BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Esa Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Komala Eka Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profil miskonsepsi siswa sma pada materi hidrokarbon menggunakan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

SILABUS. Agustien Zulaidah,ST,MT. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok & Sub Materi pokok. Alokasi Waktu pengalaman belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN

6.1 HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DALAM MEMAHAMI MATERI LARUTAN PENYANGGA DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP HUKUM- HUKUM DASAR KIMIA DAN PENERAPANNYA DALAM STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X IPA DI MAN 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

KIMIA TERAPAN STOIKIOMETRI DAN HUKUM-HUKUM KIMIA Haris Puspito Buwono

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT

PENGEMBANGAN INSTRUMEN COMPUTERIZED TWO TIER MULTIPLE CHOICE (CTTMC) UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN MATERI PERHITUNGAN KIMIA (STOIKIOMETRI) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH TENTANG STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

ANALISIS PENCAPAIAN KOMPETENSI KOGNITIF PADA MATERI HUKUM DASAR KIMIA MELALUI TWO-TIER TEST

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA

Tugas Kimia STOIKIOMETRI

PEMAHAMAN KONSEP MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC INSTRUMENT DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PERUBAHAN KONSEPSI SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol

ANALISIS LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL STOIKIOMETRI SISWA SMA KELAS X SMAN 5 MALANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi, diartikan sebagai suatu upaya penyelidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kimia Kelas X (Implementasi Kurikulum 2013) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat

larutan yang lebih pekat, hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan volume dan teori

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB IV STOIKIOMETRI

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI KIMIA SISWA SMA

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DENGAN MENGGUNAKAN PHP-MySQL PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK SMA KELAS XI

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

DEPENDENSI JENJANG KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN JENJANG KONSEPSI SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM MATERI STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 MALANG MELALUI SOAL DIAGNOSTIK THREE-TIER

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Hukum Dasar Ilmu Kimia Sumber :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Hukum Lavoisier 2. Hukum Proust 3. Hukum Dalton 4. Hukum Gay Lussac & Hipotesis Avogadro

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 02 September SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2 SILABUS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk siswa oleh guru kimia, peneliti, dan pendidik pada umumnya. Menurut Sunyono (2012), materi pelajaran Kimia di SMA banyak berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru. Ada dua alasan utama kesulitan yang dihadapi oleh siswa, pertama materi dalam kimia sangat abstrak dan kedua kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan seharihari memiliki arti berbeda dalam kimia. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pelajaran kimia sering menimbulkan konsepsi yang berbeda pada setiap siswa atau kesalahan-kesalahan dalam pemahaman konsep (miskonsepsi). Menurut Dahar (2011), miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya sehari-hari yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi dipandang sebagai penghambat dan berdampak negatif bagi siswa. Dahar (2011) menyatakan bahwa siswa tidak mungkin menguasai konsep lebih lanjut apabila struktur kognitifnya tersusun dari miskonsepsi-miskonsepsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa adalah dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Tuysuz (2009) mengatakan bahwa miskonsepsi siswa harus diidentifikasi agar dapat dilakukan tindakan untuk membantu siswa dalam memperbaiki konsepsi mereka (Taber, 1998), beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa adalah peta konsep (Novak, 1996), wawancara (Carr, 1996) dan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice diagnostic test) (Treagust, 1995).

2 Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat memiliki keunggulan dibandingkan metode peta konsep dan wawancara, yaitu mudah dilaksanakan dan mudah dalam pemberian skor, sehingga lebih memudahkan guru di dalam kelas (tan dan Treagust; 1999). Tes pilihan ganda dua tingkat merupakan bentuk tes pilihan ganda yang terdiri dari dua tingkat. Menurut Treagust (1995), tes plihan ganda dua tingkat merupakan instrumen diagnostik yang dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi konsepsi siswa pada bidang tertentu, yaitu melalui pilihan pada tingkat pertama untuk menentukan pengetahuan faktual atau konseptual sedangkan pilihan pada tingkat kedua digunakan untuk mengetahui alasan dibalik pilihan pada tingkat pertama. Tuysuz (2009) menjelaskan bahwa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat memiliki dua keuntungan utama dibandingkan tes satu tingkat yang konvensional. Keuntungan pertama adalah menurunkan kesalahan pengukuran, pada tes pilihan ganda satu tingkat dengan lima opsi, terdapat 20% kemungkinan siswa menjawab benar dengan cara menebak, sedangkan pada tes pilihan ganda dua tingkat dengan lima opsi pada tingkat pertama dan lima opsi pada tingkat kedua, kemungkinan siswa menjawab benar dengan cara menebak hanya sebesar 4%. Keuntungan kedua dari tes pilihan ganda dua tingkat adalah dapat mengetahui dua aspek informasi dari satu fenomena yang sama, yaitu jawaban dari tingkat pertama dan tingkat kedua yang merupakan penjelasan dari jawaban pada tingkat pertama. Pengembangan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dalam pelajaran kimia telah banyak dilakukan di luar negeri, beberapa diantaranya dilakukan oleh Treagust (1988), Tan dan Treagust (1999), Tan et al. (2005), Chandrasegaran (2007) dan Tuysuz (2009). Di Indonesia, penelitian tentang tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat sebagai alat untuk mendiagnosis miskonsepsi khususnya dalam mata pelajaran kimia masih sangat sedikit jumlahnya. Salah satu materi pelajaran kimia yang sering mengalami miskonsepsi adalah stoikiometri.

3 Stoikiometri adalah konsep yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena konsep stoikiometri menjadi dasar pembelajaran kimia. Hampir semua materi kimia berhubungan dengan stoikiometri. Konsep ini diaplikasikan pada konsepkonsep kimia lain misalnya asam-basa, kesetimbangan kimia dan laju reaksi. Menurut Fach (2007), beberapa ahli setuju bahwa konsep ini sangat sulit untuk dipahami sehingga konsep ini cukup menakutkan bagi siswa, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa selama proses pembelajaran siswa dapat mengalami miskonsepsi dan jika tidak segera diremediasi, miskonsepsi dapat bersifat persisten dan sulit untuk diperbaiki. Miskonsepsi akibat pemahaman siswa yang tidak benar dapat terbawa sampai jenjang pendidikan selanjutnya (perguruan tinggi). Dengan demikian perlu perhatian khusus agar siswa tidak mengalami miskonsepsi dalam konsep stoikiometri demi menunjang pembelajaran kimia selanjutnya. Salah satu sub pokok materi dalam pokok bahasan materi stoikiometri adalah hukum gas yang meliputi konsep hukum Dalton, Avogadro, Proust, hukum Gay- Lussac, hukum Avogadro. Konsep ini merupakan salah satu konsep abstrak berhubungan dengan atom. Di samping itu, konsep tersebut juga berjenjang dan saling berkaitan satu sama lain. Jika siswa tidak paham terhadap salah satu hukum, maka dapat mengakibatkan kesulitan dalam memahami hukum yang lain. Beberapa miskonsepsi dalam belajar stoikiometri, diantaranya : 1. mengalami salah konsep dalam konsep kekekalan atom dan kemungkinan bahwa molekul dapat berubah; mengabaikan hukum kekekalan atom khususnya dan kekekalan massa secara keseluruhan (Mitchell dan Gunstone, 1984), 2. tidak dapat menentukan pereaksi pembatas dalam suatu soal ketika suatu senyawa diberikan berlebih (Huddle dan Pillay, 1996), 3. tidak mengetahui definisi dan hubungan konsep-konsep dalam stoikiometri secara umum (Furió, et. al., 2002).

4 Untuk mendiagnosis miskonsepsi tersebut, diperlukan alat ukur yang dapat mendeteksinya. Alat ukur tersebut diantaranya berupa alat tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mendeteksi miskonsepsi pada siswa tentang materi stoikiometri. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang telah ada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan sebelumnya (Rizki, 2013) berupa instrumen tes diagnostik pilihan ganda sebanyak 15 butir soal tervalidasi dengan konsep materi. Instrumen ini digunakan karena telah memenuhi nilai reliabilitas yang baik sebagai suatu instrumen, sehingga peneliti tidak melakukan uji kelayakan instrumen untuk mengetahui reliabilitas instrumen, tetapi cukup melakukan uji validitas ulang. Materi stoikiometri diaplikasikan pada konsep-konsep kimia lain di jenjang kelas selanjutnya misalnya penggunaan stoikiometri kelas X semester ganjil pada kurikulum 2006 sub pokok materi penyetaraan reaksi sederhana yang diaplikasikan dalam materi asam-basa, kesetimbangan kimia dan laju reaksi yang dipelajari di kelas XI semester genap. Berdasarkan pengalaman di lapangan, yang dialami oleh peneliti saat melaksanakan program latihan profesi (PLP) pendidikan kimia di salah satu sekolah menengah atas negeri di kota cimahi, ternyata hampir sebagian siswa banyak yang salah dalam menyatarakan persamaan reaksi kimia, rumus kimia zat, padahal sub materi pokok tersebut telah dipelajari di kelas X semester ganjil pada kurikulum 2006 pada standar kompetensi nomor dua mengenai memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri). Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan miskonsepsi materi stoikiometri di kelas X dan XI yang telah mempelajari materi stoikiometri. Hal ini dilakukan agar diketahui sejauh mana miskonsepsi materi stoikiometri pada siswa kelas X dan XI. Materi stoikiometri di kelas X pada kurikulum 2006 (KTSP) terdapat di semester satu, sedangkan pada kurikulum 2013 materi stoikiometri terdapat di semester dua. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti mengajukan judul Perbandingan Miskonsepsi Siswa Kelas X dan XI pada Materi Stoikiometri

5 melalui Tes. Dengan mengambil judul ini diharapkan dapat memberikan gambaran miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi stoikiometri, serta nantinya dapat memberikan panduan pada guru untuk membantu memperbaiki miskonsepsi siswa pada materi stoikiometri. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Siswa kelas XI masih banyak yang mengalami miskonsepsi materi stoikiometri yang telah diajarkan di kelas X. 2. Miskonsepsi perlu diketahui karena miskonsepsi bersifat mengakar dan sulit untuk dihilangkan. 3. Instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat perlu diterapkan untuk mengetahui keberhasilan instrumen dalam mengidentifikasi miskonsepsi pada materi stoikiometri. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah Bagaimana perbandingan miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi stoikiometri melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka perlu dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi pokok hukum dasar kimia melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat? 2. Bagaimana perbandingan miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi pokok konsep mol melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat?

6 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbandingan miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi pokok hukum dasar kimia melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. 2. Mengetahui perbandingan miskonsepsi siswa kelas X dan XI pada materi pokok konsep mol melalui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: a. Bagi siswa Dengan teridentifikasinya miskonsepsi, maka siswa dapat memperbaiki miskonsepsi yang dialami pada materi stoikiometri. b. Bagi guru Tersedia alat ukut miskonsepsi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi stoikiometri sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut dari informasi yang diperoleh. c. Bagi peneliti lain Sebagai informasi mengenai penerapan instrumen diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengukur ketidakpahaman konsep siswa, serta menjadi salah satu masukan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

7 F. Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan, meliputi: latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Bab II berisi tentang tinjauan pustaka, meliputi: miskonsepsi, alat tes diagnostik untuk mengevaluasi miskonsepsi siswa, dan deskripsi uraian materi stoikiometri. Bab III berisi tentang metodologi penelitian, meliputi: metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, meliputi: hasil penelitian, dan pembahasan hasil analisis data. Bab V berisi tentang simpulan dan saran.