PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau di dunia. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan tentang Wawasan Nusantara yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

S K R I P S I. Oleh. Budi Ryando Sidabukke DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai negara maritim. 1

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia

Pesawat Polonia

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana untuk kepentingan umum (infrastruktur). 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. adil, sejahtera dan makmur. Keadilan dan kesejahteraan serta kemakmuran merupakan citacita

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. dan wanita yang dianggap masih lemah baik secara fisik maupun batin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis. Indonesia dalam

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar di dunia berdasarkan luas dari

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perbankan dan situasi bisnis di pasar saat ini berubah sangat cepat. Kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat

BAB I PENDAHULUAN. iklan. Saat ini iklan telah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kototangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, pada Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

Transkripsi:

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang diperlukan atas suatu barang. Barang-barang tersebut tentu saja tidak selalu berada dekat dengan mereka yang membutuhkan, dengan kata lain barang yang dibutuhkan bisa berada jauh diluar daerah ataupun luar negeri dari pihak yang membutuhkan, maka dari itu dibutuhkanlah alat angkutan barang untuk melakukan pengiriman barang tersebut dari suatu tempat ke tempat lainnya. Berdasarkan pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran : Angkutan adalah angkutan barang dari suatu tempat diterimanya barang tersebut ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang yang ditentukan. Sedangkan defenisi pengangkutan menurut ahli, Uli Sinta mengatakan : pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien. 1 Dari pengertian diatas, bahwa kedua defenisi tersebut merupakan suatu proses. Dimana perpindahan itu dimulai dan dimana perpindahan itu diakhiri. Dalam arti sudah ditentukan tempat penerimaan barang dan tempat penyerahan barang. 1 Sinta Uli, 2006, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat dan Angkutan Udara, USU Press, Medan, hlm.20

Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga hanya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai suatu barang akan meningkat. Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna baik bagi penumpang maupun barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit, atau meninggal dunia. Jika yang diangkut itu barang, selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan atau kemusnahan. Meningkatkan nilai guna artinya nilai sumber daya manusia dan barang di tempat tujuan menjadi lebih tinggi bagi kepentingan manusia dan pelaksanaan pembangunan. Kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dimana wilayah perairan jauh lebih luas dibanding daratannya maka sudah merupakan hal yang wajar apabila pembangunan dan pengaturan transportasi laut dewasa ini perlu mendapat perhatian yang besar. Pelabuhan dalam menempatkan diri sebagai pintu gerbang perekonomian mutlak harus dapat memberikan kontribusi antara lain penekanan distribution cost yang

berdampak pada daya beli, daya saing, dan efek multiplier terhadap pertumbuhan dan pendapatan nasional. Asyhadie Zaeni mengatakan : Dalam kegiatan bisnis, pengangkutan laut memegang peranan yang penting karena selain sebagai alat fisik yang membawa barang-barang dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat penentu harga dari barang-barang tersebut. Jika dilihat dari beberapa segi, pengangkutan itu banyak mempunyai manfaat berikut : a. Dari kepentingan pengirim barang Pengirim memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun keuntungan komersial. b. Dari kepentingan pengangkut barang Pengangkut memperoleh keuntungan material sejumlah uang atau keuntungan immaterial, berupa peningkatan kepercayaan masyarakat atau jasa angkutan yang diusahakan oleh pengangkut. c. Dari kepentingan penerima barang Penerima barang memperoleh manfaat untuk konsumen pribadi maupun keuntungan komersial. d. Dari kepentingan masyarakat luas Masyarakat memperoleh manfaat kebutuhan yang merata dan demi kelangsungan pembangunan terlebih mendorong pertumbuhan bisnis antarpulau dan/atau antarnegara. 2 Sekarang ini, masyarakat banyak menggunakan jasa pengiriman barang baik melaui darat, udara maupun laut. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan nusantara yang kesatuan wilayahnya terdiri dari pulau besar dan pulau kecil merupakan faktor yang menentukan pentingnya peranan jasa angkutan laut dalam rangka menghubungkan setiap daerah. Maka dari itu diperlukannya kapal sebagai alat angkut yang sangat bermanfaat dan mampu membawa barang dalam jumlah banyak untuk melakukan pengiriman barang. Pengiriman barang tersebut dilaksanakan oleh jasa angkutan, apalagi barang yang dikirim tersebut dalam jumlah besar atau berbentuk ukuran yang besar, 2 Asyhadie Zaeni, 2014, Hukum Bisnis prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, hlm.165

maka dari itu jasa angkutan yang digunakan oleh masyarakat adalah jasa angkutan peti kemas. Defenisi Peti Kemas terdapat dalam Pasal 1 Ayat 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Perkapalan : Peti Kemas adalah bagian dari alat angkut yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut serta dirancang secara khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan satu atau lebih moda transportasi, tanpa harus dilakukan pemuatan kembali. Salah satu keunggulan angkutan peti kemas adalah keantarmodaannya yakni peti kemas dapat diangkut dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal peti kemas. Hal ini juga terlihat pada pelabuhan-pelabuhan kecil yang sudah menunjukkan trend peralihan ke peti kemas karena alasan ekonomis terutama sehubungan dengan kecepatan bongkar muat dan biaya yang lebih murah. I Gede Pasek Suarjana mengatakan : Indonesia sudah ikut melibatkan diri dalam sistem angkutan peti kemas yang sudah berkembang luas dalam pola angkutan di dunia sebagai bagian dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk mendapatkan efesiensi optimal. Peti kemas secara umum dapat digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan, yang digunakan untuk mengangkut barang, merupakan perangkat perdagangan dan sekaligus juga merupakan komponen dari sistem pengangkutan. 3 Pengangkutan barang didalam pelaksanaanya didahului dengan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan pengangkutan barang. Kesepakatan tersebut tertuang dalam bentuk perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan adalah hukum timbal balik antara pengangkut (penyedia jasa angkutan) dalam hal ini adalah PT. Meratus Line dengan 3 Terkait hal diatas, I Gede pasek berpendapat dalam web: https://desuarjana.wordpress.com/ 2012/05/28/sistem-angkutan-peti-kemas yg diakses tanggal 25 Januari 2016, Pukul 20.55 WIB

pengirim barang (pengguna jasa angkutan) dimana masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Dengan adanya perjanjian pengangkutan maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak pengangkut maupun pihak pengirim barang. Sesuai dengan hukum perikatan maka masing-masing pihak mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasi. Kewajiban pengangkut atau PT. Meratus Line ini adalah menyelenggarakan pengangkutan dan menjaga keselamatan barang yang diangkut mulai diterimanya dari pengirim sampai diserahkan kepada penerima. Sebagai tanda bahwa pengangkut telah menerima barang-barang yang akan diangkut dan sedianya, kemudian untuk menyerahkan kepada pihak yang telah ditunjuk di tempat, digunakan surat bukti muatan yang disebut konosemen atau bill of lading. Dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kewajiban pengangkut diatur dalam Pasal 38 menyatakan : (1) Perusahaan angkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang terutama angkutan pos yang disepakati dalam perjanjian pengangkutan. (2) Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan karcis penumpang dan dokumen muatan. (3) Dalam keadaan tertentu pemerintah memobilisasi armada niaga nasional. Ketentuan dalam pasal ini agar perusahaan angkutan atau Meratus Line ini tidak membedakan perlakuan terhadap pihak pengguna jasa angkutan sepanjang yang telah disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Dengan adanya kewajiban dari pihak pengangkut, maka akan menimbulkan pertanggung jawaban. Terkait terhadap tanggung jawab pengangkut, pengangkut diwajibkan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh

rusak atau hilangnya barang-barang baik seluruh maupun sebagian, sehingga pengangkut tidak dapat menyerahkan barang-barang yang diangkut. Namun pengangkut dapat melepaskan diri dari kewajiban tersebut asalkan pengangkut dapat membuktikan bahwa peristiwa tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari atau dicegah (Pasal 468 dan 477 Kitab Undang-undang Hukum Dagang) atau adanya keadaan memaksa (Overmacht) atau kerusakan karena sifat, keadaan cacat dari barang itu sendiri atau juga kesalahan pengirim barang (Pasal 91 dan 468 Kitab Undang-undang Hukum Dagang), Sedangkan kewajiban dari pemakai jasa ialah membayar upah angkutan. Apalagi pada tahun 2013 lalu telah diresmikannya Terminal Peti Kemas di Teluk Bayur didalam jurnal berita Press Release dari web IPC (19 Juni 2014) memberitakan, Begitu pentingnya pengiriman barang menggunakan jasa kapal peti kemas ini melalui laut dan seiring meningkatnya permintaan masyarakat dan pelaku usaha akan jasa pengiriman barang, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, 29 april 2013, meresmikan Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Terminal yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC Cabang Teluk Bayur ini sekaligus menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Acara peresmian terminal dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan; Direktur Utama IPC, RJ Lino; serta General Manager Pelabuhan Teluk Bayur, Dalsaf Usman. 4 Pengangkutan melalui laut pada sifatnya lebih lama dan tentu tidak sedikit resiko dan permasalahannya, apalagi Peti Kemas merupakan wadah yang tertutup atau berada didalam peti yang tertutupi, tidak jarang akan terjadi masalah apabila diangkut melalui laut. Barang yang masuk kedalam peti tersebut tertutupi dan tidak diketahui apa dan bagaimana keadaan barangnya, sehingga tidak jarang terjadinya penyelundupan barang dan 4 Dalam jurnal Press Release web IPC memberitakan tentang peresmian Terminal Peti Kemas, diakses tanggal 26 Januari 2016, Pukul 08.45 WIB, pada website: http://bumn.go.id/pelindo2/ berita/394/terminal.kontainer.pertama.di.sumatera.barat.siap.beroperasi

barang yang diangkut didalam peti kemas tersebut melanggar Perundangundangan atau tidak, seperti barang yang tidak sesuai dengan dokumen. Tentunya akan banyak menimbulkan masalah keperdataan antar pihak-pihak yang bersangkutan maka hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis penelitian yang berjudul PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELAUI LAUT (STUDI KASUS PT.MERATUS LINE CABANG PADANG) B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa pokok permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini, Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang tersebut dan dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan? 2. Apakah objek pengangkutan tersebut sesuai dengan apa yang diperjanjikan? 3. Siapa yang harus bertanggung jawab bila terjadinya wanprestasi dalam pengangkutan serta apa saja bentuk tanggung jawab itu? 4. Apa peran PT. Pelindo dalam pengawasan pengangkutan barang pada Peti Kemas? C. Tujuan Penelitian Ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian setelah dikaitkan dengan rumusan masalah yaitu :

1. Untuk menganalisa proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang menggunakan kapal peti kemas melalui laut, dan dokumen dokumen yang diperlukan dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan tersebut 2. Untuk mengetahui objek dari pengangkutan barang tersebut sesuai atau tidak dengan yang diperjanjikan. 3. Untuk mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab bila terjadi wanprestasi dalam pengangkutan dan mengetahui bentuk dari tanggung jawab tersebut. 4. Untuk mengetahui peran dari PT. Pelindo di dalam mengawasi pengangkutan barang menggunakan Peti Kemas D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan yakni : 1. Manfaaat Teoritis a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam bentuk penelitian. b. Melakukan praktek lapangan dengan menghubungkan penerapan atas teori-teori yang diperoleh dari proses perkuliahan. c. Menambah literatur yang ada mengenai perkembangan ilmu pengetahuan ini, maka khususnya penulis melaksanakan penelitian dibidang Hukum Bisnis. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan badan usaha yang ingin melakukan kegiatan pengiriman barang melalui kapal peti kemas dikarenakan murahnya biaya.

b. Dapat dijadikan acuan bagi pihak yang berwenang seperti : Pemerintah, PT Meratus Line, Pengguna Jasa dan Jasa Pengiriman Barang lainnya untuk membuat kebijkan baru dalam hal mengirim barang menggunakan Kapal Peti Kemas. E. Metode Penelitian Penelitian merupakan tahap dimana mencari sebuah kebenaran. Sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang suatu objek penelitian. Agar tercapainya tujuan dan manfaat penulis sebagaimana yang telah ditetapkan, maka diperlukan suatu metode yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan penulisan ini. Dalam penelitian ini, Pendekatan Masalah dilakukan secara Yuridis Empiris ialah hukum bukan semata-mata sebagai suatu seperangkat atau Perundang-undangan yang bersifat normatif saja akan tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat dalam mengimplementasikan hukum. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dimaksudkan dengan memberi data yang seteliti mungkin, diharapkan memperoleh gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai pelaksanaan perjanjian-perjanjian pengangkutan barang menggunakaan kapal peti kemas 2. Sumber Data a. Library Research

Library Research atau penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang dilakukan dengan mencari literatur yang ada, seperti buku-buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait. Penelitian ini dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas, b. Field Research Field Research atau penelitian lapangan merupakan sumber data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan topik yang penulis angkat, maka penelitian lapangan dilakukan pada PT. Meratus Line cab. Padang dan PT. Pelabuhan Indonesia II Teluk Bayur. 3. Jenis Data a. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kepustakaan yaitu berbagai buku-buku atau referensi-referensi yang didapat mendukung penulisan ini dan hasil-hasil penelitian berbentuk laporan Data Sekunder yang digunakan terdiri 3 kelompok, yaitu : a) Bahan hukum Primer Terdiri dari beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penulisan, seperti : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata); b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) c. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

b) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan dan keterangan-keterangan mengenai bahan hukum primer antara lain karya dari kalangan hukum, pendapat para ahli, bahan pustaka atau literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder antara lain kamus hukum. b. Data Primer Data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan, berupa sejumlah informasi, keterangan, serta halhal yang berhubungan dengan objek penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Dokumen Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis baik dari perpustakaan, instansi terkait maupun literatur yang relevan dengan materi penelitian. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan guna memperoleh informasi dari responden yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti oleh penulis dilapangan. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka (open interview), yaitu wawancara

dengan pertanyaan yang diajukan sudah sedemikian rupa bentuknya. Adapun bentuk wawancaranya adalah wawancara bersifat semi terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya berpedoman kepada daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya, tetapi disesuaikan dengan hal-hal yang terjadi dilapangan atau pertanyaan-pertanyaan yang bisa saja muncul disaat wawancara. 5. Teknik Pengolahan Data Setelah penulis mengumpulkan data-data dilapangan, maka penulis akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan cara sebagai berikut: a. Menurut Bambang Sungguno, Editing yaitu data yang diperoleh penulis akan diedit terlebih dahulu guna mengetahui apakah data-data yang diperoleh tersebut sudah cukup baik dan lengkap untuk mendukung pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. 5 b. Data yang telah diedit tersebut kemudian dilakukan coding. Coding yaitu proses pemberian tanda atau kode tertentu terhadap hasil wawancara dari responden. 6. Teknik Analisis Data Dari data yang diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu data tidak berupa angka sehingga tidak menggunakan rumus statik tetapi menilai bedaasarkan logika dan diuraikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang kemudian dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli 5 Bambang Sungguno,2003,Metode Penelitian Hukum, Radja Grafindo, Jakarta, hlm.125.

F. Sistematika Penulisan Untuk lebih mudah pemahaman dalam tulisan, maka akan diuraikan secara garis besar dan sistematis hal-hal yang akan diuraikan lebih lanjut: BAB I : PENDAHULUAN Bagian awal ini penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis membahas tentang tinjauan umum mengenai perjanjian, tinjauan umum mengenai pengangkutan, tinjauan umum mengenai pengangkutan laut. BAB III : HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menganalisa proses terbentuknya perjanjian pengangkutan barang, mengetahui objek dari pengangkutan barang tersebut sesuai diperjanjikan, siapa pihak yang bertanggung jawab terjadi wanprestasi dan bentuk tanggung jawab, peran dari Pelindo mengawasi pengangkutan barang menggunakan Peti Kemas. BAB IV : PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.