PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Oot Hotimah *)

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

Iklim Perubahan iklim

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

PENGERTIAN GREEN CITY

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun badan hukum. Usaha pemerintah ini tidak terlepas dari tujuan negara

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Penataan Kota dan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III)

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN UNTUK MEDIA

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Global Warming. Kelompok 10

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Oot Hotimah *) ABSTRAK Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. urbanisasi menyebabkan beberapa masalah, seperti kemiskinan akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik yang baik. Pendahuluan U rbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. Sebagian besar negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berarti dengan adanya urbanisasi. Namun urbanisasi menyebabkan beberapa masalah, seperti kemiskinan akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik yang baik. Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Sejumlah bukti baru memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia. Pemanasan global di masa depan lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Kota besar yang menjadi kawasan urban telah bekembang menjadi area tempat bergelut/berjuang melawan perubahan cuaca (climate change). Kotakota besar di dunia adalah 70% penyebab emisi gas. Apalagi kehidupan kota besar tersebut hanya menempati 2% dari planet bumi. Maka, fenomena tersebut merupakan benturan antara perubahan iklim dengan urbanisasi, jika tidak ada upaya yang nyata di masa depan. Kawasan urban sangat konsumtif terhadap energi, transportasi, mesin pemanas dan pendingin rumah tangga dan aktifitas ekonomi lainnya. Setiap tahun penduduk yang tinggal di kota akan bertambah 67 juta jiwa dan 91% diantaranya terjadi di wilayah berkembang seperti negara-negara di benua Asia dan Afrika. Pembahasan Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan *) Dosen Geografi, FIS UNJ, sedang menempuh studi lanjut di Program Doktoral Pascasarjana Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Lingkungan REGION Volume V No. 1 Maret 2013 1

penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Urbanisasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, Pertumbuhan penduduk yang pesat, terjadi di luar batas administratif kota, yaitu di daerah perdesaan sekitarnya yang berkarakteristik urban Kedua, kawasan perkotaan akibat urbanisasi ini, memperoleh benefit (keuntungan) dari adanya aglomerasi dan economies of scale Ketiga, ukuran kepadatan dan keragaman kota mengakibatkan pola hidup yang berbeda dari pola di desa, kawasan perdesaan bahkan di kotakota kecil Keempat, timbul dan meningkatnya golongan menengah diperkotaan (urban middle class), berpengaruh pula pada pola kehidupan keluarga dan pola permukimannya, pola penggunaan ruang-ruang publik seperti jalan, ruang terbuka, taman dan sebagainya. Perkotaan menjadi tujuan utama urbanisasi, fenomena ini tentu saja menambah padatnya area perkotaan. Hal ini mendorong terjadinya persaingan yang tinggi di kota sebagai suatu bentuk seleksi alam. Mereka yang memiliki keterampilan rendah akan tergusur. Akibatnya, hanya mereka yang memiliki kemampuan atau keterampilan yang memadai yang bisa bertahan di kota besar. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku urbanisasi khususnya di Indonesia hampir tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk bekerja di kota. Pada akhirnya, banyak pelaku urbanisasi yang tergusur dari kerasnya persaingan di kota besar. Mereka pada umumnya justru menimbulkan masalah baru di kota seperti pengangguran, meningkatnya kriminalitas, munculnya pemukiman kumuh, pengemis, pemulung, dan anak jalanan. Fenomena tersebut mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin tinggi di perkotaan. Di sisi lain, dengan iklim persaingan yang tinggi, sebuah kota akan semakin terakselerasi pembangunan ekonominya yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan ekonomi yang tajam antara desa dan kota. Terjadilah sebuah fenomena di mana gemerlapnya kota menyilaukan daerah, yang ikut mendorong masyarakat daerah melakukan urbanisasi ke kota besar. Asia dan Afrika, dua benua yang pertumbuhan wilayahnya sangat cepat merupakan benua yang memiliki populasi paling besar. Selain itu negara-negara miskin yang pendapatan perkapita kurang dari US $1 berada pada benua ini. REGION Volume V No. 1 Maret 2013 2

Wilayah urban di benua ini berkembang dengan sangat cepat. Namun dampaknya adalah pengelolaan limbah yang buruk, kekurangan sumber air, kekurangan wilayah pemukiman, besarnya intensitas cuaca buruk, dan kenaikan muka air. Afrika masih wilayah dunia yang paling miskin dan terbelakang. Sebagian besar menderita kekurangan gizi, penyediaan air yang tidak memadai dan sanitasi, kemiskinan, kejahatan dan kekerasan. Sebanyak 76% dari populasi urban, dengan lebih dari 100.000 penduduk, menjadi korban kejahatan tertinggi di dunia. Banyak kota-kota Afrika berkembang tanpa direncanakan dan menyebabkan tidak terkendalinya pertumbuhan pemukiman informal, perumahan yang tidak memadai dan pelayanan dasar, dan meningkatkan kemiskinan perkotaan. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, 40% dari pendudukk Afrika hidup dengan pendapatan kurang dari US $ 1 per hari, dan jumlah mereka terus bertambah. Tantangan utama yang dihadapi kota-kota Afrika adalah penyediaan lapangan kerja, perumahan dan infrastruktur, ditambah dengan dampak ekonomi politik yang lemah dan lingkungan global yang berubah. Perubahan iklim telah menghasilkan pola cuaca yang tidak menentu, erosi garis pantai, penyebaran hama dan penyakit yang ditularkan melalui air. Diperkirakan para petani Afrika kehilangan US $ 28 per hektar per tahun untuk setiap kenaikan 1 C pada suhu global. Dampak penting lain perubahan iklim pada negara-negara Afrika adalah penggurunan. Kondisi gurun yang disebabkan oleh hilangnya vegetasi penutup secara bertahap dan berkepanjangan atas lahan yang luas di sebuah negara atau di dua atau lebih negara. Kehilangan tutupan vegetasi menyebabkan pengurangan kelembaban tanah yang membatasi keanekaragaman hayati dan produktivitas lingkungan. Kurangnya pemanfaatan lahan, terutama di subsistem pertanian dan ekonomi di sebagian besar negara-negara Afrika telah mempercepat hilangnya vegetasi alam dan memperburuk masalah perubahan iklim. Dengan pertambahan waktu, penggurunan telah mengubah lahan yang luas menjadi kondisi kering dan semi-kering. Dalam hal ini, kapasitas tanah tutupan vegetasi asli untuk menumbuhkan benih sungguh lemah karena total hampir tidak ada hujan. Asia telah memiliki pertumbuhan penduduk, perkotaan dan ekonomi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir. Selain sangat berbeda dalam kondisi demografis dan komposisi ekonomi, Asia dan Afrika memiliki beberapa kesamaan. Asia, seperti Afrika, terdiri dari beberapa daerah sub, yang bervariasi negaranya dalam hal ukuran REGION Volume V No. 1 Maret 2013 3

populasinya, sejarah, budaya, geografi, pembangunan dan lingkungan hidup. Asia ini juga berisi beberapa negara pascakonflik (misalnya: Kamboja dan Timor Leste) dan beberapa negara termiskin di dunia seperti Myanmar dan Laos). Kesamaan lainnya pada tren urbanisasi, pada negara-negara berpenghasilan rendah, memiliki populasi yang lebih tinggi tingkat pertumbuhan tahunan perkotaan, misalnya, Timor Leste (6%), Kamboja (5%) dan Indonesia (4%). Cina, salah satu negara terbesar di Asia, dan bahkan di dunia, diperkirakan memiliki dua kali lipat jumlah penduduk perkotaan atau sekitar 40% selama 2006-2030 dan mencapai lebih dari 70% pada tahun 2050. Pertumbuhan ekonomi di Asia sebagian besar terkonsentrasi di perkotaan. Kotakota menjadi lebih besar dan jumlah kota besar bertambah. Pada tahun 2015, sepuluh dari 22 kota di dunia akan berada di Asia. Yang tidak merata pola urbanisasi yang paling jelas dalam situasi di mana pertumbuhan perkotaan terkonsentrasi sekitar kota-kota besar sebuah negara, kadang-kadang termasuk daerah sekitarnya saja. Sering disebut sebagai kota primata (ada yang tumbuh menjadi kota-kota besar), kota-kota ini menyediakan jumlah yang tidak proporsional akan penyediaan jasa nasional, mengakibatkan konsentrasi investasi dan sumber daya hanya di beberapa kota besar saja. Menurut Richard T. T. Forman dalam buku Urban Regions : Ecology and Planning Beyond the City (2008) gejala alam tersebut dapat dikelompokkan dalam dua topik ekologis yang penting diperkenalkan dalam konteks perkotaan yaitu : (1) Bumi dan tanah Bumi menyediakan berbagai fungsi penting di daerah perkotaan, termasuk penyediaan air akuifer, sistem drainase, dan struktur permukaan tanah. Tanah merupakan bagian atas bumi diubah oleh organisme, merupakan campuran partikel yang dinamis yang kaya mineral, air, udara, akar, bahan organic, jamur, bakteri, dan hewan tanah kecil. Profil tanah dan jenis tanah mencerminkan jenis batuan yang mendasarinya, lalu berpengaruh pada iklim dan iklim mikro. Perencana dan desainer menggunakan peta tanah untuk menunjukkan kapasitas penyerapan air dari masing-masing jenis tanah, untuk meminimalkan banjir. (2) Iklim mikro dan polusi udara Iklim mikro merupakan kondisi cuaca di ruang kecil, berbeda di utara dan selatan, bukit dan lereng, dekat atau jauh dari pantai atau badan air lainnya, dan pada sisi bangunan REGION Volume V No. 1 Maret 2013 4

yang berbeda. Angin, sudut matahari, dan sumber uap air adalah penyebab utama terjadinya iklim mikro. Urbanisasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Asia termasuk generasi pertama industri baru, yakni: Republik Korea, Hong Kong dan Singapura, dan generasi kedua industri baru, yakni ASEAN-4 negara: Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina; ekonomi transisi adalah Cina dan Vietnam, dan belum munculnya daerah ekonomi di wilayah Mekong, misalnya: Laos, adalah yang termiskin di dunia. Urbanisasi dan pertumbuhan kota yang cepat akan disertai oleh perubahan gaya hidup dan pola permukiman dan karena itu akan meningkatkan permintaan energi, infrastruktur transportasi. Hal ini pada gilirannya akan berdampak pada iklim karena ada peningkatan emisi gas rumah kaca, pembuangan limbah dan perubahan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan. Banyak hipotesa yang menelaah lebih lanjut tentang hal ini adalah meskipun kota bisa menjadi mesin pertumbuhan dan solusi untuk perubahan iklim, tapi juga sangat terpengaruh dan bisa rentan terhadap perubahan iklim. Masalah yang disebabkan oleh iklim seperti: banjir, kekeringan, kenaikan tingkat permukaan laut, dapat mempengaruhi kesehatan penduduk kota, mengurangi produksi pangan, mengancam kota-kota pesisir, membuat tekanan air dan menghancurkan infrastruktur wilayah perkotaan. Pola pembangunan perkotaan di Afrika, khususnya di Afrika Sub-Sahara sangat berhubungan erat dengan perubahan iklim. Pilihan-pilihan kebijakan tersedia untuk pembuat kebijakan dalam hal strategi adaptasi dan mitigasi. Hal yang menarik bahwa meskipun Afrika memberikan kontribusi yang besar untuk perubahan iklim global, ia adalah yang paling dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim akibat kapasitas yang rendah benua ini untuk menangani masalah ini, dan tingginya tingkat kemiskinan di Afrika. Dengan 11% dari populasi dunia, Afrika menyumbang hanya 3% dari total emisi global, sementara negara-negara kaya dengan 15% dari populasi global menyumbang 45% dari emisi CO 2. Karakteristik umum yang utama dari pembangunan perkotaan di Afrika, yaitu: tingginya tingkat kemiskinan dan menjamurnya permukiman kumuh dan permukiman informal. Perubahan iklim lebih lanjut akan semakin buruk dan merusak kemajuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk perkotaan di Afrika. Perubahan iklim akan berdampak negatif pada pertanian dan ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan meningkatkan tekanan air di Afrika. Hal ini juga akan REGION Volume V No. 1 Maret 2013 5

meningkatkan frekuensi kekeringan dan banjir serta menyebabkan malapetaka di permukiman perkotaan di Afrika. Perubahan iklim juga akan berpengaruh secara signifikan pada kesehatan manusia di Afrika. Karena Afrika berkontribusi terhadap variasi iklim marjinal, pembuat kebijakan di Afrika harus fokus pada kebijakan adaptasi dan mitigasi. Dalam hal ini, baik pemerintah daerah dan nasional harus mendesain strategi yang efektif dan waspada dalam pendekatan kebijakan mereka untuk mengendalikan dampak iklim di kota-kota daerah mereka dan dampak bagi nasional secara keseluruhan. Perubahan iklim global sebenarnya solusinya ada pada tingkat lokal dan pada tingkat kota. Perubahan iklim muncul dalam banyak bentuk seperti kenaikan suhu, banjir, dan kenaikan muka laut. Hal tersebut menimbulkan bencana bagi kehidupan kota, misalnya pada kesehatan penduduk, kerusakan infrastruktur dan bentuk kehidupan. Maka tugas pemerintah adalah melindungi penduduk dari bahaya tersebut. Pemerintah mmemiliki peran yang penting dalam pembuatan keputusan dalam usaha perlindungan penduduk terhadap bencana perubahan iklim. Solusi untuk masalah perubahan iklim harus datang dari kota itu sendiri karena mereka memiliki sistem mitigasi dan kapasitas serta kemampuan adaptasi yang kompleks. Oleh karena itu, perencana perkotaan dan pembuat kebijakan harus berpikir lokal dan jangka panjang serta terpadu yang menggabungkan strategi mitigasi dan adaptasi. Clive Doucet dalam buku Urban Meltdown (2007) mengemukakan bahwa permasalahan global memiliki solusi di tingkat lokal. Permasalahan perubahan iklim global memiliki penanganan di tingkat kota. Perubahan diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman, tindakan kolektif tentang kota, politik dan reformasi peradilan yang aman juga.untuk menghentikan perubahan iklim dari pengisian bahan bakar, maka harus diputus rantai politik yang mengikat. Para perencana kota seharusnya mengenali peran penting aspek lingkungan yang dimiliki suatu kota. Urbanisasi yang meningkat akan meningkatkan konsumsi energi dan kebutuhan transportasi, maka akan berpengaruh pada perubahan iklim. Maka pemerintah sebagai pembuat keputusan seharusnya mengintegrasikan kebijakan pada adaptasi dan mitigasi dalam perencanaan urbanisasi. Pemerintah seharusnya bertindak secara lokal namun berpikir secara global dan berpikir mengenai rencana jangka panjang. Karena kota merupakan sistem yang kompleks, maka kebijakan harus dirancang sesuai dengan keunikan tiap kota. Perencanaan urbanisasi hendaknya bertujuan untuk meningkatkan kualitas REGION Volume V No. 1 Maret 2013 6

hidup penduduk kota yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Pembangunan di Singapura, salah satu bentuknya dapat dilihat dari upaya Dewan Pembangunan dan Perumahan Housing and Development Board (HDB) dalam menciptakan perumahan rakyat yang berkelanjutan di Singapura. Sejak kemerdekaan, Singapura memiliki kemajuan yang signifikan dalam pembangunan ekonomi dan perkotaan. Singapura telah mengimplementasikan proses pembangunan perkotaan dan telah berhasil menciptakan ketertiban dan penggunaan jalan yang lebih efektif dan efesien untuk menghindari kemacetan perkotaan. Singapura sering dijadikan model keberhasilan dari yang sebelumnya tertinggal, ekonomi terbelakang dan kota liar yang dipugar menjadi modern, bersih dan hijau, kota dengan infrastruktur yang efisien dan efektif dalam kebijakan manajemen lingkungan perkotaan. Lebih dari 80% populasinya tinggal di flat perumahan rakyat yang dibangun oleh HDB dan merupakan milik sendiri. HDB didirikan pada tahun 1960 untuk menyediakan perumahan murah untuk Singapura. Singapura mungkin satusatunya negara di Asia di mana pemerintah telah berhasil menyediakan perumahan yang terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah juga menghindari pemukiman dan perumahan sosial kelas rendah yang menjadi ciri khas perumahan umum di negara lainnya. Maka tidak heran jika Singapura dianugerahi Pelayanan Publik Award pada 2008 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Kepemilikan Rumah. Kelangkaan tanah di Singapura, disiasati melalui HDB dengan membangun Highrise dan perumahan dengan kepadatan tinggi. Selain memenuhi kebutuhan perumahan penduduk, desain perkotaan dan perumahan di Singapura memberikan pertimbangan lingkungan dan pemanfaatan energi air dan pengelolaan limbah yang efektif. Lebih khusus, sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk mencapai keberlanjutan lingkungan, HDB telah mengambil inisiatif sebagai berikut: Mempromosikan efisiensi energi Mengurangi efek heat island dari sebuah perkotaan Mempromosikan pembangunan berkelanjutan Afrika Selatan merupakan negara dengan pendapatan menengah yang mengembangkan perekonomian, infrastruktur, telekomunikasi dan pasokan jaringan energi secara baik. Dilema pemerintah yang dihadapkan pada hal memenuhi tujuan ekonomi energi-intensif dari negara, yang didasarkan pada batubara, sebuah produk yang memiliki tingkat emisi tinggi. Negara ini memiliki salah satu bursa saham terbaik di dunia. Di bidang ekonomi, Afrika Selatan menyumbang 40% dari semua hasil REGION Volume V No. 1 Maret 2013 7

industri dan 25% dari PDB benua Afrika. Namun, ia adalah negara yang memiliki salah satu perbedaan pendapatan tertinggi di dunia. Afrika Selatan juga merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di Afrika. Afrika emitor CO2 terbesar di dunia karena ketergantungan pada batubara. Variabilitas iklim sudah mempengaruhi perumahan dan permukiman, khususnya permukiman informal dan rumah murah dimana mayoritas hidup miskin. Chikulo berpendapat bahwa 19% dari tempat tinggal di Selatan Afrika dianggap sebagai permukiman informal dan ilegal - sekitar 3,6 juta orang tinggal dalam pemukiman informal dan tidak memiliki akses terhadap sanitasi, infrastruktur dan listrik yang layak. Sebagian besar menggunakan batu bara, minyak tanah, kayu atau minyak cair untuk memasak dan menghangatkan rumah. Akibatnya, mereka terkena polusi udara dalam ruangan yang berdampak pada kesehatan mereka. Di pemukiman ini, orang tidak memiliki akses untuk membersihkan sistem air dan sanitasi yang layak. Akibatnya, bila ada hujan, mereka terkena banjir dan penyakit menular. Di Vietnam, dampak perubahan iklim terhadap pembangunan sosialekonomi dan perumahan berhubungan dengan pengaturan kelembagaan dan strategi bahwa negara ini harus menangani secara cepat dampak negatif perubahan iklim. Vietnam memulainya dengan kebijakan reformasi ekonomi Doi Moi tahun 1986 dan memperkenalkan kebijakan ekonomi berorientasi pasar dengan meninggalkan pusat yang direncanakan ekonomi. Kebijakan reformasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan per kapita PDB dari US $ 200 sampai US $ 400 pada 1990-an, menjadi US $ 835 pada tahun 2007. Angka kemiskinan juga menurun dari 58% pada tahun 1993 menjadi 12,4% pada tahun 2008. Walaupun Vietnam telah membuat kemajuan luar biasa dalam pembangunan sosial-ekonomi dalam dua dekade terakhir, negara ini rawan terhadap bencana seperti topan, badai tropis dan tanah longsor. Karena sebagian dari sabuk pembangunan industri dan perkotaan terletak di sepanjang daerah pesisir pantai, mereka rentan terhadap bencana iklim seperti topan, badai tropis, gelombang laut dan intrusi garam. Menurut Hoang, dalam 100 tahun ke depan, permukaan laut akan meningkat antara 30 cm hingga 1 m, dan dengan demikian meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan mengancam dataran rendah pesisir. Kenaikan 1m di permukaan laut akan berdampak buruk bagi enam juta penduduk, atau 7,3% dari populasi. Vietnam, karena variabilitas iklim baru-baru ini, telah mengalami perubahan dalam intensitas dan frekuensi badai dan curah hujan. Antara tahun 1990 hingga tahun 2000, banjir menewaskan sekitar 3.173 orang, REGION Volume V No. 1 Maret 2013 8

sementara sekitar 804 orang kehilangan nyawa mereka karena badai dan banjir pantai. Lain halnya Malaysia, sebagai akibat dari perubahan iklim, Malaysia mengalami bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai / gelombang, kebakaran hutan, badai angin dan tanah longsor. Sebagai contoh, antara tahun 1965 sampai 2007, sekitar 49 kasus bencana alam telah dilaporkan, dan mengakibatkan kematian sekitar 1.062 orang selain mempengaruhi 1,24 juta orang lainnya. Menurut Clive Doucet dalam buku Urban Meltdown (2007), Kota perlu otoritas politik, legislatif dan keuangan yang sebanding dengan tanggung jawab. Kotakota perlu membuat rencana lingkungan yang mampu mendefinisikan kembali bagaimana kita hidup secara harmonis dengan alam. Tanpa reformasi politik dan lingkungan,maka zaman kegelapan adalah yang akan dihadapi. Krisis perkotaan akan terjadi bila terlalu banyak orang berada di tempat-tempat yang terlalu kecil tanpa sumber daya publik dan institusional yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kekurangan sumber daya akan berdampak pada pola pertumbuhan dan pola konsumsi. Kesimpulan Ada hubungan antara urbanisasi dengan perubahan iklim di benua Asia dan Afrika. Urbanisasi berpengaruh pada pemukiman dan kehidupan perkotaan. Ada beberapa tantangan utama yang dihadapi kota-kota di Asia dan Afrika. Perlunya komitmen politik dan perbaikan sistem manajemen tata pemerintahan, pengetahuan, advokasi dan kesadaran, peningkatan kolaborasi dan kemitraan tingkat internasional, nasional, maupun lokal yang sangat dibutuhkan dalam menyusun strategi dan perumusan suatu kebijakan lingkungan. Semua aspek dampak perubahan iklim dalam perkotaan dari sisi ekologi, ekonomi, dan kehidupan sosial haruslah dipahami hingga kita dapat menarik benang merah antara gejala alam dengan kehidupan masyarakat sosial dan implikasinya pada kehidupan ekonomi. Masalah perubahan iklim harus dilihat dalam sudut pandang yang luas. Pemerintah perlu memiliki perencanaan terpadu dan kerangka manajemen sumber daya yang mempromosikan integrasi holistik dan sistematis pengelolaan sumber daya melalui integrasi rencana sektoral ke tingkat daerah, lokal/federal dan rencana nasional. Jenis rencana bertujuan untuk menjamin lingkungan yang layak, asri dan ramah, sistem transportasi publik yang baik, dan perambahan pembangunan perkotaan ke daerah-daerah yang jauh sekalipun, yang ditunjuk sebagai daerah produksi pertanian atau pangan daerah. REGION Volume V No. 1 Maret 2013 9

Daftar Pustaka Doucet, Clive. 2007. Urban Meltdown: Cities, Climate Change and Politics-as-Usual.. New Society Publisher. Forman, R.T.T. 2008. Urban Regions : Ecology and Planning Beyond the City. Springer Netherlands Sugandhy, Aca. 2008. Instrumentasi Dan Standarisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Trisakti. Yuen, Belinda. 2011. Climate Change and Sustainable Urban Development in Africa and Asia. Springer Netherlands REGION Volume V No. 1 Maret 2013 10