMT secara nasional pada bulan Maret 2015 telah mencapai aset sebesar Rp 4,7 triliun dan jumlah pembiayaan sebesar Rp 3,6 triliun. Sedangkan pada bulan Oktober 2015 berhasil mengonsolidasi 561 BMT berbadan hukum koperasi memiliki dengan total aset Rp 11,9 triliun dan memiliki anggota 2.694.013 orang yang tersebar di seluruh Indonesia (republika.co.id, 2015). Pertumbuhan BMT yang masih lambat jika dibandingkan dengan bank konvensional tentu menjadi masalah. Masalah tersebut di antaranya sifat BMT yang merupakan lembaga berbadan hukum koperasi membuat setiap kegiatan dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat terbatas tidak sebebas lembaga yang berbadan hukum bank. Masalah lainnya yaitu dikarenakan standar layanan bank konvensional yang lebih profesional, kebutuhan masyarakat yang lebih beragam dan bank konvensional mampu memberikan inovasi produk yang beragam daripada bank syariah, serta harga yang diberikan BMT belum mampu menyaingi Bank Konvensional. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi keputusan masyarakat untuk memilih melakukan pinjaman di bank konvensional atau pembiayaan di BMT. Respon masyarakat yang begitu positif terhadap penerapan program KUR dibandingkan dengan pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan

6 Syariah membuat peneliti berfikir untuk menambah sebuah variabel yang akan mempengaruhi masyarakat untuk memiliki respon yang positif terhadap pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah. Variabel tersebut berupa sikap. Indikator sikap dalam penelitian ini yaitu kognitif (pengetahuan), affective (emosional), dan tingkah laku. Ketiga indikator dalam sikap ini memungkinkan masyarakat memberikan tanggapan yang positif atau negatif terhadap pembiayaan yang ada di BMT. Sikap masyarakat yang positif diharapkan mampu mendorong masyarakat pengguna KUR di BRI untuk pindah (switching) ke BMT. Dalam penelitian ini ditegaskan bahwa sikap lebih tepat sebagai variabel moderating dari pada variabel intervening yang akan memperkuat atau melemahkan keputusan masyarakat untuk pindah melakukan pembiayaan di LKS dari pinjaman KUR di BRI. Responden dari penelitian ini adalah pedagang pasar Sleman yang menggunakan KUR di BRI. Pasar Sleman dipilih sebagai tempat penelitian karena di sekitar pasar Sleman terdapat Kantor Cabang BRI sebagai lembaga penyalur KUR terbesar di Indonesia dan juga KSPPS Prima Artha sebagai penyalur dana pembiayaan masyarakat untuk sektor mikro. Sehingga para pedagang pasar Sleman ini memiliki akses yang terbuka untuk melakukan pinjaman di lembaga keuangan yang berbasis syariah maupun konvensional. Melalui uraian di atas, peneliti ingin mengetahui seberapa besar Pengaruh Penerapan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI

7 Terhadap Keputusan Masyarakat Melakukan Pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah dengan Sikap sebagai Variabel Moderating. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: 1. Apakah penerapan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI dan sikap berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan masyarakat melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah? 2. Sejauh manakah sikap sebagai variabel moderating mempengaruhi masyarakat untuk melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui penerapan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI dan sikap berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan masyarakat melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah. 2. Untuk mengetahui sejauh mana sikap sebagai variabel moderating mempengaruhi masyarakat untuk melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah.

8 D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain: 1. Kegunaan secara teoritis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dari segi teori yang diperoleh di kampus maupun praktik dan juga kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yang terbaru. b. Bagi pembaca Dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau literatur maupun perbandingan untuk penelitian-penelitian yang lain atau selanjutnya. 2. Kegunaan secara praktis a. Bagi Lembaga Keuangan Syariah Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi serta referensi untuk pengembangan maupun inovasi produk di Lembaga Keuangan Syariah. b. Bagi masyarakat Dapat dijadikan referensi bagi masyarakat untuk bisa membedakan antara Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ada di Bank Konvensional pada umumnya dan di BRI pada khususnya dengan pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) seperti KSPPS Prima Artha.

9 E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan beberapa hipotesis, yaitu: 1. Diduga penerapan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI dan sikap berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan masyarakat melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah. 2. Diduga sikap sebagai variabel moderating mempengaruhi masyarakat yang melakukan KUR di BRI untuk berpindah dan melakukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah. F. Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis penelitian dan sistematika pembahasan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Tinjauan pustaka dan kerangka teori berisi uraian mengenai tinjauan pustaka terdahulu dan teori yang relevan dengan penelitian ini yaitu teori pemasaran, Kredit Usaha Rakyat (KUR), sikap, pengambilan keputusan, brand switching (perpindahan produk/merek), dan pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah.

10 BAB III : METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi uraian mengenai jenis penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik serta analisis data. BAB 1V : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan berisi uraian mengenai hasil penelitian (deskripsi dan analisis data), uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis data, pengujian hipotesis, hasil wawancara dengan responden, serta pembahasan. BAB V : PENUTUP Penutup berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran.