PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD
Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk Indonesia. Pelemahan rupiah masih menjadi isu panas. Bank Indonesia mulai melakukan intervensi namun sekedar menjaga pergerakan tidak terlalu fluktuatif. Pelemahan rupiah menambah tekanan politik pada Pemerintahan Jokowi-JK. Jika mempertimbangkan inflasi yang masih di bawah kendali dan membaiknya defisit transaksi berjalan, BI Rate bisa dipertahankan di level 7,50% namun berpotensi dinaikan secepatnya pada April 2015 untuk menjaga pergerakan rupiah dalam fluktuasi yang terkendali dan antisipasi sudden reversal namun hal ini berpotensi menghambat pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2015.
The Fed Bisa Menaikan Suku Bunga Acuan Kapan Saja The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 18 Maret lalu. The Fed juga memangkas perkiraan median Fed Fund Rate yang merupakan kunci dari Overnight Lending Rate yakni dari 1,125% menjadi 0,625% pada akhir 2015. Dalam FOMC tersebut, 12 anggota FOMC memilih ungkapan reasonably confident sebagai pengganti it can be patient yang bisa diartikan suku bunga akan segera naik. Kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate berpotensi menarik dana dari emerging market termasuk Indonesia.
BI Mengintervensi Rupiah Rupiah mencapai level terendah Rp13.237 perdolar AS pada 16 Maret 2015. Volatilitas rupiah tercatat 0,46% sepanjang Januari-Maret 2015, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 0,56%. Cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2015 tercatat US$111,55 miliar, turun US$3,97 miliar atau 3,44% dari posisi akhir Februari 2015.
Surplus Kembar Untuk Pertama Kali Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$738,3 juta pada Februari 2015. Sektor migas dan migas mencatat surplus bersama untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir. Migas surplus US$174,1 juta sementara nonmigas surplus US$564,2 juta. Uraian Jan-2015 (US$ juta) Feb-2015 (US$ juta) Perubahan % MoM % YoY Ekspor 13,356 12,289-7.99% -16.02% - Migas 2,077 1,894-8.82% -30.62% - Non-Migas 11,279 10,396-7.83% -12.68% Impor 12,612 11,551-8.42% -16.24% - Migas 2,115 1,720-18.70% -50.26% - Non-Migas 10,497 9,831-6.34% -4.86% Surplus (Defisit) 743 738-0.70% -12.46% Neraca perdagangan kumulatif Januari-Februari 2015 tercatat surplus US$1,48 miliar.
Aliran Modal Asing Masih Positif Investasi asing di pasar finansial bertambah Rp49,55 triliun pada Maret 2015 menjadi Rp2.547,54 triliun. Berdasarkan jenisnya, investasi saham bertambah Rp51,71 triliun, obligasi korporasi bertambah Rp1,44 triliun sementara obligasi pemerintah berkurang Rp3,60 triliun. Lebih dari 70% portofolio investasi asing ada di saham.
Kenaikan Harga BBM Berpotensi Menaikan Inflasi Kembali Indeks harga konsumen Indonesia tercatat 118,48 pada Maret 2015, naik 0,17% dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat inflasi tahunan tercatat 6,38%. Kontributor inflasi terbesar adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil 0,14%. Deskripsi Feb'15 Mar'15 Inflasi MTM YTD YOY Umum 118.28 118.48 0.17% -0.44% 6.38% Inti 112.34 112.67 0.29% 1.25% 5.04% Harga diatur pemerintah 132.72 133.82 0.83% -3.91% 11.49% Bergejolak 126.53 125.48-0.83% -1.98% 5.87% Energi 140.66 143.15 1.77% -7.38% 13.22% Inflasi berpotensi naik pada April 2015 karena adanya kenaikan harga BBM bersubsidi pada 27 Maret 2015.
Review Industri Dana Mahal Mendorong DPK, Sektor Manufaktur Mendorong Kredit, LDR Turun.
Dana Mahal Sumber Kenaikan DPK Dana Pihak Ketiga DPK Jan-15 Feb-15 (Rp triliun) Pertumbuhan % qoq % yoy Giro 845 852 0.89% 12.22% - Rupiah 562 577 2.67% 14.50% - Valas 283 276-2.65% 7.73% Tabungan 1,237 1,231-0.56% 3.80% - Rupiah 1,143 1,135-0.64% 3.31% - Valas 95 95 0.42% 10.06% Simpanan Berjangka 1,928 1,985 2.96% 26.70% - Rupiah 1,642 1,687 2.72% 27.72% - Valas 286 298 4.34% 21.23% Total DPK 4,010 4,068 1.44% 15.84% Sumber: Bank Indonesia Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp4.068 triliun pada Februari 2015 atau tumbuh 15,84% (yoy). Kenaikan DPK terutama bersumber dari Simpanan berjangka yang tumbuh 26,70% menjadi Rp1.985,0 triliun. Sedangkan Giro tercatat sebesar Rp852,3 triliun, tumbuh 11,5% (yoy). Di sisi lain, Tabungan tercatat sebesar Rp1.230,5 triliun, atau tumbuh 3,8% (yoy).
Sektor Manufaktur Mendorong Kredit Kredit Perbankan Kredit Jan-15 Feb-15 (Rp triliun) Pertumbuhan % qoq % yoy Kredit Investasi 901 906 0.61% 13.07% Kredit Modal Kerja 1,720 1,741 1.22% 12.13% Kredit Konsumsi 1,048 1,053 0.55% 11.42% Total Kredit 3,668 3,700 0.88% 12.16% Sumber: Bank Indonesia Posisi penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp3.699,5 triliun pada Februari 2015, atau tumbuh 12,16% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut bersumber dari jenis penggunaan Modal Kerja (KMK). Penyaluran KMK, pada Februari 2015 tercatat sebesar Rp1.740,4 triliun, atau tumbuh 12,0% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (10,5%;yoy). Secara sektoral, akselerasi pertumbuhan KMK terutama terjadi pada sektor Industri pengolahan yang tumbuh 16,4% (yoy) dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang tumbuh 13,0% (yoy).
Sektor Konstruksi dan Real Estate Mendorong Permintaan Pembiayaan Properti Kredit Properti Kredit Properti Jan-15 Feb-15 (Rp triliun) Pertumbuhan % qoq % yoy KPR dan KPA 316 318 0.47% 12.54% Konstruksi 141 143 1.49% 28.32% Real Estat 88 90 2.15% 16.54% Total Kredit Properti 546 551 1.01% 16.93% Sumber: Bank Indonesia Penyaluran kredit di sektor properti pada Februari 2015 tercatat Rp551,2 triliun atau tumbuh 16,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Januari 2015 yang tumbuh 16,8% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit properti terutama bersumber dari peningkatan penyaluran Kredit kepada sektor Konstruksi dan Real estate, yang pada Februari 2015 masing-masing tercatat tumbuh 28,4% (yoy) dan 16,5% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (27,9%;yoy dan 16,0%;yoy).
Biaya Dana Turun Sejalan Penurunan BI Rate Rasio Keuangan Rasio Jan-15 Feb-15 Variance Monthly Yearly CASA 51.93% 51.20% -0.72% -4.18% LDR 91.46% 90.95% -0.51% -2.99% Sumber: Bank Indonesia Komposisi dana murah terhadap total simpanan tercatat 51,20%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada rasio LDR. Suku bunga simpanan perbankan mengalami penurunan sejalan penurunan BI Rate yang diikuti dengan turunnya suku bunga deposito berjangka 1 dan 6 bulan. Pada Februari 2015, suku bunga deposito berjangka 1 dan 6 bulan masing masing tercatat 8,36% dan 9,21%, turun dibandingkan 8,46% dan 9,22% pada Januari 2015. Di sisi lain, rata-rata suku bunga kredit masih mengalami peningkatan dari 12,94% menjadi 12,95%.