: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN : TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Desember 2013 Kepala Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Ir. Tjuk Sasmito Hadi, MSc NIP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. METODE PENELITIAN

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

STRUKTUR VEGETASI DAN KOMPOSISI JENIS PADA HUTAN RAWA GAMBUT DI RESORT HABARING HURUNG, TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

IV. METODE PENELITIAN

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous

BAB I PENDAHULUAN. antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. Selain itu, daun binahong juga

Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional BatchII

Analisis Vegetasi Hutan Alam

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PE ELITIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

(Piper retrofractum VAHL.) DAN CABE JAWA PERDU DARI TIGA SENTRA PRODUKSI DENGAN KERAGAMAN INTENSITAS CAHAYA DAN PEMUPUKAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. gunung dan ketinggiannya mencapai lebih dari 600 mdpl. Sedangkan pegunungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PROGRAM JUDUL UKP KOORDINATOR UKP JUDUL KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN : PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN : TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN : Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc. : KARAKTERISTIK HABITAT DAN EKOLOGI POHON PENGHASIL KULIT KAYU GEMOR : Wahyu Catur Adinugroho, S.Hut RINGKASAN PENELITIAN : A. Latar Belakang Salah satu hasil hutan non kayu yang dihasilkan hutan rawa gambut adalah kulit kayu gemor. Kulit kayu gemor ini dimanfaatkan sabagai salah satu bahan dasar obat nyamuk. Pengumpulan kulit kayu gemor hingga tahun 1998an merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar hutan rawa gambut. Dampak pengumpulan yang berlebihan dan teknik pengumpulan dengan cara menebang pohon gemor berakibat terganggunya kelestarian pohon gemor sehingga saat ini sulit untuk menemukan pohon gemor terlebih pohon gemor yang berdiameter besar. Berdasarkan kondisi ini sangat perlu untuk membudidayakan pohon gemor guna menjaga kelesatariannya dan mempunyai nilai ekonomis. Untuk kegiatan budidaya, diperlukan informasi karakteristik dari pohon tersebut sehingga tidak salah jenis yang ditanam serta informasi kondisi habitat dan ekologi dari pohon tersebut sehingga pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik karena ditanam pada kondisi ekologi dan habitat yang sesuai. B. Tujuan Penelitian Karakteristik Habitat dan Ekologi Pohon Penghasil Kulit Kayu Gemor dilakukan untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kesuaian habitat dan ekologi yang menjadi persayaratan tumbuh dari pohon penghasil kulit kayu gemor yang ingin dikembangkan. C. Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka dilakukan pengumpulan data dengan bantuan berbagai alat seperti clinometer, hygrometer, termometer, kompas, GPS, pita ukur, dll, meliputi data sekunder maupun data primer. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap aspek habitat dan ekologi pada plot penelitian sebagai cuplikan di lapangan. Selanjutnya data-data tersebut dilakukan analisa untuk mengetahui deskripsi botani pohon penghasil kulit kayu gemor, kondisi vegetasi (komposisi, dominasi, asosiasi dan keanekaragaman) dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, curah hujan, tanah) serta kandungan kimia dari bagian pohon gemor. D. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di Dsn Jengan dan Kab. Kutai Barat Kalimantan Timur dan Dsn. Tuanan, Kab. Kapuas Kalimantan Tengah yang menjadi habitat pohon gemor. - Deskripsi botani Hasil identifikasi terdapat 2 spesies yang dimanfaatkan masyarakat sebagai penghasil kulit kayu gemor (Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm, Nothaphoebe cf umbelliflora). Masyarakat membedakan 2 spesies pohon ini dari warna kulit dalam setelah dikupas yaitu ada berwarna putih kekuningan dan merah, dari 2 spesies ini jenis Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm lebih banyak yang diambil masyarakat karena kulitnya yang lebih tebal. masyarakat mengenal pohon tersebut dengan sebutan gemor, menuk, tempuloh. Jenis ini termasuk dalam famili Lauraceae. Menurut Whitmore et.al. (1990) pohon gemor dapat mencapai tinggi 23 m dan diameter setinggi dada 40 cm dimana pohon ini tumbuh secara alami di hutan rawa gambut dengan kedalaman gambut mencapai 2.5 m. Gbr 1. Karakter Pohon Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm

- Kandungan kimia bagian pohon gemor Hasil skrining fitokimia dengan reaksi uji warna pada bagian pohon gemor (kulit batang, ranting dan daun) menunjukkan bahwa pada bagian kulit batang mempunyai kandungan utama metabolit sekunder (steroid, flavonoid, alkaloid, saponin, fenolik) sedangkan pada bagian lain (daun dan ranting) tidak semua kandungan utama metabolit sekunder ini terdapat didalamnya (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia dengan Reaksi Uji Warna pada Bagian Pohon Gemor di Dsn. Jengan dan Dsn. Leking Bagian Pohon Lokasi Flavonoid Fenolik Saponin Steroid Alkaloid Kulit Batang Dsn. Jengan + + + + + Dsn. Leking + + + + + Ranting Dsn. Jengan - + + + + Dsn. Leking - + + + + Daun Dsn. Jengan - + - - + Dsn. Leking - + - + + Ket : Untuk uji warna, (-) bukan mutlak kandungan metabolit sekunder tersebut tidak ada pada sampel, tetapi bisa jadi kandungannya yang sedikit sehingga tidak terdeteksi. Hal ini karena uji warna bukan pada ekstrak pekat atau konsentrat. Jadi yang terdeteksi adalah kandungan utamanya saja Untuk mengetahui tingkat racun terhadap nyamuk maka dilakukan Uji larvasida dilakukan pada sampel Kulit batang kayu gemor dari lokasi Jengan. Pengujian larvasida (terhadap larva nyamuk), dilakukan dengan memasukkan 10 ekor larva nyamuk pada masing masing variasi konsentrasi ekstrak yang diujikan. Sebagai kontrol larva nyamuk dalam aquadest tanpa ekstrak. Setelah diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam diamati berapa larva nyamuk yang mati. Pada penelitian ini dilakukan 2 kali pengulangan Adapun larva nyamuk yang mati setelah 24 jam dan 48 jam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Banyaknya larva nyamuk yang mati akibat ekstrak kulit batang kayu gemor Pengulangan Konsentrasi ekstrak (ppm) Nilai LC 50 (ppm) 10 100 1000 I (24 jam) 1 2 4 3322 I (48 jam) 2 3 5 1182 II (24 jam) 0 1 3 3239 II (48 jam) 1 2 4 3322 Meskipun ekstrak kulit kayu gemor kurang bioaktiv karena memiliki LC 50 terhadap BST > 1000 ppm, tetapi adanya peningkatan kematian larva nyamuk setelah diinkubasi selama 48 jam berarti ada efek larvasida dari ekstrak etanol kulit batang kayu gemor. Dibandingkan dengan penggunaan abate sebagai larvasida, ekstrak yang digunakan untuk membunuh 50 % populasi konsentrasinya lebih kecil karena dalam konsentrasi ppm (persejuta) sedangkan abate membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 1 %. Sehingga Ekstrak ini potensial sebagai larvasida alami. - Kondisi Vegetasi Hasil analisa vegetasi pada habitat pohon gemor di dan Dsn. Tuanan, menunjukkan bahwa pada habitat pohon gemor di Ds. Long Daliq ditemukan 38 jenis, 26 marga dan 19 famili, sedangkan pada habitat pohon gemor di Dsn. Tuanan, ditemukan 82 jenis, 57 marga dan 28 famili. Indeks Nilai Penting jenis vegetasi tertinggi pada tiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon) pada dua lokasi habitat pohon gemor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Vegetasi dengan INP Tertinggi pada tiap Tingkat Pertumbuhan di dan Dsn. Tuanan, yang menjadi Habitat Pohon Gemor Tingkat Pertumbuhan Lokasi Jenis Vegetasi dengan INP tertinggi Semai Syzygium sp1 (55.71%), Horsfieldia sp. (41.43%), Stemonurus scorpioides Becc. (34.29%) Dsn. Tuanan, Macaranga puncticulata Gage (30.02%), Ixora sp. (27.70%), Ardisia sp. (13.74%), Tetramerista glabra Miq. (11.52%) Pancang Sizygium sp1. (47.67%), Stemonurus scorpioides Becc. (18.43%), Blumeodendron tokbrai Kurz ex J. J. Smith (15.90%) Dsn. Tuanan, Tetramerista glabra Miq. (18.70%), Syzygium sp.1 (16.05%), Syzygium sp.2 (12.25%) Tiang Lithocarpus sp1. (52.24%), Blumeodendron tokbrai Kurz ex J. J. Smith (37.30%), Macaranga pruinosa Muell. Arg. (27.20%) Dsn. Tuanan, Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm. (30.04%), Palaquium sp.1 (25.42%), Shorea parvifolia Dyer (20.12%) Pohon Shorea parvifolia Dyer (70.11%), Horsfieldia sp. (52.67%), Diospyros sp1. (28.54%) Dsn. Tuanan, Koompassia malaccensis Maing. Ex Benth (46.0%), Diospyros sp.1 (37.46%), Nauclea sp. (25.34%)

- Profil Vegetasi Pohon gemor berada pada strata bawah dimana sebagian besar masih pada tingkat pertumbuhan pancang, hal ini meunjukkan bahwa hingga pertumbuhan tingkat pancang, pohon ini masih dapat hidup dengan adanya naungan. Strata atas pada habitat pohon gemor di dominasi oleh Shorea sp, Palaquium sp. dan Diospyros sp. Struktur horisontal dan vertikal vegetasi pada habitat pohon gemor dapat dilihat pada Gambar 2. PROFIL VEGETASI Habitat Pohon Gemor KALTIM KETERANGAN : 200 (1,2,12,30,46,52) Blumeodendron tokbrai Kurz ex J. J. Smith (3) Diospyros sp1. (4,5,6,13,14,16,18,19, 20,23,24,45,57) Gemor (7,54) Palaquium sp. (8) Sindora wallichii Benth. (9,50) Mezzettia parviflora Becc. (10,11,26,39) Shorea parvifolia Dyer. (15) Gluta renghas (Sphalm, Benghas) Linn. (17) Sandoricum koetjape Merrill (21,43) Stemonurus scorpioides Becc. (22,25) Litsea angulata Blume (27) Dacryodes rostrata (Blume) H.J. Lam (28) Sterculia rubiginosa Vent. (29) Nephelium lappaceum Linn (31) Xylopia glauca Boerl. (32,44) Macaranga puncticulata Gage (33) Chionanthus sp. (34,47,48) Lithocarpus sp1. (35,37,42,53,55,56) Horsfieldia sp. (36,38) Lithocarpus sp2. 40 : Diospyros sp. 41 : Lithocarpus gracilis (Korth.) Soepadmo 49 : Macaranga pruinosa Muell. Arg. 51 : Sizygium sp1. Gbr. 2. Profil Vegetasi pada Habitat Pohon Gemor di KALTIM. - Kondisi Tanah Kesesuaian kondisi tanah dengan habitat aslinya adalah salah satu penunjang keberhasilan kegiatan penanaman, habitat yang menjadi tempat tumbuh pohon gemor jenis tanahnya merupakan tanah gambut dengan ph berkisar 3-4 dan kedalaman gambut 1 2 m. Pohon gemor masih dapat tumbuh dengan baik pada tanah gambut yang tipis dengan bahan organik yang lebih sedikit, meskipun dulunya merupakan hutan rawa gambut tetapi karena adanya pemukiman dan pengolahan tanah, kondisinya menjadi berubah, hal ini dapat dijumpai di Dsn. Jengan. Kondisi kimia tanah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Kimia Tanah pada 3 Lokasi Habitat Pohon Gemor ( Dsn. Jengan dan Dsn. Tuanan) Batas Ekstrak 1:5 Terhadap contoh kering 105 o C Lokasi Horison ph Bahan organik HCl 25% Nilai Tukar Kation (NH 4-Acetat 1N, ph 7) KCL 1N Total Walk H 2O KCl & Black Kjeld C/N P 2O 5 K 2O Bray 1 Mor gan Ca Mg K Na Jml KTK KB* Al 3+ H + Fe Atasbawah C N P 2O 5 K 2O cm ----- % ----- mg/100g -----ppm --- ----- cmol(+)/kg ----- % - cmol(+)/kg - % Ds. Tuanan 0-20 3.1 2.3 54.48 1.22 45 28 30 13.4 292 3.56 2.69 0.58 0.13 6.96 178.83 4 0.89 16.65 0.06 20-40 3.1 2.3 56.83 1.12 51 21 24 9.9 231 4.35 1.15 0.46 0 5.96 104.76 6 0.95 17.89 0.04 Ds. Jengan 0-20 3.3 3.1 37.98 1.36 28 23 25 37.1 250 3.25 0.8 0.5 0 4.55 45.69 10 14.4 4.47 0.26 20-40 3.3 3.1 26.24 0.92 29 11 31 13 307 2.41 0.65 0.61 0 3.67 14.91 25 12.84 2.9 0.52 Ds. Long Daliq 0-20 3.3 3.2 49.44 1.24 40 22 36 8.6 351 3.34 0.64 0.69 0 4.67 50.52 9 2.48 8.09 0.35 20-40 3.2 2.8 64.72 0.99 65 17 25 15.3 243 7.98 0.76 0.48 0 9.22 38.92 4 3.6 10.05 0.24 - Kondisi Lingkungan Pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan, variasi dalam faktorfaktor tersebut menentukan suatu jenis tumbuhan dapat tumbuh pada kondisi tersebut. Karakteristik iklim pada daerah yang menjadi habitat pohon gemor termasuk dalam kategori iklim tropika humida, dengan rata-rata curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April dan terendah di bulan Agustus serta tidak menunjukkan adanya bulan kering atau sepanjang bulan dalam satu tahun selalu terdapat sekurang-kurangnya tujuh hari hujan. Namun demikian dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan kondisi cuaca terkadang tidak menentu. Pengamatan kondisi lingkungan pada habitat pohon gemor dapat dilihat pada Tabel 5. Parameter Tabel 5. Pengamatan Kondisi Lingkungan Pengamatan Topografi Datar, kadang tergenang air Suhu 21.3 32 o C Kelembaban 88% - 99% Intensitas cahaya 3 5% Tipe Komunitas Hutan Hutan Rawa Gambut - Kondisi permudaan pohon gemor Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa anakan atau semai jarang dijumpai dan banyak tunas yang dapat tumbuh pada tunggak bekas tebangan sehingga banyak dijumpai trubusan. Kondisi ini juga dilaporkan oleh Efendi (2001) dimana terdapat rata-rata 3-4 tunas. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa perbanyakan tanaman menggunakan trubusan (coppice) atau dengan teknik stek tampaknya sangat dimungkinkan. Kondisi permudaan yang ada pada habitat pohon gemor dapat dilihat pada Gambar 3. Gbr. 3. Trubusan, Tunas dan Anakan pohon Gemor

- Sebaran Pohon Gemor Hasil survey menunjukkan bahwa tidak dijumpai pohon gemor yang berdiameter besar, sebagian besar pohon gemor merupakan trubusan yang tumbuh dari bekas penebangan tempo dulu. Pohon gemor ini terlihat mengelompok pada titik-titik tertentu (Gbr.4). Gbr 4. Sebaran Pohon Gemor pada Petak Pengamatan Habitat Pohon Gemor di Ds. Long Daliq - Penelitian Pendahuluan Perbanyakan Sebagai dasar dalam pengembangan budidaya, ujicoba perbanyakan juga telah dilakukan, yaitu melalui stek pucuk dengan hormon Rhizatun serta media pasir, tanah gambut, vermikulit,sekam yang dibakar, air gambut dengan ph 4 dan air biasa dengan ph 7, hasil ujicoba ini menunjukkan bahwa persen tumbuhnya masih sangat rendah ( < 1%) dan membutuhkan waktu yang lama hingga tumbuh akar (> 5 bl). Selain melalui stek, perbanyakan menggunakan anakan dengan sistem putaran juga dilakukan dan menunjukkan persen tumbuh yang baik (100%) dengan ditandai munculnya tunas baru meski dalam waktu yang cukup lama juga ( > 3 bl). Gbr 5. Perbanyakan pohon gemor menggunakan stek pucuk dengan media pasir, vermikulit dan air serta menggunakan anakan dengan sistem putaran

E. Kesimpulan dan Rekomendasi - Pohon penghasil gemor saat ini sulit ditemukan terutama pohon yang berdiameter besar. - Pohon ini tumbuh pada hutan rawa gambut dengan ph tanah 3-4 serta kedalaman gambut 1-2m - Hasil identifikasi terdapat beberapa spesies penghasil kulit kayu gemor, masyarakat membedakan spesies pohon ini dari warna kulit dalam setelah dikupas yaitu ada yang berwarna merah dan putih kekuningan serta tebal kulit yang di hasilkan. - Menurut masyarakat pohon gemor dengan warna kulit dalam setelah dikupas putih kekuningan (Nothaphoebe coriacea (kosterm) Kosterm) paling banyak diambil masyarakat karena kulit yang dihasilkan lebih tebal. - Bagian kulit batang mengandung banyak metabolit sekunder dibanding bagian daun dan akar. - Dibandingkan dengan penggunaan abate sebagai larvasida, kulit batang gemor potensial menjadi larvasida alami. - Diperlukan eksplorasi teknik perbanyakan secara vegetatif yang sesuai mengingat sedikitnya anakan dan pohon induk yang mampu menghasilkan buah.