BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi tanda bahwa bisnis kuliner berkembang pesat. Bisnis kuliner melalui subindustri

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pada 2011 atau sekitar Rp169,62

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste),

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: pemasaran, penetrasi pasar, 4P, segmentasi, target, posisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan lingkungan hidup seperti pencemaran, polusi, limbah dan lainlain,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini menjadikan setiap organisasi untuk terus dapat berjuang demi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu kota budaya yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dicoba ada di Indonesia mulai dari makanan tradisional, chinese food,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri plastik beberapa tahun ini sedang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar1.1

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di negara ini yang tidak di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri

Analisis Isu-Isu Strategis

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat tren jumlah penumpang yang menurun, fluktuasi harga bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan perusahaan karena masalah yang akhirnya menentukan dan. memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan, strategi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha lainnya. Menurut Porter dalam Solihin (2012 :42), intensitas

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pengembangan ekonomi berbasis maritim di Indonesia sedang gencar

BAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi berubahnya gaya hidup yang mereka jalani. Perubahan gaya hidup

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai gaya hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini berkembang dengan pesat. Secara makro, bisnis kuliner melalui sub-industri restoran di Indonesia, memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik 1.1.), dan hal tersebut hampir sama kontribusinya dengan industri pengolahan minyak dan gas. Data lain terkait industri kuliner yaitu adanya peningkatan dari tahun ke tahun mengenai kontribusi sub-industri restoran terhadap produk domestik bruto meski pertumbuhannya menurun. Pertumbuhan terbesar terjadi di tahun 2008 sebesar 12,36 persen (Grafik 1.2.) dan pertumbuhan terkecil sebesar 9,13 persen di tahun 2012 (BPS, 2013). Grafik 1.1. Kontribusi Sub-Industi Restoran terhadap PDB Sumber: BPS (2013) 1

PDB (dalam milyar rupiah) Tahun Grafik 1.2. Peningkatan Kontribusi Sub-Industi Restoran terhadap PDB Sumber: BPS (2013) Meski lingkup bisnis kuliner tidak terbatas, salah satu parameter yang dapat dijadikan berkembangnya bisnis ini adalah semakin banyaknya jumlah restoran di Indonesia. Berdasarkan data dari BPS (2012), jumlah pemain bisnis kuliner di Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun pertumbuhannya selalu menurun. Pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 27,7 persen di tahun 2008, dan di kemudian melambat hingga 2,07 persen di tahun 2011. Tabel 1.1. Jumlah Restoran di Indonesia Skala Besar dan Menengah Sumber: BPS (2012) Tahun Jumlah 2007 1.615 2008 2.235 2009 2.704 2010 2.916 2011 2.977 2

Ada dua kemungkinan mengenai fenomena industri kuliner. Kemungkinan yang pertama yaitu jumlah restoran di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat namun tidak banyak pemain baru yang muncul. Kemungkinan kedua adalah jumlah restoran di Indonesia bertambah namun tidak semuanya dapat bertahan sehingga adanya subtitusi menyebabkan pertumbuhan jumlah restoran menurun. Dengan mengambil asumsi kemungkinan kedua, maka isu mengenai keberlangsungan usaha dari setiap restoran menjadi pembahasan yang menarik. Pemain bisnis kuliner di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM). Berdasarkan data GPMMI dalam Jawapos (2014), 70 persen pemain dalam bisnis kuliner adalah pengusaha skala kecil dan menengah. Untuk di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, sebanyak 83 ribu unit UKM, 50 persen di antaranya didominasi industri di bidang pangan (Skalanews, 2014). Persaingan bisnis di lingkup usaha kecil dan menengah untuk industri ini pada umumnya lebih ketat daripada usaha kuliner skala besar. Banyaknya pemain baru, tidak adanya entry dan exit barriers, dan kemudahan dalam mencari bahan baku, menjadikan bisnis ini sangat kompetitif. Menurut Ali dalam Setyanti (2012), bisnis kuliner termasuk yang menjadi pilihan banyak orang, karena dianggap jenis bisnis yang lebih mudah dilakukan daripada bisnis lainnya. Namun, bisnis kuliner termasuk bisnis yang tergolong rumit karena membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas yang berkelanjutan. Oleh karena itu, strategi berperan penting untuk dapat terus bersaing dalam industri ini, meski dalam lingkup usaha kecil. 3

Sumber daya manusia sebagai komponen penggerak bisnis, memiliki kompleksitas yang tinggi pada bisnis UKM. Dibandingkan bisnis skala besar atau korporat, pengelolaan SDM di lingkup UKM memiliki ketidakpastian lebih tinggi, karena adanya sistem yang sederhana. Terlebih untuk industri kuliner, SDM dalam industri ini harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan guna meningkatkan produk kuliner yang dihasilkan, serta memiliki ciri khas yang unik dalam kemasan (Ginanjar, 2012). Para pelaku bisnis kuliner, dituntut untuk dapat memenuhi keinginan pelanggan melalui makanan yang sesuai dengan yang diinginkan pelanggan dan juga pelayanan yang diberikan. Untuk memberikan gambaran mengenai keberadaan strategi dan permasalahan SDM di bisnis kuliner skala UKM, pra-survei melalui wawancara singkat dilakukan kepada 30 pemilik bisnis di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Pemilihan kriteria UKM didasarkan pada aturan dari BPS, dimana untuk usaha skala ini, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 99 orang pegawai. Pre-survei ini dilakukan selama bulan November 2013. Pertanyaan yang diajukan meliputi: jumlah pegawai, visi dan misi bisnis, keberadaan strategi bisnis, keberadaan strategi SDM, dan permasalahan umum bisnis serta permasalahan dalam mengelola SDM. Dari 30 responden tersebut, didapatkan 3 responden pelaku bisnis skala menengah, dan 27 responden pelaku bisnis skala kecil. Visi dan misi ini penting untuk mengetahui strategi yang mereka lakukan. Perumusan visi dan misi bisnis mungkin tidak banyak dilakukan pada bisnis skala UKM, namun para pelaku bisnis tentunya memiliki pandangan jangka panjang 4

dan pandangan jangka pendek tentang usaha mereka. Dalam wawancara singkat tersebut, 20 persen dari pelaku bisnis menyatakan telah memiliki visi dan misi bisnis secara tertulis, 57 persen bisnis telah memiliki visi dan misi secara tidak tertulis atau tidak ternyatakan, dan sisanya 23 persen tidak memiliki visi dan misi bisnis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para pemilik bisnis kuliner telah sadar akan pentingnya visi dan misi dalam bisnis mereka. Grafik 1.3. Keberadaan visi dan misi bisnis pada bisnis kuliner. Sumber: Pra-survei oleh penulis Mengenai strategi bisnis, berdasarkan wawancara 40 persen dari pelaku bisnis kuliner menjalankan bisnisnya berdasarkan strategi yang ternyatakan. Selanjutnya, 33 persen diantaranya menjawab memiliki strategi bisnis, namun tidak ternyatakan dan sisanya, 27 persen tidak memiliki strategi bisnis. Dengan demikian, para pelaku bisnis kuliner pada saat ini telah sadar akan pentingnya strategi bisnis dalam mencapai tujuan bisnis mereka, melalui adanya strategi bisnis baik yang ternyatakan maupun tidak ternyatakan. 5

Grafik 1.4. Keberadaan strategi bisnis pada bisnis kuliner. Sumber: Pra-survei oleh penulis Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai permasalahan apa yang menjadi kendala dalam pengelolaan bisnis. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya manusia menjadi masalah mayoritas yang dihadapi para pelaku bisnis UKM. Sebanyak 44 persen para pelaku bisnis sepakat bahwa mengelola SDM merupakan hal yang paling rumit dan sering menjadi kendala dalam pengelolaan bisnis, selanjutnya diikuti oleh permasalahan pasar dan operasional. Grafik 1.5. Kendala umum dalam pengelolaan bisnis kuliner. Sumber: Pra-survei oleh penulis 6

Sumber daya manusia (SDM) juga memiliki peranan penting pada bisnis kuliner. Wawancara singkat terkait strategi SDM juga telah dilakukan, kepada 30 responden yang sama, dan hasilnya 13 persen diantaranya memiliki strategi SDM yang ternyatakan dan 40 persen responden memiliki strategi SDM yang tidak teryatakan. Sisanya, 47 persen responden menyatakan tidak memiliki strategi khusus untuk SDM. Dalam bagian ini, beberapa responden juga menyatakan tidak memiliki strategi khusus SDM dikarenakan mereka telah menyusun strategi tersebut bersamaan dengan strategi bisnis pada awal bisnis mereka didirikan, sehingga strategi SDM bukan menjadi perhatian khusus bagi para pelaku bisnis. Grafik 1.6. Keberadaan strategi SDM pada bisnis kuliner. Sumber: Pra-survei oleh penulis Kemudian, pertanyaan terakhir yaitu terkait pengelolaan sumber daya manusia dialami oleh para pelaku bisnis kuliner. Pada pertanyaan sebelumnya, permasalahan SDM menjadi kendala terbesar dalam pengelolaan bisnis kuliner skala UKM, dan berdasarkan wawancara singkat, mencari pekerja masih menjadi masalah mayoritas bagi para pelaku bisnis kuliner yaitu sebanyak 37 persen. 7

Selanjutnya, masalah pengelolaan kinerja menjadi masalah kedua terkait permasalahan SDM dalam bisnis mereka. Grafik 1.7. Permasalahan SDM pada bisnis kuliner. Sumber: Pra-survei oleh penulis Berdasarkan pemaparan di atas, adanya isu mengenai keberlanjutan usaha pada bisnis kuliner skala UKM sangat menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Keberadaan strategi dalam bisnis mereka, jenis strategi yang digunakan, strategi SDM yang digunakan, dan cara mengelola SDM perlu dieksplorasi dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan tantangan bisnis pada bisnis kuliner skala UKM pada saat ini dan di masa mendatang. 1. 2. Rumusan Masalah Strategi merupakan bagaimana cara bersaing dengan pemain bisnis lainnya. Setiap strategi membutuhkan elemen khusus yang dapat menarik pelanggan dan menghasilkan keunggulan kompetitif (Thompson, et.al., 2012). Sumber daya manusia sebagai komponen penting dalam organisasi memiliki peranan penting dalam penyusunan dan pelaksana strategi. Modal manusia 8

merupakan salah satu faktor primer dari sebuah bisnis untuk dapat melakukan diversifikasi produk atau pelayanan dan untuk membangun keunggulan kompetitif (Hargis dan Bradley, 2011). Keterkaitan strategi bisnis dengan strategi sumber daya manusia menjadi isu penting dalam bisnis. Bagi perusahaan, strategi bisnis dan SDM harus terintegrasi dengan baik untuk mendapatkan outcomes yang optimal dan performa yang meningkat. Berbagai penelitian mengenai strategi bisnis dan strategi manajamen sumber daya manusia untuk usaha skala kecil dan menengah telah banyak dilakukan di negara-negara di dunia terutama negara maju (Fox, 2013; Szlavies dan Berber, 2012; Volcheck dan Eravala, 2011; Konyucu, 2011; Cunningham, 2010). Penelitian mengenai strategi bisnis dengan konsep dasar Miles dan Snow (1986) juga telah banyak dilakukan untuk mengkategorisasi strategi apa yang dilakukan para pelaku bisnis agar dapat berjuang dalam persaingan bisnis, dengan latar belakang di negara tertentu dan industri tertentu. Namun penelitian dengan latar belakang usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sedikit. Oleh karena itu, penelitian mengenai strategi bisnis dan strategi pengelolaan sumber daya manusia untuk usaha kecil menengah sangat relevan untuk ditelaah sebagai awal dari berbagai penelitian terkait. 1. 3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tiga pertanyaan yang akan diajukan dalam penelitian ini: 9

1. Apa strategi bisnis yang dilakukan para pemain bisnis kuliner pada saat ini? 2. Apa strategi pengelolaan sumber daya manusia para pemain bisnis kuliner pada saat ini, dilihat dari praktik yang dilakukan? 3. Bagaimana keterkaitan antara strategi bisnis dan strategi SDM pada bisnis kuliner? 1. 4. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi strategi bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis kuliner pada saat ini. 2. Mengeksplorasi strategi SDM para pelaku bisnis kuliner pada saat ini berdasarkan praktik yang dilakukan. 3. Mengidentifikasi bagaimana keterkaitan antara strategi bisnis dan strategi SDM pada bisnis kuliner 1. 5. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada pelaku bisnis kecil dan menengah, secara spesifik untuk pelaku bisnis kuliner dan para pemain baru dalam bisnis sejenis, dalam mengelola sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan bisnis mereka. 10

2. Manfaat akademis Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memperkaya wacana keilmuan, khususnya di bidang manajemen sumber daya manusia dan kajian usaha kecil dan menengah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal dari penelitian selanjutnya terkait kajian mengenai strategi manajemen sumber daya manusia di lingkup usaha kecil dan menengah maupun skala besar dan korporasi 1. 6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membatasi studi pada bisnis kuliner dengan skala usaha kecil dan menengah. Adapun kriteria yang menyertai dalam objek penelitian ini berdasarkan aturan dari pemerintah, yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Batasan penelitian yang lain adalah fokus pembahasan strategi bisnis dan strategi manajemen sumber daya manusia. Dengan demikian, strategi untuk pemasaran, keuangan, dan operasional tidak banyak dibahas meskipun hal tersebut tidak terlepas dari strategi bisnis secara keseluruhan. Batasan selanjutnya adalah setting lokasi di Yogyakarta, dimana tantangan bisnis yang ada di wilayah Yogyakarta, mungkin akan berbeda dengan wilayah lainnya. Selain itu, pemilihan wilayah Yogyakarta sebagai lingkup dalam objek penelitian dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengambil data. 11

Batasan penelitian yang terakhir yaitu waktu pengambilan data. Penelitian ini akan mengambil data pada rentang waktu Desember 2013 hingga Februari 2014. Dengan demikian data dan informasi yang akan disajikan memiliki batasan waktu yang spesifik. Beberapa bisnis mungkin akan berubah seiring berkembangnya waktu, demikian juga dengan strategi yang akan mereka lakukan kedepannya. 1. 7. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara umum kepada para pembaca, adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan, dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang kajian pustaka yaitu teori-teori yang mendukung, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang terkait dengan analisis data. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini, berisi tentang desain penelitian yang digunakan, objek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : PEMBAHASAN 12

Bagian pembahasan berisi tentang penjelasan profil usaha sebagai objek penelitian dan pembahasan yang berisi data-data yang telah dikumpulkan dan diolah sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan, keterbatasan penelitian dan juga masukan atau saran yang bisa diimplementasikan oleh objek penelitian. 13