IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BPS PROVINSI JAWA BARAT

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BPS PROVINSI JAWA BARAT

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

BPS PROVINSI JAWA BARAT

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BPS PROVINSI JAWA BARAT


Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat yaitu rata-rata kenaikan 5,27 persen per tahun, kecuali tahun 2008 dan 2009. Peningkatan PDB tertinggi terjadi di China dengan rata-rata meningkat 10,49 persen per tahun dan terendah Jepang sebesar 0,77 persen per tahun. Hal ini mencerminkan perekonomian China tumbuh sangat pesat, bahkan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi China mencapai 14,20 persen. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi di semua negara-nagara ASEAN+3, Jepang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2008 dibanding negara ASEAN+3 lainnya yaitu sebesar -1,04 persen. Kemudian pada tahun 2009, beberapa negara mengalami pertumbuhan negatif adalah Malaysia sebesar -1,64 persen, Singapura sebesar -0,98 persen, Thailand sebesar -2,33 persen, dengan resesi terbesar terjadi di Jepang sebesar -5,53 persen. Tabel 6 Pertumbuhan ekonomi Negara-negara ASEAN+3 tahun 2001-2010 (persen) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) China 8,30 9,10 10,00 10,10 11,30 12,70 14,20 9,60 9,20 10,40 Indonesia 3,64 4,50 4,78 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,20 Jepang 0,36 0,29 1,69 2,36 1,30 1,69 2,19-1,04-5,53 4,44 Korea 3,97 7,15 2,80 4,62 3,96 5,18 5,11 2,30 0,32 6,32 Malaysia 0,52 5,39 5,79 6,78 5,33 5,85 6,48 4,81-1,64 7,19 Filipina 2,89 3,65 4,97 6,70 4,78 5,24 6,62 4,15 1,15 7,63 Singapura -1,15 4,20 4,58 9,16 7,37 8,76 8,86 1,70-0,98 14,76 Thailand 2,17 5,32 7,14 6,34 4,60 5,09 5,04 2,48-2,33 7,81 Vietnam 6,89 7,08 7,34 7,79 8,44 8,23 8,46 6,31 5,32 6,78 Sumber : World Development Indicator 2012 (diolah) Penurunan pertumbuhan ekonomi merupakan dampak dari krisis finansial global yang berawal dari kasus subprime mortgage di Amerika Serikat yang

48 menyebabkan tekanan terhadap perekonomian dunia termasuk kawasan ASEAN+3. Sementara itu pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 kembali bangkit dan tumbuh positf. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Singapura sebesar 14,47 persen dan terendah terjadi di Jepang (4,44 persen) seperti yang disajikan pada Tabel 6. 4.1.2 Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Dari sisi PDB per kapita, terdapat kesenjangan yang besar di antara negara-negara ASEAN+3. PDB per kapita tertinggi terjadi di Jepang mencapai US$ 43.063 atau lebih 35 kali lipat PDB per kapita Vietnam yang hanya US$ 1.224 pada tahun 2010. Singapura merupakan negara dengan PDB perkapita tertinggi kedua dengan nilai sedikit dibawah Jepang yaitu US$ 41.986. PDB per kapita masing-masing negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Gambar 5. 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 US$ 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun China Indonesia Japan Korea, Rep. Malaysia Philippines Singapore Thailand Vietnam Sumber : World Development Indicator 2012 (diolah) Gambar 5 Perkembangan PDB per kapita di negara-negara ASEAN+3 periode Tahun 2001-2010 Selama periode waktu 2001-2010, PDB per kapita negara-negara ASEAN+3 memiliki tren PDB per kapita yang meningkat setiap tahun, yaitu ratarata meningkat sebesar 74,19 persen. Kenaikan PDB per kapita tertinggi dimiliki oleh oleh China yakni dari US$ 1.041 pada tahun 2001 menjadi US$ 4.432 tahun 2010 atau naik sebesar 325,57 persen. Sementara, kenaikan PDB per kapita

49 terendah dialami oleh Jepang dari US$ 32.716 tahun 2001 menjadi US$ 43.063 pada tahun 2010 atau naik sebesar 31,62 persen. 4.1.3 Perkembangan Ekspor dan Impor di Negara-negara ASEAN+3 Perkembangan perekonomian yang terus membaik selama kurun waktu 2001-2010 menyebabkan ekspor di negara-negara ASEAN+3 juga mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor terbesar terjadi di China dan Vietnam dengan pertumbuhan 21,69 persen pertahun dan 18,54 persen pertahun. Dilain pihak, perumbuhan ekspor terendah dialami oleh Jepang dengan pertumbuhan sebesar 7,51 persen. Sementara itu, ekspor negara lain tumbuh di kisaran 7,8 persen sampai 18,5 persen. Pada tahun 2010, nilai ekspor terbesar terjadi di China yaitu mencapai US$ 1.752,40 milyar dan diikuti Jepang sebesar US$ 833,7 milyar, sedangkan yang terendah dialami Filipina dengan nilai US$ 69,5 milyar, seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai ekspor di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2001-2010 (milyar US$) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertu mbuha n (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) China 299,4 365,4 485 655,8 836,9 1061,7 1342,2 1581,7 1333,3 1752,4 21,69 Indonesia 62,6 63,9 71,6 82,7 97,4 113,1 127,2 152,1 130,4 173,9 12,02 Jepang 434,7 447,9 510,9 615,1 654,4 704,6 773,1 858,9 639,2 833,7 7,51 Korea 180,3 190,8 227,7 295,2 331,8 377,7 439,9 493,7 414,8 531,5 12,76 Malaysia 102,4 109,2 117,9 143,9 162,1 182,5 205,5 229,8 185,9 231,4 9,48 Filipina 35,1 38 39,6 44,4 47,6 56,9 64,6 64,1 54,3 69,5 7,88 Singapura 171,2 171 193,7 239,7 283,7 324,7 366,7 402,6 395,5 441,6 11,1 Thailand 76,1 81,5 93,7 114,1 129,7 152,5 181,3 208,4 180,1 227,2 12,93 Vietnam 17,9 19,9 23,5 29,9 36,7 44,8 54,6 71 66,4 82,5 18,54 Sumber : World Development Indicator 2012 (diolah) Selain ekspor, hal yang sama juga dialami nilai impor, dimana nilai impor China dan Vietnam tumbuh paling pesat di antara negara-negara ASEAN+3, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 21,10 persen per tahun dan 19,65 persen per tahun. Dilain pihak, pertumbuhan impor terendah dialami Filipina dengan pertumbuhan impor 6,83 persen per tahunnya. Pada tahun 2010, nilai

50 impor terbesar terjadi di China yaitu membukukan nilai US$ 1.520,3 milyar, diikuti oleh Jepang sebesar US$ 768 milyar dan Korea Selatan (US$ 503,2 milyar), sedangkan yang terendah dialami oleh Filipina (US$ 73 milyar), seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Nilai impor di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2001-2010 (milyar US$) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertu mbuh an (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) China 271,32 328,01 448,92 606,54 712,09 852,77 1034,73 1232,84 1113,20 1520,33 21,10 Indonesia 49,36 51,64 54,32 70,74 85,53 93,41 109,76 146,71 115,22 162,35 14,15 Jepang 408,04 394,54 439,65 523,92 590,00 649,81 699,45 849,44 620,79 768,05 7,28 Korea 168,93 182,28 213,09 265,15 308,93 364,50 424,02 504,69 383,88 503,21 12,89 Malaysia 86,25 91,82 96,15 118,51 130,55 147,06 167,03 178,25 144,39 189,03 9,11 Filipina 40,33 45,31 45,89 49,40 53,33 59,10 64,76 68,35 56,15 73,08 6,83 Singapura 157,01 155,17 167,63 211,68 247,35 283,79 314,97 365,39 346,20 381,01 10,35 Thailand 68,59 72,96 84,01 106,23 131,71 145,29 160,63 201,38 152,32 203,75 12,86 Vietnam 18,60 21,72 26,76 33,29 38,92 47,61 65,86 84,84 76,43 93,45 19,65 Sumber : World Development Indicator 2012 (diolah) Nilai ekspor netto menunjukkan kemampuan perekonomian suatu negara. Pada negara-negara ASEAN+3 selama periode 2001-2010, surplus perdagangan China menunjukkan perkembangan yang sangat tinggi yaitu mencapai US$ 232,07 milyar pada tahun 2010. Dilain pihak, defisit perdagangan terendah dialami oleh Vietnam dengan nilai sebesar US$ -10,94 milyar. Jika dilihat secara ekspor netto, beberapa negara-negara ASEAN+3 ada yang selalu mengalami surplus perdagangan, tetapi ada juga yang selalu mengalami defisit perdagangan. Surplus perdagangan selalu terjadi di China, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Singapura. Sementara negara yang selalu mengalami defisit perdagangan terjadi di Filipina dan Vietnam.

51 Tabel 9 Nilai ekspor netto di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2001-2010 (milyar US$) Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) China 28,08 37,38 36,08 49,28 124,80 208,91 307,48 348,87 220,10 232,07 Indonesia 13,27 12,32 17,23 12,00 11,85 19,73 17,47 5,38 15,14 11,55 Jepang 26,61 53,41 71,22 91,13 64,36 54,75 73,66 9,41 18,45 65,66 Korea 11,42 8,50 14,60 30,02 22,83 13,20 15,85-10,97 30,90 28,30 Malaysia 16,18 17,40 21,70 25,41 31,50 35,46 38,46 51,58 41,54 42,35 Filipina -5,23-7,27-6,32-5,02-5,78-2,18-0,15-4,27-1,89-3,62 Singapura 14,19 15,81 26,03 28,06 36,31 40,93 51,71 37,25 49,29 60,58 Thailand 7,50 8,49 9,67 7,84-1,97 7,23 20,72 6,99 27,79 23,48 Vietnam -0,75-1,81-3,31-3,43-2,21-2,78-11,26-13,85-10,06-10,94 Sumber: World Development Indicator 2012 (diolah) Secara keseluruhan dapat terlihat bahwa masih ada beberapa negara ASEAN+3 yang mengalami arus perdagangan yang terus meningkat seperti layaknya China dan Jepang yang menunjukkan perkembangan yang pesat karena itu wajar jika China disebut sebagai negara berkekuatan ekonomi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (Tjahajana 2012), namun terdapat juga negara yang mengalami kemunduran seperti Filipina dan Vietnam. Net ekspor masing-masing negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Tabel 9. 4.1.4 Perkembangan Impor Sektor Pertanian Barang Mentah/Baku di ASEAN+3 Selama periode tahun 2006-2010, rata-rata impor tertinggi pada sektor pertanian barang mentah/baku di antara negara-negara ASEAN+3 terjadi di China, dimana setiap tahunnya rata-rata impor sebesar 8477, 89 juta US$. Sedangkan rata-rata impor terendah pada sektor pertanian barang mentah terjadi di Filipina, dengan rata-rata impor sebesar 157,84 juta US$ pertahun. Dari data juga dapat diketahui bahwa negara China, Jepang dan Korea yang merupakan mitra ASEAN memiliki nilai impor yang terbesar, hal ini mencerminkan bahwa negara-negara tersebut memiliki ukuran ekonomi yang besar, karena semakin besar kemampuan untuk menyerap ekspor yang dihasilkan negara pengekspor, seperti yang disajikan pada Tabel 10.

52 Tabel 10 Perkembangan impor sektor pertanian barang mentah/baku di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2006-2010 (juta US$) Negara 2006 2007 2008 2009 2010 x (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) China 6875,43 7774,49 8756,76 7012,11 11970,66 8477,89 Indonesia 398,10 479,85 882,66 636,93 1073,51 694,21 Jepang 4135,39 4051,23 4890,51 3184,40 4850,91 4222,49 Korea 1951,68 2134,72 2426,06 1658,69 2727,39 2179,71 Malaysia 997,41 1306,84 1509,94 1560,49 2059,14 1486,76 Filipina 154,73 162,65 211,53 119,47 140,82 157,84 Singapura 702,05 721,44 785,64 530,32 775,84 703,06 Thailand 687,15 754,18 975,89 767,86 1168,17 870,65 Vietnam 747,20 762,77 881,50 743,44 1014,73 829,93 x 1849,90 2016,46 2368,94 1801,52 2864,58 Keterangan: x : rata-rata; Sumber: COMTRADE 2012 (diolah) Rata-rata impor sektor pertanian barang mentah terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 1801,52 juta US$. Penurunan impor terjadi hampir di semua negara kecuali Malaysia yang menunjukkan peningkatan impor pada tahun 2009. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya krisis finasial global yang bermula dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2007 sampai 2008 yang berimbas kepada perekonomian dunia, termasuk ASEAN+3. 4.1.5 Perkembangan Impor Sektor Manufaktur di Negara-negara ASEAN+3 Sementara itu, impor negara-negara ASEAN+3 pada sektor manufaktur kurun waktu 2006-2010, rata-rata impor tertinggi terjadi di China, dengan setiap tahunnya terjadi impor sebesar 397724,45 juta US$. Sedangkan rata-rata impor terendah terjadi di Filipina, dengan rata-rata impor sebesar 21239,47 juta US$ pertahun. Rata-rata impor terbesar di negara-negara ASEAN+3 dikuasai mitra ASEAN yaitu China, Jepang dan Korea. Hal ini serupa dengan impor sektor pertanian barang mentah dimana mencerminkan bahwa negara-negara tersebut memiliki ukuran ekonomi yang besar, karena semakin besar kemampuan untuk menyerap ekspor yang dihasilkan negara pengekspor, seperti yang disajikan pada Tabel 11.

53 Tabel 11 Perkembangan impor sektor manufaktur di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2006-2010 (juta US$) Negara 2006 2007 2008 2009 2010 x (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) China 328150,48 381265,42 407684,43 372514,76 499007,19 397724,45 Indonesia 19161,43 23286,02 51774,25 40847,47 57789,25 38571,68 Jepang 162722,70 173959,49 192485,30 164008,00 205319,66 179699,03 Korea 102302,73 120414,72 139848,51 110619,14 142954,94 123228,01 Malaysia 56920,15 63375,62 56362,67 53345,45 63776,99 58756,18 Filipina 20651,76 22205,50 21534,95 18022,08 23783,05 21239,47 Singapura 96515,28 104008,12 110891,81 84813,92 108836,25 101013,08 Thailand 56253,15 65759,48 75778,62 60569,11 85086,04 68689,28 Vietnam 19948,45 29273,45 36533,97 34767,63 43159,99 32736,70 x 95847,35 109283,09 121432,72 104389,73 136634,82 Keterangan: x : rata-rata Sumber: COMTRADE 2012 (diolah). Rata-rata impor sektor manufaktur terendah juga terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 104389,73 juta US$. Dimana penurunan impor terjadi di semua negara pada tahun tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur juga terkena imbas krisis finansial global pada awal tahun 2008, bahkan krisis lebih terasa pada sektor manufaktur karena memberi tekanan ekonomi pada semua negara di kawasan ASEAN+3. 4.2 Gambaran Trade Facilitation di Negara-negara ASEAN+3 4.2.1 Perkembangan Kualitas Pelabuhan Ekspor-Impor di Negara-negara ASEAN+3 Salah satu dimensi dari trade facilitation adalah kualitas infrastruktur pelabuhan, pengukuran ini digunakan untuk melihat kualitas terhadap fasilitas pelabuhan ekspor impor suatu negara. Pengukuran dengan menggunakan indeks dari nilainsatu yang berarti infrastruktur pelabuhan dianggap sangat buruk, skor tertinggi nilai tujuh yang berarti infrastruktur pelabuhan dianggap sangat efisien sesuai dengan standar internasional.

54 Tabel 12 Perkembangan kualitas infrastruktur pelabuhan ekspor dan impor di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2010 dan berdasarkan peringkat Negara 2007 2008 2009 2010 x Peringkat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Singapore 6,83 6,78 6,78 6,76 6,79 2 Malaysia 5,72 5,71 5,52 5,58 5,63 19 Korea 5,51 5,18 5,10 5,46 5,31 25 Japan 5,55 5,22 5,17 5,15 5,27 37 Thailand 4,65 4,42 4,69 5,03 4,70 43 China 3,98 4,32 4,28 4,32 4,23 67 Indonesia 2,66 3,04 3,40 3,62 3,18 96 Vietnam 2,77 2,83 3,28 3,60 3,12 97 Philippines 2,82 3,16 3,00 2,76 2,94 131 Sumber: World Economic Forum 2011 dan WDI 2012 (diolah) Selama periode 2007-2010 kuliatas infrastruktur pelabuhan di negaranegara ASEAN+3 menunjukkan variasi yang besar, rata-rata kualitas infrastruktur pelabuhan terbaik dimiliki oleh Singapura dengan nilai 6,79 dengan peringkat secara dunia berada di peringkat kedua mengalahkan 142 negara lainnya pada tahun 2010. Kemudian diikuti Malaysia dengan nilai 5,63 dan Korea Selatan (5,31). Namun, terdapat hal yang ironis, dimana rata-rata infrastruktur pelabuhan terendah dialami Filipina dengan nilai 2,94 dengan arti memiliki kualitas yang buruk. Peringkat Filipina juga cukup memprihatinkan dengan berada di posisi 131 dari 142 negara. Selengkapnya mengenai perkembangan kualitas infrastruktur pelabuhan ekspor dan impor disajikan pada Tabel 12. 4.2.2 Perkembangan Efisiensi Prosedur Kepabeanan di Negara-negara ASEAN+3 Efisiensi prosedur kepabeanan merupakan dimensi lain dari trade facilitation yang digunakan untuk mengukur dari efisiensi prosedur kepabeanan di suatu negara. Peringkat tersebut berkisar dari satu sampai tujuh, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih besar, sementara skor rendah menunjukkan inefisiensi.

55 Tabel 13 Perkembangan efisiensi prosedur kepabeanan di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2010 dan berdasarkan Peringkat Negara 2007 2008 2009 2010 x Peringkat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Singapore 6,43 6,45 6,39 6,30 6,39 2 Malaysia 4,97 4,78 4,77 4,81 4,83 32 Japan 4,36 4,34 4,40 4,63 4,43 41 China 4,21 4,46 4,57 4,53 4,44 46 Korea 5,89 5,03 4,55 4,53 5,00 47 Thailand 4,32 4,08 4,06 4,14 4,15 74 Indonesia 3,01 3,26 3,70 3,86 3,46 89 Vietnam 3,17 3,34 3,60 3,55 3,41 106 Philippines 3,06 2,93 2,98 3,00 2,99 129 Sumber: World Economic Forum 2011 dan WDI 2012 (diolah) Dari tahun 2007-2010, efisiensi prosedur kepabeanan memperlihatkan kesenjangan yang besar, rata-rata efisiensi prosedur kepabeanan terbaik dimiliki oleh Singapura dengan nilai rata-rata 6,39 (peringkat dua dunia). Kemudian diikuti Malaysia (4,83), dan Jepang (4,43). Sementara nilai rata-rata terendah dialami Filipina dengan nilai rata-rata 2,99 (peringkat 129 dunia), hal ini mencerminkan prosedur kepabeanan di negara tersebut tidak efisien, seperti yang disajikan pada Tabel 13. 4.2.3 Perkembangan Biaya Impor di Negara-negara ASEAN+3 Biaya impor adalah biaya yang dikenakan pada kontainer 20-kaki dalam US$. Semua biaya yang terkait dengan menyelesaikan prosedur untuk mengekspor atau mengimpor barang disertakan. Ini termasuk biaya untuk dokumen, biaya administrasi untuk bea cukai dan pengawasan teknis, biaya broker pabean, biaya terminal handling dan transportasi darat. Ukuran biaya tidak termasuk pajak atau pajak perdagangan dan disini hanya biaya resmi yang dicatat. Selama periode 2007-2010, biaya impor di negara-negara ASEAN+3 bervariasi, rata-rata biaya impor tertinggi terjadi di Jepang dengan nilai rata-rata sebesar US$ 960,25. Kemudian untuk rata-rata terendah dibukukan oleh Singapura dengan nilai rata-rata US$ 421. Pada tahun 2010, biaya impor tertinggi terjadi di Jepang (US$ 970), diikuti Thailand (US$ 795) dan Korea Selatan (US$

56 756). Sedangkan yang terendah dialami Singapura dengan nilai sebesar US$ 439 pada tahun 2010. Biaya Impor di Negara-negara ASEAN+3 Tahun 2007-2010 selengkapnya disajikan pada Gambar 6. US$ 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2007 2008 2009 2010 Tahun Singapore Malaysia China Vietnam Indonesia Philippines Korea Thailand Japan Sumber: International Finance Corporation 2012 (diolah) Gambar 6 Biaya impor di Negara-negara ASEAN+3 tahun 2007-2010