CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

dokumen-dokumen yang mirip
Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

1. Tinjauan Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

Analisis Perkembangan Industri

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Juni 2017 RESEARCH TEAM

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September 2017

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Kajian Ekonomi Regional Banten

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

Februari 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

Monthly Market Update

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Deputi Bidang Ekonomi

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Transkripsi:

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju inflasi 4,9 %, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 %, nilai tukar rupiah Rp 9.300 per dollar AS, harga minyak 100 dollar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari Mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan lifting gas sebagai salah satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain minyak mentah. Lifting gas pada tahun 2013 diasumsikan berada pada kisaran 1,36 juta barel setara minyak per hari. Tabel 1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2007-2013 Indikator Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Real. Real. Real. Real. Real. APBNP Outlook RAPBN Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,3 6,0 4,6 6,2 6,5 6,5 6,3-6,5 6,8 Inflasi (%) 6,6 11,1 2,8 7,0 3,8 6,8 4,8 4,9 Nilai Tukar (Rp/US$) 9.140 9.691 10.408 9.087 8.779 9.000 9.250 9.300 Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 8,0 9,3 7,5 6,6 4,8 5,0 3,9 5,0 Harga Minyak ICP (US$/barel) 72,3 97,0 61,6 79,4 111,5 105,0 110,0 100,0 Lifiting Minyak (ribu barel/hari) 904,0 871,0 944,0 953,9 898,5 930,0 900,0 900,0 Lifting Gas (mboepd) - - - - - - - 1.360,0 Sumber : Kemenkeu 1

Pemerintah terus menjalankan empat pilar strategi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Keempat pilar strategi itu adalah: pembangunan yang pro-pertumbuhan (pro-growth), pro-lapangan pekerjaan (pro-job), pro-pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta pro-pengelolaan dan atau ramah lingkungan (pro-environment). Berikut akan disajikan perkembangan komponen asumsi makro untuk Pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga surat perbendaharaan Negara (SPN) dan nilai tukar rupiah. 2

PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 mengalami pertumbuhan 6,4 % (y-on-y). Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi (%), 2005-2013 % 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBN 5.4 6.2 6.3 6.6 6 5.5 6.4 6.7 6.8 APBN - P 6 5.8 6.3 6.4 4.3 5.8 6.5 6.5 Realisasi 5.7 5.5 6.3 6 4.6 6.2 6.5 6.4 Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2012 mencapai Rp2.050,1 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp650,6 triliun. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q) pada triwulan II-2012 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (5,2%); Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (4,6%); dan Sektor Konstruksi (4,4%). Sementara untuk pertumbuhan (yon-y) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (10,1%) ; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (8,9%); dan Sektor Konstruksi (7,3%). Struktur PDB triwulan II-2012 didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan (23,5%), Sektor Pertanian (14,8%), dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (13,8%). Struktur PDB dari sisi Pengeluaran di triwulan II-2012 masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Rumah Tangga (53,5 %). Selain itu, didukung oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Komponen Pengeluaran 3

Konsumsi Pemerintah yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 32,9 % dan 9,0 %. Sedangkan peranan Ekspor dan Impor masing-masing sebesar 24,3 % dan 26,6 %. Gambar 2. PDB berdasarkan komponen penggunaan (%), 2012 Konsumsi Rumah Tangga Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Ekspor Impor Konsumsi Pemerintah 9 6.9 Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan I-2012 (q- Tangga yang to-q) sebesar 2,8 % ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah meningkat sebesar 1,4 %; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat 27,2 %; Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,3 %; Ekspor Barang dan Jasa 1,3 %; serta Impor Barang dan Jasa 9,2 %. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2012 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,5 %, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,6 %, Pulau Kalimantan 9,5 %, Pulau Sulawesi 4,8 %, dan sisanya 4,6 % di pulaupulau lainnya. Gambar 3. Kontribusi Pulau Utama terhadap PDB, 2012 Q2 9.5% 4.8% 2.2% Sumber : BPS 2.4% Jawa 24.3 24.7 26.6 24.6 0 10 20 30 2012 Q2 2012 Q1 23.6% Sumatera 32.9 31.8 53.5 54.2 40 50 60 57.5% Sumber : BPS Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan 4

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi besaran APBN. Pada sisi pendapatan negara, pertumbuhan ekonomi antara lain mempengaruhi penerimaan pajak, terutama PPh dan PPN. Sedangkan pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi besaran nilai subsidi energi dan dana perimbangan dalam transfer ke daerah sebagai akibat perubahan penerimaan pajak. Berdasarkan Nota Keuangan dan APBN tahun 2010, apabila pencapaian pertumbuhan ekonomi lebih rendah 1% dari angka yang diasumsikan, maka defisit RAPBN-P 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp4,1 triliun sampai dengan Rp4,5 triliun. Gambar 4. Sensitivitas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Besaran APBN Pertumbuhan Ekonomi (%) A. Pendapatan Negara dan Hibah 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran Bunga Utang b. Subsidi Energi 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/Defisit Anggaran D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) E. Kekurangan/Kelebihan Pembiayaan Sumber : Kemenkeu 5

INFLASI Laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %. Gambar 5. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005-2013 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Realisasi 17.1 6.6 6.6 11.1 2.8 7 3.79 4.56 APBN 5.5 8 6.5 6 6.2 5 5.3 5.3 4.9 APBN-P 8.5 8 6 6.5 4.5 5.3 5.65 6.8 Sumber : BPS, Kemenkeu ; angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Perkembangan harga berbagai komoditas pada Juli 2012 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota pada Juli 2012 terjadi inflasi 0,70 %, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 132,23 pada Juni 2012 menjadi 133,16 pada Juli 2012. Laju inflasi tahun kalender (Januari Juli) 2012 sebesar 2,50 % dan laju inflasi year on year (Juli 2012 terhadap Juli 2011) sebesar 4,56 %. Pada Juli 2012 terjadi inflasi sebesar 0,70 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 133,16. Dari 66 kota IHK, pada bulan ini seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 3,17 % dengan IHK 148,20 dan terendah terjadi di Sibolga 0,11 % dengan IHK 140,63. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,68 %; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,89 %; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,16 %; kelompok sandang 0,18 %; kelompok kesehatan 0,42 %; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,56 % dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,31 % (BPS, 2012). 6

Selama enam bulan pertama tahun 2012, laju inflasi kumulatif mencapai 1,79 % (year to date/ytd) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 1,06 %. Sementara itu, jika dilihat dari inflasi tahunan, selama enam bulan pertama tahun 2012 tercatat inflasi sebesar 4,56 % (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 % (yoy). Gambar 6. Sumber : Kemenkeu Sementara itu, komponen inflasi inti, mengalami inflasi sebesar 1,73 % (ytd) dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 4,15 %. Pada periode yang sama tahun 2011, laju inflasi kumulatif komponen inflasi inti mencapai 1,91 % dengan inflasi tahunan sebesar 4,63 %. Masih relatif tingginya komponen inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi inflasi terkait kebijakan pemerintah di bidang energi (potensi kenaikan harga BBM), dampak kekhawatiran terhadap krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah (Kemenkeu, 2012). Dari komponen harga yang dikendalikan Pemerintah (administered price), laju inflasi kumulatif sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 1,60 % (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 2,90 % (yoy). Sementara itu, pada periode yang sama tahun 2011, komponen administered price mengalami inflasi sebesar 1,48 % (ytd), dengan inflasi tahunan sebesar 5,61 % (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini disebabkan oleh relatif minimnya perubahan kebijakan pemerintah di bidang harga. 7

Gambar 7. Sumber : BPS, Kemenkeu Pada semester II tahun 2012, pergerakan harga secara umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali. Potensi tekanan inflasi tahun 2012 dari sumber dalam negeri diperkirakan melemah karena rencana kebijakan pemerintah meningkatkan harga BBM bersubsidi relatif sulit untuk dilaksanakan. Selain itu, harga bahan pangan dan energi di pasar internasional yang menunjukkan kecenderungan menurun juga mendorong relatif terkendalinya laju inflasi selama semester I tahun 2012. Namun, potensi tekanan inflasi dikhawatirkan akan meningkat pada semester II tahun 2012 seiring dengan faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan pelaksanaan hari besar keagamaan. Persoalan klasik seperti kurangnya ketersedian infrastruktur jalan dan distribusi juga menjadi kerikil yang menghambat langkah-langkah pengendalian harga (Kemenkeu, 2012). Inflasi, sebagai salah satu indikator ekonomi, digunakan sebagai basis APBN. Kenaikan atau penurunan laju inflasi mempengaruhi besaran APBN, baik pada sisi pendapatan maupun belanja negara sebagai berikut: 1. Pada sisi pendapatan negara, inflasi antara lain akan mempengaruhi penerimaan pajak terutama PPh dan PPN. 2. Pada sisi belanja negara, inflasi antara lain mempengaruhi besaran nilai belanja pemerintah pusat dan dana perimbangan dalam anggaran transfer ke daerah sebagai akibat perubahan pada penerimaan pajak. 3. Perubahan pada pendapatan dan belanja negara akan merubah surplus/defisit anggaran, yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan pada kekurangan/kelebihan pembiayaan. 8

4. Apabila angka inflasi lebih tinggi 0,1 persen dari angka yang diasumsikan, maka penurunan defisit APBN diperkirakan akan berada pada kisaran 0,36 persen dari PDB. Gambar 8. Sensitivitas Inflasi terhadap Besaran APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah Tingkat Inflasi (%, yoy) 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran bunga utang b. Subsidi BBM 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/defisit anggaran (A-B) D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan LN (netto) E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan Sumber : Kemenkeu 9

NILAI TUKAR Nilai tukar rupiah dipatok di level Rp9.300/US$ dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Angka asumsi ini lebih lemah dibandingkan asumsi nilai tukar rupiah pada APBN-P 2012 sebesar Rp 9.000. Sentimen negatif yang bersumber dari ketidakpastian perkembangan ekonomi dunia, telah mendorong rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Hingga Juli 2012, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp9.241/US$, atau melemah sekitar 6,04%, dibandingkan posisi rata-rata pada periode yang sama 2011 sebesar Rp 8.715/US$. Kondisi serupa juga dialami oleh negara-negara lain. 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Gambar 9. Perkembangan Tingkat Inflasi (%), 2005-2013 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Realisasi 9,705 9,164 9,140 9,691 10,408 9,087 8,779 9,241 APBN 8,600 9,900 9,300 9,100 9,400 10,000 9,250 8,800 9,300 APBN-P 9,800 9,300 9,050 9,100 10,500 9,200 8,700 9,000 Sumber : Kemenkeu, angka realisasi tahun 2012 adalah angka sementara Ketika memasuki tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang cukup kuat terkait dengan faktor eksternal. Meningkatnya risiko di kawasan Eropa terkait dengan berlanjutnya ketidakpastian penanganan krisis utang, fiskal dan perbankan, serta indikasi pelemahan ekonomi Cina, India, dan Brazil mendorong perlambatan aliran dana nonresiden ke instrumen keuangan domestik. Tekanan terhadap rupiah mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diikuti dengan peningkatan volatilitas. Selama periode Januari Juni 2012, nilai tukar rupiah berada pada kisaran rata-rata sebesar Rp9.203,07 per dolar AS atau terdepresiasi sekitar 5,2 % apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai rata-rata sebesar Rp8.747,00 per dolar AS (Kemenkeu, 2012). 10

Gambar 10. Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh nilai ekspor Indonesia yang melemah, sementara impor barang modal mengalir deras. Hal ini mengakibatkan ketersediaan valuta asing langka di dalam negeri. Pertumbuhan volume perdagangan dunia pada 2012 direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 4 % menjadi 3,8 %. Tahun 2013 mendatang, diperkirakan masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian. Pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya 5,6 % menjadi hanya 5,1%. Perkembangan perekonomian global sepanjang tahun 2012 masih akan dipengaruhi dampak dari proses pemulihan ekonomi di negara-negara kawasan Eropa, serta pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina, India, dan Brazil (Kemenkeu 2012). Kenaikan atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolas AS memiliki terhadap besaran, yaitu sebagai berikut: 1. Pada sisi pendapatan negara, depresiasi nilai tukar rupiah antara lain akan mempengaruhi penerimaan minyak dan gas bumi (migas) dalam denominasi dolar Amerika Serikat serta PPh migas dan PPN. 2. Pada sisi belanja negara, antara lain mempengaruhi: (1) belanja dalam mata uang asing; (2) pembayaran bunga utang luar negeri; (3) subsidi BBM dan listrik; dan (4) belanja ke daerah dalam bentuk dana bagi hasil migas. 3. Sedangkan pada sisi pembiayaan, berdampak pada: (1) pinjaman luar negeri baik pinjaman program maupun pinjaman proyek; (2) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri; dan (3) privatisasi dan penjualan aset program restrukturisasi perbankan yang dilakukan dalam mata uang asing. 11

Gambar 11. Sensitivitas Nilai Tukar Rupiah terhadap besaran APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah 1. Penerimaan Dalam Negeri a. Penerimaan Perpajakan Nilai tukar Rupiah (Rp/US$1)) b. PNBP B. Belanja Negara 1. Belanja Pemerintah Pusat a. Pembayaran bunga utang b. Subsidi BBM 2. Transfer ke Daerah C. Surplus/defisit anggaran (A-B) D. Pembiayaan 1. Pembiayaan Dalam Negeri 2. Pembiayaan LN (netto) E. Kekurangan/kelebihan pembiayaan Sumber : Kemenkeu 12

SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku bunga instrumen obligasi pemerintah yang diterbitkan sebagai acuan dasar dalam menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang (variable rate bond). Kondisi fundamental ekonomi domestik yang cukup baik ditandai dengan peningkatan peringkat utang Indonesia ke dalam investment grade, serta masih tingginya aliran modal masuk ke dalam negeri, mendorong suku bunga SPN 3 bulan berada di level yang cukup rendah (Kemenkeu, 2012). Gambar 11. Selama tahun 2011, Pemerintah telah melakukan pelelangan SPN 3 bulan sebanyak tiga belas kali dengan tingkat suku bunga yang bervariasi. Secara ratarata, selama tahun tersebut, yield SPN 3 bulan mencapai 4,84 %. Pada pelelangan pertama di bulan Maret 2011, yield SPN mencapai 5,19 % dan kemudian bergerak relatif stabil hingga kemudian mencapai 5,44 % pada pelelangan di bulan Juni 2011. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya faktor ketidakpastian di pasar global seiring eskalasi isu krisis utang Yunani 1. Di bulan-bulan berikutnya suku bunga SPN 3 bulan kembali menurun hingga kemudian mencapai titik terendah sebesar 3,75 % di bulan Agustus 2011. Pergerakan tersebut juga dipengaruhi oleh membaiknya optimisme pasar seiring munculnya titik penyelesaian krisis utang Yunani melalui paket penghematan anggaran serta bantuan paket penyelamatan Uni Eropa dari IMF. 1 Nota Keuangan RAPBN-P 2012 13

Yield kembali meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 5,47 % di bulan Oktober. Peningkatan kali ini terkait dampak kebijakan Operation Twist di AS yang mendorong peralihan likuiditas dari emerging market ke instrumen US treasury yang bertenor panjang. Pada periode selanjutnya, yield menurun hingga mencapai 4,47 % pada pelelangan bulan November 2011. Peningkatan dana European Financial Stability Facility (EFSF) dari 440 miliar Euro menjadi 1,0 trilun Euro mampu memberikan dampak sentimen positif bagi kondisi pasar global dan di Indonesia. Prospek pasar SPN 3 bulan di dalam negeri terlihat cukup baik. Besarnya kepercayaan pada instrumen ini tercermin pada oversubscribed penawaran yang terjadi pada setiap pelelangan. Tingkat kepercayaan tersebut tidak lepas dari kondisi fundamental domestik dan pengelolaan fiskal yang baik. Peningkatan peringkat utang Indonesia di tahun 2011 oleh lembaga credit rating dunia, seperti Moody s, S&P, dan Fitch merupakan satu bentuk kepercayaan masyarakat internasional terhadap kondisi ekonomi dalam negeri. Di samping itu, kepercayaan akan tingkat kesehatan dan sustainabilitas fiskal turut mendorong minat investor terhadap SPN 3 bulan yang diterbitkan Pemerintah. Selama tahun 2011, total jumlah penawaran oleh masyarakat dalam lelang SPN 3 bulan mencapai Rp 48,7 triliun dan jumlah penawaran yang dimenangkan jauh lebih kecil, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. Minat investor yang cukup besar tersebut memberikan keuntungan tersendiri berupa ketersediaan satu sumber pembiayaan defisit yang relatif murah. Memasuki tahun 2012, minat investor terhadap SPN 3 bulan tetap tinggi Hasil lelang SPN 3 bulan pada bulan Februari 2012, menghasilkan tingkat suku bunga sebesar 1,69 %, yang merupakan suku bunga terendah selama SPN 3 bulan diterbitkan. Dalam perkembangannya, tingkat suku bunga SPN 3 bulan secara perlahan bergerak meningkat mencapai sebesar 3,31 % pada lelang 17 April 2012. Peningkatan suku bunga itu sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi Eropa dan perkembangan perekonomian AS yang mulai menunjukkan pemulihan. Faktor-faktor tersebut mendorong para investor untuk mengalihkan dananya (flight to quality) ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman (safe haven), terutama instrumen obligasi jangka panjang Pemerintah AS dan obligasi Pemerintah Jerman. 14

Sampai dengan semester I tahun 2012, Pemerintah telah melakukan pelelangan selama 8 kali dengan tingkat suku bunga SPN 3 bulan yang dihasilkan mencapai rata-rata 2,9 %, relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga ratarata SPN 3 bulan periode yang sama tahun 2011 sebesar 5,1 %. Suku bunga SPN 3 bulan di paruh kedua tahun 2012 diperkirakan masih akan mengalami tekanan terutama karena melambatnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri. Namun, terjaganya tingkat inflasi dan optimisme prospek perekonomian Indonesia yang semakin membaik diharapkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan berada pada level 3,9 % atau di bawah target di dalam APBN-P di kisaran 5,0 %. 15

KETENAGAKERJAAN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3,0 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2011 sebesar 117,4 juta orang atau bertambah sebesar 1,0 juta orang dibanding Februari 2011. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 112,8 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2011 sebesar 109,7 juta orang atau bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan Februari 2011. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32 %, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %. Tabel 2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2010 2012 Jenis Kegiatan Utama (juta orang) 2010 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Februari Angkatan Kerja 116 116,53 119,4 117,37 120,41 Bekerja 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Penganggur 8,59 8,32 8,12 7,7 7,61 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 67,83 67,72 69,96 68,34 69,66 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32 Pekerja tidak penuh 32,8 33,27 34,19 34,59 35,55 Setengah penganggur 15,27 15,26 15,73 13,52 14,87 Paruh waktu 17,53 18,01 18,46 21,06 20,68 Sumber : BPS Meskipun angka penduduk bekerja relatif tinggi (112,28 juta jiwa) namun pengambil kebijakan perlu mewaspadai besarnya angka penduduk yang bekerja tidak penuh (35,55 juta), setengah penganggur (14,87 juta jiwa) dan paruh waktu (20,68 juta jiwa). Tingginya jumlah pekerja dengan karakteristik pekerjaan tersebut menandakan adanya fenomena pengangguran terselubung. Selama setahun terakhir (Februari 2011 Februari 2012), jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan, terutama di Sektor Perdagangan sekitar 780 ribu 16

orang (3,36 %) serta Sektor Keuangan sebesar 720 ribu orang (34,95 %). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian 1,3 juta orang (3,01 %) dan Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi sebesar 380 ribu orang (6,81 %). Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Lapangan Kegiatan Utama Pekerjaan Utama, 2010 2012 (juta orang) 2010 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian 42,83 41,49 42,48 39,33 41,2 Industri 13,05 13,82 13,7 14,54 14,21 Konstruksi 4,84 5,59 5,59 6,34 6,1 Perdagangan 22,21 22,49 23,24 23,4 24,02 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 5,82 5,62 5,58 5,08 5,2 Keuangan 1,64 1,74 2,06 2,63 2,78 Jasa Kemasyarakatan 15,62 15,96 17,02 16,65 17,37 Lainnya 1,4 1,5 1,61 1,7 1,92 Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Sumber : BPS Struktur ketenagakerjaan didominasi oleh tingginya jumlah pekerja di sektor pertanian, perdagangan dan Industri. Tingkat kesejahteraan pekerja memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan sektoralnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian dan industri untuk memperbaiki kualitas hidup pekerja. Pada Februari 2012, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21 %), sedangkan pekerja dengan pendidikan diploma sekitar 3,1 juta orang (2,77 %) dan pekerja dengan pendidikan universitas hanya sebesar 7,2 juta orang (6,43 %). 17

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010 2012 (juta orang) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke Bawah 55,31 54,51 55,12 54,18 55,51 Sekolah Menengah Pertama 20,3 20,63 21,22 20,7 20,29 Sekolah Menengah Atas 15,63 15,92 16,35 17,11 17,2 Sekolah Menengah Kejuruan 8,34 8,88 9,73 8,86 9,43 Diploma I/II/III 2,89 3,02 3,32 3,17 3,12 Universitas 4,94 5,25 5,54 5,65 7,25 Jumlah 107,41 108,21 111,28 109,67 112,8 Sumber : BPS Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2012 sebesar 6,32 % turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 % dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 %. Pada Februari 2012, TPT untuk pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 % dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 %. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD kebawah naik 0,13 % poin dan TPT untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/III naik 0,34 % poin. Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010 2012 (%) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2011 2012 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69 Sekolah Menengah Pertama 7,55 7,45 7,83 8,37 7,8 Sekolah Menengah Atas 11,9 11,9 12,17 10,66 10,34 Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 11,87 10 10,43 9,51 Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 7,5 Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95 Jumlah 7,41 7,14 6,8 6,56 6,32 Sumber : BPS 18

Meskipun angka pengangguran di Indonesia mengalami penurunan, namun para pengambil kebijakan perlu memahami karakter dan komponen yang membentuk angka pengangguran. Tingginya tingkat pengangguran pada kelompok masyarakat berpendidikan menengah dan tinggi menandakan adanya diskoneksitas antara kurikulum yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan di pasar kerja. Penyusun : Donny Alverino 19

DAFTAR PUSTAKA Bisnis Indonesia, NOTA KEUANGAN: 2013, Nilai tukar rupiah diasumsikan Rp9.300/US$ http://www.bisnis.com/articles/nota-keuangan-2013-nilai-tukar-rupiah-diasumsikan-rp9- dot-300-slash-us$ Bisnis Indonesia, RAPBN 2013: Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8% http://www.bisnis.com/articles/rapbn-2013-asumsi-pertumbuhan-ekonomi-6-8-percent Kompas.com, Ini Asumsi Makro RAPBN 2013, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/16/21152832/ini.asumsi.makro.rapb N.2013 BPS, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2012, Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XV, 6 Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/pdb_06agu12.pdf, Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi, Berita Resmi Statistik No. 47/08/Th. XV, 1 Agustus 2012, http://bps.go.id/brs_file/inflasi_01agu12.pdf, Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2012, Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012, http://bps.go.id/brs_file/naker_07mei12.pdf Kementerian Keuangan, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran 2012, http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/laporan%20semester%202012.pdf 20