Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015 GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULAUAN A. Latar belakang

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

BAB II TINJAUAN TEORI

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SINOPSIS RENCANA TESIS

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

PENGARUH KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP PENGELUARAN ASI EKSKLUSIF DI BPS TRIPARYATI KEMALANG KEMALANG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

JENIS PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN GANGGUAN MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

HUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR (Studi Di BPS Dwenti K.R. Desa Sumberejo Kabupaten Lamongan 2015)

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

GAMBARAN KINERJA BIDAN DALAM PELAYANAN KB SUNTIK 3 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKERNAN ILIR KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

Transkripsi:

GAMBARAN PEMAKAIAN DAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG KONTRASEPSI SUNTIK Eka Riyanti 1) Nurlaila 2) Tri Ratna Ningsih R 3) 1, 2, 3 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Banyak wanita diharuskan menentukan pilihan kontrasepsi karena kesulitan, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB antaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kontrasepsi kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang. Mengetahui gambaran pemakaian dan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survei. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 akseptor kb yang diambil menggunakan teknik total sampling. Analisa data menggunakan analisa deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwamayoritas responden patuh dalam jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi (80%). Mayoritas responden merupakan pengguna KB Suntik 3 Bulanan (52.0%). Mayoritas responden menggunakan KB dengan alasan alat kontasepsi efektif (72.0%). Mayoritas responden mengalami keluhan nyeri payudara ringan (23.0%). Mayoritas responden dengan lama penggunaan KB selama 6 bulan (49.0%). Kata Kunci :pemakaian, kepatuhan, jadwal penyuntikan ulang, kontrasepsi PENDAHULUAN Di Indonesia semakin tinggi tingkat kelahiran dan kematian ibu, serta pertumbuhan penduduk yang setiap tahun selalu meningkat.hasil SDKI tahun 2012 menyebutkan AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk, meningkat sekitar 57% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007 sebesar 228 per 100 ribu penduduk, selain itu pertumbuhan penduduk urban yang terus meningkat. Sedangkan untuk data Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia walaupun masih jauh dari angka target yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 40

2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI- 2012). Kesehatan dijadikan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes, 2004). Meningkatnya jumlah penduduk yang sangat besar dikaitkan dengan tingginya AKI dan AKB yang setiap tahun mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 228 per 100 ribu penduduk, tahun 2012 mencapai 359 per 100 ribu penduduk, sehingga dari tahun 2007-2012 mengalami peningkatan 57%. Dalam upaya untuk mencegah lajunya pertumbuhan penduduk dapat dilakukan melalui program KB. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Saifuddin, 2008). Fakta yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Pemakaian metode kontrasepsi memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa tahun waktu terakhir ini. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu sebesar 31,6 %. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan pemakaian metode kontrasepsi dari tahun 1991 sampai 2007. Pada tahun 1991 terdapat 11,7 %, 1994 menjadi 15,2 %, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8 % dan 2007 mencapai 31,6 %. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia padatahun 2005 terdapat 37.838 peserta aktif KB akseptor KB (18.016). Banyak wanita diharuskan menentukan pilihan kontrasepsi karena kesulitan, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metodemetode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Hartanto, 2010). Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB antaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang 41

positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kontrasepsi kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang (Notoatmodjo, 2010). Kontrasepsi memiliki efektifitas yang tinggi bila penyuntikannya dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ketepatan waktu untuk kembali merupakan kepatuhan akseptor karena bila tidak tepat dapat mengurangi efektifitas kontrasepsi tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi disebabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang (Saifuddin, 2008). Dampak ketidakpatuhan mengunakan akseptor KB memungkinkan akseptor mengalami kehamilan. Hal ini dikarenakan hormon yang terkandung dalam KB tidak bisa bekerja dengan maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor KB mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa membuat akseptor KB panik sehingga melakukan tindakan pengguguran kandungan yang beresiko tinggi, seperti aborsi (Depkes, 2010). Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Jatiroto, Kec Buayan. Akseptor sebanyak 30 yang menggunakan KB pada bulan Januari- Febuari 2014, yang melakukan kunjungan ulang untuk KB sebanyak 19 akseptor, sedangkan 11 akseptor melakukan kunjungan ulang tidak sesuai pada jadwal yang telah ditentukan, dan penelitian ini dilakukan di desa ini karena dari beberapa kecamatan di Buayan hampir 90% akseptor KB melakukan Kepatuhan penyuntikan ulang sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan 10% akseptor KB tidak sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hasil wawancara terhadap 3 ibu akseptor KB menunjukkan bahwa mereka memilih kontrasepsi karena mendapatkan informasi dari teman, penjelasan konsultasi dari bidan, alasan penggunaan KB untuk menunda kehamilan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin mengetahui Gambaran pemakaian dan kepatuhan jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi di Desa. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005). Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metode survey artinya penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005). HASIL DAN BAHASAN 42

1. Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang Kontrasepsi Suntik Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan menunjukkan mayoritas responden patuh dalam jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi (80,0%). Menurut Notoatmodjo (2010) salah satu yang mempengaruhi kurangnya kepatuhan pemakaian KB yaitu pengetahuan ibu. Seseorang dengan tingkat pengetahuan tinggi akan lebih mudah dalam menyerap konsep-konsep kesehatan yang disampaikan, sehingga orang tersebut akan lebih memiliki tingkat kesadaran untuk merubah perilakunya menjadi lebih baik dibandingkan yang mempunyai pengetahuan rendah. Masuknya informasi dan pemahaman juga memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengetahuan mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku seseorang dan kepatuhan merupakan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Sehingga pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini adalah kepatuhan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang sesuai jadwal (Notoatmodjo, 2010). Ketepatan waktu untuk kembali merupakan kepatuhan akseptor karena bila tidak tepat dapat mengurangi efektifitas kontrasepsi tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi disebabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang (Saifuddin, 2008) Selain kategori patuh, hasil penelitian menunjukkan masih terdapat responden dengan kategori tidak patuh dalam penyuntikan ulang sejumlah 20%. Dampak ketidakpatuhan mengunakan akseptor KB memungkinkan akseptor mengalami kehamilan. Hal ini dikarenakan hormon yang terkandung dalam KB tidak bisa bekerja dengan maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor KB mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa membuat akseptor KB panik sehingga melakukan tindakan pengguguran kandungan yang beresiko tinggi, seperti aborsi (Depkes, 2010). Kepatuhan pemakaian KB dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas 43

dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang KB yang mereka pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga (Kodyat, 2009). Syakira (2009) menjelaskan cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan salah satunya dukungan profesional kesehatan. Dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter/ bidan/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. 2. Jenis KB Suntik Yang Digunakan Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan menunjukkan mayoritas responden merupakan pengguna KB Suntik 3 Bulanan (52.0%). KB 3 bulanan lebih diminati karena intensitas nyeri penyuntikan yang lebih jarang yaitu 3 bulan sekali dibandingkan 1 bulanan yang dilakukan 1 bulan sekali. Ditinjau dari segi harga, KB 3 bulanan lebih murah dibandingkan KB 1 bulanan. Menurut Saifudin, (2006), didalam pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya memang harus dilihat dari kapasitas kemampuan mereka untuk membeli kontrasepsi tersebut. Sehingga pemakaian kontrasepsi tidak dirasa memberatkan bagi si penggunanya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa status ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan, peserta harus menyediakan dana yang diperlukan (Saifudin, 2006) Selain KB 3 bulanan, hasil penelitian juga mengidentifikasi ibu yang menggunakan KB Suntik 1 bulanan sejumlah 48.0%. Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun. Asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tersedia 1 bulan (estrogen + progesteron) dan 3 bulan (depot progesteron). Kontrasepsi an progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di intramuskular dalam di daerah glutea. Sedangkan untuk an kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 44

minggu. Suntikan ulang di berikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil. Hanafi Hartanto (2006) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respons kelenjar hipofise terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di hipofise. Ini berbeda dengan pil oral kombinasi (POK), yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofise. Penggunaan kontrasepsi an tidak menyebabkan keadaan hipoestrogenik. 3. Alasan Menggunakan KB Suntik Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan menunjukkan mayoritas responden menggunakan KB dengan alasan alat kontasepsi efektif (72.0%). Keuntungan menggunakan alat kontrasepsi sebetulnya lebih ke sisi keefektifan dari alat kontrasepsi yang digunakan. Setiap orang memiliki kesibukan yang berbeda dengan orang yang lain. Tingkat aktifitas yang tinggi dengan kebutuhan yang berbeda. Lokasi, jenis pekerjaan, kepribadian, tingkat ekonomi dan mindset yang berbeda. Semua itu menunjukkan keragaman. Begitupun dalam mengikuti Keluarga Berencana (KB), orang akan memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kepribadiannya, sesuai dengan tubuhnya, dan kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Saifuddin (2003) menyatakan bahwa pada umumnya akseptor lebih memilih metode kontrasepsi karena alasan praktis yaitu sederhana dan tidak perlu takut lupa. Kontrasepsi memiliki efektifitas yang tinggi bila penyuntikannya dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ketepatan waktu untuk kembali merupakan kepatuhan akseptor karena bila tidak tepat dapat mengurangi efektifitas kontrasepsi tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi disebabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang (Hartanto, 2006) Pada pemakaian KB Suntik, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka 45

lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya terdapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahanperubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah an berakhir (Depkes RI, 2004). Pada mekanisme sekunder, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Mekanisme sekunder ini juga membuat endometium kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Mekanisme ini mungkin juga mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii (Depkes RI., 2010). Pemberian hormon progestin akan menyebabkan pengentalan mukus serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon tersebut juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil. Selain itu pada penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan (Hartanto, 2006) 4. Keluhan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Berdasarkan hasil penelitian di Desa Jatiroto Kecamatan Buayan menunjukkan mayoritas responden mengalami keluhan nyeri payudara ringan (23.0%). Menurut Everret (2007), walaupun mempunyai efektifitas tinggi dan pelaksanaannya mudah, kontrasepsi mempunyai efek samping terutama keluhan nyeri payudara ringan. Adanya keluhan penggunaan kontrasepsi sehingga diharapkan petugas kesehatan harus menjelaskan efektifitas, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi pada calon akseptor KB. Walaupun mempunyai efektifitas tinggi dan pelaksanaannya mudah, kontrasepsi mempunyai efek samping terutama diantaranya nyeri payudara ringan. Nyeri payudara biasanya digambarkan dengan rasa sakit di salah satu atau kedua payudara, rasa seperti terbakar atau sesak di jaringan payudara. Gejala ini lebih sering terjadi pada remaja, perempuan premenopause dan perempuan perimenopause. Meski memang nyeri payudara ini umum berhubungan dengan siklus menstruasi. Konsumsi obat tertentu, beberapa konsumsi obat hormon seperti obat kontrasepsi, perawatan 46

kesuburan biasanya akan memicu nyeri di payudara. Kontrasepsi mengandung hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) yang bisa mencegah kehamilan. Perubahan hormon yang disebabkan oleh hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) terkadang menyebabkan nyeri payudara. Hal ini sejalan dengan pendapat Varney (2006) mengatakan bahwa efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi DMPA sama dengan efek samping pil kontrasepsi oral kombinsai. Everret (2007) menyebutkan bahwa secara umum efek samping yang terjadi pada pemakaian DMPA antara lain: menstruasi yang tidak teratur, amenore, peningkatan berat badan, pemulihan fertilitas tertunda, sakit kepala, kembung, perubahan mood, depresi. Efek samping lain yang sering muncul adalah nyeri tekan payudara. 5. Lama Penggunaan KB Suntik Mayoritas responden dengan lama penggunaan KB selama 6 bulan (49.0%), dimana waktu enam bulan digunakan sebagai jalan untuk jarak kehamilan sesuai dengan anak yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Taharuddin (2012), bahwa seorang wanita setelah bersalin membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan berikutnya. Menurut BKKBN (2009), lama pemakaian an depoprovera disesuaikan oleh kehendak akseptor, jadi tidak ada batasan untuk akseptor menghentikan penggunaan kontrasepsi depoprovera. Beberapa penelitian menyarankan untuk tidak menggunakan kontrasepsi injeksi dalam jangka panjang (lebih dari 2 tahun), karena akan menyebabkan masalah. Satu-satunya masalah yang timbul dengan pemakaian KB selama lebih dari 2 tahun adalah. Depo- Provera dapat menyebabkan tulang-tulang kehilangan kalsium. Semakin lama pemakaian, semakin banyak kalsium yang hilang. Kalsium tidak kembali sebelum menghentikan pemakaiannya. Jika terjadi kekhawatir mengenai hal ini, akseptor dapat berbicara dengan dokter apakah kontrasepsi adalah pilihan yang tepat. Menurut Everett (2007), penggunaan kontrasepsi depoprovera sebaiknya digunakan selama maksimal lima tahun karena apabila wanita yang memakai kontrasepsi depoprovera jangka panjang atau lebih dari lima tahun dapat mengalami defisiensi estrogen sebagian, hal ini dapat menimbulkan efek merugikan pada densitas tulang dan dapat 47

meningkatkan osteoporosis risiko SIMPULAN 1. Mayoritas responden di Desa patuh dalam jadwal penyuntikan ulang kontrasepsi (80%) 2. Mayoritas responden di Desa merupakan pengguna KB Suntik 3 Bulanan (52.0%). 3. Mayoritas responden di Desa menggunakan KB dengan alasan alat kontasepsi efektif (72.0%). 4. Mayoritas responden di Desa mengalami keluhan nyeri payudara ringan (23.0%). 5. Mayoritas responden di Desa dengan lama penggunaan KB selama 6 bulan (49.0%). DAFTAR PUSTAKA Hidayat, H. A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Badan Pusat Statistik (BPS). (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Badan Pusat Statistik. BKKBN, (2009). Paket Pelatihan Pendidikan Keluarga Berencana, BKKBN, Jakarta. Baekeland. (2004). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Media Aesculapius. Carpenito L.J. (2005) Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Pasien Klinis. Jakarta : EGC Depkes RI. (2004). Pedoman Penaggulangan Efek Samping dan Komplikasi Kontrasepsi. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. (2010). Buku Panduan Praktis Kontrasepsi. Jakarta: Depkes RI. Dikson. (2005). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik AnalisaData. Jakarta: EGC Dimatteo.(2004). Perilaku Kesehatan. Jakarta: Media Aesculapius. Everen, S. (2007). Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC. Hartanto, Hanafi. (2010). KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Hidayat, A. A. (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Irmayanti. (2007). Kontrasepsi Suntik. Jakarta: Media Aesculapius. Kodyat, MPA (2009. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Media Aesculapius. Manuaba, I.B.G.F. (2001). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC Meichnbaum. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. 48

Meria, V. (2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik dengan Kepatuhan Penyuntikan Ulang di RB SehatKaranganyar Tahun 2007. Notoatmodjo, S. (2009). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (2010). Kontrasepsi hormonal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo. Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. (2007). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mansjoer. (2007).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Power park C.E.2004.Faktor Kepatuhan KB.Jakarta : EGC. Handoko, R. (2006). Statistik kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press. Saifuddin, A. (2008). Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Leon, S. (2005). Pedoman Klinis Kontrasepsi.Jakarta: EGC. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Taharuddin (2012). Pedoman Praktis Safe Motherhood. Bandung: Alfabeta. Helen, V.(2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. 49