DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi"

Transkripsi

1

2

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Prognosis I Tahun Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro I Tahun Prognosis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara I Tahun BAB 2 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Pendahuluan Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun Pertumbuhan Ekonomi Laju Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak dan Gas Bumi Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak dan Gas Bumi... BAB 3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Tahun 2017 i

4 Daftar Isi Halaman 3.2 Realisasi Pendapatan Negara Tahun Pendapatan Dalam Negeri Tahun Penerimaan Hibah Prognosis Pendapatan Negara I Tahun Pendapatan Dalam Negeri I Tahun Penerimaan Hibah Tahun BAB 4 PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Prognosis Belanja Pemerintah Pusat I Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi... BAB 5 PERKEMBANGAN REALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Realisasi Transfer ke Daerah Tahun Dana Perimbangan Dana Insentif Daerah (DID) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I.Y Realisasi Dana Desa Tahun Prognosis Realisasi I Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun BAB 6 PERKEMBANGAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum ii Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Tahun 2017

5 Daftar Isi Halaman 6.2 Perkembangan Realisasi Defisit Tahun Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Tahun Pembiayaan Utang Pembiayaan Investasi Pemberian Pinjaman Kewajiban Penjaminan Pembiayaan Lainnya Prognosis Defisit dan Pembiayaan Anggaran I Tahun Defisit Anggaran Pembiayaan Anggaran Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Tahun 2017 iii

6 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Ringkasan Tahun Tabel 1.2 Realisasi dan Prognosis I Tahun Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Tahun Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahun Tabel 2.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun Tabel 3.1 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Tahun Tabel 3.2 Perkembangan Penerimaan Bukan Pajak Tahun Tabel 3.3 Realisasi PNBP Lainnya 10 K/L Terbesar Tahun Tabel 3.4 Prognosis dan Outlook Perpajakan Tahun Tabel 3.5 Prognosis dan Outlook PNBP Tahun Tabel 4.1 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat, Tabel 4.2 Belanja Pemerintah Pusat Munurut Fungsi, Tabel 4.3 Realisasi Belanja Kementerian Negara/Lembaga, Tabel 4.4 Realisasi Belanja Hibah Tahun Tabel 4.5 Realisasi Pembayaran Bunga Utang, Tabel 4.6 Realisasi Belanja Subsidi, Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis Semester II Tahun Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi dan Prognosis I Tahun Realisasi Belanja Kementerian Negara/Lembaga dan Prognosis Semeter II Tahun Tabel 4.10 Realisasi Belanja Hibah dan Prognosis I Tahun Tabel 4.11 Realisasi Pembayaran Bunga Utang dan Prognosis Semester II Tahun Tabel 4.12 Perkiraan Realisasi Belanja Subsidi dan Prognosis Semester II Tahun Tabel 5.1 Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tabel 5.2 Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I, Tabel 6.1 Realisasi Tahun Tabel 6.2 Realisasi Pembiayaan Utang Tahun Halaman iv Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Tahun 2017

7 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi, Grafik 2.3 Laju Inflasi Berdasarkan Komponen s.d. Juni Grafik 2.4 Laju Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran s.d. Juni Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar, Grafik 2.6 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan, Grafik 2.7 Perkembangan Harga Minyak, Grafik 2.8 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Grafik 2.9 Perkembangan Lifting Gas Bumi Grafik 3.1 Harta Deklarasi Hasil Program Tax Amnesty, Grafik 3.2 Perkembangan ICP dan Lifting Migas, Grafik 3.3 Realisasi Pendapatan Negara Tahun, Grafik 4.1 Realisasi 10 K/L dengan Pagu Anggaran Terbesar Grafik 4.2 Realisasi Belanja K/L, Grafik 4.3 Realisasi Belanja Kementerian Pertahanan, Grafik 4.4 Realisasi Belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Grafik 4.5 Realisasi Belanja Kepolisian Negara RI, Grafik 4.6 Realisasi Belanja Kementerian Agama, Grafik 4.7 Realisasi Belanja Kementerian Kesehatan, Grafik 4.8 Realisasi Belanja Kementerian Perhubungan, Grafik 4.9 Realisasi Belanja Kementerian Keuangan, Grafik 4.10 Realisasi Belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Semester I, Grafik 4.11 Realisasi Belanja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Grafik 4.12 Realisasi Belanja Kementerian Pertanian, Grafik 4.13 Realisasi Belanja Kementerian Sosial, Grafik 4.14 Realisasi 5 K/L Penyerapan Lebih Rendah Dari Tahun 2016 Grafik 4.15 Realisasi 5 K/L Penyerapan Lebih Tinggi Dari Tahun Grafik 4.16 Profil Penyerapan Belanja K/L Tahun Grafik 4.17 Penyerapan Belanja K/L Tahun vi Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Tahun 2017

8 Pendahuluan Bab 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Realisasi Tahun 2017 Dalam rangka upaya mencapai target-target pembangunan nasional yang tercantum pada visi misi Pemerintahan, pelaksanaan tahun 2017 pada semester I Tahun 2017 berjalan seiring dengan pelaksanaan strategi fiskal dan perkembangan ekonomi makro. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang disertai peningkatan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan perbaikan tata kelola keuangan negara pada tahun-tahun sebelumnya, serta percepatan penyerapan anggaran pada tahun berjalan merupakan langkah yang baik untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan nasional pada tahun Dalam menjaga kualitas belanja, Pemerintah secara konsisten tetap menjaga implementasi belanja terutama untuk infrastruktur, anggaran wajib (pendidikan dan kesehatan), dan anggaran perlindungan sosial dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan. Dalam perkembangannya, pelaksanaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal, diantaranya: perkembangan ekonomi global dan domestik yang belum stabil, dampak dari pelaksanaan berbagai kebijakan tahun-tahun sebelumnya dan tahun berjalan, serta berbagai upaya kebijakan lainnya yang berpengaruh pada pelaksanaan tahun Ketidakpastian global dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kenaikan the Fed Fund Rate (FFR), kebijakan perdagangan AS di bawah Pemerintahan baru, serta keberlanjutan rebalancing ekonomi Tiongkok. Namun, peningkatan kinerja ekspor dan impor Indonesia sejak akhir tahun 2016 mampu menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2017 yang mencapai 5,0 persen, membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perbaikan tersebut juga didorong oleh konsumsi dan investasi yang tumbuh relatif stabil. Momentum perbaikan kinerja ekspor dan impor tersebut, diikuti dengan upaya untuk meningkatkan investasi dan menjaga tingkat konsumsi yang diharapkan dapat mendukung upaya Pemerintah agar ekonomi dapat tumbuh lebih tinggi. Selanjutnya perkembangan komponen asumsi dasar ekonomi makro lainnya seperti inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga SPN 3 bulan, dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) memiliki dampak cukup signifikan pada realisasi semester I tahun 2017, baik di bidang pendapatan negara maupun belanja negara. Pada sisi pendapatan negara, terdapat kenaikan pajak penghasilan minyak dan gas (migas) dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA) migas. Sedangkan pada sisi belanja negara, terdapat tekanan yang akan memengaruhi belanja negara pada realisasi semester II tahun 2017 yaitu kenaikan subsidi energi (LPG tabung 3 kg dan subsidi listrik), pembayaran bunga utang, dana bagi hasil (DBH) migas akibat perubahan dari pendapatan minyak dan gas, serta perubahan dana alokasi umum (DAU) sebagai akibat perubahan penerimaan dalam negeri (PDN) neto. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan asumsi dasar ekonomi makro dan kondisi fiskal tersebut, Pemerintah telah mengajukan penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro dan konsolidasi fiskal melalui perubahan tahun 2017 pada awal Juli Penyesuaian meliputi perubahan kebijakan di bidang pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran sehingga pelaksanaan tahun 2017 dapat lebih kredibel, berkualitas, dan berkesinambungan. Di samping upaya melalui strategi fiskal, Pemerintah juga senantiasa bekerjasama dengan institusi lainnya seperti Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

9 Bab 1 Pendahuluan domestik terutama stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi. Selain itu, sinergi Pemerintah dan DPR RI dalam menyusun peraturan perundang-undangan yang mendukung perekonomian yang sehat dan berkualitas sangat mendukung bagi pelaksanaan yang efektif dan efisien Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2017 mencapai 5,0 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 4,9 persen. Sejak akhir tahun 2016, peningkatan kinerja ekspor dan impor yang cukup signifikan menjadi faktor positif pendorong ekonomi. Sementara itu, komponen terbesar pembentuk PDB yakni konsumsi dan investasi tumbuh relatif stabil. Dari sisi lapangan usaha, kecuali sektor pertambangan, seluruh sektor mampu mencatatkan pertumbuhan positif di triwulan I tahun Sektor pertanian dan jasa tercatat menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Berdasarkan realisasi triwulan I tersebut dan perkiraan meningkatnya kinerja pada seluruh komponen pertumbuhan pada triwulan II, maka pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun 2017 diperkirakan dapat mencapai 5,1 persen (yoy). Pergerakan laju inflasi paruh pertama tahun 2017 masih berada pada level yang terkendali, meskipun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun Tekanan inflasi antara lain datang dari sisi administered price, dampak kelanjutan reformasi subsidi di bidang energi dalam rangka menciptakan kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran. Di sisi lain, implementasi kebijakan Pemerintah dalam menjaga pasokan komoditas berkontribusi besar dalam menjaga tingkat inflasi terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada semester I tahun 2017 masih berada pada kisaran yang ditargetkan dalam tahun Sepanjang triwulan I tahun 2017, rupiah bergerak relatif stabil dibandingkan dengan penutupan pada akhir tahun Pergerakan nilai tukar rupiah pada periode ini dipengaruhi oleh sentimen kebijakan Pemerintah baru Amerika Serikat dan kenaikan tingkat suku bunga FFR. Pada triwulan II tahun 2017, nilai tukar rupiah diperkirakan relatif bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Pengumuman kenaikan rating investment grade Indonesia oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor s (S&P) diperkirakan akan memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp per dolar AS. Realisasi suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan dalam semester I tahun 2017 diperkirakan mencapai rata-rata 5,1 persen. Peningkatan status investment grade dari lembaga pemeringkat S&P, sentimen negatif global terkait penurunan rating kredit Tiongkok, kenaikan suku bunga acuan The Fed yang kedua kali di tahun 2017 pada 14 Juni 2017, serta tingkat inflasi yang terkendali merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga SPN 3 bulan. Pergerakan ICP dalam semester I tahun 2017 mencapai rata-rata sebesar US$48,9 per barel. Pergerakan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata ICP semester I tahun 2016 yang mencapai US$36,2 per barel. Kenaikan ICP tersebut dipengaruhi oleh kesepakatan negara negara OPEC pada November 2016 dan Mei 2017 untuk memangkas produksi minyak mentah dunia, serta meningkatnya risiko geopolitik. 1-2 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

10 Pendahuluan Bab 1 Rata-rata realisasi lifting minyak bumi sepanjang semester I (periode data Januari-Mei tahun 2017) mencapai 784 ribu barel per hari. Sedangkan realisasi lifting gas pada semester I (periode data Januari-Mei tahun 2017) mencapai ribu barel setara minyak per hari, turun dibandingkan bulan periode yang sama pada tahun Faktor utama yang memengaruhi realisasi lifting minyak bumi dan gas adalah penurunan alamiah sejalan dengan sumur produksi dan fasilitas operasi yang sudah menua, sementara eksplorasi yang dilakukan belum memberikan hasil yang memadai Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017 Perkembangan ekonomi global dan domestik sangat memengaruhi realisasi pada semester I tahun Realisasi pendapatan negara mencapai Rp ,3 miliar atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun Realisasi pendapatan negara dibagi menjadi penerimaan perpajakan sebesar Rp ,4 miliar, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp ,8 miliar, dan penerimaan hibah sebesar Rp213,2 miliar. Perbaikan penerimaan pendapatan negara karena kenaikan harga minyak mentah, dampak efektivitas program pengampunan pajak, dan kemajuan reformasi perpajakan yang terus berjalan. Sedangkan pada realisasi belanja negara pada semester I tahun 2017 mencapai Rp ,6 miliar atau 42,9 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama di tahun Realisasi belanja negara terdiri dari realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp ,5 miliar dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp ,2 miliar. Percepatan lelang atas pelaksanaan pekerjaan yang telah dimulai pada tahun sebelumnya dan perbaikan pada tata kelola keuangan negara membuat realisasi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana desa lebih terencana dan berimbang dari segi waktu pelaksanaan. Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan belanja negara semester I tahun 2017, maka terdapat defisit sebesar Rp ,3 miliar atau 53,0 persen dari target tahun Untuk menutup defisit tersebut, pembiayaan anggaran terealisasi sebesar Rp ,7 miliar, dan terdapat kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp34.291,4 miliar. Komponen pembiayaan anggaran disumbang oleh pembiayaan utang khususnya surat berharga negara untuk menjalankan strategi front loading dalam pembiayaan anggaran. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

11 Bab 1 Pendahuluan Lebih lanjut mengenai realisasi semester I tahun 2017 dapat disajikan pada Tabel 1.1. TABEL 1.1 RINGKASAN SEMESTER I TAHUN (miliar rupiah) URAIAN A PBNP Realisasi A PBNP A PBN Realisasi A PBN A. PENDAPATAN NEGARA , ,2 35, , ,3 41,0 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI , ,1 35, , ,2 41,1 1. Penerimaan Perpajakan , ,0 33, , ,4 38,2 2. Penerim aan Bukan Pajak , ,1 45, , ,8 58,4 II. PENERIMAAN HIBAH 1.975,2 565,0 28, ,7 213,2 15,5 B. BELANJA NEGARA , ,4 41, , ,6 42,9 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT , ,8 36, , ,5 37,9 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA , ,6 49, , ,2 51,6 C. KESEIMBA NGA N PRIMER ( ,6 ) ( ,3 ) 1 3 5,9 ( ,2) ( ,4 ) 62,6 D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A-B) ( ,9 ) ( ,3 ) 77,7 ( ,8) ( ,3) 5 3,0 % Defisit terhadap PDB (2,35) (1,82) 0,00 (2,41) (1,29) E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I+II) , ,5 93, , ,7 63,4 I. PEMBIAYAAN UTANG , ,1 7 4, , ,9 54,0 II. PEMBIA Y A A N INV ESTASI ( ,8) ( ,3 ) 3,9 ( ,9 ) (1 25,0) 0,3 III. PEMBERIA N PINJA MA N 461, , ,6 (6.4 09,7 ) ,9 (24,1 ) IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN (651,7 ) - - (924,1 ) - - V. PEMBIAYAAN LAINNYA , ,3 0,8 3 00,0 186,9 6 2,3 KELEBIHA N (KEKURA NGA N) PEMBIA Y A A N , ,4 Sum ber : Kem enterian Keuangan 1.2 Prognosis I Tahun 2017 Perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan bauran kebijakan dalam RP tahun 2017 diperkirakan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun Perubahan tersebut juga disertai oleh beberapa asumsi dasar ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga SPN 3 bulan, nilai tukar rupiah, dan ICP. Dampak dari perubahan asumsi dasar ekonomi makro memengaruhi besaran pendapatan, belanja negara, defisit anggaran, serta pembiayaan anggaran. Dengan mengacu besaran capaian tahun-tahun sebelumnya dan strategi fiskal Pemerintah yang cenderung ekspansif, maka diperkirakan akan terjadi pelebaran defisit anggaran Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro I Tahun 2017 Perekonomian Indonesia pada akhir tahun 2017 diprediksi tumbuh lebih baik dibandingkan tahun Namun demikian, perlu dicermati faktor-faktor yang memengaruhi baik dari sisi ekstenal maupun internal. Ketidakpastian ekonomi global dan tren pelemahan volume perdagangan dunia sepanjang periode ini memengaruhi ekonomi domestik, termasuk realisasi pertumbuhan ekonomi. Selain faktor tersebut, tren penurunan harga komoditas dunia, kebijakan debt ceilling oleh negara-negara Eropa dan AS, serta rebalancing ekonomi Tiongkok turut memengaruhi kinerja ekonomi global. Namun demikian, masih cukup baiknya permintaan domestik yaitu stabilnya konsumsi masyarakat, membaiknya investasi yang salah satunya ditandai dengan pemberian peringkat utang menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat S&P, perkiraan perbaikan perdagangan internasional, serta 1-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

12 Pendahuluan Bab 1 kinerja sektoral yang diperkirakan semakin meningkat memberikan optimisme terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi dalam di tahun-tahun mendatang. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2 persen pada akhir tahun Inflasi hingga akhir tahun 2017 diperkirakan akan mencapai 4,3 persen. Peningkatan inflasi pada semester II tahun 2017 dipengaruhi oleh peningkatan harga minyak global serta pergeseran musim panen sebagai dampak perubahan iklim. Namun, upaya-upaya tetap ditempuh oleh Pemerintah sebagai strategi untuk mengendalikan laju inflasi seperti langkah pengamanan stok dan pasokan bahan pokok makanan. Selain itu, hasil pembangunan infrastruktur akan mendorong kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat pada tahun 2017 yang dapat menekan biaya distribusi dan logistik. Upaya-upaya tersebut diwujudkan pula dengan membangun sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta Bank Indonesia dalam melaksanakan koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil. Pada semester II tahun 2017, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif. Beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah pada semester II tahun 2017 yakni: (1) faktor eksternal, yaitu ketidakpastian di pasar keuangan global seiring dengan rencana akan dinaikkannya kembali tingkat bunga acuan oleh otoritas moneter AS serta (2) faktor internal, kebijakan untuk memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan serta realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada Indonesia. Selain itu, stabilitas kondisi ekonomi makro dan ketahanan fiskal yang baik akan meningkatkan kepercayaan pasar bagi stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. Dengan memerhatikan berbagai faktor tersebut, nilai tukar rupiah pada semester II tahun 2017 diperkirakan akan stabil pada kisaran rata-rata Rp per dolar Amerika Serikat dan mencapai rata-rata Rp per dolar Amerika Serikat di akhir tahun Suku bunga SPN 3 bulan pada semester II tahun 2017 diperkirakan akan cenderung bergerak menurun di tengah dinamika likuiditas global yang dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat, sentimen pasca penurunan peringkat utang Tiongkok oleh lembaga pemeringkat internasional Moodys, dan pelaksanaan pemilihan umum di Inggris dan negara anggota Uni Eropa. Sementara itu, dari sisi domestik, kenaikan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat S&P menjadi investment grade menjadi salah satu penyebab peningkatan permintaan surat utang dan menurunkan biaya utang Pemerintah. Pada semester II tahun 2017, Suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada pada kisaran 5,3 persen atau nilai rata-rata suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2017 sebesar 5,2 persen. Kesepakatan negara-negara OPEC dan non-opec untuk mengurangi pasokan minyak dunia serta peningkatan permintaan dunia terutama dari negara berkembang memengaruhi tingkat harga minyak mentah dunia. Pada semester II tahun 2017, ICP diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata 51 dolar Amerika Serikat per barel atau secara rata-rata sepanjang tahun 2017 ICP diperkirakan akan mencapai 50 dolar Amerika Serikat per barel. Berdasarkan situasi pasar dan kondisi terkini terkait kondisi lapangan dan program kebijakan yang akan ditempuh, lifting minyak mentah pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai rata-rata 845 ribu bph. Sementara itu, lifting gas Indonesia pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai rata-rata 1,2 juta barel setara minyak per hari (bsmp). Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

13 Bab 1 Pendahuluan Prognosis asumsi dasar ekonomi makro memiliki deviasi dengan targetnya pada tahun Namun demikian, Pemerintah telah menyesuaikan target asumsi dasar ekonomi makro tersebut dalam RP tahun Prognosis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara I Tahun 2017 Berdasarkan prognosis asumsi dasar ekonomi makro semester II tahun 2017 dan realisasi pada semester I tahun 2017, serta perkembangan kebijakan sesuai yang tercantum dalam RP tahun 2017 yang telah diajukan ke DPR, maka proyeksi pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, dan pembiayaan anggaran pada semester II dan proyeksi sampai dengan akhir tahun dapat disusun lebih realistis. Realisasi pendapatan negara dalam semester II tahun 2017 diperkirakan akan mencapai Rp ,8 miliar atau 56,9 persen dari targetnya dalam tahun Beberapa faktor memengaruhi realisasi pendapatan negara antara lain disebabkan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan harga komoditas dunia terutama batubara, serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, masih lesunya perekonomian global khususnya China dan kawasan Eropa dan masih belum optimalnya pemanfaatan peningkatan basis pajak hasil program pengampunan pajak terutama pendapatan PPh nonmigas di tahun Selain itu, penurunan produksi rokok nasional diperkirakan juga akan turut menurunkan pendapatan cukai. Berdasarkan prognosis tersebut, maka realisasi pendapatan negara sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,1 miliar, sesuai targetnya dalam RP tahun Pada sisi belanja negara, usulan perubahan tahun 2017 diajukan untuk menampung efisiensi belanja barang dan tambahan anggaran untuk kegiatan-kegiatan prioritas dan mendesak. Lebih lanjut, Pemerintah berupaya menyusun prognosis belanja negara yang lebih realistis dengan memperhatikan kinerja penyerapan anggaran dalam periode beberapa tahun terakhir. Dalam pola realisasi belanja negara tahun-tahun sebelumnya, terdapat alokasi anggaran yang tidak terserap (hemat alamiah) terutama diakibatkan oleh sisa lelang dan efisiensi pelaksanaan kegiatan, sehingga outlook belanja negara sampai dengan akhir tahun diperkirakan terserap pada kisaran 98,0 99,8 persen terhadap RP tahun Perkiraan tersebut memperhitungkan penyerapan beberapa komponen belanja negara yang sangat tergantung dari kinerja dan kemampuan pelaksanaannya seperti belanja K/L, DAK, dan Dana Desa. Berdasarkan pola kinerja penyerapan tersebut, outlook belanja negara sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar (98,4 persen terhadap pagu yang diusulkan dalam perubahan tahun 2017). Dengan demikian, defisit anggaran sampai dengan akhir tahun diperkirakan sebesar Rp ,5 miliar atau 2,67 persen terhadap PDB, lebih rendah dari tingkat defisit anggaran dalam RP tahun Untuk membiayai defisit anggaran dimaksud, maka sumber utama pembiayaan anggaran melalui pembiayaan utang (surat berharga negara). Postur ringkas tahun 2017 yang mencakup realisasi semester I, prognosis semester II, dan outlook sampai dengan akhir tahun 2017 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

14 Pendahuluan Bab 1 URAIAN TABEL 1.2 REALISASI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) Realisasi Prognosis Semester II Prognosis dengan hemat alamiah Nominal Nominal A. PENDAPATAN NEGARA , , , , ,1 97, ,1 97,9 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI , , , , ,9 97, ,9 97,8 1. Penerimaan Perpajakan , , , , ,0 96, ,0 96,8 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , , , , ,0 104, ,0 104,0 II. PENERIMAAN HIBAH 1.372,7 213, , , ,1 226, ,1 226,4 B. BELANJA NEGARA , , , , ,8 101, ,6 99,8 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT , , , , ,0 102, ,1 100,9 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA , , , , ,8 99, ,4 98,0 C. KESEIMBANGAN PRIMER ( ,2) (68.245,4) ( ,0) (76.059,4) ( ,4) 163,4 ( ,8) 132,4 D. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A-B) ( ,8) ( ,3) ( ,4) ( ,2) ( ,8) 120,3 ( ,5) 109,9 % Defisit terhadap PDB (2,41) (1,29) (1,63) (1,38) (2,92) (2,67) E. PEMBIAYAAN ANGGARAN , , , , ,8 120, ,5 109,9 I. PEMBIAYAAN UTANG , , , , ,6 119, ,4 111,0 II. PEMBIAYAAN INVESTASI (47.488,9) (125,0) (59.608,8) (59.608,8) (59.733,8) 125,8 (59.733,8) 125,8 III. PEMBERIAN PINJAMAN (6.409,7) 1.547,9 (5.216,6) (5.216,6) (3.668,7) 57,2 (3.668,7) 57,2 IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN (924,1) 0,0 (1.005,4) (1.005,4) (1.005,4) 108,8 (1.005,4) 108,8 V. PEMBIAYAAN LAINNYA 300,0 186,9 113,1 113,1 300,0 100,0 300,0 100,0 KELEBIHAN (KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ,4 (34.291,4) (34.291,4) Sumber : Kementerian Keuangan RP Outlook Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

15 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 BAB 2 PERKEMBANGAN REALISASI ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Pendahuluan Di tengah kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan perbaikan yang signifikan, perekonomian Indonesia pada tahun 2017 terus melanjutkan momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sudah berlangsung sejak tahun Komponen penopang pertumbuhan ekonomi yang peranannya diharapkan semakin meningkat di tahun 2017 adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) dan kinerja ekspor. Keberlanjutan pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir diperkirakan mampu mendorong PMTB. Sementara itu, sentimen positif sebagai dampak peningkatan rating menjadi investment grade dari lembaga rating Standard & Poor s (S&P) diproyeksikan turut memicu arus modal masuk ke dalam negeri, menurunkan cost of borrowing, dan selanjutnya akan mendorong kinerja investasi di dalam negeri. Di sisi lain, tren peningkatan harga komoditas dunia yang terjadi sejalan dengan membaiknya permintaan negara-negara partner perdagangan diharapkan menjadi katalis yang dapat mendorong kinerja ekspor Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi. Sepanjang paruh pertama tahun 2017, ekonomi diperkirakan tumbuh lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang ditopang terutama oleh peningkatan pertumbuhan investasi dan ekspor serta dukungan stabilitas ekonomi makro yang terjaga dengan baik. Bauran kebijakan dan koordinasi yang terus ditingkatkan antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor riil dalam menjaga stabilitas ekonomi makro, dengan indikasi tingkat inflasi yang rendah dan terkendali, serta nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat. Namun demikian, Pemerintah tetap mengantisipasi berbagai potensi risiko yang dapat mempengaruhi gejolak pada stabilitas ekonomi makro seperti rencana kelanjutan kenaikan suku bunga Amerika Serikat dari sisi eksternal maupun risiko domestik seperti kebijakan yang dapat berdampak pada administered price. Sementara itu, pergerakan indikator asumsi lainnya yang perlu diperhatikan adalah harga minyak mentah Indonesia yang sampai dengan semester pertama tahun 2017 menunjukkan deviasi yang relatif signifikan dari asumsi yang ditetapkan dalam Sejak awal tahun 2017, pergerakan harga komoditas dunia khususnya minyak mentah mengalami tren peningkatan namun dengan kecepatan yang terbatas. Sejalan dengan tren pergerakan harga minyak dunia tersebut, harga minyak mentah Indonesia (ICP) sampai dengan semester pertama tahun 2017 diperkirakan rata-rata mencapai USD49 per barel atau sekitar 11 persen di atas asumsi yang di tetapkan di dalam 2017 sebesar USD45 per barel. Proyeksi pergerakan harga minyak sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan tetap pada tren yang meningkat secara moderat dengan mempertimbangkan kondisi geopolitik terkini dan kebijakan pembatasan produksi minyak negara-negara OPEC sampai dengan akhir tahun. Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi Indonesia sampai dengan semester I masih berada pada kisaran target asumsi 2017 dan diperkirakan sampai akhir tahun dapat sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

16 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun Perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan I tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak akhir tahun 2016, peningkatan kinerja ekspor dan impor yang cukup signifikan menjadi faktor positif pendorong ekonomi. Sementara itu, komponen terbesar pembentuk PDB yakni konsumsi dan investasi tumbuh relatif stabil. Dari sisi lapangan usaha, kecuali sektor pertambangan, seluruh sektor mampu mencatatkan pertumbuhan positif di triwulan I Sektor pertanian dan jasa tercatat menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Berdasarkan realisasi triwulan I tersebut dan perkiraan meningkatnya kinerja pada seluruh komponen pertumbuhan pada triwulan II maka pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun 2017 diperkirakan dapat mencapai 5,1 persen (yoy). Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan 4,9 Dari sisi pengeluaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh membaiknya kinerja perdagangan Indonesia, yang tercermin dari ekspor dan impor yang meningkat cukup besar. Selain itu, peningkatan kinerja investasi atau PMTB terus berlanjut. Konsumsi rumah tangga tumbuh relatif stabil sebesar 5,0 persen dengan dukungan kinerja konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT). Aktivitas Pilkada dan kegiatan sosial menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan komponen ini. Lebih lanjut, pada triwulan I 2017 tingkat inflasi relatif terjaga. Namun di sisi lain, terjadi penurunan harga beberapa bahan pokok pada akhir triwulan I Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 2,7 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I tahun 2016 yang sebesar 3,4 persen. Perlambatan ini terkait dengan pertumbuhan realisasi belanja barang dan pegawai yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal I tahun 2016, meskipun demikian belanja sosial mengalami peningkatan. Fokus pemerintah terhadap keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur menjadi salah satu pendorong kinerja PMTB yang tumbuh sebesar 4,8 persen pada triwulan I tahun 2017 atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,7 persen. Hal ini terlihat dari pertumbuhan subsektor bangunan yang tumbuh cukup tinggi. Komponen ekspor dan impor barang dan jasa menjadi salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2017 yang masing-masing tumbuh sebesar 8,0 persen dan 5,0 persen atau meningkat dibandingkan triwulan I tahun 2016 yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar -3,3 persen dan -5,1 persen. Peningkatan ekspor terjadi pada barang-barang non migas terutama pada industri manufaktur. Mulai membaiknya perekonomian dunia serta meningkatnya harga komoditas dunia, khususnya minyak sawit mentah dan karet merupakan beberapa faktor yang memengaruhi kinerja ekspor dan impor, terutama sektor migas pada triwulan I tahun 2017 tersebut. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan II tahun 5,2 Grafik 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI (persen, yoy) 5,0 5,0 Trw 1 Trw 2 Sem I Trw 3 Trw4 Trw 1 Trw 2* Sem I* *) Perkiraan Sumber: BPS, Kementerian Keuangan 4,9 5,0 5, ,1 2-2 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

17 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 Tabel 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULANAN TAHUN (%,YOY) Sektor Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 S1 PDB 4,9 5,2 5,0 4,9 5,0 5,2 5,1 PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 5,0 5,1 5,0 5,0 5,0 5,2 5,1 Konsumsi Pemerintah 3,4 6,2-2,9-4,0 2,7 4,3 3,6 PMTB 4,7 4,2 4,2 4,8 4,8 5,3 5,1 Ekspor Barang dan Jasa -3,3-2,2-5,6 4,2 8,0 4,3 6,1 Impor Barang dan Jasa -5,1-3,2-3,7 2,8 5,0 4,2 4,6 LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,5 3,4 3,0 5,3 7,1 2,4 4,6 Pertambangan dan Penggalian 1,2 1,2 0,3 1,6-0,5 1,2 0,4 Industri Pengolahan 4,7 4,6 4,5 3,4 4,2 5,1 4,7 Pengadaan Listrik dan Gas 7,5 6,2 4,9 3,1 1,6 3,9 2,8 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 5,4 4,1 2,4 2,7 4,4 4,1 4,2 Konstruksi 6,8 5,1 5,0 4,2 6,3 7,5 6,9 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,1 4,1 3,6 3,9 4,8 6,2 5,5 Transportasi dan Pergudangan 7,9 6,9 8,3 7,9 7,6 8,4 8,0 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,7 5,0 4,7 4,5 4,7 5,2 5,0 Informasi dan Komunikasi 7,6 9,3 9,0 9,6 9,1 10,5 9,8 Jasa Keuangan dan Asuransi 9,3 13,6 9,0 4,2 5,7 11,4 8,6 Real Estat 4,9 4,8 4,0 3,6 3,7 4,1 3,9 Jasa Perusahaan 8,1 7,6 7,0 6,8 6,8 7,4 7,1 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,6 4,4 3,8 0,3 0,6 2,1 1,3 Jasa Pendidikan 5,3 5,1 1,9 3,1 4,1 1,7 2,8 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,5 5,1 4,5 4,1 7,1 6,5 6,8 Jasa Lainnya 7,9 7,9 7,7 7,7 8,0 7,9 8,0 *) konsum si rum ah tangga digabungkan dengan LNPRT Sum ber: BPS dan Kem enterian Keuangan Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2 persen didorong oleh adanya libur panjang, bulan puasa, dan hari raya. Konsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3 persen seiring dengan membaiknya realisasi belanja pemerintah. Sementara itu, PMTB diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5,3 persen terutama didorong dari keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor dan impor diperkirakan akan tetap tumbuh positif sebesar 4,3 persen dan 4,2 persen sejalan dengan masih stabilnya harga komoditas dunia serta peningkatan permintaan dari negara-negara tujuan ekspor seiring dengan membaiknya perekonomian global. Berdasarkan realisasi triwulan I dan proyeksi triwulan II tahun 2017, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I tahun 2017 diperkirakan sebesar 5,1 persen, yang terdiri atas pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1 persen, konsumsi pemerintah sebesar 3,6 persen, PMTB sebesar 5,1 persen, serta ekspor dan impor barang dan jasa sebesar 6,1 persen dan 4,6 persen. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

18 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Dari sisi produksi, beberapa sektor mencatat peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan I tahun 2017, yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Perdagangan, serta Sektor Informasi dan Komunikasi. Sektor Industri Pengolahan yang merupakan kontributor terbesar pada perekonomian nasional tumbuh sedikit melambat. Sementara itu, Sektor Pertambangan menjadi satu-satunya sektor yang berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh tinggi sebesar 7,1 persen, terutama didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal ini berdampak pada produksi (hasil panen) tanaman pangan yang meningkat 12,9 persen mengindikasikan musim tanam dan panen tahun ini bergeser lebih cepat dibanding tahun lalu. Kondisi alam yang bersahabat juga mendorong hasil produksi perikanan lebih baik dengan tumbuh sebesar 7,1 persen terutama didukung oleh peningkatan hasil produksi perikanan laut dan budidaya. Sektor Pertambangan kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,5 persen. Hal tersebut terutama disebabkan oleh produksi di sektor hulu migas yang menghadapi gangguan produksi di awal tahun. Di samping itu, kinerja pertambangan bijih logam juga mengalami penurunan 0,5 persen yang dipengaruhi oleh penurunan kinerja produksi pada beberapa perusahaan tambang yang masih dalam proses perubahan menuju status izin usaha pertambangan khusus. Sementara itu, kinerja sektor sekunder seperti Industri Pengolahan dan Konstruksi sedikit mengalami perlambatan. Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2016 sebesar 4,7 persen. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh kinerja beberapa industri hilir pertambangan yang menurun, seperti industri pengilangan migas, barang galian, logam dasar, dan barang logam. Kinerja Industri Pengolahan nonmigas, seperti industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, dan industri pengolahan berbasis agro masih menunjukkan peningkatan. Lebih lanjut, Sektor Konstruksi meskipun sedikit melambat namun masih mampu tumbuh di atas rata-rata nasional sebesar 6,3 persen. Kinerja sektor ini masih didukung oleh keberlanjutan pembangunan infrastruktur nasional sehingga pertumbuhannya sejalan dengan perkembangan kinerja investasi bangunan (dalam PMTB). Sektor Jasa-jasa utama terus berkontribusi positif terhadap kinerja pertumbuhan. Sektor Informasi dan Komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 9,1 persen, didukung oleh peningkatan traffic layanan data seiring dengan semakin meluasnya layanan 4G. Sektor Transportasi dan Pergudangan juga menunjukkan kinerja yang positif dengan tumbuh sebesar 7,6 persen ditopang oleh peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang, terutama pada angkutan udara dan perkeretaapian. Selain itu, sektor Perdagangan Besar dan Eceran juga tumbuh sebesar 4,8 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya, sejalan dengan peningkatan total penjualan kendaraan, dan kinerja perdagangan internasional. Pada triwulan II tahun 2017, kinerja seluruh sektor lapangan usaha diperkirakan akan mampu tumbuh positif terutama ditopang oleh peningkatan konsumsi dan produksi pada masa bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Sektor Industri Pengolahan akan memasuki siklus puncak produksi menjelang Idul Fitri guna memenuhi kebutuhan masyarakat di masa libur lebaran. Sektor-sektor lain terutama jasa yang mendukung juga diperkirakan akan mengalami lonjakan permintaan, seperti Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, Sektor Transportasi dan Pergudangan, serta Sektor Perdagangan. Di samping itu, kinerja ekspor yang tumbuh positif dan stabil juga mendorong kinerja sektor-sektor tersebut. 2-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

19 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 Sektor Pertambangan diperkirakan akan kembali tumbuh positif terutama ditopang oleh peningkatan produksi migas dari beberapa wilayah produksi migas yang onstream di awal tahun 2017, serta didukung oleh harga komoditas global yang relatif lebih baik. Di sisi lain, Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan akan tumbuh lebih lambat di triwulan II akibat adanya pergeseran musim panen. Meski demikian, kinerja keseluruhan selama akan lebih baik dibanding kinerja periode yang sama tahun Berdasarkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I dan proyeksi triwulan II, kinerja pertumbuhan ekonomi beberapa sektor utama pada tahun 2017 diperkirakan sebagai berikut: Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh 4,6 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 0,4 persen; Sektor Industri Pengolahan tumbuh 4,7 persen; Sektor Kontruksi tumbuh 6,9 persen; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,5 persen; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 8,6 persen; Sektor Informasi dan Komunikasi tumbuh 9,8 persen Laju Inflasi Laju inflasi sepanjang semester I tahun 2017 masih berada pada level yang relatif terkendali dan sesuai dengan sasaran inflasi tahun Pada triwulan I tahun 2017, komponen administered price menjadi salah satu penyumbang utama laju inflasi nasional. Pada bulan Januari 2017, inflasi tercatat sebesar 0,97 persen (mtm) yang didorong antara lain oleh penyesuaian tarif listrik pelanggan daya 900 VA nonsubsidi untuk pelanggan prabayar. Selanjutnya, pada bulan Februari terjadi inflasi sebesar 0,23 persen (mtm). Terjadinya inflasi pada bulan Februari tersebut, terutama disebabkan oleh dampak penyesuaian tarif listrik daya 900VA untuk pelanggan pascabayar. Laju inflasi mengalami penurunan pada bulan Maret dan mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm). Deflasi terjadi terutama dipengaruhi oleh turunnya harga pada kelompok harga bergejolak, terutama kelompok bahan makanan seiring dengan melimpahnya stok bahan makanan pada masa panen. Dengan demikian, inflasi sampai dengan triwulan I tahun 2017 mencapai 1,19 persen (ytd) atau 3,61 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 4,45 persen (yoy). Selanjutnya, memasuki triwulan II tahun 2017, laju inflasi masih bergerak pada kisaran target inflasi tahun Pada bulan April tahun 2017, inflasi tercatat sebesar 0,09 persen (mtm). Inflasi terutama dipicu oleh kelompok administered 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0-1,0 4,1 Jan-16 4,4 4,4 Feb-16 Mar-16 3,6 Apr-16 Sumber: Badan Pusat Statistik 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0-2,0 3,62 6,77 3,48 Grafik 2.2 PERKEMBANGAN INFLASI, (%) 3,3 May-16 3,5 Jun-16 3,2 Jul-16 2,8 Aug-16 3,1 Sep-16 3,3 Oct-16 3,6 Nov-16 yoy mtm ytd 3,0 Dec-16 3,07 0,21 3,5 3,8 3,6 1,0 1,2 1,2 1,0 Jan-17 0,2 0,0 Feb-17 Mar-17 4,2 1,3 Apr-17 0,1 4,3 4,4 J-16 F M A M J J A S O N D J-17 F M A M J Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 2.3 LAJU INFLASI BERDASARKAN KOMPONEN, JANUARI JUNI 2017 (%, yoy) Core Administered Price Volatile 5,92 1,7 May-17 0,4 Jun-17 2,4 0,7 10,64 3,13 2,17 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

20 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 price dari penyesuaian tarif listrik tahap kedua untuk pelanggan pascabayar daya 900 VA nonsubsidi. Beberapa hari libur panjang pada bulan April juga turut memengaruhi pergerakan laju inflasi dengan naiknya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Akan tetapi, dampak kenaikan tersebut dapat ditekan dengan adanya penurunan harga-harga bahan makanan yang disebabkan masih terjaganya pasokan. Inflasi kembali terjadi pada bulan Mei 2017 dan mencapai 0,39 persen (mtm). Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompak volatile food, yaitu beberapa komoditas seperti daging dan telur bersamaan dengan meningkatnya konsumsi menjelang bulan puasa. Selain itu, pengaruh penyesuaian tarif listrik tahap ketiga juga memengaruhi kenaikan inflasi pada bulan Mei Pada bulan Juni 2017, laju inflasi tercatat sebesar 0,69 persen (mtm) atau 4,37 (yoy) seiring dengan peningkatan permintaan dan konsumsi bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Peningkatan permintaan dan konsumsi yang menjadi salah satu pemicu terjadi inflasi pada kelompok volatile food. Akan tetapi, terjaganya pasokan beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih mampu menahan inflasi sehingga tingkat inflasi pada hari lebaran tahun 2017 relatif tidak lebih tinggi dibandingkan inflasi pada tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan kelompok pengeluaran sampai dengan Juni 2017, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menjadi penyumbang inflasi akibat penyesuaian tarif listrik tahap terakhir bagi pelanggan pascabayar. Selain itu, kelompok bahan makanan serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami inflasi seiring dengan adanya bulan Ramadan dan aktivitas mudik pada Idul Fitri. Grafik 2.4 LAJU INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK PENGELUARAN JANUARI JUNI 2017 (%, ytd) Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 4,20 Kesehatan Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,10 0,42 Sandang 2,56 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 4,24 Bahan Makanan 1,79 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 2,06 Sumber: Badan Pusat Statistik 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

21 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada semester I tahun 2017 masih berada pada kisaran yang ditargetkan dalam tahun Sepanjang triwulan I tahun 2017, rupiah bergerak relatif stabil dibandingkan dengan penutupan pada akhir tahun Selama Januari 2017 pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen kebijakan presiden terpilih AS, Donald Trump, termasuk hal-hal yang disampaikan dalam pidato perdananya pada tanggal 20 Januari Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang bulan Januari 2017 mencapai Rp per dolar AS. Minimnya sentimen positif dan tidak adanya release data fundamental penting dari dalam negeri memengaruhi pergerakan rupiah pada bulan Februari tahun 2017 yang cukup stabil dengan rata-rata mencapai Rp per dolar AS. Memasuki bulan Maret 2017, The Fed mengumumkan kenaikan tingkat suku bunga FFR sebesar 25 bps dari 0,75 persen menjadi 1,0 persen. Namun demikian, kenaikan tingkat suku bunga FFR tersebut telah diantisipasi sebelumnya oleh pasar sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah pada bulan Maret 2017 mencapai rata-rata Rp per dolar AS sehingga rata-rata sampai dengan triwulan I tahun 2017 mencapai Rp per dolar AS. Selanjutnya, nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat pada triwulan II tahun Memasuki bulan April tahun 2017, masuknya aliran modal asing atau capital inflow ke pasar keuangan Indonesia menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami sedikit apresiasi dan rata-rata mencapai Rp per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah tipis pada bulan Mei 2017 mencapai Rp per dolar AS dipengaruhi oleh tekanan apresiasi dolar AS terhadap sebagian besar mata uang dunia akibat release data-data ekonomi AS yang dinilai cukup baik dan sentimen antisipasi kenaikan suku bunga FFR pada bulan Juni Pada bulan Juni 2017, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Pengumuman kenaikan rating investment grade Indonesia oleh S&P diperkirakan akan memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Namun, potensi kenaikan tingkat suku bunga FFR diperkirakan akan menekan pergerakan nilai tukar rupiah selama bulan Juni Rata-rata nilai tukar rupiah pada bulan Juni 2017 mencapai Rp per dolar AS sehingga sampai dengan semester I nilai tukar rupiah mencapai Rp per dolar AS Suku Bunga SPN 3 Bulan rata-rata 2016: Rp13.307/US$ Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber: Bank Indonesia Grafik 2.5 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR, rata-rata Sem I 2017: Rp13.331/US$ Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Rata-rata bulanan rata-rata tahunan Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tenor 3 bulan merupakan suku bunga obligasi pemerintah yang digunakan sebagai acuan dalam menetapkan tingkat bunga obligasi pemerintah jenis bunga mengambang (variable rate bond). Lelang SPN 3 bulan sepanjang semester I tahun 2017 mendapatkan minat yang besar dari investor. Tercatat terjadi oversubscribed yang cukup tinggi pada setiap lelangan SPN 3 bulan. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan mengalami penurunan sejalan dengan capital inflow yang masuk ke Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

22 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Indonesia. Hasil lelang SPN 3 bulan pada Januari 2017 mencatatkan tingkat suku bunga ratarata sebesar 5,4 persen dengan fluktasi yang signifikan. Pada lelang pertama di awal tahun tingkat suku bunga SPN 3 bulan sempat mencapai 5,9 persen, namun pada lelang kedua dan ketiga tingkat suku bunga yang dimenangkan turun tajam masing-masing menjadi sebesar 5,1 persen dan 5,0 persen. Tren penurunan ini terus berlanjut pada bulan Februari dan Maret 2017 dengan suku bunga sebesar 5,1 persen. Selajutnya pengumuman kenaikan tingkat suku bunga FFR oleh The Fed pada tanggal 15 Maret 2017 tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat suku bunga SPN 3 bulan sejalan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang relatif stabil, yang ditunjukan antara lain oleh nilai tukar dan inflasi yang relatif stabil dan menguat. Kebijakan bank Indonesia untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya juga turut menciptakan kondisi yang kondusif bagi pasar Surat Berharga Negara. Sementara itu, pada triwulan II tahun 2017, tingkat suku bunga SPN 3 bulan masih menunjukkan tren menurun. Hasil lelang pada bulan April 2017 mencatatkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan berada di bawah 5 persen, yaitu 4,9 persen. Kenaikan rating investasi Indonesia menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat internasional S&P pada 19 Mei 2017 memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan domestik sehingga tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada bulan Mei 2017 dapat dipertahankan di level 5,0 persen. Sentimen negatif dari global terkait penurunan rating kredit Tiongkok, kenaikan tingkat suku bunga FFR pada bulan Juni 2017, serta fluktuatifnya harga minyak mentah dunia pasca pertemuan OPEC memengaruhi tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada bulan Juni Tingkat suku bunga SPN 3 bulan pada bulan Juni mencapai 5,0 persen sehingga sampai dengan semester I 2017 mencapai 5,1 persen Harga Minyak Mentah Indonesia Setelah mengalami peningkatan pada akhir tahun 2016, harga minyak mentah utama dunia relatif bergerak stabil pada kisaran USD50 per barel sepanjang semester I tahun Harga minyak dunia tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 yang hanya berada pada kisaran USD40 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent pada semester I tahun 2017 rata-rata mencapai USD50 dan USD53. Pergerakan harga minyak dunia di sepanjang semester I tahun 2017 tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan produksi minyak mentah negaranegara OPEC dan Non OPEC sesuai dengan kesepakatan pada Desember 2016 untuk melakukan penurunan produksi antara negara-negara OPEC dan 11 negara-negara Non OPEC dalam 6 bulan pertama tahun 2017 yang kemudian diperpanjang selama persen 6,0 5,8 5,6 5,4 5,2 5,0 4,8 Grafik 2.6 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA SPN 3-BULAN, rata-rata 2016: 5,7% rata-rata Sem I 2017: 5,1% Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber: Kementerian Keuangan Jan-16 Feb-16 Mar-16 Realisasi Rata-rata tahun 2016: US$40/brl Rata-rata Tahunan 2017 Grafik 2.7 PERKEMBANGAN HARGA MINYAK, Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Sumber: Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Rata-rata tahun 2017: US$48,9/brl ICP WTI Brent Rata-rata ICP Mar-17 Apr-17 May-17 Jun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

23 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 9 bulan pada pertemuan bulan Mei selain itu meningkatnya permintaan minyak dunia untuk tahun 2017, serta meningkatnya risiko geopolitik antara AS dengan Suriah setelah AS melepaskan serangan pertama kepada Pemerintahan Suriah serta pemberian sanksi kepada Iran pasca missile ballistic test Tehran turut memengaruhi pergerakan harga minyak dunia. Sejalan pergerakan harga minyak utama dunia, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I tahun 2017 mencapai USD48,9 per barel relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD36,2 per barel Lifting Minyak dan Gas Bumi Realisasi lifting minyak bumi sepanjang semester I mencapai rata-rata sebesar 784 ribu barel per hari (rbph). Realisasi lifting minyak bumi tersebut terutama didukung oleh produksi di Lapangan Banyu Urip yang melampaui target produksi pada bulan Maret 2017 di tengah penurunan alamiah sumur-sumur tua lain serta kendala cuaca yang mempengaruhi loading minyak ke kapal. Di sisi lain, realisasi lifting gas bumi sepanjang semester I (Januari-Juni 2017) mencapai rata-rata sebesar ribu barel setara minyak per hari (rbsmph). Realisasi lifting gas bumi tersebut dipengaruhi oleh beroperasinya atau onstream beberapa proyek gas di pertengahan tahun Grafik 2.8 PERKEMBANGAN LIFTING MINYAK BUMI, Grafik 2.9 PERKEMBANGAN LIFTING GAS BUMI, ribu barel per hari rata-rata tahun 2016: 829 rbph lifting bulanan rata-rata lifting rata-rata Sem I 2017: 784 rbph ribu barel setara minyak/hari rata-rata tahun 2016: rbph lifting bulanan rata-rata lifting rata-rata Sem I 2017: rbph Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Sumber: SKK Migas dan Kementerian Keuangan Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Sumber: SKK Migas dan Kementerian Keuangan Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 Jun-17 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

24 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun Prognosis Asumsi Dasar Ekonomi Makro I Tahun Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan ekonomi global dan domestik di paruh pertama tahun 2017 disertai berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah sepanjang tahun 2017 diperkirakan memberikan pengaruh terhadap perkembangan ekonomi makro pada semester II tahun Pertumbuhan ekonomi pada semester II 2017 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan demgan semester I. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh stabil dengan dukungan inflasi yang terjaga. Konsumsi Pemerintah juga cenderung membaik seiring dengan penyerapan anggaran yang lebih optimal dan tepat waktu. PMTB didorong terus meningkat dengan adanya program percepatan pembangunan infrastruktur dan mendorong swasta berperan aktif meningkatkan kinerja investasi. Dampak positif kebijakan pengampunan pajak yang berjalan hingga Maret 2017 juga diharapkan mampu meningkatkan sektor investasi di dalam negeri. Dari sisi perdagangan internasional, meskipun masih lemah namun diharapkan dapat tumbuh positif dengan meningkatkan peran ekspor produk bernilai tambah tinggi. Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor diperkirakan akan tumbuh positif pada semester II tahun Sektor-sektor unggulan seperti sektor industri, pertanian dan sektor konstruksi diharapkan memiliki kinerja yang baik sehingga memberikan kontribusi tinggi bagi perekonomian nasional. Perkiraan stabilitas ekonomi domestik, perbaikan ekspor, serta keberlanjutan pelaksanaan program prioritas seperti pembangunan infrastruktur nasional diharapkan mendukung kinerja sektor-sektor ekonomi tersebut. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan Kinerja komponen konsumsi pada semester II tahun 2017 diperkirakan tetap tumbuh baik. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil sejalan dengan perkiraan tingkat inflasi yang cukup terjaga, khususnya harga pangan, serta pemulihan kegiatan ekonomi domestik. Sementara itu, libur sekolah dan perayaan hari besar keagamaan nasional, seperti Idul Adha dan Natal, yang berlangsung pada semester II tahun 2017 juga diperkirakan mampu menjaga kinerja pertumbuhan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh cukup baik sejalan dengan realisasi belanja Pemerintah yang efektif dan efisien. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah pada semester II tahun 2017 masing-masing diperkirakan tumbuh 5,1 persen dan 5,4 persen. Dari sisi investasi, kinerja PMTB juga diperkirakan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari semester I Di samping keberlanjutan pembangunan infrastruktur, perbaikan iklim investasi terutama di daerah serta deregulasi peraturan diharapkan akan mendorong kinerja investasi. Alokasi belanja Pemerintah pada kegiatan yang lebih bersifat produktif juga diharapkan mampu mendorong kinerja perekonomian secara umum. Oleh karena faktor-faktor tersebut, pada semester II tahun 2017, PMTB diperkirakan tumbuh 5,7 persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

25 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 Tabel 2.2 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN (%,yoy) Sektor Sem I Sem II Tahunan Sem I Sem II Tahunan PDB 5,1 5,0 5,0 5,1 5,2 5,2 PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga* 5,1 5,0 5,0 5,1 5,1 5,1 Konsumsi Pemerintah 5,0-3,6-0,1 3,6 5,4 4,6 PMTB 4,4 4,5 4,5 5,1 5,7 5,4 Ekspor Barang dan Jasa -2,7-0,7-1,7 6,1 3,5 4,8 Impor Barang dan Jasa -4,2-0,3-2,3 4,6 3,2 3,9 LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,5 4,0 3,3 4,6 2,2 3,4 Pertambangan dan Penggalian 1,2 1,0 1,1 0,4 2,2 1,3 Industri Pengolahan 4,7 3,9 4,3 4,7 5,0 4,8 Pengadaan Listrik dan Gas 6,9 4,0 5,4 2,8 7,1 5,0 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 4,7 2,5 3,6 4,2 3,8 4,0 Konstruksi 5,9 4,6 5,2 6,9 6,2 6,5 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,1 3,7 3,9 5,5 4,7 5,1 Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,1 7,7 8,0 8,1 8,1 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,3 4,6 4,9 5,0 5,4 5,2 Informasi dan Komunikasi 8,5 9,3 8,9 9,8 10,4 10,1 Jasa Keuangan dan Asuransi 11,4 6,6 8,9 8,6 11,1 9,9 Real Estat 4,8 3,8 4,3 3,9 5,6 4,8 Jasa Perusahaan 7,9 6,9 7,4 7,1 7,6 7,4 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,5 2,0 3,2 1,3 5,5 3,5 Jasa Pendidikan 5,2 2,6 3,8 2,8 5,3 4,1 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,8 4,3 5,0 6,8 4,3 5,5 Jasa Lainnya 7,9 7,7 7,8 8,0 8,2 8,1 *) konsumsi rumah tangga digabungkan dengan LNPRT Sum ber: BPS dan Kem enterian Keuangan Kinerja ekspor-impor pada semester II tahun 2017 diperkirakan tetap tumbuh positif. Perbaikan ini sejalan dengan peningkatan harga komoditas dan pertumbuhan ekspor ke negara-negara major trading partners (MTP). Pembukaan pasar ekspor baru yang lebih cepat diharapkan akan meningkatan pangsa pasar ekspor nasional di pasar global. Dari sisi impor, prioritas impor diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi dalam negeri dengan tetap memperhatikan ketersediaan dalam negeri. Ekspor dan Impor pada semester II tahun 2017 masing-masing diperkirakan tumbuh 3,5 dan 3,2 persen. Pertumbuhan ekonomi menurut penggunaan secara keseluruhan pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh sebagai berikut: konsumsi rumah tangga tumbuh 5,1 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 4,6 persen, PMTB tumbuh 5,4 persen, ekspor dan impor tumbuh masing-masing sebesar 4,8 persen dan 3,9 persen. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

26 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Pada semester II tahun 2017, beberapa sektor diperkirakan memiliki kinerja yang baik. Keberlanjutan proyek pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendorong kinerja beberapa sektor terkait seperti sektor konstruksi, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi. Sementara itu, sektor informasi dan komunikasi akan tumbuh tinggi sebagai dampak perkembangan teknologi serta layanan komunikasi dan data. Sektor industri juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan semester yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan perbaikan kondisi infrastruktur dan berbagai kemudahan serta fasilitas yang diberikan baik berupa insentif fiskal maupun fasilitas lainnya, seperti tax holiday, tax allowance, dan fasilitas untuk pengembangan kawasan industri. Sementara itu, sektor primer menunjukkan peningkatan kinerja namun masih relatif rendah dan berada di bawah rata-rata pertumbuhan nasional. Berdasarkan kondisi tersebut pertumbuhan ekonomi sektor-sektor utama sepanjang tahun 2017 diperkirakan sebagai berikut: Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh 3,4 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 1,3 persen; Sektor Industri Pengolahan tumbuh 4,8 persen; Sektor Kontruksi tumbuh 6,5 persen; Sektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,1 persen; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 9,9 persen; Sektor Informasi dan Komunikasi tumbuh 10,1 persen Inflasi Pergerakan harga domestik yang antara lain bersumber dari pergeseran musim panen sebagai dampak perubahan iklim dan kecenderungan kenaikan harga ICP memberikan risiko tekanan harga pada semester kedua tahun Dalam hal ini, Pemerintah terus mewaspadai dan berupaya mengamankan stok dan pasokan serta kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat pada tahun Selain itu, untuk menjaga inflasi, koordinasi stabilisasi harga di tingkat pusat dan daerah akan terus ditingkatkan. Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan terus memperkuat koordinasi inflasi melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) di tingkat pusat dan daerah. Berdasarkan realisasi terkini dan berbagai upaya strategis pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi, laju inflasi sampai dengan akhir semester II tahun 2017 diperkirakan dapat dijaga pada kisaran 4,3 persen (yoy) atau masih pada rentang sasaran inflasi nasional 4±1 % Nilai Tukar Rupiah Pada semester kedua tahun 2017 nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif dengan volatilitas yang rendah. Ketidakpastian di pasar keuangan global seiring dengan rencana akan dinaikkannya kembali tingkat bunga acuan oleh otoritas moneter AS yang diperkirakan terjadi di semester kedua tahun 2017 berpotensi memberikan tekanan terhadap nilai rupiah dari sisi eksternal. Hal ini secara tidak langsung juga akan berpengaruh kepada aliran modal ke negara emerging market termasuk Indonesia. Dari sisi internal, faktor yang dapat mendorong stabilitas nilai tukar rupiah yaitu pengaruh berbagai bauran kebijakan baik fiskal maupun moneter guna stabilisasi rupiah di antaranya kebijakan untuk memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan serta realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor kepada Indonesia, yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap stabilnya aliran modal masuk ke dalam negeri. Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan tersebut secara fundamental diperkirakan akan menurunkan tekanan rupiah. Selain itu, stabilitas kondisi ekonomi makro dan ketahanan fiskal yang baik akan meningkatkan kepercayaan pasar bagi stabilitas pergerakan nilai 2-12 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

27 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 2 tukar rupiah ke depan. Dengan memerhatikan berbagai faktor tersebut, nilai tukar rupiah pada semester kedua tahun 2017 diperkirakan akan stabil pada kisaran rata-rata Rp per dolar AS. Dengan demikian, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2017 diperkirakan berada pada kisaran Rp per dolar AS, atau lebih tinggi dibanding asumsinya dalam Suku Bunga SPN 3 Bulan Suku bunga SPN 3 bulan pada semester kedua tahun 2017 diperkirakan akan cenderung bergerak menurun di tengah dinamika likuiditas global yang dipengaruhi oleh rencana kenaikan suku bunga acuan di AS, sentimen pasca penurunan peringkat utang Tiongkok oleh lembaga pemeringkat internasional Moodys, dan pelaksanaan pemilihan umum di Inggris dan negara anggota Uni Eropa. Sementara itu, dari sisi domestik, kenaikan peringkat utang Indonesia oleh S&P menjadi investment grade menjadi salah satu katalis permintaan surat utang dan menurunkan biaya utang Pemerintah. Terjaganya stabilitas ekonomi makro yang didukung dengan tingkat inflasi yang terkendali akan menjadi faktor utama yang dapat menjadi daya tarik investor terhadap SBN termasuk suku bunga SPN 3 bulan. Pada semester kedua tahun 2017, suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada pada kisaran 5,3 persen sehingga secara rata-rata sampai dengan akhir tahun 2017 suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai 5,2 persen, atau lebih rendah dibandingkan asumsinya dalam Harga Minyak Mentah Indonesia Kesepakatan negara-negara OPEC dan non-opec untuk mengurangi pasokan minyak dunia dibandingkan tahun sebelumnya diperkirakan meningkatkan harga minyak dunia pada tahun Total pasokan sepanjang tahun 2017 diperkirakan mencapai 96,16 juta barel per hari, sementara permintaan minyak dunia diperkirakan mencapai 97,9 juta barel per hari dengan adanya peningkatan permintaan dunia terutama dari negara berkembang. Berdasarkan kondisi tersebut, Badan Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration/EIA) memproyeksikan harga rata-rata minyak mentah dunia sepanjang tahun 2017 masing-masing diperkirakan mencapai USD50,68 per barel untuk minyak jenis WTI dan USD52,6 per barel untuk minyak jenis Brent. Sementara itu, posisi ICP diperkirakan berada sedikit lebih rendah dari harga minyak dunia. Pada semester kedua tahun 2017, ICP diperkirakan akan berada pada kisaran ratarata USD51 per barel dan secara keseluruhan tahun 2017 rata-rata ICP mencapai sekitar USD50 per barel, atau lebih tinggi dibanding asumsi di dalam Lifting Minyak dan Gas Bumi Berdasarkan situasi pasar dan kondisi terkini terkait kondisi lapangan dan program kebijakan yang akan ditempuh, lifting minyak mentah pada semester kedua tahun 2017 diperkirakan mencapai rata-rata 845 ribu bph. Kondisi harga ICP yang cenderung meningkat diharapkan memacu lifting minyak bumi pada semester kedua. Dengan memperhitungkan realisasi lifting dalam semester pertama dan prediksi lifting dalam semester kedua tahun 2017, Pemerintah optimis bahwa capaian rata-rata lifting minyak sepanjang tahun 2017 diperkirakan dapat mencapai target 815 ribu bph. Sementara itu, lifting gas Indonesia pada semester kedua 2017 masih menghadapi risiko rendahnya tingkat penyerapan uncontracted gas, dan diperkirakan mencapai rata-rata 1,2 juta bsmph. Dengan memperhitungkan realisasi lifting gas dalam semester pertama Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

28 Bab 2 Perkembangan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan Prognosis I Tahun 2017 dan perkiraan pada semester kedua tersebut, maka rata-rata lifting gas dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai 1,15 juta bph. Ringkasan realisasi asumsi dasar ekonomi makro dan perkiraan sampai dengan akhir tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2017 Indikator Realisasi Proyeksi Semester II RP a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,1 5,1 *) 5,2 5,2 b. Inflasi (%, yoy) 4,0 4,37 4,3 4,3 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,3 5,1 5,3 5,2 d. Nilai tukar (Rp/US$) e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 45 48, f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) **) g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) **) keterangan: angka proyeksi **) realisasi periode Jan-Mei 2017 (Realisasi Periode Des Mei 2017 = 806 rbph untuk Minyak Bumi dan rbph untuk Gas Bumi) 2-14 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

29 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 BAB 3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,01 persen pada kuartal I tahun 2017 atau lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,92 persen, sementara tingkat inflasi juga tetap terkendali sepanjang semester I tahun Kedua faktor tersebut diperkirakan akan memengaruhi secara positif terhadap capaian pendapatan negara pada semester I dan prognosis semester II tahun Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai memperlihatkan tanda-tanda perbaikan khususnya dari negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia juga memberikan dampak yang positif terhadap realisasi pendapatan negara. Hal ini juga diperkuat dengan perkembangan harga komoditi utama dunia terutama minyak bumi yang terus meningkat meskipun masih terbatas. Kesuksesan pelaksanaan program amnesti pajak sebagai bentuk terobosan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Pemerintah sejak awal bulan Juli 2016 hingga akhir Maret 2017 juga telah berdampak positif terhadap penerimaan perpajakan di sepanjang semester pertama tahun Sampai dengan 31 Maret 2017, total penerimaan dari program amnesti pajak berjumlah sebesar Rp135,3 triliun, terdiri dari penerimaan uang tebusan Rp114,5 triliun, penghentian bukti permulaan Rp1,7 triliun, dan pembayaran tunggakan pajak Rp19,4 triliun. Sementara itu, Wajib Pajak yang telah mengikuti program amnesti pajak berjumlah Wajib Pajak yang sekitar 80 persennya didominasi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Total deklarasi harta dari program amnesti pajak di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, jika dibandingkan dengan negara lain yang pernah memiliki program yang sama. Secara keseluruhan, total harta yang dilaporkan dari program amnesti pajak adalah sebesar Rp4.882,2 triliun yang merupakan pengungkapan harta terbesar di dunia, yang terdiri dari uang deklarasi harta dalam negeri sebesar Rp3.698,7 triliun, deklarasi harta luar negeri sebesar Rp1.036,7 triliun, serta dana repatriasi aset sebesar Rp146,7 triliun. Dana yang terkumpul dari program pengampunan pajak akan digunakan untuk membiayai program pembangunan yang sifatnya produktif seperti pembangunan infrastruktur. Harta Deklarasi hasil Program Tax Amnesty dapat dilihat pada Grafik 3.1. GRAFIK 3.1 HARTA DEKLARASI HASIL PROGRAM TAX AMNESTY Rp1.036,7 triliun Amnesti Pajak Juli 2016-Maret 2017 Total Harta yang Dilaporkan Rp4.882,2 triliun Rp3.698,7 triliun Rp146,7 triliun Deklarasi Harta Dalam Negeri Deklarasi Harta Luar Negeri Repatriasi Aset Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, Kemenkeu Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

30 Bab 3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Dari sisi perdagangan internasional, tingginya permintaan ekspor dan juga mulai membaiknya harga komoditas dunia seperti batubara dan kelapa sawit serta meningkatnya nilai impor seiring dengan adanya perayaan hari besar keagamaan Idul Fitri juga berkontribusi positif dalam mendorong penerimaan pajak perdagangan internasional. Peningkatan harga minyak Indonesia (ICP) juga diharapkan mampu mendorong kinerja penerimaan migas Indonesia di sepanjang tahun Harga minyak mentah Indonesia mulai meningkat di sepanjang awal tahun 2017, dan diusulkan menjadi USD50 per barel dalam RP tahun Perkembangan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan lifting migas dapat dilihat pada Grafik 3.2. GRAFIK 3.2 PERKEMBANGAN ICP DAN LIFTING MIGAS LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP RP Lifting Minyak (MBPD) Lifting Gas Bumi (MBOEPD) Harga Minyak (US$/Barel) (RHS) Sumber: Kementerian Keuangan *) Lifting gas bumi belum diperhitungkan sebagai asumsi makro sebelum tahun 2013 Keseluruhan faktor tersebut berkontribusi terhadap meningkatnya realisasi pendapatan negara semester I tahun 2017 yaitu mencapai Rp ,3 triliun atau meningkat sebesar 13,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di balik pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai mengalami perbaikan, kita tetap dihadapkan pada tantangan perekonomian global yang mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang seperti risiko dari ketidakpastian kondisi geopolitik Amerika Serikat serta proses rebalancing perekonomian Tiongkok yang masih terus berlangsung. Walaupun nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung stabil pada kuartal pertama tahun 2017, Indonesia masih harus mengantisipasi risiko yang datang dari normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat. Namun demikian, dengan proyeksi harga komoditas yang semakin membaik serta dukungan Pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan mampu memberi kontribusi positif terhadap pendapatan negara baik dalam semester I maupun semester II tahun Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2017 Realisasi pendapatan negara dalam semester I tahun 2017 yang mencapai Rp ,3 miliar atau 41,0 persen dari targetnya dalam tahun 2017, terdiri atas realisasi pendapatan dalam negeri sebesar Rp ,2 miliar (41,1 persen dari tahun 2017), dan penerimaan hibah sebesar Rp213,2 miliar (15,5 persen dari tahun 2017). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2016, realisasi pendapatan negara dalam semester I tahun 2017 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 13,2 persen. Faktor-faktor yang menyebabkan lebih tingginya realisasi pendapatan negara dalam semester I tahun 2017 antara lain oleh terjaganya konsumsi domestik, harga komoditas dan harga minyak Indonesia yang mulai membaik serta meningkatnya permintaan ekspor 3-2 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

31 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 dari negara tujuan utama ekspor Indonesia. Faktor-faktor lain yang memengaruhi adalah keberhasilan program pengampunan pajak (tax amnesty) yang telah menghasilkan pendapatan negara berupa pembayaran uang tebusan dan juga meningkatnya basis data perpajakan dengan bertambahnya wajib pajak terdaftar. Realisasi pendapatan negara pada semester I tahun 2016 dan tahun 2017 disajikan pada Grafik 3.3. Triliun Rp 800 GRAFIK 3.3 REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN ,1 146, ,0 571,9 0 Smt.I Smt.I Penerimaan Perpajakan PNBP Penerimaan Hibah Sumber: Kementerian Keuangan Pendapatan Dalam Negeri Tahun 2017 Pendapatan dalam negeri sebagai kontributor utama pendapatan negara, terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Realisasi pendapatan dalam negeri dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp ,2 miliar atau 41,1 persen dari tahun Pendapatan dalam negeri tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp ,4 miliar (38,2 persen dari tahun 2017 atau meningkat 9,6 persen dari tahun lalu) dan PNBP sebesar Rp ,8 miliar (58,4 persen dari tahun 2017 atau meningkat 30,3 persen dari tahun lalu) Penerimaan Perpajakan Tahun 2017 Realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp ,4 miliar atau 38,2 persen dari targetnya dalam tahun Pencapaian tersebut meningkat sebesar 9,6 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya. Tingginya realisasi penerimaan perpajakan tersebut, terutama didominasi oleh pendapatan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), serta bea keluar. Peningkatan pertumbuhan ekonomi, perbaikan pada harga komoditas dan harga minyak Indonesia (ICP), dan peningkatan ekspor domestik sangat memengaruhi realisasi penerimaan perpajakan pada semester I tahun Realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2016 dan realisasi 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

32 Bab 3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Uraian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TABEL 3.1 PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN *) (miliar rupiah) P Penerimaan Perpajakan , ,1 33, , ,4 38,2 a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri , ,3 33, , ,2 37,9 1) Pendapatan Pajak Penghasilan , ,4 33, , ,0 39,9 - Pendapatan PPh Migas , ,1 44, , ,4 76,8 - Pendapatan PPh Nonmigas , ,3 33, , ,6 38,1 2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai , ,1 35, , ,2 38,9 3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan ,6 715,7 4, ,6 737,6 4,3 4) Pendapatan Cukai , ,7 29, , ,3 28,2 5) Pendapatan Pajak Lainnya 7.414, ,4 53, , ,9 36,3 b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional , ,8 48, , ,2 51,0 1) Pendapatan Bea Masuk , ,3 48, , ,3 46,5 2) Pendapatan Bea Keluar 2.500, ,5 51,5 340, ,9 498,1 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Dalam semester I tahun 2017, realisasi pendapatan pajak penghasilan mencapai Rp ,0 miliar atau 39,9 persen dari target tahun Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan 9,6 persen jika dibandingkan dengan pencapaian semester I tahun Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan PPh migas sebesar Rp27.581,4 miliar (76,8 persen dari tahun 2017) dan pendapatan PPh nonmigas Rp ,6 miliar (38,1 persen dari tahun 2017). Peningkatan penerimaan perpajakan tak lepas dari dampak positif amnesti pajak. Total penerimaan dari program amnesti pajak periode III yang berlangsung sejak 1 Januari 2017 hingga 31 Maret 2017 mencapai Rp20.983,3 miliar. Realisasi penerimaan amnesti pajak tersebut terdiri dari uang tebusan pengampunan pajak Rp10.993,1 miliar, penghentian pemeriksaan bukti permulaan Rp1.009,0 miliar, dan pembayaran tunggakan pajak Rp8.981,2 miliar. Peningkatan pertumbuhan pendapatan pajak penghasilan dipengaruhi pula oleh perkembangan kondisi ekonomi antara lain: (1) meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, (2) meningkatnya tingkat kepatuhan WP dalam membayar pajak, (3) meningkatnya nilai penerimaan migas akibat harga ICP yang mulai membaik, (4) mulai membaiknya harga komoditas dunia, dan (5) meningkatnya aktivitas perdagangan internasional. Realisasi pendapatan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp ,2 miliar atau 38,9 persen dari target tahun Jika dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, pencapaian pendapatan PPN dan PPnBM meningkat 13,5 persen. Peningkatan pendapatan PPN dan PPnBM secara nominal dalam semester pertama tahun 2017 jika dibandingkan dengan pendapatan dalam periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan oleh tingginya aktivitas ekonomi domestik terutama konsumsi maupun adanya peningkatan aktivitas perdagangan internasional di sepanjang semester I tahun Realisasi pendapatan pajak bumi dan bangunan sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp737,6 miliar atau 4,3 persen dari targetnya dalam tahun Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam semester I tahun 2016, capaian realisasi pendapatan PBB dalam semester I tahun 2017 menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut berkaitan dengan peningkatan harga batubara acuan sehingga meningkatkan penerimaan PBB dari sektor pertambangan. Sampai dengan semester I tahun 2017, pendapatan cukai mencapai sebesar Rp44.306, Realisasi 2017 Realisasi 3-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

33 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 miliar atau 28,2 persen dari target tahun Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dari kinerjanya dalam semester I tahun Capaian pendapatan cukai semester I tahun 2017 antara lain dipengaruhi oleh adanya kenaikan tarif cukai tembakau dan turunnya produksi tembakau nasional khususnya pabrik golongan I. Realisasi pendapatan pajak lainnya sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp3.174,90 miliar atau 36,3 persen dari targetnya dalam tahun Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2016, pencapaian pendapatan pajak lainnya mengalami penurunan yaitu sebesar 20,5 persen. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas ekonomi yang banyak menggunakan bea materai sepanjang semester I tahun Secara umum, Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan pajak dalam negeri dengan melakukan berbagai kebijakan di bidang perpajakan. Kebijakan perpajakan tahun 2017 akan tetap diarahkan dalam rangka, sebagai berikut: (1) optimalisasi pajak dalam rangka peningkatan tax ratio, (2) meningkatkan daya beli masyarakat, iklim investasi dan daya saing industri nasional, (3) mendorong hilirisasi industri dalam negeri, (4) mengendalikan konsumsi barang tertentu dan negative externality, (5) meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan (6) mendukung era transparansi informasi di bidang perpajakan. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Dalam semester I tahun 2017, realisasi pendapatan bea masuk mencapai sebesar Rp15.671,3 miliar atau 46,5 persen dari targetnya dalam tahun Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2016, pencapaian penerimaan bea masuk mengalami penurunan sebesar 2,3 persen. Penurunan kinerja pendapatan bea masuk disebabkan tidak adanya impor barang konsumsi bertarif spesifik sebagaimana terjadi pada semester I tahun 2016, peningkatan utilisasi free trade area (FTA), pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terapresiasi, penurunan tarif efektif dan banyaknya hari libur serta cuti bersama yang menyebabkan hari kerja sepanjang semester I tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan semester I tahun Namun demikian, kenaikan impor bahan baku mulai meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu menunjukkan kinerja industri domestik pada semester I tahun 2017 dalam proses perbaikan. Dalam semester I tahun 2017, pendapatan bea keluar mencapai sebesar Rp1.693,9 miliar atau 498,1 persen dari target tahun Realisasi bea keluar mengalami peningkatan sebesar 31,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih tingginya pencapaian pendapatan bea keluar tahun 2017 disebabkan oleh tingginya ekspor barang komoditas terutama crude palm oil (CPO) dan mineral. Meningkatnya ekspor CPO terutama disebabkan oleh tingginya harga CPO di pasaran dunia, dimana pada semester I tahun 2017 berada pada harga diatas USD750 per ton. Sementara itu, meningkatnya ekspor mineral ke negara tujuan ekspor utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai dampak dari diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara serta Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai tahun 2017 antara lain ditekankan pada: (1) penguatan kebijakan tarif, (2) pemastian kelancaran lalu lintas barang, (3) penyempurnaan administrasi dan organisasi pemungutan, dan (4) pemberantasan penyelundupan. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

34 Bab 3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2017 Dalam semester I tahun 2017, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai sebesar Rp ,8 miliar atau 58,4 persen dari targetnya dalam tahun Pencapaian tersebut lebih tinggi 30,3 persen apabila dibandingkan dengan pencapaiannya pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi PNBP tersebut terutama diakibatkan oleh meningkatnya penerimaan SDA serta meningkatnya setoran laba BUMN pada semester pertama tahun Realisasi penerimaan negara bukan pajak pada tahun 2016 dan realisasi semester I tahun 2017 disajikan pada Tabel 3.2. TABEL 3.2 PERKEMBANGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK TAHUN *) (miliar rupiah) Uraian P Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,1 45, , ,8 58,4 a. Pendapatan SDA , ,1 30, , ,7 60,2 1) Pendapatan Migas , ,2 26, , ,3 62,3 - Pendapatan SDA Minyak bumi , ,2 36, , ,3 79,3 - Pendapatan SDA Gas Bumi ,0 0,1 0, , ) Pendapatan Nonmigas , ,9 40, , ,3 54,4 - Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batubara , ,8 41, , ,7 59,1 - Pendapatan Kehutanan 3.972, ,8 42, , ,8 44,4 - Pendapatan Perikanan 693,0 172,7 24,9 950,0 175,7 18,5 - Pendapatan Panas Bumi 630,7 236,5 37,5 659,6 256,1 38,8 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN , ,3 72, , ,4 76,7 c. Pendapatan PNBP Lainnya , ,9 49, , ,4 49,6 d. Pendapatan BLU , ,8 49, , ,3 54,2 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Realisasi penerimaan SDA migas dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp52.380,7 miliar atau 60,2 persen dari target dalam tahun Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 91,3 persen bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Lebih tingginya realisasi penerimaan SDA migas terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya realisasi harga minyak Indonesia (ICP) pada tahun 2017, dimana pada periode Jan-Juni 2017 sebesar USD48,9 jika dibandingkan dengan ICP pada periode yang sama yaitu Jan-Juni 2016 yang hanya sebesar USD36,2. Sementara itu realisasi penerimaan SDA nonmigas dalam periode Januari hingga Juni tahun 2017 mencapai sebesar Rp12.669,3 miliar atau 54,4 persen dari targetnya dalam tahun Jumlah tersebut terdiri atas realisasi penerimaan pertambangan mineral dan batu bara. Penerimaan SDA nonmigas terdiri dari penerimaan pertambangan mineral dan batu bara sebesar Rp10.487,7 miliar (59,1 persen dari tahun 2017), penerimaan kehutanan Rp1.749,8 miliar (44,4 persen dari tahun 2017), penerimaan perikanan Rp175,7 miliar (18,5 persen dari tahun 2017), dan penerimaan pertambangan panas bumi Rp256,1 miliar (38,8 persen dari tahun 2017). Realisasi penerimaan SDA nonmigas dalam semester I tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 42,0 persen jika dibandingkan realisasi semester I tahun Penerimaan SDA pertambangan mineral dan batubara dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp10.487,7 miliar atau meningkat 53,4 persen jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya harga batubara acuan (HBA), dimana rata-rata HBA rata-rata bulan Januari- Juni tahun 2017 mencapai sebesar USD82.4 per ton dibandingkan rata-rata HBA pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD51.8 per ton. Pendapatan SDA kehutanan dalam semester I tahun 2017 adalah sebesar Rp1.749,8 miliar atau mencapai 44,4 persen dari targetnya. Jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan SDA kehutanan mengalami peningkatan Realisasi 3-6 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

35 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 sebesar 4,5 persen. Tingginya realisasi pendapatan SDA Kehutanan antara lain disebabkan oleh meningkatnya volume produksi kayu bulat yang dihasilkan oleh perusahaan sektor kehutanan. Pendapatan SDA perikanan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp175,7 miliar atau 18,5 persen dari targetnya dalam tahun Realisasi pendapatan SDA perikanan tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,7 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Hal ini terutama diakibatkan antara lain oleh mulai efektifnya dampak kebijakan tata kelola sektor perikanan pada tahun Selanjutnya, pendapatan SDA panas bumi mencapai Rp256,1 miliar atau 38,8 persen dari targetnya dalam tahun Realisasi pendapatan SDA panas bumi tersebut meningkat 8,3 persen dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pada 2017 terdapat peningkatan pendapatan dari perusahaan Star Energy karena telah selesainya perbaikan kerusakan yang dialami pada tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan bagian laba BUMN dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp31.451,4 miliar atau 76,7 persen dari target dalam tahun Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 26,6 persen apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Peningkatan realisasi setoran dividen ini antara lain disebabkan oleh percepatan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina. Sementara itu, realisasi PNBP Lainnya dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp41.904,4 miliar atau 49,6 persen dari target dalam tahun Realisasi PNBP Lainnya tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,2 persen jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh dampak dari adanya perbaikan kapasitas dan kualitas layanan pada Kementerian Negara/Lembaga. Realisasi PNBP Lainnya pada Kementerian Negara/ Lembaga antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.3. Selanjutnya, realisasi pendapatan BLU dalam semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp20.383,3 miliar atau 54,2 persen dari target dalam tahun Realisasi tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun lalu, yang antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas dan kualitas layanan BLU serta adanya pergeseran beberapa satker PNBP menjadi satker BLU Penerimaan Hibah TABEL 3.3 REALISASI PNBP LAINNYA 10 K/L TERBESAR TAHUN (miliar rupiah) P Realisasi % thp P Realisasi penerimaan hibah dalam periode Januari hingga semester I tahun 2017 mencapai sebesar Rp213,2 miliar atau 15,5 persen dari target dalam tahun Penerimaan Realisasi % thp Kementerian Komunikasi dan Informatika , ,1 21, , ,7 22,8 Kementerian Perhubungan 8.866, ,2 36, , ,2 29,1 Kepolisian Negara Republik Indonesia 6.198, ,7 40, , ,3 61,3 Kementerian Pertahanan 3.557,3 143,9 4, , ,6 43,3 Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2.986, ,7 45, , ,3 56,7 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 3.605, ,5 46, , ,3 50,4 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN 2.304, ,1 45, , ,4 44,2 Kementerian Agama 1.653,9 313,8 19, ,8 658,4 55,8 Kementerian Ketenagakerjaan 685,0 649,8 94,9 782,9 572,1 73,1 Kementerian Kesehatan 527,3 315,7 59,9 557,5 420,8 75,5 Sumber: Kementerian Keuangan Kementerian/Lembaga Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

36 Bab 3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 tersebut menurun 62,3 persen bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai dari hibah belum dapat direalisasikan secara optimal sampai dengan semester I tahun Prognosis Pendapatan Negara I Tahun 2017 Faktor global maupun domestik sangat memengaruhi perkiraan realisasi pendapatan negara dalam semester II tahun Beberapa faktor tersebut antara lain: (1) perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi domestik, (2) perkembangan beberapa indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak dan gas bumi, dan (3) pelaksanaan berbagai kebijakan fiskal yang telah, sedang dan akan dilaksanakan dalam tahun Pemerintah telah mengantisipasi adanya peluang tidak tercapainya target pendapatan negara, khususnya penerimaan perpajakan dalam tahun Sebagaimana dalam dokumen RUU Perubahan Tahun 2017 yang telah disampaikan kepada DPR RI di awal bulan Juli 2017, pajak nonmigas diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan targetnya dalam tahun Di sisi lain, potensi meningkatnya harga minyak bumi akan dapat mendongkrak penerimaan negara dari sektor migas, seperti PPh Migas dan PNBP SDA Migas. Dengan mempertimbangkan realisasi pendapatan negara di tahun 2016, realisasi semester I tahun 2017 serta faktor-faktor yang dapat memengaruhinya, realisasi pendapatan negara pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar, bersumber dari perkiraan realisasi pendapatan dalam negeri sebesar Rp ,8 miliar dan penerimaan hibah sebesar Rp2.894,9 miliar. Dengan demikian, realisasi pendapatan negara dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai sebesar Rp ,1 miliar Pendapatan Dalam Negeri I Tahun 2017 Perkiraan realisasi pendapatan dalam negeri dalam semester II tahun 2017 sebesar Rp ,8 miliar, terdiri atas perkiraan realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp ,6 miliar dan PNBP sebesar Rp ,2 miliar. Dengan memperhitungkan realisasi pendapatan dalam negeri dalam semester I tahun 2017 dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pendapatan dalam negeri, realisasi pendapatan dalam negeri dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai sebesar Rp ,9 miliar atau 97,8 persen terhadap target dalam tahun Penerimaan Perpajakan dalam I Tahun 2017 Selain faktor internal yang meliputi kebijakan dan upaya ekstra yang lebih baik, penerimaan perpajakan dalam semester II tahun 2017 sangat dipengaruhi oleh asumsi dasar ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar. Kondisi perekonomian global yang masih perlu diwaspadai juga memberi tekanan kepada perekonomian domestik. Oleh karena itu, dengan memperhitungkan kondisi perekonomian global dan domestik di akhir tahun 2017, serta dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I tahun 2017, realisasi penerimaan perpajakan dalam semester II tahun 2017 diperkirakan akan mencapai Rp ,6 miliar (58,6 persen dari tahun 2017). Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp ,8 miliar (58,7 persen dari tahun 2017) dan pendapatan pajak perdagangan internasional sebesar Rp18.613,8 miliar (54,6 persen dari tahun 2017). Realisasi pendapatan PPh pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 56,9 persen dari targetnya di tahun Dengan mempertimbangkan realisasi semester I dan prognosis semester II, total penerimaan PPh sampai dengan akhir 3-8 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

37 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar. Dari jumlah tersebut, pendapatan PPh nonmigas diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar dan pendapatan PPh migas diperkirakan mencapai Rp39.999,4 miliar. Realisasi pendapatan PPN dan PPnBM pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,3 miliar atau 57,4 persen dari target tahun Dengan memperhatikan realisasi semester I dan prognosis semester II, pendapatan PPN dan PPnBM sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,5 miliar. Realisasi pendapatan PBB pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp14.674,5 miliar atau 84,8 persen dari target tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan dengan memperhatikan realisasi pendapatan PBB pada semester I, sampai dengan akhir tahun 2017, pendapatan PBB diperkirakan mencapai Rp15.412,1 miliar. Realisasi pendapatan cukai pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar atau 69,3 persen dari target tahun Dengan demikian, hingga akhir tahun 2017, pendapatan cukai diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar. Dari jumlah tersebut, Rp ,2 miliar berasal dari cukai hasil tembakau. Sementara itu, pendapatan pajak lainnya pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp5.525,1 miliar atau 63,1 persen dari target tahun Secara keseluruhan, pendapatan pajak lainnya dalam tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp8.700,0 miliar. Pencapaian penerimaan perpajakan tahun 2017 juga didukung oleh pelaksanaan kebijakan perpajakan yang dilakukan secara berkelanjutan. Pemerintah terus berupaya agar target penerimaan perpajakan dapat tercapai dengan melaksanakan berbagai kebijakan perpajakan. Kebijakan di bidang perpajakan sebagai tindak lanjut program amnesti pajak meliputi: (1) melakukan pengawasan Wajib Pajak yang mengikuti amnesti pajak, (2) melakukan pengawasan Wajib Pajak yang tidak mengikuti amnesti pajak, dan (3) pengawasan dana repatriasi amnesti pajak. Selanjutnya, kebijakan perpajakan dalam rangka menjaga rasio perpajakan terhadap PDB dan mengamankan penerimaan perpajakan sebagai berikut: (1) meningkatkan pengawasan pelaksanaan kewajiban perpajakan, (2) meningkatkan penggalian potensi perpajakan berbasis sektoral, (3) melanjutkan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perpajakan, (4) memperkuat basis data dan informasi perpajakan berbasis IT, (5) mengendalikan konsumsi barang tertentu dan ekstensifikasi barang kena cukai baru, (6) melaksanakan audit bersama (joint audit) antara Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai, dan (7) menyiapkan pelaksanaan era keterbukaan informasi secara global melalui peningkatan kapasitas SDM. Perkiraan realisasi pendapatan bea masuk pada semester II tahun 2017 diharapkan mencapai sebesar Rp17.607,7 miliar atau 52,2 persen dari targetnya dalam tahun Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pendapatan bea masuk pada 2017 diperkirakan akan mencapai Rp33.279,0 miliar. Sementara itu, perkiraan realisasi pendapatan bea keluar pada semester II tahun 2017 diharapkan mencapai Rp1.006,1 miliar (295,8 persen dari target tahun 2017). Berdasarkan realisasi semester I dan prognosis semester II tersebut, total pendapatan bea keluar tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp2.700,0 miliar. Di bidang kepabeanan dan cukai, langkah-langkah yang sedang ditempuh oleh Pemerintah pada tahun 2017 meliputi: (a) kebijakan penyesuaian tarif cukai rokok; (b) penyesuaian tarif minuman mengandung Ethyl Alkohol (MMEA); (c) peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window); (d) implementasi penuh sistem pembayaran penerimaan negara melalui billing system Modul Penerimaan Negara Generasi 2; (e) Intensifikasi penindakan pelanggaran kepabeanan dengan patroli laut; (f) optimalisasi pengawasan ekspor antara lain melalui pengawasan modus antar pulau, penguatan fungsi laboratorium dan audit eksportir; serta (g) sinergi dengan Ditjen Pajak antara lain dalam hal integrasi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dan Nomor Pokok Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

38 Bab 3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Wajib Pajak (NPWP), serta pertukaran data. Pemerintah juga berupaya agar ekstensifikasi pengenaan cukai pada Barang Kena Cukai baru dapat diwujudkan, sehingga target cukai di tahun 2017 dapat tercapai. Prognosis dan outlook perpajakan tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.4. TABEL 3.4 PROGNOSIS DAN OUTLOOK PERPAJAKAN TAHUN 2017 (miliar rupiah) Uraian Realisasi Prognosis I RP Penerimaan Perpajakan , , ,6 58, ,0 96,8 a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri , , ,8 58, ,0 96,6 1) Pendapatan Pajak Penghasilan , , ,4 56, ,4 96,8 - Pendapatan PPh Migas , , ,0 34, ,4 111,3 - Pendapatan PPh Nonmigas , , ,4 57, ,0 96,1 2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai , , ,3 57, ,5 96,3 3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan ,6 737, ,5 84, ,1 89,1 4) Pendapatan Cukai , , ,7 69, ,0 97,5 5) Pendapatan Pajak Lainnya 8.749, , ,1 63, ,0 99,4 b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional , , ,8 54, ,0 105,6 1) Pendapatan Bea Masuk , , ,7 52, ,0 98,6 2) Pendapatan Bea Keluar 340, , ,1 295, ,0 793,9 Sumber : Kementerian Keuangan PNBP dalam I Tahun 2017 Tren meningkatnya harga minyak bumi dan harga komoditas utama dunia lainnya akan sangat memengaruhi capaian realisasi PNBP Sumber Daya Alam (SDA), yang merupakan bagian terbesar dari PNBP keseluruhan. Secara total, PNBP dalam tahun 2017 diperkirakan akan meningkat Rp10.041,9 miliar dibandingkan targetnya dalam tahun Dengan mempertimbangkan realisasi PNBP semester I tahun 2017, perkembangan faktorfaktor yang memengaruhinya, dan berbagai kebijakan yang akan ditempuh dalam sisa waktu paruh kedua tahun 2017, realisasi PNBP dalam semester II diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau 45,6 persen terhadap target dalam tahun Dengan demikian, realisasi PNBP total dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar. Dalam semester II tahun 2017, pendapatan SDA diperkirakan sebesar Rp43.215,5 miliar, terdiri atas perkiraan pendapatan SDA migas Rp32.449,5 miliar atau 50,9 persen dari target yang ditetapkan dalam tahun 2017, dan pendapatan SDA nonmigas Rp10.765,9 miliar atau 46,2 persen dari target yang ditetapkan dalam tahun Dengan demikian, total pendapatan SDA dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp95.596,1 miliar. Selanjutnya, pendapatan bagian Pemerintah atas laba BUMN pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp9.548,6 miliar atau sebesar 23,3 persen dari targetnya dalam tahun Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017 realisasi bagian Pemerintah atas laba BUMN diperkirakan mencapai Rp41.000,0 miliar. Sementara itu, pendapatan PNBP lainnya dan pendapatan BLU dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai masing-masing sebesar Rp43.039,0 miliar dan Rp18.158,1 miliar. Dengan demikian, total pendapatan PNBP lainnya dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp84.943,4 miliar dan total pendapatan BLU dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp38.541,4 miliar. Prognosis semester II dan outlook PNBP tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

39 Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 3 TABEL 3.5 PROGNOSIS DAN OUTLOOK PNBP TAHUN 2017 (miliar rupiah) Uraian Realisasi Prognosis I RP Penerimaan Negara Bukan Pajak , , ,2 45, ,0 104,0 a. Pendapatan SDA , , ,5 49, ,1 109,9 1) Pendapatan Migas , , ,5 50, ,9 113,3 - Pendapatan SDA Minyak bumi , , ,4 35, ,8 114,5 - Pendapatan SDA Gas Bumi , ,1 108, ,1 108,7 2) Pendapatan Nonmigas , , ,9 46, ,3 100,6 - Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batubara , , ,8 41, ,5 100,7 - Pendapatan Kehutanan 3.942, , ,6 55, ,5 100,3 - Pendapatan Perikanan 950,0 175,7 774,3 81,5 950,0 100,0 - Pendapatan Panas Bumi 659,6 256,1 415,1 62,9 671,3 101,8 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN , , ,6 23, ,0 100,0 c. Pendapatan PNBP Lainnya , , ,0 51, ,4 100,6 d. Pendapatan BLU , , ,1 48, ,4 102,5 Sumber : Kementerian Keuangan Pemerintah akan terus berupaya untuk mencapai target PNBP di sepanjang tahun 2017 melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut: (1) penyempurnaan regulasi, (2) perbaikan tata kelola PNBP, (3) intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber PNBP, (d) kebijakan payout ratio yang tepat untuk mendukung penguatan permodalan BUMN dalam meningkatkan kapasitas terutama untuk investasi capital expenditure, dan (f) peningkatan pelayanan serta penyesuaian tarif PNBP pada Kementerian Negara/Lembaga Penerimaan Hibah I Tahun 2017 Penerimaan hibah dalam semester II tahun 2017 diperkirakan akan meningkat mencapai Rp2.895,0 miliar atau 210,9 persen dari targetnya dalam tahun Realisasi penerimaan hibah dalam semester II tahun 2017 tersebut antara lain dipengaruhi oleh perubahan jadwal pelaksanaan proyek atau kegiatan. Di samping itu, terdapat beberapa proyek atau kegiatan yang sedang didokumentasikan di pertengahan tahun dan diperkirakan akan terealisasikan di sisa tahun Dengan demikian, total penerimaan hibah dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp3.108,1 miliar atau 226,4 persen terhadap targetnya dalam tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

40 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Umum BAB 4 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 Pelaksanaan tahun 2017 menghadapi tantangan yang cukup berat khususnya terkait dengan kondisi perekonomian global yang masih menunjukkan ketidakpastian sebagai dampak dari kebijakan yang diambil serta kondisi ekonomi beberapa negara berpengaruh, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Di samping itu, perkembangan beberapa indikator ekonomi makro, seperti nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang berdampak pada besaran subsidi energi dan pembayaran bunga utang juga berpengaruh terhadap kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat. Selain itu, tantangan juga berasal dari upaya untuk meningkatkan kualitas dari belanja itu sendiri dalam mendukung berbagai program prioritas dan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini antara lain disumbangkan oleh kebijakan percepatan pelaksanaan kegiatan belanja K/L yang dilakukan sejak tahun 2016 dan berlanjut di tahun 2017 seperti percepatan proses lelang yang sudah dapat dilakukan setelah Undang-Undang tahun 2017 ditetapkan, serta penyampaian DIPA yang dilakukan pada bulan Desember Berdasarkan hal-hal tersebut, realisasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp ,5 miliar atau 37,9 persen terhadap pagunya dalam tahun Dari jumlah tersebut, sebesar 52,9 persen merupakan realisasi belanja K/L (Rp ,9 miliar) dan sisanya sebesar 47,1 persen merupakan realisasi belanja Non K/L (Rp ,6 miliar). Secara umum, tingkat penyerapan belanja Pemerintah Pusat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat penyerapan pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 36,8 persen terhadap pagu P tahun Dengan memperhatikan perkembangan indikator ekonomi makro dalam paruh pertama tahun 2017 dan dampaknya terhadap postur, serta langkah-langkah kebijakan yang harus diambil untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan, pada awal paruh kedua tahun 2017 Pemerintah mengajukan usulan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran Perubahan tersebut dilakukan dalam bentuk kombinasi antara pelebaran defisit anggaran, efisiensi belanja negara, dengan tetap mengoptimalkan penerimaan negara, khususnya sektor perpajakan. Pokok-pokok perubahan pada sisi belanja pemerintah pusat, sebagai bagian dari belanja negara, antara lain: (1) perubahan belanja akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro, antara lain pembayaran bunga utang dan subsidi energi; (2) perubahan besaran dan komposisi belanja K/L untuk mengoptimalkan dampak terhadap perekonomian nasional berupa kebijakan realokasi belanja barang untuk digunakan pada belanja/kegiatan yang lebih mendesak dan lebih prioritas dalam rangka peningkatan kualitas belanja K/L; (3) tambahan belanja untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban atas kegiatan yang telah dilakukan, seperti kurang bayar subsidi pupuk dan PSO (public service obligation), tunggakan pembayaran tunjangan profesi guru pada Kementerian Agama, (4) perubahan besaran belanja yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak/Badan Layanan Umum (PNBP/BLU), pinjaman dan hibah (dalam negeri dan luar negeri), serta realokasi dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) ke Bagian Anggaran K/L. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

41 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Mengingat usulan perubahan atas tahun 2017 tersebut dilakukan pada awal semester II tahun 2017, maka dampak dari perubahan tersebut secara umum belum tercermin dalam kinerja penyerapan belanja pemerintah pusat dalam semester I tahun Namun, perubahan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan anggaran dalam semester II tahun Selain itu, kinerja penyerapan belanja pemerintah pusat dalam semester II tahun 2017 juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal seperti fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dan kondisi perekonomian global, maupun internal seperti pelaksanaan dari program/kegiatan K/L serta efektivitas dari kebijakan yang diambil dalam R Perubahan tahun Dengan memerhatikan perkembangan kinerja belanja pemerintah pusat dalam semester I tahun 2017 serta langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh untuk mempercepat penyerapan anggaran, maka realisasi belanja pemerintah pusat dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar atau 64,8 persen dari pagunya dalam tahun Dengan demikian, realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar. Besaran tersebut terdiri dari perkiraan realisasi belanja K/L sebesar Rp ,3 miliar (57,2 persen terhadap belanja pemerintah pusat) dan belanja non-k/l sebesar Rp ,8 miliar (42,8 persen terhadap belanja pemerintah pusat). Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya terutama pada komponen belanja K/L yang penyerapannya berkisar persen dari pagu, serta kebijakan pengamanan pelaksanaan lanjutan yang dilaksanakan Pemerintah, maka realisasi anggaran belanja pemerintah pusat sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,1 miliar. Jumlah tersebut berarti 100,9 persen terhadap pagunya dalam tahun 2017 atau 98,2 persen dari pagu rancangan perubahan tahun Besaran tersebut terdiri dari perkiraan realisasi belanja K/L sebesar Rp ,0 miliar (56,0 persen terhadap belanja pemerintah pusat) dan belanja non-k/l sebesar Rp ,1 miliar (44,0 persen terhadap belanja pemerintah pusat). 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Realisasi belanja pemerintah pusat dalam semester I tahun 2017 sangat dipengaruhi oleh kemajuan implementasi program-program yang dilaksanakan oleh K/L. Selain itu, perkembangan beberapa indikator ekonomi makro, seperti nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang berdampak pada besaran subsidi energi dan pembayaran bunga utang, juga berpengaruh terhadap kinerja penyerapan belanja Pemerintah Pusat pada semester I tahun Dalam semester I tahun 2017, realisasi anggaran belanja pemerintah pusat mencapai Rp ,5 miliar atau 37,9 persen dari pagu dalam tahun Tingkat penyerapan tersebut antara lain disebabkan oleh kebijakan percepatan penyerapan anggaran yang dilaksanakan melalui: (1) percepatan proses lelang yang sudah dapat dilakukan akhir tahun 2016 sebagaimana juga dilakukan pada periode sebelumnya; dan (2) penyelesaian dan penyampaian DIPA tahun 2017 pada bulan Desember Apabila dibandingkan dengan tahun 2016, realisasi semester I tahun 2017 tersebut sedikit lebih tinggi. Kinerja penyerapan belanja pemerintah pusat dalam semester I tahun 2017 disajikan dalam Tabel Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

42 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 TABEL 4.1 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I, (miliar rupiah) No Belanja Pemerintah Pusat P Realisasi P Realisasi 1. Belanja K/L , ,5 34, , ,9 34,6 2. Belanja Non K/L , ,4 40, , ,6 42,5 a.l. - Program Pengelolaan Subsidi , ,2 40, , ,2 36,7 JUMLAH Sumber : Kementerian Keuangan , ,8 36, , ,5 37, Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Realisasi belanja pemerintah pusat pada semester I tahun 2017 mencapai 37,9 persen dari pagunya. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, realisasi semester I tahun 2017 meningkat sebesar 1,1 persen, dengan kata lain kinerja penyerapan pada semester I tahun 2017 lebih baik dari periode yang sama tahun Peningkatan tersebut didorong oleh kinerja penyerapan yang baik pada beberapa fungsi antara lain: (1) fungsi perlindungan sosial sebesar Rp83.618,7 miliar; (2) fungsi pendidikan sebesar Rp51.913,7 miliar; dan (3) fungsi perumahan dan fasilitas umum sebesar Rp7.657,5 miliar. Adapun kinerja penyerapan belanja pemerintah pusat berdasarkan fungsi dapat dilihat pada Tabel 4.2. TABEL 4.2 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI SEMESTER I, 2016 (Miliar Rupiah) NO. FUNGSI P Realisasi P Realisasi 01 PELAYANAN UMUM , ,1 37, , ,7 39,0 02 PERTAHANAN , ,5 36, , ,9 37,1 03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN , ,7 35, , ,3 36,1 04 EKONOMI , ,1 34, , ,6 32,8 05 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP , ,9 29, , ,5 26,8 06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM , ,2 18, , ,5 25,8 07 KESEHATAN , ,0 36, , ,9 37,6 08 PARIWISATA 5.941, ,2 19, ,2 807,4 15,0 09 AGAMA , ,1 35, , ,3 36,0 10 PENDIDIKAN , ,3 34, , ,7 36,3 11 PERLINDUNGAN SOSIAL , ,9 49, , ,7 53,0 T O T A L , ,8 36, , ,5 37,9 Sumber : Kementerian keuangan Fungsi Pelayanan Umum Dalam semester I tahun 2017, realisasi fungsi pelayanan umum mencapai Rp ,7 miliar atau 39,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,5 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut utamanya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, yang dijabarkan dalam beberapa program, antara lain: (1) Program Pelayanan Umum; (2) Program Penelitian Dasar dan Pengembangan Iptek; (3) Program Pembangunan Daerah; (4) Program Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Umum; dan (5) Program Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

43 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Lembaga Eksekutif dan Legislatif, Keuangan dan Fiskal, serta Urusan Luar Negeri. Apabila dibandingkan dengan realisasi semester I pada tahun sebelumnya sebesar Rp ,1 atau 37,9 persen dari pagunya, realisasi semester I tahun 2017 pada fungsi pelayanan umum mengalami peningkatan sebesar 1,1 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017, yaitu antara lain: (1) Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti; (2) Program Penguatan Inovasi; dan (3) Program Koordinasi Pengembangan Kebijakan Kemaritiman. Realisasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, antara lain: (1) pengelolaan jumlah PNS mengacu pada prinsip zero growth dengan tetap memerhatikan prioritas kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan; (2) meningkatnya kinerja birokrasi yang efektif dan efisien; (3) meningkatnya akses dan kualitas pelayanan publik; (4) meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi; dan (5) mendukung manajemen dan pelaksanaan tugas teknis K/L yang berbasis output Fungsi Pertahanan Dalam semester I tahun 2017, realisasi anggaran fungsi pertahanan telah mencapai Rp40.223,9 miliar atau 37,1 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,8 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut utamanya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pertahanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah yang dijabarkan dalam beberapa program, antara lain: (1) Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Darat; (2) Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Laut; (3) Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Integratif; (4) Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Udara; dan (5) Program Penggunaan Kekuatan Pertahanan Integratif. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 36,8 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi pertahanan sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi sebesar 0,4 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 yaitu antara lain: (1) Program Strategi Pertahanan; (2) Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan; dan (3) Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat. Realisasi fungsi pertahanan dalam semester I tahun 2017 tersebut terutama digunakan untuk: (1) pengadaan alutsista TNI; (2) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan; (3) Operasi Militer Untuk Perang (OMP); (4) Operasi Militer Selain Perang (OMSP); (5) kerja sama internasional; dan (6) pembinaan potensi teknologi dan industri pertahanan. Di samping itu, realisasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan, diantaranya: (1) terwujudnya penerapan nilai-nilai bela negara pada masyarakat pada 26 daerah melalui bimbingan teknis, aktualisasi, implementasi, revitalisasi pembinaan kesadaran bela negara; (2) terpenuhinya kebutuhan bekal pokok munisi khusus melalui pengadaan 4 paket munisi khusus; (3) terlaksananya modernisasi dan peningkatan Alutsista kendaraan tempur (Ranpur) matra darat melalui pengadaan 149 unit Ranpur; dan (4) peningkatan kesiapan dan penambahan jumlah fasilitas serta sarana prasarana (sarpras) pangkalan TNI Angkatan Laut melalui pembangunan dan rehabilitasi 10 dermaga Fungsi Ketertiban dan Keamanan Dalam semester I tahun 2017, realisasi anggaran fungsi ketertiban dan keamanan mencapai Rp43.833,3 miliar atau 36,1 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar 4-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

44 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Rp ,1 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan tersebut utamanya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan ketertiban dan keamanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah yang dijabarkan dalam beberapa program, antara lain: (1) Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Permasyarakatan; (2) Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana; (3) Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat; (4) Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi; dan (5) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Polri. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,4 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi ketertiban dan keamanan sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi sebesar 0,6 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 yaitu antara lain: (1) Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana; (2) Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi; (3) Program Pemberdayaan Potensi Keamanan; dan (4) Program Pengembangan Persandian Nasional. Realisasi fungsi ketertiban dan keamanan dalam semester I tahun 2017 tersebut terutama digunakan untuk: (1) penanganan perkara tindak pidana terhadap keamanan negara dan ketertiban umum; (2) penanganan konflik, kontijensi dan keselamatan transportasi; (3) operasi intelijen; (4) tanggap darurat di daerah terkena bencana; (5) penanggulangan terorisme; dan (6) penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika. Disamping itu, realisasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan tersebut sejalan dengan sasaran yang diharapkan, diantaranya: (1) meningkatnya informasi kriminal nasional secara merata di seluruh Polda dan Polres melalui penyajian data informasi kriminal secara terintegerasi antar satker Polri (mendukung integrated criminal justice) di Mabes Polri, 32 Polda, dan 453 Polres; (2) terwujudnya operasi keamanan dan keselamatan laut melalui 27 operasi bersama kemanan laut terintegrasi nasional; dan (3) meningkatnya daya tahan masyarakat terhadap ideologi radikal untuk menghambat perkembangan terorisme melalui 19 operasi intelijen pencegahan dan kontra propaganda Fungsi Ekonomi Realisasi anggaran fungsi ekonomi dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp ,6 miliar, yang berarti menyerap 32,8 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,9 miliar. Realisasi anggaran fungsi ekonomi dalam tahun 2017 tersebut telah dipergunakan untuk melaksanakan upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang diantaranya melalui: (1) Program Penyelenggaraan Jalan; (2) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian; (3) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan; (4) Program Pengelolaan Sumber Daya Air; dan (5) Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 34,8 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi ekonomi sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut lebih rendah sebesar 2,0 persen. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 yaitu Program Penyelenggaraan Jalan dan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara. Realisasi fungsi ekonomi dalam semester I tahun 2017 tersebut terutama digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain, yaitu: (1) pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional; (2) pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan alat mesin pertanian; (3) pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan; (4) Pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan, rawa dan tambak; dan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

45 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 (5) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di bidang lalu lintas dan angkutan laut. Realisasi anggaran pada fungsi ekonomi tersebut digunakan dalam rangka mendukung program-program untuk pencapaian sasaran yang diharapkan di bidang ekonomi, antara lain yaitu: (1) meningkatnya perluasan areal pertanian dengan target jumlah cetak sawah seluas ha; (2) terlaksananya pembangunan jaringan irigasi baru, dengan target jaringan irigasi permukaan kewenangan pusat yang dilaksanakan konstruksinya sepanjang 472,4 km; (3) meningkatnya konsumsi listrik per kapita sebesar kwh/kapita; (4) meningkatnya rasio elektrifikasi sebesar 92,75 persen; (5) meningkatnya konektivitas jalan nasional, dengan target antara lain yaitu panjang jalan yang dibangun sepanjang 836 km, dan jembatan yang dibangun sepanjang m; (6) meningkatnya kemantapan jalan nasional, antara lain dengan melaksanakan preservasi jalan dengan target jalan sepanjang km; (7) terlaksananya pembangunan bandar udara baru atau melanjutkan pembangunan bandara baru sebanyak 13 bandara; (8) meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas dengan pembangunan jalur kereta api (tahap pertama) dengan target 553 km sp; dan (9) meningkatnya daya saing UMKM dan koperasi, tercermin dari koperasi pemula yang mendapat bimbingan dan penguatan permodalan sebanyak 40 koperasi Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup Realisasi anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp3.192,5 miliar, yang berarti menyerap 26,8 persen dari pagu anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup yang ditetapkan dalam tahun 2017 sebesar Rp11.919,0 miliar. Realisasi anggaran fungsi lingkungan hidup dalam tahun 2017 tersebut dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan program-program di bidang lingkungan hidup yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, antara lain: (1) Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem; (2) Program Pengelolaan Pertanahan Daerah; (3) Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai (Das) dan Hutan Lindung; (4) Program Pengendalian Perubahan Iklim; (5) Program Penyelenggaraan Informasi dan Geospasial; dan (6) Program Pengelolaan Ruang Laut. Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3.263,9 miliar atau 29,4 persen terhadap pagu -nya, maka realisasi fungsi lingkungan hidup semester I tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 2,6 persen. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 yaitu antara lain: (1) Program Pengelolaan dan Pertanahan Daerah; (2) Program Pengelolaan Ruang Laut; dan (3) Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Realisasi anggaran fungsi lingkungan hidup dalam semester I tahun 2017 tersebut digunakan terutama untuk: (1) melakukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan; (2) meningkatkan status mutu udara perkotaan; (3) pemanfaatan, perlindungan, dan pelestarian keanekaragaman hayati laut; (4) peningkatan populasi keanekaragaman hayati di kawasan konservasi; dan (5) pengadaan bibit tanaman yang berkualitas dalam rangka rehabilitasi dan reklamasi hutan dan lahan. Perkiraan realisasi anggaran pada fungsi perlindungan lingkungan hidup yang digunakan dalam melaksanakan program-program di atas ditujukan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya tutupan hutan dan lahan di daerah tangkapan air dan sempadan danau melalui perluasan areal rehabilitasi hutan dan lahan; (2) terpulihkannya ekosistem gambut, melalui program pemulihan ekosistem gambut; dan (3) terwujudnya kota bersih, teduh, dan sehat berkelanjutan, melalui penanganan sampah di perkotaan. 4-6 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

46 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum mencapai Rp7.657,5 miliar atau 25,8 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp29.683,4 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi perumahan dan fasilitas umum tersebut utamanya dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan program-program, antara lain: (1) Program Pembinaan Dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman; (2) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa; (3) Program Pengembangan Daerah Tertentu; (4) Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi; dan (5) Program Pengembangan Perumahan. Apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6.948,2 miliar atau 18,1 persen terhadap pagu P-nya, maka realisasi fungsi perumahan dan fasilitas umum semester I tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I Tahun 2017, yaitu antara lain: (1) Program Pengembangan Perumahan; dan (2) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Pemukiman. Realisasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam semester I tersebut terutama digunakan untuk: (1) peningkatan pemberdayaan masyarakat desa; (2) pendayagunaan layanan pembiayaan perumahan; (3) pembangunan, pemeliharaan, dan pengembangan rumah susun; (4) peningkatan sistem penanganan persampahan; dan (4) pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dan perkotaan. Realisasi anggaran pada fungsi perumahan dan fasilitas umum yang digunakan dalam melaksanakan program-porgram di atas ditujukan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) termasuk pekerja/buruh terhadap hunian yang layak dengan membangun satuan rumah susun yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas pendukungnya; (2) meningkatnya kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai bagian dari pengurangan kondisi kumuh di perkotaan; (3) meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan; (4) terbangunnya rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim, dan perbatasan negara; (5) terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak dan terjangkau bagi MBR dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi; (6) meningkatnya akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan berkelanjutan; serta (7) berkurangnya angka backlog perumahan Fungsi Kesehatan Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi anggaran fungsi kesehatan mencapai Rp23.214,9 miliar atau 37,6 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp61.724,5 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut digunakan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, yang diantaranya melalui: (1) Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional; (2) Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan; (3) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan; (4) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; dan (5) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK). Apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp24.050,0 miliar atau 36,1 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi kesehatan sampai dengan semester I tahun 2017 meningkat sebesar 1,5 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I Tahun 2017, yaitu antara lain: (1) Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan; (2) Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat; (3) Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; dan (4) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

47 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Selain itu penyerapan dalam semester I tahun 2017 juga dipengaruhi oleh: (1) Daftar obat-obatan tidak tersedia stoknya yang masih dalam proses pengadaan barang dan jasa melalui E-Catalog; (2) permasalahan administrasi seperti adanya revisi anggaran dan kegiatan terkait penyelesaian RP tahun 2017 dan masih adanya alokasi yang belum terdistribusikan ke masing-masing satker. Disamping itu, anggaran fungsi kesehatan yang dituangkan dalam program-program di atas ditujukan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) tersalurkannya Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 92,4 juta jiwa; (2) meningkatnya cakupan jumlah peserta KB baru sebanyak 6,96 juta jiwa dan peserta KB aktif sebanyak 30,02 juta jiwa; (3) meningkatnya tingkat persalinan ibu melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 77 persen; (4) meningkatnya persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebesar 91,5 persen; (5) meningkatnya tingkat pengendalian penyakit menular dan tidak menular; (6) meningkatnya jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan UTD dan RS sebanyak Puskesmas; (7) meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 190 kabupaten/kota; dan (8) meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan suplemen kesehatan sesuai dengan good manufacturing practices (GMP) dan good distribution practices (GDP) Fungsi Pariwisata Dalam melaksanakan fungsi pariwisata, Pemerintah sampai dengan semester I tahun 2017 telah memanfaatkan anggaran sebesar Rp807,4 miliar, yang berarti menyerap 15,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp5.394,2 miliar. Anggaran yang telah terealisasi sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan program-program yang menjadi instrument Pemerintah untuk mendorong pembangunan kepariwisataan pada tahun 2017, program-program tersebut diantaranya: (1) Program Pengembangan Kepariwisataan; (2) Program Pembinaan Olahraga Prestasi; (3) Program Pengembangan Ekonomi Kreatif; serta (4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pariwisata. Apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi pada fungsi pariwisata lebih rendah sebesar 4,5 persen dibandingkan dengan pagunya. Penurunan realisasi fungsi pariwisata dalam semester I tahun 2017 terutama dipengaruhi oleh penghematan anggaran pada K/L dalam fungsi pariwisata. Namun demikian, realisasi semester I tahun 2017 tersebut tetap dimanfaatkan untuk mencapai sasaran-sasaran di bidang pariwisata sesuai dengan yang tercantum di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, antara lain: (1) memasarkan pariwisata nasional baik di dalam maupun luar negeri; (2) membangun destinasi wisata; (3) membangun industri pariwisata; serta (4) membangun kelembagaan pariwisata yang baik Fungsi Agama Realisasi anggaran fungsi agama sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp3.498,3 miliar, yang berarti menyerap 36,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp9.726,6 miliar. Realisasi anggaran fungsi agama dalam tahun 2017 tersebut dipergunakan untuk melaksanakan pembangunan di bidang kehidupan beragama, diantaranya melalui program-program sebagai berikut: (1) Program Bimbingan Masyarakat Islam; (2) Program Penyelenggaraan Haji Dan Umrah; (3) Program Bimbingan Masyarakat Kristen; (4) Program Bimbingan Masyarakat Katolik; dan (5) Program Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama. Apabila dibandingkan dengan realisasi periode 4-8 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

48 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,1 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi agama sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut meningkat sebesar 0,9 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya antara lain yaitu Program Bimbingan Masyarakat Islam, dan Program Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Realisasi fungsi agama dalam semester I tahun 2017 tersebut terutama digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain, yaitu: (1) pengelolaan urusan agama Islam dan pembinaan syariah; (2) pelayanan haji dalam negeri; (3) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Kristen; (4) pengelolaan dan pembinaan urusan agama Katolik; dan (5) pendidikan dan pelatihan tenaga teknis keagamaan. Realisasi anggaran pada fungsi agama yang digunakan dalam melaksanakan program dan kegiatan di atas ditujukan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan keagamaan Islam antara lain melalui jumlah unit masjid yang direhabilitasi sebanyak 400 unit, dan melalui pembangunan unit gedung baru sebagai wujud pelayanan prima sebanyak 256 KUA, serta fasilitasi penyertifikatan tanah wakaf sebanyak 1.000; (2) meningkatnya kualitas dan pemahaman dan pelayanan agama Kristen dengan target jumlah penyuluh agama Kristen penerima honorarium sebanyak orang; (3) meningkatnya kualitas dan pemahaman dan pelayanan agama Katolik dengan target jumlah penyuluh agama Katolik penerima honorarium sebanyak orang; (4) meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan dan pelayanan agama Hindu, antara lain melalui pembinaan dan pengembangan penyuluh dan tenaga teknis keagamaan Hindu dengan target sebanyak orang, serta melalui penguatan dan pemberdayaan lembaga sosial keagamaan Hindu sebanyak 209 lembaga; dan (5) meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan dan pelayanan agama Buddha dengan target lembaga agama Buddha yang melaksanakan pelayanan keagamaan sebanyak 34 lembaga Fungsi Pendidikan Dalam melaksanakan fungsi pendidikan, Pemerintah sampai dengan tanggal semester I tahun 2017 telah memanfaatkan anggaran sebesar Rp51.913,7 miliar, yang berarti menyerap 36,3 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,9 miliar. Penyerapan anggaran pada fungsi pendidikan tersebut digunakan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik di bidang pendidikan, diantaranya melalui program-program sebagai berikut: (1) Program Pendidikan Islam; (2) Program Pendidikan Dasar dan Menengah; (3) Program Guru dan Tenaga Pendidikan; dan (4) Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 34,5 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi pendidikan sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut meningkat sebesar 1,7 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, antara lain yaitu: (1) Program Pendidikan Islam; (2) Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan; dan (3) Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan. Realisasi fungsi pendidikan dalam semester I tahun 2017 tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain, sebagai berikut: (1) peningkatan akses, mutu, dan relevansi madrasah; (2) pembinaan sekolah menengah pertama; (3) pembinaan guru pendidikan dasar; dan (4) peningkatan layanan kemahasiswaan dan penyiapan karir. Realisasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dituangkan dalam program dan kegiatan di atas diarahkan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya akses layanan pendidikan dasar, dengan indikator banyaknya jumlah siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penerima bantuan Program Indonesia Pintar melalui KIP sebanyak 19,7 juta siswa; (2) meningkatnya akses layanan pendidikan tinggi dengan salah Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

49 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 satu indikatornya yaitu tercapainya mahasiswa penerima bantuan Bidik Misi sebanyak orang; (3) tersedianya layanan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang tercermin dari banyaknya orang dewasa yang memperoleh layanan pendidikan keaksaraan dengan target sebanyak orang, dan banyaknya orang dewasa yang memperoleh layanan pendidikan setara menengah umum dan vokasional dengan target sebanyak orang; (4) meningkatnya kualitas kelembagaan IPTEK dan Dikti melalui perluasan akses perguruan tinggi dengan dibukanya 400 prodi baru; (5) meningkatnya kualitas pembelajaran melalui peningkatan kapasitas kelembagaan 46 LPTK; dan (6) meningkatnya guru dan dosen yang memiliki kompetensi profesional yang dicerminkan antara lain dengan target sebanyak guru dan dosen yang bersertifikasi pendidik Fungsi Perlindungan Sosial Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi anggaran fungsi perlindungan sosial mencapai Rp83.618,7 miliar atau 53,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,2 miliar. Realisasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial digunakan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan sistem perlindungan sosial, yang diantaranya melalui: (1) Program Perlindungan dan Jaminan Sosial; (2) Program Rehabilitasi Sosial; (3) Program Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial; (4) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Sosial; dan (5) Program Pemberdayaan Sosial. Apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 49,1 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran fungsi perlindungan sosial sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut meningkat sebesar 3,9 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh lebih tingginya realisasi pada beberapa program di semester I tahun 2017 yaitu antara lain: (1) Program Partisipasi Lembaga Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan; (2) Program Perlindungan dan Jaminan Sosial; dan (3) Program Penanganan Fakir Miskin. Di samping itu, realisasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial yang dituangkan dalam program-program di atas ditujukan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) menurunnya tingkat kesenjangan antarkelompok masyarakat yang ditunjukkan dengan rasio gini sebesar 0,39; (2) tersalurkannya Program Keluarga Harapan (PKH) dengan sasaran sebanyak 6 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM); (3) meningkatnya cakupan pelayanan dasar dan akses masyarakat kurang mampu terhadap ekonomi produktif; (4) meningkatnya akses penduduk rentan dan kurang mampu terhadap air minum dan sanitasi layak sebesar 70 persen; (5) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan; (6) meningkatnya akses dan kualitas hidup penyandang disabilitas dan lanjut usia; (7) meningkatnya jumlah pengawasan pelaksanaan perlindungan anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya; dan (8) tersalurkannya Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dengan target sasaran 1,43 juta Keluarga Sasaran Penerima Manfaat (KSPM) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Berdasarkan klasifikasi organisasi, anggaran belanja pemerintah pusat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (BA K/L) dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). BA K/L merupakan anggaran yang dialokasikan pada Kementerian Negara/Lembaga, dengan Menteri/Pimpinan lembaga bertindak sebagai Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer/COO). Sedangkan BA BUN atau disebut juga BA non-k/l merupakan anggaran yang dialokasikan pada Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, dengan Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer/CFO) Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

50 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Sesuai dengan struktur kementerian yang ditetapkan Pemerintah, pada tahun 2017, jumlah BA K/L adalah 87 BA dengan rincian: 31 kementerian, 4 kementerian koordinator, 6 lembaga negara, 38 lembaga pemerintah, dan 6 komisi. Sementara itu, BA BUN terdiri atas lima subbagian, yaitu: (1) BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah (BA ) untuk pembayaran bunga utang; (2) BA BUN Pengelola Hibah (BA ) untuk belanja hibah; (3) BA BUN Pengelola Belanja Subsidi (BA ) untuk pembayaran subsidi; (4) BA BUN Pengelola Belanja Lainnya (BA ) untuk belanja lain-lain; serta (5) BA BUN Pengelola Transaksi Khusus (BA ) untuk pembayaran manfaat pensiun, asuransi kesehatan pegawai negeri, dan kontribusi terhadap lembaga internasional. Dalam pelaksanaan sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp ,5 miliar. Dari jumlah tersebut, sebagian besar (52,9 persen) merupakan realisasi dari belanja K/L atas pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang telah direncanakan sebesar Rp ,9 miliar. Sisanya sebesar 47,1 persen (Rp ,6 miliar) merupakan belanja non-k/l Belanja Kementerian/Lembaga Belanja K/L tahun 2017 disusun dengan mengacu pada kebutuhan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan masing-masing K/L, serta strategi dan prioritas pembangunan yang tertuang dalam RKP tahun Belanja K/L tahun 2017 juga telah memerhatikan anggaran yang sifatnya wajib berdasarkan peraturan perundang-undangan seperti anggaran pendidikan, anggaran kesehatan (anggaran pelaksanaan SJSN bidang kesehatan), serta rencana kegiatan yang memiliki skema pendanaan yang bersifat tahun jamak. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dari program/kegiatan yang dilakukan K/L Pemerintah secara konsisten terus melanjutkan upaya percepatan pelaksanaan kegiatan, antara lain melalui: (1) percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dapat dilaksanakan sejak akhir tahun 2016, sehingga proses pencairan dana dapat ditarik/ diserap sejak awal tahun anggaran 2017; dan (2) penyampaian langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran K/L tahun 2017, antara lain dalam bentuk memastikan ketepatan waktu penyelesaian tagihan dan meningkatkan ketertiban penyampaian data kontrak. Langkah-langkah tersebut, sangat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan belanja K/L sampai dengan semester I dalam dua tahun terakhir. Selanjutnya, Pemerintah juga konsisten untuk melakukan efisiensi belanja. Untuk itu, dalam tahun 2017 akan dilakukan kebijakan efisiensi belanja barang dalam rangka penajaman prioritas belanja, yang diusulkan dalam RP tahun Mengingat kebijakan efisiensi dimaksud diproses pada akhir semester I tahun 2017, maka dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap kinerja penyerapan pada semester I tahun Terkait penyerapan anggaran, belanja K/L sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,9 miliar atau 34,6 persen dari tahun Beberapa hal yang memengaruhi tingkat penyerapan tersebut antara lain: (1) pembayaran THR bagi PNS; (2) percepatan pelaksanaan kegiatan melalui lelang dini; dan (3) pencairan berbagai program perlindungan sosial (KIP, KIS, dan PKH). Tingkat penyerapan semester I tahun 2017 sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun Untuk mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan terkait penyerapan anggaran, Pemerintah terus melakukan langkah-langkah koordinasi dan perbaikan. Untuk langkah perbaikan, Pemerintah terus berupaya menyederhanakan persyaratan dalam pengalokasian anggaran, termasuk dengan memberi kewenangan dan tanggung jawab yang lebih luas kepada K/L atau Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dalam menjalankan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

51 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 fungsinya sebagai COO, dengan tetap menjaga prinsip-prinsip akuntabilitas dan good corporate governance. Selanjutnya, penjelasan mengenai realisasi anggaran belanja K/L secara garis besar akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu realisasi anggaran belanja 10 K/L dengan alokasi anggaran terbesar dan kinerja penyerapan anggaran belanja K/L sebagaimana berikut ini. Realisasi Anggaran 10 K/L Terbesar Dilihat dari kinerja penyerapan anggaran sampai dengan semester I tahun 2017 beserta faktor-faktor yang memengaruhinya, delapan dari 10 K/L di atas mempunyai daya serap yang lebih tinggi dibandingkan daya serap nasional yang mencapai 34,6 persen, yaitu: : (1) Kementerian Keuangan; (2) Kementerian Kesehatan; (3) Kementerian Agama; (4) Kementerian Pertanian; (5) Kepolisian Negara RI; (6) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; (7) Kementerian Pertahanan; dan (8) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kinerja 10 K/L dengan pagu anggaran terbesar disajikan dalam Grafik 4.1. GRAFIK 4.1 REALISASI 10 K/L DENGAN PAGU ANGGARAN TERBESAR SEMESTER I Daya Serap rata-rata = 34,6% Kemenhan Rp108,7 T Rp108,0 T 36,9 36,4 Kemen PU Pera Rp97,1 T Rp101,5 T 29,3 30,4 Polri Rp79,3 T Rp84,0 T 36,8 39,6 Kemenag Rp56,2 T Rp60,2 T 38,7 38,2 Kemenkes Rp62,7 T Rp58,3 T 37,1 39,5 Kemenhub Rp42,9 T Rp46,0 T 25,8 26,9 Kemenkeu Rp38,1 T Rp40,8 T 41,4 45,3 Kemendikbud Rp43,6 T Rp39,8 T 33,5 36,6 Kemenristek Dikti Rp40,6 T Rp39,7 T 34,6 35,3 % Kementan Rp27,6 T Rp22,1 T 33,9 37,3-5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 % Realisasi thd P 2016 % Realisasi thd Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

52 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Sementara itu, penyerapan anggaran belanja seluruh K/L sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,9 miliar atau 34,6 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi semester I tahun 2017 tersebut sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 34,2 persen. Dengan memperhatikan perkembangan kinerja penyerapan belanja K/L semester I, sebagaimana Grafik 4.2, terlihat dalam 2 tahun terakhir, penyerapan meningkat cukup signifikan. Hal tersebut utamanya dipicu oleh kebijakan percepatan pelaksanaan kegiatan melalui lelang pekerjaan lebih awal. Selanjutnya, capaian kinerja beberapa K/L dengan pagu anggaran terbesar dan/atau K/L yang melaksanakan beberapa bidang pembangunan yang strategis akan diuraikan sebagai berikut. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp39.290,4 miliar, yang berarti menyerap 36,4 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,8 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2017 tersebut sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan penyerapannya pada periode yang sama tahun 2016, sebesar 36,9 persen. Namun demikian, tingkat penyerapan anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2017 tersebut dikelompokan memiliki daya serap tinggi karena tingkat penyerapan di atas daya serap nasional (34,6 persen). 900,0 800,0 700,0 600,0 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0 23,6 Beberapa hal yang memengaruhi tingkat penyerapan tersebut antara lain: (1) adanya revisi anggaran untuk mendukung lanjutan pelaksanaan kegiatan tahun 2016; dan (2) penyelesaian administrasi untuk anggaran yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertahanan dalam semester I tahun 2017 tersebut digunakan untuk membiayai berbagai program, antara lain Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Darat, Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra Laut, Program Penyelenggaraan Manajemen dan Operasional Matra 30,0 26,2 29,7 24,6 34,2 34, Sumber : Kementerian Keuangan Triliun Rupiah 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 GRAFIK 4.2 REALISASI BELANJA K/L SEMESTER I, P Realisasi P GRAFIK 4.3 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN PERTAHANAN SEMESTER I, ,3 40,7 33,7 31,2 27,9 36,9 36, Sumber : Kementerian Keuangan P Realisasi % Penyerapan 0,0 Persen 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 Persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

53 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Udara, Program Dukungan Kesiapan Matra Udara, Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat, Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarana Prasarana Matra Laut, serta Program Penggunaan Kekuatan Pertahanan Integratif. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp30.813,1 miliar yang berarti menyerap 30,4 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,5 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam semester I tahun 2017 tersebut Triliun Rupiah GRAFIK 4.4 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SEMESTER I, ,0 40,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0-21,6 22,1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 29,3 persen. Kinerja penyerapan semester I tahun 2017 tersebut dipengaruhi oleh proses lelang dini pada akhir tahun 2016 untuk paket-paket pekerjaan kontraktual tahun 2017, sehingga paket pekerjaan beserta anggarannya dapat segera direalisasikan semenjak awal tahun Sebagai bentuk percepatan lelang dimaksud, sampai dengan semester I tahun 2017, dari total pekerjaan kontraktual sebesar Rp81,6 triliun, telah dikontrakkan paket pekerjaan senilai Rp77,1 triliun (94,5% dari pagu kontraktual). Jumlah tersebut terdiri dari: (1) lanjutan 632 paket pekerjaan multi years contract (MYC) sebesar Rp30,1 triliun (diantaranya adalah pekerjaan terkait infrastuktur Asian Games tahun 2018, yaitu renovasi Gelora Bung Karno dan pembangunan rusunawa/wisma atlet, serta pembangunan infrastruktur lainnya seperti bendungan, jalan, jembatan, fly over dan underpass) dan (2) paket pekerjaan baru tahun 2017 sebesar Rp47,0 triliun. Sementara itu, porsi 5,5 persen sisa pagu kontrak, telah siap kontrak/dalam proses lelang untuk paket. Beberapa output yang telah dicapai sampai dengan semester I tahun 2017 antara lain pembangunan jalan baru sepanjang 46,33 km, jalan tol sepanjang 3,69 km, jembatan sepanjang 523,08 m, dan fly over/underpass sepanjang 1.887,68 m. Ditinjau dari programnya, realisasi anggaran belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam semester I tahun 2017 tersebut digunakan antara lain untuk membiayai Program Penyelenggaraan Jalan, Program Pengelolaan Sumber Daya Air, Program Pembinaan Dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, dan Program Pengembangan Perumahan. Realisasi anggaran belanja Kepolisian Negara RI (Polri) dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp30.931,5 miliar atau menyerap 36,8 persen dari pagunya dalam 2017 sebesar Rp84.007,7 miliar. Penyerapan anggaran belanja Polri dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 39,6 persen. Namun demikian, tingkat penyerapan anggaran belanja Polri dalam semester I tahun 2017 tersebut dikelompokkan memiliki daya serap tinggi karena tingkat penyerapan di atas daya serap nasional (34,6 persen). 24,5 29,4 14,2 29,3 30, P Realisasi % Penyerapan Catatan: Mulai tahun 2015 tugas dan fungsi Kementerian PU dan Kementerian Pera digabung dalam Kementerian PU Pera Sumber : Kementerian Keuangan 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen 4-14 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

54 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat penyerapan semester I antara lain (1) pencairan kegiatankegiatan yang bersifat rutin atau operasional, (2) penyelesaian administrasi untuk anggaran yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Selanjutnya, sampai dengan semester I tahun 2017, dari total pagu kontraktual sebesar Rp20,1 triliun telah ditetapkan kontrak sebesar 77,4 persen. Program-program yang didanai dari realisasi anggaran belanja Polri tersebut, antara lain adalah Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Polri, Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi, Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana, serta Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Polri. Realisasi anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp22.977,8 miliar, yang berarti menyerap 38,2 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp60.166,3 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2017 tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 38,7 persen. Namun demikian, tingkat penyerapan anggaran belanja Kementerian Agama dalam semester I tahun 2017 tersebut digolongkan memiliki daya serap tinggi karena tingkat penyerapan di atas daya serap nasional (34,6 persen). Kinerja penyerapan semester I tahun Triliun Rupiah 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK 4.5 REALISASI BELANJA KEPOLISIAN NEGARA RI SEMESTER I, , tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, antara lain: (1) proses verifikasi atas beberapa kegiatan yang bersifat bantuan; (2) pembangunan sarana dan prasarana baru mulai dilaksanakan sekitar 30 persen karena proses lelang baru selesai pada bulan Maret; (3) beberapa kegiatan yang bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) telah dilaksanakan tetapi pencairannya baru dilakukan setelah pekerjaan selesai. Selanjutnya, beberapa output yang telah dicapai sampai dengan semester I tahun 2017 antara lain: (1) penyaluran KIP sebesar Rp214,4 miliar untuk siswa, (2) Penyaluran BOS sebesar Rp4.023,8 miliar untuk siswa, dan (3) penyaluran beasiswa Bidik Misi sebesar Rp102,0 miliar. 40,0 Sumber : Kementerian Keuangan Triliun Rupiah 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0-35,0 38,7 37,7 39,6 36, P Realisasi % Penyerapan GRAFIK 4.6 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN AGAMA SEMESTER I, ,0 Sumber : Kementerian Keuangan 31,1 27,0 27,9 24,0 38,7 38, P Realisasi % Penyerapan 41,0 40,0 39,0 38,0 37,0 36,0 35,0 34,0 33,0 32,0 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen Persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

55 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Realisasi anggaran pada Kementerian Agama dalam semester I tahun 2017 tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya yaitu: Program Pendidikan Islam, Program Bimbingan Masyarakat Islam, Program Bimbingan Masyarakat Kristen, Program Bimbingan Masyarakat Katolik, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama. Realisasi anggaran belanja Kementerian GRAFIK 4.7 REALISASI BELANJA Kesehatan dalam KEMENTERIAN KESEHATAN SEMESTER I, ,0 45,0 semester I tahun ,5 37,6 37,1 40,0 mencapai Rp22.988,4 60,0 36,3 31,0 35,0 miliar, yang berarti 50,0 30,0 menyerap 39,5 persen 30,3 40,0 25,0 dari pagunya dalam 19,7 30,0 20,0 tahun 2017 sebesar 15,0 20,0 Rp58.267,1 miliar. 10,0 Penyerapan anggaran 10,0 5,0 belanja Kementerian - - Kesehatan dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih P Realisasi % Penyerapan tinggi bila dibandingkan Sumber : Kementerian Keuangan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 37,1 persen. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja penyerapan realisasi semester I tahun 2017 antara lain: (1) penetapan pejabat perbendaharaan dilakukan lebih awal dan kegiatan swakelola dapat dilaksanakan lebih awal; dan (2) penyaluran bantuan iuran dalam rangka jaminan kesehatan nasional sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Selanjutnya, capaian pelaksanaan kegiatan sampai dengan semester I, antara lain telah dilakukan penyaluran untuk penerima bantuan iuran (PBI) dalam rangka JKN untuk 6 bulan sebesar Rp12,7 triliun kepada 91,9 juta jiwa peserta, berdasarkan realisasi penyerapan PBI sekitar 49 persen. Realisasi anggaran pada Kementerian Kesehatan dalam tahun 2017 tersebut, dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, di antaranya yaitu: Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan, Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK), Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Realisasi anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp12.377,0 miliar atau menyerap 26,9 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp45.983,7 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Perhubungan dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi bila Triliun Rupiah Triliun Rupiah 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK 4.8 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEMESTER I, ,9 25,8 23,1 20,5 Sumber : Kementerian Keuangan 17,6 15, P Realisasi % Penyerapan 7,8 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - Persen Persen 4-16 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

56 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 25,8 persen. Kinerja penyerapan semester I tahun 2017 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, antara lain diakibatkan tahap persiapan dan perencanaan tahun 2017 lebih awal dan pelaksanaan lelang tidak mengikat dipersiapkan/dilaksanakan lebih awal. Sebagai bentuk percepatan lelang tersebut, sampai dengan semester I tahun 2017 dari pagu kontraktual sebesar Rp34,0 triliun, telah selesai proses kontrak sebanyak paket dengan nilai Rp25,2 triliun (74,0 persen dari pagu kontrak), dalam proses kontrak sebanyak 526 paket dengan nilai Rp5,2 triliun (15,4 persen dari pagu kontrak). Selanjutnya, terdapat beberapa proyek yang telah mulai dilaksanakan (groundbreaking) antara lain pembangunan kereta api bandara Adi Sumarmo. Realisasi anggaran pada Kementerian Perhubungan dalam tahun 2017 tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya yaitu: Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut, Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian, Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara, dan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan. Realisasi anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp18.487,0 miliar atau menyerap 45,3 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp40.774,1 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Keuangan dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan Triliun Rupiah GRAFIK 4.9 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN KEUANGAN SEMESTER I, ,0 45,3 50,0 40,0 38,7 42,0 41,4 45,0 35,0 35,3 40,0 32,3 37,4 35,0 30,0 25,0 30,0 25,0 20,0 20,0 15,0 15,0 10,0 10,0 5,0 5, P Realisasi % Penyerapan penyerapannya dalam Sumber : Kementerian Keuangan periode yang sama tahun 2016 sebesar 41,4 persen. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja penyerapan realisasi semester I tahun 2017 antara lain: (1) pelaksanaan berbagai kegiatan pengelolaan keuangan negara; (2) adanya peningkatan realisasi belanja barang pada satker Badan Layanan Umum pengelolaan kelapa sawit, meningkat 82,6 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Realisasi anggaran pada Kementerian Keuangan dalam tahun 2017 tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, di antaranya yaitu: Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara, Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak, Program Pengawasan, Pelayanan, Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp14.572,9 miliar, yang berarti menyerap 36,6 persen dari pagu yang ditetapkan dalam tahun 2017 sebesar Rp39.823,1 miliar. Penyerapan belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 33,5 persen. Kinerja penyerapan semester I tahun 2017 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, antara lain: (1) telah dilakukan proses verifikasi dan validasi penerima bantuan sehingga penyaluran dapat dilakukan dan (2) penyelesaian kelengkapan administrasi untuk pengadaan belanja - Persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

57 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 modal (pembangunan gedung perkantoran, kendaraan, renovasi). Selanjutnya, capaian pelaksanaan kegiatan sampai dengan semester I, antara lain: Penyaluran Program Indonesia Pintar tahap pertama untuk siswa sebesar Rp4,5 triliun, pelaksanaan pembangunan/ rehabilitasi sekolah dan ruang kelas sebesar Rp0,9 triliun, serta penyaluran tunjangan profesi guru (TPG) sebesar Rp2,37 triliun untuk guru non PNS. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut antara lain dimanfaatkan untuk membiayai Program Pendidikan Dasar dan Menengah, Program Guru dan Tenaga Kependidikan, Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Program Pelestarian Budaya, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Realisasi anggaran belanja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp14.045,2 miliar, yang berarti menyerap 35,3 persen dari pagu dalam tahun 2017 sebesar Rp39.732,3 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 34,6 persen. Beberapa output yang telah dicapai sampai dengan semester I tahun 2017 antara lain penyaluran beasiswa Bidik Misi sebesar Rp1.646,1 miliar kepada mahasiswa (on going) penerima bantuan/ beasiswa, penyaluran bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) sebesar Rp2.072,0 miliar untuk 118 perguruan tinggi. Triliun Rupiah 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - GRAFIK 4.10 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEMESTER I, ,0 Realisasi anggaran pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam tahun 2017 tersebut, antara lain dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, yaitu Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Realisasi anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp8.236,5 miliar atau menyerap 37,3 persen dari pagunya dalam tahun 30,6 17,9 26,7 30,8 33,5 36, P Realisasi % Penyerapan 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 Catatan: Mulai tahun 2015 tugas fungsi Pendidikan Tinggi pada Kemendikbud dialihkan ke Kemenristek Dikti Sumber : Kementerian Keuangan Triliun Rupiah 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 GRAFIK 4.11 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI SEMESTER I, ,8 45,9 29,0 25,2 23,6 34,6 35, P Realisasi % Penyerapan Catatan: Mulai tahun 2015 tugas fungsi Pendidikan Tinggi pada Kemendikbud dialihkan ke Kementristek Dikti Sumber : Kementerian Keuangan 5,0 - Persen 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Persen 4-18 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

58 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab sebesar Rp22.107,1 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Pertanian dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 33,9 persen. Kinerja penyerapan semester I tahun 2017 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, antara lain yaitu penyelesaian pembayaran tunggakan beberapa kegiatan tahun 2016 melalui refocusing anggaran tahun Selanjutnya, sampai dengan semester I tahun 2017, Kementerian Pertanian telah menyelesaian kontrak senilai Rp2,91 triliun (13,2 persen dari Pagu). Beberapa output yang telah dicapai sampai dengan semester I tahun 2017 antara lain pemberian fasilitas penerapan budidaya (tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), pada 5,1 juta Ha luas lahan dan terciptanya Ha luas kawasan buah. Realisasi anggaran pada Kementerian Pertanian dalam tahun 2017 tersebut dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, diantaranya yaitu: Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan, Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan, Program Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pertanian. Realisasi anggaran belanja Kementerian Sosial dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp7.677,4 miliar, yang berarti menyerap 43,8 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp17.525,3 miliar. Penyerapan anggaran belanja Kementerian Sosial dalam semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi penyerapannya dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 41,0 persen. Beberapa output yang telah dicapai sampai dengan semester I tahun 2017 antara lain penyaluran PKH sebesar Rp5,9 triliun kepada sekitar 6 juta KPM dan pendistribusian bantuan pangan nontunai kepada 929,4 ribu KPM. Triliun Rupiah GRAFIK 4.12 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN PERTANIAN SEMESTER I, ,0 50,0 42,1 45,0 30,0 36,4 38,2 37,3 40,0 33,9 25,0 35,0 20,0 30,0 22,6 24,0 25,0 15,0 20,0 10,0 15,0 10,0 5,0 5,0 0,0 0, Sumber : Kementerian Keuangan Triliun Rupiah 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 - P Realisasi % Penyerapan 25,0 32,4 Sumber : Kementerian Keuangan GRAFIK 4.13 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN SOSIAL SEMESTER I, Realisasi anggaran belanja tersebut digunakan untuk mendanai antara lain pelaksanaan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial, Program Penanganan Fakir Miskin, Program Rehabilitasi Sosial, dan Program Pemberdayaan Sosial. 11,7 23,0 53,5 41,0 43, P Realisasi % Penyerapan Persen 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 - Persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

59 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Kinerja Penyerapan Anggaran Belanja K/L Selanjutnya, kinerja penyerapan anggaran K/L tahun 2017, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: (1) perbandingan penyerapan antara tahun 2016 dan 2017, dan (2) perbandingan dengan daya serap nasional. Dari 87 K/L pengguna anggaran tahun 2017, terdapat 36 K/L yang daya serapnya dalam semester I tahun 2017 lebih tinggi daripada daya serapnya dalam periode yang sama tahun 2016, antara lain: (1) PPATK, (2) Perpusnas, (3) KPK, (4) BNN, dan (5) Ombusdman RI. Sementara itu, terdapat 51 K/L lainnya yang daya serapnya dalam semester I tahun 2017 lebih rendah dari periode yang sama tahun 2016, antara lain: (1) BPLS, (2) BPS, (3) BP Batam, (4) Bawaslu, dan (5) LAPAN. Ilustrasi mengenai perkembangan realisasi semester I tahun 2017 dari 5 K/L yang penyerapannya lebih rendah dan lebih tinggi daripada tahun 2016 disajikan pada Grafik 4.14 dan Grafik GRAFIK 4.14 REALISASI SEMESTER I 5 K/L PENYERAPAN LEBIH RENDAH DARI TAHUN 2016 GRAFIK 4.15 REALISASI SEMESTER I 5 K/L PENYERAPAN LEBIH TINGGI DARI TAHUN 2016 LAPAN 23,3 36,2 Ombusdman RI 26,1 40,0 Bawaslu 39,4 56,0 BNN 19,3 36,0 BP Batam 29,4 47,0 KPK 24,5 42,0 BPS 31,6 62,3 Perpusnas 19,9 37,6 BPLS 23,0 53,8 PPATK 21,2 39,6 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 P Sumber: Kementerian Keuangan 0,0 20,0 40,0 60,0 P Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

60 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Perbandingan dengan Daya Serap Nasional Perbandingan penyerapan anggaran K/L dengan daya serap nasional tahun 2017 dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: (1) K/L yang memiliki daya serap tinggi, yaitu K/L dengan tingkat penyerapan di atas daya serap nasional (34,6 persen); (2) K/L yang memiliki daya serap sedang, yaitu K/L dengan tingkat penyerapan antara 25,4 persen sampai dengan 34,6 persen; dan (3) K/L yang memiliki daya serap rendah, yaitu K/L dengan tingkat penyerapan dibawah 25,4 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun 2016, jumlah K/L yang memiliki daya serap tinggi relatif sama, sementara yang memiliki daya serap rendah menurun. Selanjutnya, distribusi jumlah K/L per kelompok penyerapan dan kinerja daya serap K/L sepanjang semester I tahun 2017 disajikan dalam Grafik 4.16 dan Grafik Realisasi anggaran belanja K/L semester I tahun , disajikan dalam Tabel 4.3. GRAFIK 4.16 PROFIL PENYERAPAN BELANJA K/L SEMESTER I TAHUN K/L Daya Serap Rendah (< 25,4%) 40 K/L Daya Serap Tinggi (> 34,6%) 19 K/L Daya Serap Sedang (25,4% - 34,6%) Sumber: Kementerian Keuangan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

61 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 GRAFIK 4.17 PENYERAPAN BELANJA K/L SEMESTER I TAHUN 2017 K/L Daya Serap Nasional= 34,6% KPU Kemenkeu Kemensos MA DPD KPK BPK Kejaksaan RI KPPU BNPT Ombusdman RI DPR PPATK MK Kemenkes Bawaslu Kemenko Polhukkam BPKP Kemenag LPP RRI Kemenkumham BATAN Kemenko Perekonomian Perpusnas LIPI Kementan Polri Setneg Kemendikbud Basarnas Kemenhan BKN Kemen KUKM BNN BSN LPP TVRI Kemenlu Kemenristek Dikti Setkab BNP2TKI BKPM BAPETEN BMKG LAN MPR Kemen PAN & RB BPPT Kemen ATR/BPN Komisi Yudisial BPS Lemhanas Kemen PU & Pera Kemenperin Arsip Nasional BPKPB & PB BATAM Kemen LHK BNPB Kemenhub Kemendagri LKPP BPOM Komnas HAM LAPAN Wantanas BPLS Bappenas BKKBN Kemenaker Kemen PP & PA Kemen BUMN Kemen Desa, PDT, dan Trans. BNPP BPWS BIG Kemen ESDM Kemenko Kemaritiman Kemenko PMK Kemenpar Kemen Kominfo Kemendag BIN KKP LSN Bekraf BPKPB & PB SABANG Kemenpora Bakamla 5,0 7,3 9,2 13,2 45,6 45,3 43,8 43,7 42,3 42,0 41,6 41,2 41,1 40,9 40,0 39,7 39,6 39,5 39,5 39,4 39,2 38,6 38,2 38,1 38,0 37,9 37,8 37,6 37,5 37,3 36,8 36,7 36,6 36,4 36,4 36,3 36,1 36,0 35,8 35,8 35,7 35,3 35,2 34,8 33,8 33,4 33,4 33,4 32,8 32,8 32,7 32,6 32,0 31,6 31,0 30,4 29,9 29,9 29,4 27,7 27,3 26,9 26,8 25,0 24,7 24,3 23,3 23,0 23,0 22,8 22,7 22,6 22,4 22,0 21,1 20,6 20,5 20,3 20,3 20,3 19,3 19,1 17,4 16,1 15,8 15,8 15,1 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 Sumber: Kementerian Keuangan Persen thd Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

62 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 TABEL 4.3 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SEMESTER I, (miliar Rupiah) No. KODE BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA P Realisasi P Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (9) (10 ) (11) MPR 768,3 278,9 36,3 902,8 296,6 32, DPR 4.722, ,7 32, , ,6 39, BPK 3.439, ,7 36, , ,2 41, MA 8.795, ,9 44, , ,7 43, KEJAKSAAN RI 5.293, ,3 35, , ,3 41, KEMEN SETNEG 2.092,9 666,5 31, ,1 619,1 36, KEMENDAGRI 3.786, ,8 31, ,5 884,9 26, KEMENLU 6.954, ,8 34, , ,8 35, KEMENHAN , ,7 36, , ,4 36, KEMENKUMHAM , ,8 33, , ,2 38, KEMENKEU , ,7 41, , ,0 45, KEMENTAN , ,9 33, , ,5 37, KEMENPERIN 2.987,2 801,7 26, ,9 846,3 29, KEMEN ESDM 7.741, ,7 25, , ,7 20, KEMENHUB , ,2 25, , ,0 26, KEMENDIKBUD , ,2 33, , ,9 36, KEMENKES , ,2 37, , ,4 39, KEMENAG , ,1 38, , ,8 38, KEMENNAKER 2.964,0 900,2 30, ,9 783,5 22, KEMENSOS , ,3 41, , ,4 43, KEMEN LHK 5.895, ,8 31, , ,4 27, KKP , ,9 20, , ,1 15, KEMEN PU PERA , ,6 29, , ,1 30, KEMENKO BID. POLHUKAM 280,9 119,2 42,4 281,1 110,2 39, KEMENKO BID. PEREK 359,2 114,1 31,8 350,4 132,4 37, KEMENKO BID. PMK 393,5 70,2 17,8 381,5 73,6 19, KEMENPAR 4.224,4 936,0 22, ,0 728,5 19, KEMEN BUMN 249,9 55,0 22,0 243,9 53,6 22, KEMENRISTEK DIKTI , ,4 34, , ,2 35, KEMEN KUKM 1.065,4 412,3 38,7 971,3 350,2 36, KEMEN PP PA 707,6 81,2 11,5 573,1 128,6 22, KEMEN PAN RB 180,6 67,0 37,1 203,5 66,8 32, BIN 2.425,3 687,0 28, ,1 843,8 15, LSN 1.740,8 107,5 6, ,0 170,3 15, WANTANAS 155,7 20,9 13,4 168,7 38,8 23, BPS 4.866, ,5 62, , ,2 31, KEMEN PPN/BAPPENAS 1.423,7 384,4 27, ,8 310,4 22, KEMEN ATR/BPN 6.023, ,1 34, , ,2 32, PERPUSNAS 812,3 161,3 19,9 563,8 212,1 37, KEMEN KOMINFO 5.117,9 955,7 18, ,6 829,3 17, POLRI , ,3 39, , ,5 36, BADAN POM 1.539,3 450,5 29, ,8 443,4 24, LEMHANAS 293,0 78,1 26,6 298,3 92,5 31, BKPM 488,5 201,5 41,2 524,6 177,3 33, BNN 2.534,0 487,9 19, ,8 481,8 36, KEMEN DESA, PDT, TR 8.585, ,5 16, , ,8 21, BKKBN 3.559,6 678,9 19, ,6 774,7 22, KOMNAS HAM 77,8 28,6 36,7 85,0 20,7 24,3 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

63 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 TABEL 4.3 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SEMESTER I, (lanjutan) (miliar Rupiah) No. KODE BA P Realisasi P Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (9) (10 ) (11) BMKG 1.395,6 587,1 42, ,0 532,1 33, KPU 1.917,7 915,8 47, ,5 843,6 45, MK RI 288,3 124,4 43,1 264,3 104,3 39, PPATK 204,2 43,3 21,2 117,2 46,4 39, LIPI 1.182,3 511,0 43, ,7 421,6 37, BATAN 760,3 315,6 41,5 744,0 282,1 37, BPPT 899,6 387,1 43, ,2 372,8 32, LAPAN 702,2 254,0 36,2 698,7 163,0 23, BIG 685,2 163,0 23,8 845,0 171,9 20, BSN 126,2 56,4 44,7 184,5 66,1 35, BAPETEN 167,3 57,0 34,1 181,9 60,9 33, LAN 274,0 114,5 41,8 300,1 100,2 33, ARSIP NASIONAL 171,4 64,8 37,8 227,3 67,9 29, BKN 545,5 235,9 43,2 625,8 227,3 36, BPKP 1.613,5 684,5 42, ,9 556,4 38, KEMENDAG 3.669,6 710,1 19, ,6 554,6 16, KEMENPORA 2.749,2 527,3 19, ,8 229,5 7, KPK 991,9 243,3 24,5 734,2 308,2 42, DPD 801,2 420,7 52,5 958,8 405,8 42, KY RI 110,3 48,3 43,8 113,6 36,4 32, BNPB 2.203,9 528,4 24, ,8 323,5 27, BNP2TKI 346,5 137,5 39,7 417,7 145,1 34, BPLS 458,3 246,8 53,8 458,5 105,4 23, LKPP 176,6 59,9 33,9 213,8 53,5 25, BASARNAS 2.338,9 981,6 42, ,9 807,3 36, KPPU 139,5 46,2 33,1 137,3 56,4 41, BPWS 281,5 48,1 17,1 277,5 57,0 20, OMBUDSMAN RI 170,1 44,5 26,1 131,2 52,5 40, BNPP 179,8 33,8 18,8 186,3 38,4 20, BPKPB BATAM 1.157,1 543,6 47, ,8 514,9 29, BNPT 712,4 213,6 30,0 505,6 206,6 40, SETKAB 210,2 75,7 36,0 219,7 77,3 35, BAWASLU 463,1 259,4 56,0 485,0 190,9 39, LPP RRI 1.021,6 405,3 39,7 929,2 353,8 38, LPP TVRI 861,9 355,3 41,2 762,5 272,9 35, BPKPB SABANG 240,2 28,6 11,9 249,7 22,9 9, BAKAMLA 1.876,2 50,4 2,7 955,8 48,3 5, KEMENKO BID. KEMAR 413,2 59,5 14,4 350,5 71,2 20, BEKRAF 1.023,9 51,0 5,0 906,4 119,8 13,2 JUMLAH Sumber: Kementerian Keuangan KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA , ,5 34, , ,9 34, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

64 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Realisasi Anggaran Belanja Non K/L Realisasi belanja nonk/l sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,6 miliar atau 42,5 persen dari pagunya dalam tahun Tingkat penyerapan tersebut lebih tinggi dari penyerapan semester I tahun sebelumnya. Jumlah realisasi tersebut bersumber dari: (1) Program Pengelolaan Utang Negara sebesar Rp ,9 miliar (48,3 persen terhadap pagu tahun 2017); (2) Program Pengelolaan Hibah Negara sebesar Rp1.986,4 miliar (90,3 persen); (3) Program Pengelolaan Subsidi sebesar Rp58.741,1 miliar (36,7 persen); (4) Program Pengelolaan Belanja Lainnya yang sebagian besar berasal dari belanja lain-lain, yang mencapai Rp3.353,1 miliar (0,6 persen); serta (5) Program Pengelolaan Transaksi Khusus, yang antara lain digunakan untuk pembayaran belanja pensiun, sebesar Rp63.721,0 miliar (11,0 persen). Capaian penyerapan belanja tersebut antara lain dipengaruhi oleh: (1) terdapat kewajiban Pemerintah atas penundaan pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam tahun 2017 antara lain terkait dengan penajaman target penerima subsidi listrik dan LPG tabung 3 kg; (2) perkembangan indikator ekonomi makro yang berpengaruh terhadap realisasi program pengelolaan subsidi dan program pengelolaan utang negara; (3) terdapat kewajiban Pemerintah atas kekurangan pembayaran komponen belanja tahun sebelumnya, seperti subsidi BBM dan subsidi pupuk; dan (4) penyaluran hibah ke daerah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Penjelasan realisasi anggaran untuk masing-masing komponen belanja nonk/l (BA BUN) akan diuraikan sebagai berikut Program Pengelolaan Hibah Negara Realisasi program pengelolaan hibah negara dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp1.986,4 miliar (90,3 persen dari pagu Tahun 2017). Dari jumlah realisasi tersebut, sebagian besar merupakan hibah ke daerah dalam bentuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sebesar Rp1.701,1 miliar yang alokasinya bersumber dari cadangan penanggulangan bencana pada program pengelolaan belanja lainnya. Hibah tersebut dapat segera disalurkan karena tidak bersifat reimbursement, tidak seperti komponen hibah ke daerah lainnya, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk kemudian dibayarkan oleh Pemerintah Pusat setelah proses verifikasi. Selain itu, dalam semester I tahun 2017 Pemerintah juga telah memberikan hibah kepada pemerintah asing dalam bentuk bantuan kepada sekretariat Melanesia Spearhead Group (MSG) sebesar Rp22,5 miliar. Selanjutnya, hibah ke daerah lainnya yang telah terealisasi sampai dengan semester I tahun 2017 mencakup beberapa kegiatan, antara lain: (1) pinjaman luar negeri yang diterushibahkan sebesar 25,4 persen dari pagu untuk pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dan Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase II (WISMP-2); dan (2) hibah luar negeri yang diterushibahkan sebesar 2,3 persen dari pagu salah satunya untuk pembangunan sanitasi. Masih rendahnya tingkat penyerapan hibah ke daerah dari pagu yang ditetapkan antara lain disebabkan oleh: (1) adanya beberapa proses pengajuan yang belum terealisasi dan tercatat di semester I; (2) adanya beberapa program hibah yang sedang berjalan namun daerah belum mengajukan permintaan penyaluran kepada Pemerintah; dan (3) kesiapan satuan kerja perangkat daerah untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Realisasi belanja hibah tahun disajikan pada Tabel 4.4. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

65 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 TABEL 4.4 REALISASI BELANJA HIBAH SEMESTER I TAHUN (miliar rupiah) Uraian P Realisasi P Realisasi A. Hibah Kepada Pemerintah Daerah Program Pengelolaan Utang Negara 8.536,9 198,9 2, , ,9 89,3 I. Pinjaman Luar Negeri Yang Diterushibahkan 2.885,3 198,9 6, ,3 258,6 25,4 1. Mass Rapid Transit (MRT) Project 2.658,0 198,9 7,5 763,3 197,7 25,9 2. Water Resources and Irrigation Sector Management Program Phase 227, ,0 60,9 24,1 II (WISMP-2) II. Hibah Luar Negeri Yang Diterushibahkan 739, ,6 4,2 2,3 a.l. 1. Hibah Air Minum 311, , Hibah Australia-Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi 99, ,1 4,2 4,8 III. Penerimaan Dalam Negeri Yang Dihibahkan 4.912, , ,1 170,1 1. Nationwide Water Hibah Program 800, , Hibah Sanitasi 200, , Rehab rekon Pasca Bencana ,1-4. Penyelesaian Piutang Pemerintah pada PDAM 3.912, B. Hibah Kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing ,5 - C. Pengelolaan Hibah Lainnya Sumber: Kementerian Keuangan Jumlah 0, , ,3 198,9 2, , ,4 90,3 Pembayaran bunga utang adalah kewajiban pemerintah yang timbul sebagai konsekuensi dari penggunaan utang untuk menutup kebutuhan pembiayaan anggaran defisit dan kebutuhan pembiayaan lain. Pembayaran bunga utang mencakup pembayaran bunga utang dalam negeri dan luar negeri, yang perhitungannya berdasarkan utang pemerintah yang belum jatuh tempo, perkiraan tambahan utang baru, dan biaya yang timbul dalam pengelolaan utang. Pada semester I tahun 2017 realisasi program pengelolaan utang untuk pembayaran bunga utang adalah sebesar Rp ,9 miliar atau 48,3 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Jumlah tersebut terdiri dari realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp98.708,4 miliar atau 48,0 persen dari alokasi anggaran dalam tahun 2017, dan realisasi pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp8.115,5 miliar atau 51,6 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Realisasi Program Pengelolaan Utang Negara untuk pembayaran bunga utang dalam semester I tahun 2017 baik secara nominal maupun persentase lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pada semester I tahun Sebagai perbandingan, pada semester I tahun 2016 realisasi Program Pengelolaan Utang Negara untuk pembayaran bunga utang mencapai Rp87.267,0 miliar atau 45,6 persen dari alokasi anggaran dalam P tahun Dari jumlah tersebut, realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri mencapai Rp79.843,5 miliar atau 45,9 persen dari alokasi anggaran dalam P tahun 2016, dan realisasi pembayaran bunga utang luar negeri mencapai Rp7.423,5 miliar atau 43,2 persen dari alokasi anggaran dalam P tahun Secara umum, peningkatan pembayaran bunga utang terjadi seiring dengan peningkatan outstanding utang yang utamanya merupakan konsekuensi pengadaan utang untuk menutup kebutuhan pembiayaan defisit anggaran tahun-tahun sebelumnya (legacy debt) yang rata-rata tumbuh sebesar 14,3 persen dalam periode Sejalan dengan itu, bagian terbesar dari pembayaran bunga utang tahun berjalan umumnya merupakan pembayaran bunga atas stok utang yang belum jatuh tempo pada akhir tahun sebelumnya. Peningkatan outstanding utang awal tahun 2017 diantaranya disebabkan oleh peningkatan pembiayaan utang pada I tahun 2016 sebagai konsekuensi pelebaran defisit, dan 4-26 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

66 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 realisasi penerbitan SBN pada akhir tahun 2016 untuk keperluan prefunding tahun 2017 dimana pembayaran bunganya sebagian besar direalisasikan pada tahun Realisasi pembayaran bunga utang semester I tahun 2016 dan realisasi semester I tahun 2017 dapat dilihat dalam Tabel 4.5. TABEL 4.5 REALISASI PEMBAYARAN BUNGA UTANG SEMESTER I, (miliar rupiah) Uraian P Realisasi P Realisasi 1. Dalam Negeri , ,5 45, , ,4 48,0 2. Luar Negeri , ,5 43, , ,5 51,6 Pembayaran Bunga Utang , ,0 45, , ,9 48,3 Sumber: Kementerian Keuangan Program Pengelolaan Subsidi Sampai dengan tahun 2017, realisasi belanja subsidi mencapai Rp58.741,2 miliar atau 36,7 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,5 miliar. Hal itu menunjukkan bahwa realisasi belanja subsidi dalam semester I tahun 2017 lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 40,7 persen terhadap pagunya dalam P tahun Perkembangan realisasi anggaran belanja subsidi dalam semester I tahun disajikan dalam Tabel 4.6. TABEL 4.6 REALISASI BELANJA SUBSIDI SEMESTER I, (miliar rupiah) URAIAN P Realisasi P Realisasi A. ENERGI , ,4 54, , ,6 48,7 1. Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg , ,1 49, , ,1 62,9 2. Subsidi Listrik , ,3 57, , ,5 38,4 B. NONENERGI , ,8 25, , ,5 25,5 1. Subsidi Pangan , ,7 40, , ,7 49,0 2. Subsidi Pupuk , ,6 34, , ,5 30,6 3. Subsidi Benih 1.023, ,6 54,8 4,2 4. Subsidi PSO 3.800, ,5 27, ,7 751,8 17,4 5. Subsidi Bunga Kredit Program ,4 94,9 0, ,7 518,8 3,3 6. Subsidi Pajak DTP ,2 576,1 5, ,8 568,0 5,5 JUMLAH , ,2 40, , ,2 36,7 Sumber: Kementerian Keuangan Subsidi Energi Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi belanja subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg sebesar Rp20.348,1 miliar atau 62,9 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp32.330,6 miliar. Penyerapan anggaran belanja subsidi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,6 persen terhadap pagu P tahun Hal ini disebabkan kenaikan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

67 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 realisasi volume LPG dari 1,4 juta ton pada tahun 2016 menjadi 2,6 juta ton pada tahun 2017 serta naiknya harga keekonomian LPG apabila dibandingkan dengan tahun Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi belanja subsidi listrik sebesar Rp17.282,5 miliar atau 38,4 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp44.983,7 miliar. Penyerapan anggaran belanja subsidi listrik tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,9 persen terhadap pagunya dalam P tahun Hal ini disebabkan karena kebijakan pemberian subsidi tepat sasaran untuk pelanggan rumah tangga daya 900 VA dan adanya pembatasan pembayaran subsidi pelanggan rumah tangga daya 450 VA hanya untuk 19,1 juta pelanggan sesuai kesepakatan Badan Anggaran DPR RI dalam pembahasan tahun Subsidi Nonenergi Subsidi nonenergi terdiri dari subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak. Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi belanja subsidi nonenergi sebesar Rp21.110,5 miliar atau 25,5 persen dari pagu yang ditetapkan dalam tahun 2017 sebesar Rp82.741,2 miliar. Penyerapan anggaran belanja subsidi non energi tersebut relatif sama apabila dibandingkan dengan realisasi dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 25,5 persen terhadap pagu P tahun Realisasi anggaran belanja subsidi pangan dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp9.686,7 miliar atau 49,0 persen dari pagu anggaran belanja subsidi pangan yang ditetapkan dalam tahun Penyerapan subsidi pangan tersebut, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 40,6 persen terhadap pagu P Hal ini disebabkan karena perbaikan proses administrasi dan verifikasi yang dilakukan oleh KPA dan Perum Bulog. Realisasi pembayaran subsidi tersebut digunakan untuk tagihan penyaluran tahap I tahun 2017 yang setara dengan total volume 1,3 juta ton beras. Sejalan dengan itu, penyerapan anggaran belanja subsidi pupuk dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp9.530,5 miliar atau 30,6 persen dari pagu yang ditetapkan dalam tahun Penyerapan subsidi pupuk tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 34,7 persen terhadap pagunya dalam P Hal ini disebabkan adanya keterlambatan proses administrasi dan verifikasi dalam penyaluran subsidi pupuk. Realisasi pembayaran subsidi tersebut digunakan untuk tagihan penyaluran bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2017 sebesar 3 juta ton pupuk bersubsidi. Realisasi anggaran belanja subsidi benih dalam semester I tahun anggaran 2017 mencapai Rp54,8 miliar atau 4,2 persen dari pagu anggaran belanja subsidi benih yang ditetapkan dalam tahun Penyerapan subsidi benih tersebut, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang masih nihil. Hal ini disebabkan karena perbaikan proses administrasi dan verifikasi yang dilakukan oleh KPA dan BUMN benih. Selanjutnya, realisasi anggaran untuk subsidi PSO dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp751,8 miliar atau 17,4 persen dari pagu yang ditetapkan dalam tahun Penyerapan anggaran subsidi PSO tersebut lebih rendah dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 27,1 persen terhadap pagunya dalam P Hal ini disebabkan adanya keterlambatan proses administrasi dan verifikasi dalam penyaluran subsidi PSO Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

68 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Realisasi anggaran untuk subsidi bunga kredit program dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp518,8 miliar atau 3,3 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2017, atau lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 0,6 persen dari pagunya dalam P Hal ini disebabkan dalam semester I tahun 2017 terdapat realisasi subsidi bunga kredit perumahan dan subsidi bantuan uang muka perumahan sedangkan pada tahun 2016 realisasi masih nihil. Realisasi anggaran untuk subsidi pajak DTP dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp568,0 miliar atau 5,5 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam 2017, atau hampir sama apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,6 persen dari pagunya dalam P Program Pengelolaan Belanja Lainnya Program Pengelolaan Belanja Lainnya dalam tahun 2017 dialokasikan sebesar Rp60.450,0 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari anggaran pada belanja pegawai sebesar Rp15.508,5 miliar, dana cadangan bencana alam sebesar Rp4.000,0 miliar, serta belanja lain-lain sebesar Rp40.941,5 miliar. Sebagai penerima alokasi terbesar dalam Program Pengelolaan Belanja Lainnya, anggaran belanja lain-lain pada tahun 2017 terutama dialokasikan untuk cadangan risiko fiskal serta cadangan stabilisasi harga pangan dan ketahanan pangan, anggaran untuk operasional lembaga yang belum mempunyai Bagian Anggaran (BA) sendiri, bantuan operasional layanan pos universal, serta alokasi anggaran guna mendukung berbagai kebijakan Pemerintah, seperti: (1) program ketahanan pangan, berupa penyediaan anggaran cadangan beras pemerintah (CBP); (2) cadangan penyangga energi; dan (3) dana ketahanan energi. Dalam pelaksanaannya, sampai dengan akhir Juni 2017, realisasi anggaran belanja lain-lain pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya diperkirakan mencapai Rp3.353,1 miliar atau 5,5 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi belanja lain-lain pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya tersebut, secara persentase relatif sama jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp2.762,3 miliar atau 5,4 persen dari pagunya dalam P tahun 2016 sebesar Rp50.814,6 miliar. Realisasi anggaran belanja lain-lain pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya dalam periode tersebut utamanya untuk CBP, bantuan layanan pos universal, dan operasional SKK Migas. Di samping itu, terdapat realokasi pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya (Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara/BA BUN) ke Bagian Anggaran K/L utamanya dana on-call bencana alam, pembangunan sarana dan prasarana, serta program dukungan manajemen Program Pengelolaan Transaksi Khusus Realisasi pada anggaran program pengelolaan transaksi khusus sampai dengan akhir tahun 2017 mencapai Rp63.721,0 miliar atau 59,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 sebesar Rp ,8 miliar. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 49,4 persen dari pagunya, maka penyerapan anggaran Program Pengelolaan Transaksi Khusus sampai dengan 2017 tersebut meningkat. Tingginya realisasi anggaran pada program pengelolaan transaksi khusus tersebut utamanya disebabkan antara lain telah tersalurkannya pembayaran manfaat pensiun ke-13 kepada para pensiunan. Selain untuk kontribusi sosial yang merupakan kewajiban Pemerintah terhadap pensiunan dan iuran asuransi kesehatan PNS/TNI/Polri dan penerima pensiun, pada program pengelolaan transaksi khusus juga terdapat alokasi dana dukungan kelayakan pada Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

69 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 proyek kerja sama Pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur, dana kontribusi pemerintah pada lembaga internasional dan trust fund, dana penugasan untuk penyiapan proyek kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), serta dana pembayaran selisih harga beras Bulog. Terkait dengan belum terealisasinya dana dukungan kelayakan pada proyek kerja sama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur pada semester I tahun 2017 disebabkan karena jadwal penarikan dana proyek yang telah mulai pembangunannya pada akhir semester I tahun Selain itu, terdapat proyek yang belum menyelesaikan proses persetujuan besaran dukungan kelayakan. Untuk dana penugasan penyiapan proyek belum terealisasi dikarenakan belum diterimanya tagihan dari pelaksana fasilitas dan beberapa proyek lainnya masih dalam proses pengusulan. 4.3 Prognosis Belanja Pemerintah Pusat I Dengan memperhatikan perkembangan pelaksanaan tahun 2017, pada pertengahan tahun 2017 Pemerintah mengajukan perubahan atas tahun Penyesuaian pada belanja pemerintah pusat secara umum dilakukan akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro, upaya peningkatan kualitas belanja, dan penyelesaian kewajiban-kewajiban Pemerintah terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro, seperti tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional (ICP) secara langsung akan berdampak pada besaran pembayaran bunga utang dan subsidi energi. Sementara itu, upaya peningkatan kualitas belanja dilakukan melalui kebijakan efisiensi belanja barang Kementerian/Lembaga yang kemudian dimanfaatkan untuk mendanai belanja/kegiatan yang lebih produktif dan prioritas. Selanjutnya, penyesuaian tahun 2017 juga dilakukan untuk menyelesaikan beberapa kewajiban Pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan seperti kurang bayar beberapa komponen subsidi dan tunggakan lainnya. Usulan perubahan tahun 2017 tersebut, akan berdampak pada pelaksanaan dalam I tahun 2017, mengingat perubahan atas kebijakan dan besaran belanja akan dilaksanakan dalam I tahun Berdasarkan usulan perubahan tersebut, serta kinerja pelaksanaan anggaran dalam semester I, maka realisasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar atau 64,8 persen terhadap pagunya dalam tahun Dari jumlah tersebut, realisasi belanja K/L dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar dan belanja non-k/l mencapai Rp ,2 miliar. Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017 anggaran belanja pemerintah pusat diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar atau sama dengan pagu yang diusulkan dalam rancangan Perubahan tahun Namun demikian, Pemerintah akan melakukan upaya ekstra untuk meningkatkan efisiensi sehingga realisasi Belanja Pemerintah Pusat diharapkan lebih rendah dari perkiraan di atas. Sebagaimana pelaksanaan belanja Pemerintah Pusat dalam tahun-tahun sebelumnya, melalui langkah-langkah efisiensi, tidak seluruh pagu dapat terserap sampai dengan akhir tahun. Hal tersebut dapat diakibatkan antara lain oleh efisiensi dari sisa lelang serta efisiensi dari pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dengan demikian, melalui upaya peningkatan efisiensi dan sejalan dengan kinerja penyerapan tahun-tahun sebelumnya, khususnya penyerapan belanja K/L yang dalam 3 tahun terakhir berkisar pada tingkat persen dari pagu, maka realisasi anggaran belanja pemerintah pusat sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,1 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 100, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

70 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 persen terhadap pagunya dalam tahun 2017 atau 98,2 persen terhadap pagu yang diusulkan dalam rancangan Perubahan tahun Prognosis belanja pemerintah pusat dalam I tahun 2017 disajikan dalam Tabel 4.7. No TABEL 4.7 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) Uraian Nominal Nominal alamiah 1. Belanja K/L , , , , ,3 101, ,0 97,4 2. Belanja Non K/L , , , , ,8 104, ,1 105,8 a.l. - Program Pengelolaan Subsidi , , , , ,8 113, ,8 113,8 JUMLAH Sumber : Kementerian Keuangan Realisasi Prognosis I Prognosis I dengan hemat RP Outlook , , , , ,0 102, ,1 100, Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Realisasi belanja pemerintah pusat dalam I tahun 2017, apabila memerhatikan kinerja penyerapan pada semester I tahun 2017 dan langkah-lasngkah kebijakan dalam rangka mempercepat penyerapan anggaran, diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar atau 64,8 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, realisasi belanja pemerintah pusat pada I tahun 2017 sebesar Rp ,7 miliar atau hanya sebesar 63,0 persen dari pagunya dalam tahun TABEL 4.8 REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) NO. FUNGSI Realisasi Prognosis I Prognosis I dengan hemat alamiah Nominal RP p Nominal Outlook p 01 PELAYANAN UMUM , , , , ,9 97, ,3 96,8 02 PERTAHANAN , , , , ,8 107, ,1 105,8 03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN , , , , ,4 100, ,7 98,8 04 EKONOMI , , , , ,9 109, ,1 108,3 05 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP , , , , ,8 110, ,1 93,4 06 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM , , , , ,4 102, ,7 96,1 07 KESEHATAN , , , , ,3 101, ,6 98,5 08 PARIWISATA 5.394,2 807, , , ,5 99, ,7 62,0 09 AGAMA , , , , ,1 100, ,3 7 9,4 10 PENDIDIKAN , , , , ,5 101, ,7 99,9 11 PERLINDUNGAN SOSIAL , , , , ,4 101, ,7 100,1 JUMLAH , , , , ,0 102, ,1 100,9 Sumber : Kementerian Keuangan Fungsi Pelayanan Umum Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi pelayanan umum dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi pelayanan umum dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,3 miliar atau 58,8 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi pelayanan umum dalam I Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

71 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar atau 57,8 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi I tahun 2017 pada fungsi pelayanan umum tersebut akan digunakan antara lain untuk mendukung persiapan pelaksanaan Pemilu tahun 2019 serta untuk revaluasi barang milik negara (BMN) yang akan digunakan kembali Fungsi Pertahanan Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi pertahanan dalam semester I tahun 2017, dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi pertahanan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp76.348,9 miliar atau 70,5 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi pertahanan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp74.311,2 miliar atau 68,6 persen dari pagunya dalam tahun Anggaran fungsi pertahanan dalam I tahun 2017 antara lain digunakan untuk kebutuhan pendanaan sewa satelit, Konga Satgas Yonsit TNI pada Misi PBB Minusca ke Republik Afrika Tengah, kegiatan Pengamanan Penyelenggaraan KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun 2017 di Indonesia Fungsi Ketertiban dan Keamanan Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi ketertiban dan keamanan dalam semester I tahun 2017, dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi ketertiban dan keamanan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp78.327,1 miliar atau 64,4 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi ketertiban dan keamanan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp76.289,4 miliar atau 62,8 persen dari pagunya dalam tahun Anggaran fungsi ketertiban dan keamanan dalam Semester II tahun 2017 antara lain digunakan untuk penanggulangan bencana, penanggulangan terorisme, pemutakhiran/ modernisasi teknologi intelijen Fungsi Ekonomi Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi ekonomi dalam semester I tahun 2017, dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi ekonomi dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,3 miliar atau 76,1 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi ekonomi dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,5 miliar atau 75,5 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi anggaran pada I tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pelaksanaan program-program dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pada fungsi ekonomi, antara lain: (1) mendukung pembangunan infrastruktur transportasi yaitu pembangunan kereta api bandara Adisumarmo di Solo; (2) dukungan untuk pelaksanaan 4-32 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

72 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 Asian Games; (3) pengembangan holtikultura pertanian, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan; (4) pembangunan infrastruktur siaran dan sarpras pendukung terutama di daerah-daerah terdepan, terluar, dan terpencil Fungsi Perlindungan Lingkungan Hidup Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup dalam Semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp9.972,3 miliar atau 83,7 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi perlindungan lingkungan hidup dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp7.934,5 miliar atau 66,6 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi dalam I tahun 2017 pada fungsi perlindungan lingkungan hidup tersebut antara lain digunakan untuk kegiatan pascabencana berupa rehabilitasi hutan dan lahan untuk mencegah terjadinya bencana alam di masa mendatang Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp22.899,0 miliar atau 77,1 persen dari pagunya dalam tahun Kinerja penyerapan anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum pada I tahun 2017 tersebut antara lain disebabkan oleh perubahan struktur dalam unit organisasi yang melaksanakan fungsi perumahan dan fasilitas umum. Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp20.861,2 miliar atau 70,3 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi dalam I tahun 2017 pada fungsi perumahan dan fasilitas umum tersebut antara lain digunakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang perumahan Fungsi Kesehatan Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi kesehatan dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi kesehatan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp39.600,4 miliar atau 64,2 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi kesehatan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp37.562,7 miliar atau 60,9 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi dalam I tahun 2017 pada fungsi kesehatan tersebut antara lain digunakan untuk memperkuat upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

73 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun Fungsi Pariwisata Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi pariwisata dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi pariwisata dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp4.574,1 miliar atau 84,8 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi pariwisata dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp2.536,3 miliar atau 47,0 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi I tahun 2017 pada fungsi pariwisata tersebut antara lain akan digunakan untuk mendanai promosi pariwisata Indonesia baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri, dan untuk mendanai pengembangan destinasi wisata dalam negeri itu sendiri Fungsi Agama Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi agama dalam Semester I tahun 2017, dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi Agama dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp6.264,7 miliar atau 64,4 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi anggaran pada semester II tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pelaksanaan program-program dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pada fungsi Agama, serta direncanakan untuk mendukung pelaksanaan pelatihan dan pembekalan haji karena adanya tambahan kuota haji. Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi agama dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp4.227,0 miliar atau 43,5 persen dari pagunya dalam tahun Fungsi Pendidikan Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi pendidikan dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran fungsi pendidikan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp93.188,7 miliar atau 65,1 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi pendidikan dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp91.151,6 miliar atau 63,7 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi anggaran pada I tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pelaksanaan program-program dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pada fungsi pendidikan serta direncanakan untuk mendukung kekurangan alokasi anggaran untuk tunjangan profesi guru Fungsi Perlindungan Sosial Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran fungsi perlindungan sosial dalam semester I tahun 2017 dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka 4-34 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

74 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 realisasi anggaran fungsi perlindungan sosial dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp76.260,8 miliar atau 48,4 persen dari pagunya dalam tahun Namun, apabila memperhitungkan pola realisasi tahun-tahun sebelumnya dan pola penyerapan alamiah, maka realisasi anggaran fungsi perlindungan sosial dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp74.223,0 miliar atau 47,1 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi dalam I tahun 2017 pada fungsi perlindungan sosial tersebut antara lain digunakan untuk pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), pelaksanaan bantuan pangan non tunai, serta untuk mendukung kebijakan realokasi anggaran untuk Program Jaminan Kesehatan Nasional yang semula dialokasikan pada pembiayaan anggaran Prognosis Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Belanja Kementerian Negara/Lembaga Kinerja penyerapan belanja K/L dalam semester II, selain dipengaruhi oleh kinerja pada semester I tahun 2017, juga akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam rancangan perubahan tahun 2017 yang diajukan Pemerintah pada awal semester II, antara lain, efisiensi belanja barang K/L serta tambahan belanja beberapa K/L yang bersifat mendesak dan merupakan prioritas nasional. Berdasarkan kebijakankebijakan dalam rancangan perubahan tahun 2017, maka realisasi anggaran belanja K/L dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau menyerap 66,7 persen dari pagunya dalam tahun Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017, realisasi anggaran belanja K/L diperkirakan mencapai Rp ,3 miliar atau sama dengan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Rp Triliun GRAFIK 4.18 REALISASI BELANJA K/L SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II, Realisasi Realisasi I % Total Realisasi thd P % Realisasi thd P % Realisasi I thd P Namun, dengan memperhatikan kinerja penyerapan anggaran dalam 3 tahun terakhir, dimana terdapat alokasi anggaran yang tidak terserap secara alamiah yang diakibatkan beberapa hal seperti sisa lelang, dan efisiensi lanjutan, maka realisasi anggaran belanja K/L dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,1 miliar atau menyerap 62,8 persen dari pagunya dalam tahun Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017, realisasi anggaran belanja K/L dengan memperhitungkan pola penyerapan beberapa tahun terakhir diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 97,4 persen dari pagu dalam tahun 2017 atau 96,2 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Prognosis kinerja penyerapan anggaran belanja K/L sampai dengan akhir tahun 2017, tersebut sangat dipengaruhi oleh kesiapan K/L, utamanya aspek kelembagaan dan sumber daya manusianya dalam melaksanakan berbagai program/kegiatan yang direncanakan sebagaimana dalam tahun Persen Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

75 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Perkiraan realisasi anggaran terkait belanja K/L tahun 2017 secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 4.9. TABEL 4.9 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) No. KODE BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Realisasi Prognosis I Prognosis I dengan Hemat Alamiah RP Outlook Nominal Nominal MPR 902,8 296,6 606,2 516,3 902,8 100,0 812,9 90, DPR 4.257, , , , ,6 111, ,3 88, BPK 2.744, , , , ,2 100, ,8 97, MA 8.181, , , , ,3 100, ,7 99, KEJAKSAAN RI 4.104, , , , ,9 120, ,8 112, KEMEN SETNEG 1.688,1 619, , , ,6 102, ,9 102, KEMENDAGRI 3.303,5 884, , , ,0 97, ,1 79, KEMENLU 7.417, , , , ,0 96, ,1 96, KEMENHAN , , , , ,2 101, ,8 100, KEMENKUMHAM 9.371, , , , ,9 117, ,2 112, KEMENKEU , , , , ,5 99, ,8 98, KEMENTAN , , , , ,4 109, ,3 106, KEMENPERIN 2.827,9 846, , , ,4 92, ,7 86, KEMEN ESDM 7.027, , , , ,0 93, ,7 68, KEMENHUB , , , , ,9 97, ,4 79, KEMENDIKBUD , , , , ,1 95, ,3 94, KEMENKES , , , , ,5 96, ,7 96, KEMENAG , , , , ,9 105, ,6 100, KEMENNAKER 3.467,9 783, , , ,0 93, ,6 85, KEMENSOS , , , , ,9 98, ,3 98, KEMEN LHK 6.772, , , , ,3 95, ,0 95, KKP 9.299, , , , ,3 98, ,6 94, KEMEN PU PERA , , , , ,8 102, ,8 100, KEMENKO BID. POLHUKAM 281,1 110,2 172,7 171,3 282,9 100,7 281,5 100, KEMENKO BID. PEREKONOMIAN 350,4 132,4 331,4 252,7 463,8 132,3 385,0 109, KEMENKO BID. PMK 381,5 73,6 247,9 216,1 321,5 84,3 289,7 75, KEMENPAR 3.824,0 728, , , ,2 93, ,9 86, KEMEN BUMN 243,9 53,6 145,3 123,4 198,9 81,5 177,0 72, KEMENRISTEK DIKTI , , , , ,6 99, ,7 92, KEMEN KUKM 971,3 350,2 610,6 552,1 960,8 98,9 902,2 92, KEMEN PP PA 573,1 128,6 374,4 361,5 503,1 87,8 490,2 85, KEMEN PAN RB 203,5 66,8 117,5 93,4 184,3 90,6 160,3 78, BIN 5.349,1 843, , , ,1 100, ,3 99, LSN 1.128,0 170,3 891,6 803, ,9 94,1 974,1 86, WANTANAS 168,7 38,8 129,8 129,0 168,7 100,0 167,8 99, BPS 4.301, , , , ,0 96, ,5 93, KEMEN PPN/BAPPENAS 1.360,8 310, , , ,9 99, ,1 99, KEMEN ATR/BPN 5.487, , , , ,6 120, ,8 111, PERPUSNAS 563,8 212,1 402,4 371,4 614,6 109,0 583,5 103, KEMEN KOMINFO 4.753,6 829, , , ,7 103, ,3 67, POLRI , , , , ,8 100, ,7 99, BADAN POM 1.796,8 443, , , ,0 92, ,9 86, LEMHANAS 298,3 92,5 139,5 138,4 232,0 77,8 230,9 77, BKPM 524,6 177,3 276,4 255,4 453,7 86,5 432,7 82, BNN 1.339,8 481, , , ,3 127, ,7 120, KEMEN DESA, PDT, TRANS 4.852, , , , ,4 96, ,4 83, BKKBN 3.410,6 774, , , ,6 80, ,9 71, KOMNAS HAM 85,0 20,7 68,3 67,8 89,0 104,7 88,5 104, BMKG 1.593,0 532, , , ,8 97, ,0 96, KPU 1.850,5 843, , , ,6 177, ,1 176, MK RI 264,3 104,3 208,0 206,5 312,4 118,2 310,8 117, PPATK 117,2 46,4 70,8 70,2 117,2 100,0 116,6 99, LIPI 1.124,7 421,6 741,8 740, ,4 103, ,0 103, BATAN 744,0 282,1 423,8 413,8 705,9 94,9 695,8 93, BPPT 1.140,2 372,8 727,4 721, ,2 96, ,7 96, LAPAN 698,7 163,0 644,5 640,5 807,5 115,6 803,4 115, BIG 845,0 171,9 592,3 558,1 764,2 90,4 730,0 86, BSN 184,5 66,1 98,4 97,6 164,5 89,2 163,7 88, BAPETEN 181,9 60,9 115,4 114,5 176,2 96,9 175,4 96, LAN 300,1 100,2 185,4 183,9 285,6 95,2 284,1 94, ARSIP NASIONAL 227,3 67,9 159,4 154,5 227,3 100,0 222,4 97, BKN 625,8 227,3 368,9 362,5 596,2 95,3 589,8 94, BPKP 1.439,9 556,4 873,5 833, ,9 99, ,3 96, KEMENDAG 3.440,6 554, , , ,4 95, ,1 85, KEMENPORA 3.140,8 229, , , ,8 147, ,4 136, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

76 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 TABEL 4.9 REALISASI BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (lanjutan) (miliar rupiah) No. KODE BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Realisasi Prognosis I Prognosis I dengan Hemat Alamiah RP Outlook Nominal Nominal KPK 734,2 308,2 426,0 371,3 734,2 100,0 679,5 92, DPD 958,8 405,8 552,9 515,2 958,8 100,0 921,0 96, KY RI 113,6 36,4 77,2 77,1 113,6 100,0 113,5 99, BNPB 1.185,8 323, , , ,4 150, ,5 150, BNP2TKI 417,7 145,1 222,5 220,7 367,7 88,0 365,8 87, BPLS 458,5 105,4 343,1 181,8 448,5 97,8 287,2 62, LKPP 213,8 53,5 136,7 135,7 190,2 89,0 189,3 88, BASARNAS 2.215,9 807, , , ,3 114, ,6 114, KPPU 137,3 56,4 54,0 51,8 110,4 80,4 108,2 78, BPWS 277,5 57,0 220,5 197,5 277,5 100,0 254,5 91, OMBUDSMAN RI 131,2 52,5 78,7 78,1 131,2 100,0 130,6 99, BNPP 186,3 38,4 134,8 113,8 173,2 93,0 152,2 81, BPKPB BATAM 1.750,8 514, , , ,8 100, ,1 99, BNPT 505,6 206,6 518,3 513,8 725,0 143,4 720,4 142, SETKAB 219,7 77,3 137,4 113,7 214,7 97,7 191,0 87, BAWASLU 485,0 190, , , ,5 395, ,9 393, LPP RRI 929,2 353,8 596,5 591,8 950,3 102,3 945,6 101, LPP TVRI 762,5 272,9 488,4 437,3 761,3 99,8 710,2 93, BPKPB SABANG 249,7 22,9 226,8 196,4 249,7 100,0 219,3 87, BAKAMLA 955,8 48,3 719,3 375,2 767,5 80,3 423,4 44, KEMENKO BID. KEMARITIMAN 350,5 71,2 229,3 201,8 300,5 85,7 273,0 77, BEKRAF 906,4 119,8 582,6 264,3 702,4 77,5 384,1 42,4 Penyesuaian - (246,9) 246,9 246, JUMLAH , , , , ,3 101, ,0 97,4 Sumber: Kementerian Keuangan Catatan: angka outlook per K/L bersifat perkiraan dengan memerhatikan tingkat penyerapan tiga tahun sebelumnya Belanja Non K/L Kinerja penyerapan belanja bagian anggaran bendahara umum negara (BA BUN) dalam I tahun 2017, selain dipengaruhi oleh kinerja penyerapan dalam semester I tahun 2017, juga diperkirakan dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam rancangan perubahan tahun 2017, antara lain penghematan pembayaran bunga utang, penambahan belanja hibah (perubahan rencana penarikan PHLN dan realokasi dari cadangan bencana), pemenuhan pembayaran hutang BMP Kemhan/TNI, pemenuhan kekurangan anggaran TPG, dan penambahan dana cadangan bencana alam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka realisasi anggaran belanja BA BUN dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar. Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017, realisasi anggaran belanja BA BUN diperkirakan mencapai Rp ,8 miliar atau sama dengan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Namun demikian, realisasi belanja BA BUN tersebut diperkirakan akan dinamis, menyesuaikan perubahan-perubahan postur secara keseluruhan, termasuk belanja BA BUN. Penyesuaian proyeksi pada belanja BA BUN antara lain pembayaran bunga utang akibat penyesuaian penerbitan SBN, serta penyesuaian anggaran pendidikan, dan penyesuaian anggaran kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka realisasi anggaran BA BUN dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,5 miliar, sehingga dalam keseluruhan tahun 2017, realisasi anggaran BA BUN diperkirakan sebesar Rp ,1 miliar. Perkiraan sampai dengan akhir tahun 2017 tersebut berarti menyerap 105,8 persen terhadap pagu yang diusulkan dalam tahun 2017, atau 100,9 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

77 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 Dalam pelaksanaannya, kinerja penyerapan anggaran belanja BA BUN sampai dengan akhir tahun 2017 tersebut akan sangat dipengaruhi antara lain oleh kelancaran penyaluran subsidi, kesiapan pelaksanaan kegiatan VGF, pelaksanaan kegiatan hibah, kejadian bencana, dan kegiatan yang sifatnya mendesak yang harus dipenuhi pada tahun berjalan demi kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya, penjelasan perkiraan realisasi untuk masing-masing komponen belanja BA BUN diuraikan sebagai berikut Program Pengelolaan Hibah Negara Realisasi program pengelolaan hibah negara dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp3.545,3 miliar, lebih tinggi dari pagu tahun Hal tersebut dimungkinkan mengingat terdapat perubahan pagu program pengelolaan hibah negara yang akan diajukan dalam RP tahun 2017 pada awal I tahun 2017, sebagai akibat dari perubahan rencana penarikan pinjaman dan hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah, serta realokasi dari cadangan penanggulangan bencana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Prognosis I tahun 2017 untuk program pengelolaan hibah negara tersebut telah memerhatikan rencana tahunan dan jadwal kegiatan yang telah disusun oleh Pemda serta telah dikoordinasikan dengan Executing Agency (EA) pada kementerian teknis. Selain itu, Pemerintah juga telah melakukan upaya-upaya perbaikan percepatan pelaksanaan kegiatan, khususnya untuk hibah negara yang bersumber dari penerimaan dalam negeri (hibah air minum dan sanitasi), seperti percepatan dalam pelaksanaan sosialisasi, penerbitan DIPA, penyampaian SPPH kepada Pemda, dan penandatanganan NPPH/NPHD. Berdasarkan perkembangan, upaya-upaya yang dilakukan, serta prognosis Semester II tahun 2017, maka realisasi program pengelolaan hibah negara secara keseluruhan dalam tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp5.532,2 miliar. Perkiraan realisasi program pengelolaan hibah negara tahun 2017 disajikan dalam Tabel TABEL 4.10 REALISASI BELANJA HIBAH SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) Uraian Realisasi Prognosis I Nominal RP Nominal Outlook A. Hibah Kepada Pemerintah Daerah 2.198, , , ,3 250, ,3 250,6 I. Pinjaman Luar Negeri Yang Diterushibahkan 1.016,3 258, , ,6 243, ,6 243,6 1. Mass Rapid Transit (MRT) Project 763,3 197, , ,9 278, ,9 278,1 2. Water Resources and Irrigation Sector Management Program 253,0 60,9 291,9 352,8 115,4 352,8 139,5 Phase II (WISMP-2) II. Hibah Luar Negeri Yang Diterushibahkan 182,6 4,2 327,7 332,4 182,0 332,4 182,0 a.l. 1. Hibah Air Minum 64,6-136,2 136,2 211,0 136,2 211,0 2. Hibah Australia-Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi 86,1 4,2 73,2 77,3 89,8 77,3 89,9 III. Penerimaan Dalam Negeri Yang Dihibahkan 1.000, , , ,3 270, ,3 270,1 a.l. 1. Nationwide Water Hibah Program 850,0-850,0 850,0 100,0 850,0 100,0 2. Hibah Sanitasi 150,0-150,0 150,0 100,0 150,0 100,0 3. Rehab rekon Pasca Bencana ,1 0, , ,3 - B. Hibah Kepada Pemerintah Asing/Lembaga Asing - 22,5 0,1 22,7 22,7 - C. Pengelolaan Hibah Lainnya Sumber: Kementerian Keuangan Jumlah 0,2-0,2 0,2 100,0 0,2 100, , , , ,2 251, ,2 251, Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

78 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Program Pengelolaan Utang Negara Dinamika perkembangan kondisi pasar keuangan baik global maupun domestik yang ditandai dengan perubahan indikator-indikator ekonomi makro, diperkirakan masih tetap memengaruhi prognosis program pengelolaan utang negara dalam rangka pembayaran bunga utang dalam I tahun Sehubungan dengan itu, prognosis program pengelolaan utang negara untuk pembayaran bunga utang pada I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau 50,8 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran bunga utang dalam negeri yang diperkirakan sebesar Rp ,8 miliar atau 50,7 persen dari alokasi anggaran dalam tahun 2017, dan pembayaran bunga utang luar negeri yang diperkirakan sebesar Rp8.202,6 miliar atau 52,2 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Dengan demikian, perkiraan realisasi program pengelolaan utang negara untuk pembayaran bunga utang sampai dengan akhir tahun 2017 adalah Rp ,3 miliar atau 99,1 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Dari jumlah tersebut, pembayaran bunga utang dalam negeri diperkirakan sejumlah Rp ,2 miliar dan realisasi pembayaran bunga utang luar negeri diperkirakan mencapai Rp16.318,1 miliar. Namun demikian, sehubungan dengan perkiraan bahwa defisit anggaran tahun 2017 akan lebih rendah dari pagunya dalam RP tahun 2017, maka kebutuhan pembiayaan melalui utang juga mengalami penurunan. Akibatnya realisasi pembayaran bunga utang dalam tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,7 miliar atau 98,8 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Sejalan dengan itu, proyeksi realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar. Realisasi tersebut adalah 98,4 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Sementara proyeksi realisasi pembayaran bunga utang luar negeri diperkirakan mencapai Rp16.283,1 miliar. Realisasi tersebut adalah 103,6 persen dari alokasi anggaran dalam tahun Dalam rangka menjaga pencapaian realisasi program pengelolaan utang negara pada tahun 2017 agar tidak terlalu jauh melampaui targetnya, Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan sebagai berikut: (1) memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan utang pemerintah; dan (2) meningkatkan efisiensi bunga utang pada tingkat risiko yang terkendali melalui pemilihan komposisi utang yang optimal dan pemanfaatan instrumen lindung nilai. Realisasi pembayaran bunga utang dalam semester I tahun 2017 dan prognosis dalam I tahun 2017 dapat dilihat dalam Tabel TABEL 4.11 REALISASI PEMBAYARAN BUNGA UTANG SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) Uraian Realisasi Prognosis I Prognosis I dgn Penghematan Alamiah RP Outlook Nominal Nominal 1. Dalam Negeri , , , , ,2 98, ,6 98,4 2. Luar Negeri , , , , ,1 103, ,1 103,6 Pembayaran Bunga Utang Sumber: Kementerian Keuangan , , , , ,3 99, ,7 98,8 - Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

79 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun Program Pengelolaan Subsidi Prognosis belanja subsidi dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,6 miliar atau 77,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi belanja subsidi dalam semester I tahun 2017, maka perkiraan realisasi belanja subsidi dalam tahun 2017 mencapai Rp ,8 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 113,8 persen dari pagu dalam tahun Perkiraan realisasi Program Pengelolaan Subsidi tahun 2017 dapat dilihat dalam Tabel TABEL 4.12 REALISASI BELANJA SUBSIDI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2017 (miliar rupiah) URAIAN Realisasi Prognosis I Nominal RP A. ENERGI , , , ,0 133,4 1. Subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg , , , ,1 158,1 2. Subsidi Listrik , , , ,9 115,6 B. NONENERGI , , , ,8 95,5 1. Subsidi Pangan , , , ,1 100,0 2. Subsidi Pupuk , , , ,4 100,0 3. Subsidi Benih 1.291,6 54, , ,6 100,0 4. Subsidi PSO 4.319,7 751, , ,7 100,0 5. Subsidi Bunga Kredit Program ,7 518, , ,4 82,2 6. Subsidi Pajak DTP ,8 568, , ,7 91,2 JUMLAH , , , ,8 113,8 Sumber: Kementerian Keuangan Subsidi Energi Belanja subsidi energi dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp65.478,4 miliar atau 84,7 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi subsidi energi dalam semester I tahun 2017, subsidi energi dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar. Jumlah tersebut berarti mencapai 133,4 persen dari pagu dalam tahun Belanja subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp30.763,0 miliar atau 95,2 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi subsidi energi tersebut dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp51.111,1 miliar. Sementara itu, belanja subsidi listrik dalam I tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp34.715,4 miliar atau 77,2 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memperhitungkan realisasi belanja subsidi listrik dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi listrik dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp51.997,9 miliar. Subsidi Nonenergi Realisasi anggaran belanja subsidi nonenergi dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp57.902,2 miliar atau 70,0 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi belanja subsidi non energi dalam semester I, subsidi nonenergi secara keseluruhan dalam tahun 2017 diperkirakan 4-40 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

80 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 4 mencapai Rp79.012,8 miliar. Jumlah tersebut berarti mencapai 95,5 persen dari pagu dalam tahun Belanja subsidi pangan dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp10.100,4 miliar atau 51,0 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi pangan dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp19.787,1 miliar. Belanja subsidi pupuk dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp21.622,9 miliar atau 69,4 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi pupuk dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp31.153,4 miliar. Belanja subsidi benih dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp1.236,8 miliar atau 95,8 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi benih dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp1.291,6 miliar. Belanja subsidi PSO dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp3.567,9 miliar atau 82,6 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi PSO dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp4.319,7 miliar. Belanja subsidi bunga kredit program dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp12.505,5 miliar atau 78,9 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi bunga kredit program dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp13.024,4 miliar. Belanja subsidi pajak DTP dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp8.868,7 miliar atau 85,7 persen dari pagunya dalam tahun Berdasarkan prognosis tersebut dan memerhatikan realisasi dalam semester I tahun 2017, belanja subsidi pajak DTP dalam keseluruhan tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp9.436,7 miliar Program Pengelolaan Belanja Lainnya Dengan memerhatikan kinerja realisasi pada semester I tahun 2017 dan perkiraan kebutuhan anggaran pada semester II tahun 2017, diperkirakan realisasi Program Pengelolaan Belanja Lainnya pada semester II tahun 2017 mencapai Rp66.283,7 miliar atau menyerap sekitar 109,7 persen dari pagunya dalam tahun Selanjutnya, dengan mempertimbangkan realisasi anggaran pada semester I tahun 2017 dan perkiraan pada semester II tahun 2017, maka realisasi belanja lain-lain dalam Program Pengelola Belanja Lainnya secara keseluruhan pada tahun 2017 diperkirakan mencapai sebesar Rp69.636,8 miliar atau 115,2 persen terhadap tahun Perkiraan realisasi belanja lain-lain dalam Program Pengelola Belanja Lainnya tahun 2017 tersebut disebabkan antara lain tingginya perkiraan realisasi kewajiban pemerintah untuk membayar tunggakan (utang) atas bahan bakar minyak dan pelumas (BMP) dari Kementerian Pertahanan, terealisasinya dana cadangan beras pemerintah (CBP), serta terealisasinya cadangan untuk stabilisasi harga pangan dan ketahanan pangan Program Pengelolaan Transaksi Khusus Dengan memerhatikan perkembangan pelaksanaan anggaran pada program pengelolaan transaksi khusus dalam semester I tahun 2017, serta memperhitungkan daya serap anggaran dan langkah-langkah kebijakan dalam mempercepat penyerapan anggaran Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

81 Bab 4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan dan Prognosis I Tahun 2017 yang akan ditempuh dalam sisa waktu hingga akhir tahun 2017, maka realisasi anggaran pada program pengelolaan transaksi khusus dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp44.385,6 miliar atau 41,1 persen dari pagunya yang ditetapkan dalam tahun 2017 sebesar Rp ,8 miliar. Perkiraan realisasi pada program pengelolaan transaksi khusus dalam semester II tahun 2017 tersebut akan digunakan untuk pembayaran kontribusi pemerintah Indonesia kepada lembaga internasional dan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur melalui dana dukungan kelayakan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan tahun 2017

82 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 5 BAB 5 PERKEMBANGAN REALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Pada tahun 2017 telah dilakukan perubahan yang mendasar dalam kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk mendukung implementasi Nawacita, khususnya cita ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat pembangunan daerah dan desa, juga sekaligus untuk memperkuat ciri Indonesia sebagai negara yang telah melakukan desentralisasi fiskal. Untuk itu dalam tahun 2017, kebijakan umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa diarahkan pada beberapa perubahan sebagai berikut: 1. Memperbaiki mekanisme penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa berdasarkan pada kinerja pelaksanaan untuk setiap tahapannya dan capaian output di daerah. 2. Mengkonsolidasikan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sejalan dengan anggaran Kementerian Negara/Lembaga (K/L), guna memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal. 3. Memperbaiki pengalokasian dan optimalisasi penggunaan Dana Transfer Umum, melalui: (a) perbaikan pengalokasian, penyaluran dan penggunaan Dana Bagi Hasil (DBH); (b) perbaikan bobot Alokasi Dasar dan/atau bobot variabel yang digunakan dalam perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) dengan mempertimbangkan pengalihan kewenangan dari kabupaten/kota kepada provinsi; (c) peningkatan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah; dan (d) Pagu DAU nasional tidak bersifat final atau dapat diubah sesuai perubahan Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto dalam Perubahan. 4. Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus untuk percepatan peningkatan pelayanan dasar publik dan pencapaian prioritas nasional, melalui: (a) pengalokasian DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional, dengan memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi; (b) pengalokasian DAK Nonfisik sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung peningkatan pelayanan publik di daerah. 5. Meningkatkan alokasi anggaran Dana Insentif Daerah (DID) untuk memberikan penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam kesehatan fiskal, pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, serta perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. 6. Melakukan efisiensi dan efektivitas Dana Otonomi Khusus (Otsus) Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 7. Meningkatkan alokasi Dana Desa secara bertahap untuk memenuhi amanat Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan tetap memerhatikan kemampuan keuangan negara. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

83 Bab 5 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, pada tahun 2017 Pemerintah melakukan transformasi mekanisme penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Revisi kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dilakukan untuk memperbaiki beberapa ketentuan mengenai pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa terutama sisi pengalokasian, penyaluran, pelaporan serta efektivitas penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sehingga perlu dikelola secara kredibel dan akuntabel. Perubahan pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa tersebut dituangkan dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017 Tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagai revisi PMK Nomor 187/PMK.07/2016. Tujuan utama dari revisi PMK tersebut antara lain adalah: (i) memperkuat efektivitas penganggaran dan pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam mengatasi kesenjangan antardaerah dengan tetap menjaga kredibilitas ; (ii) memperbaiki mekanisme penyaluran dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa berdasarkan kinerja penyerapan dana dan ketercapaian output untuk efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas; (iii) meningkatkan kualitas belanja infrastruktur di daerah melalui optimalisasi penggunaan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa; dan (iv) melaksanakan komitmen untuk mewujudkan pelayanan dasar publik yang berkualitas. Kebijakan strategis yang dimuat dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tersebut antara lain yaitu: (i) pengalokasian DAU bersifat dinamis, sehingga besaran DAU per daerah dan realisasi penyalurannya akan mengikuti dinamisasi perkembangan PDN neto; (ii) penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian output atas penggunaan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang disalurkan pada tahun/tahap/triwulan sebelumnya. Penyaluran berbasis kinerja ini diterapkan pada DAK Fisik, DAK Nonfisik, DID, Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat, serta Dana Desa; (iii) penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa yang sebelumnya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), pada tahun 2017 akan dilakukan oleh KPPN di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk mendekatkan pelayanan Kementerian Keuangan kepada pemerintah daerah, meningkatkan efisiensi, koordinasi dan konsultasi antara pemerintah daerah dengan Kementerian Keuangan, meningkatkan efektivitas monitoring dan evalusasi, serta analisis kinerja pelaksanaan DAK Fisik dan Dana Desa; (iv) penguatan peran Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam memberikan rekomendasi atas usulan kegiatan DAK Fisik dari kabupaten/kota, dan pelaksanaan sinkronisasi, serta harmonisasi rencana kegiatan DAK Fisik antardaerah, antarbidang, dan antara DAK dengan pendanaan lainnya; (v) penyempurnaan kriteria dalam pengalokasian DID berdasarkan indikator tertentu yaitu pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, dan ekonomi kesejahteraan; (vi) peningkatan kualitas belanja infrastruktur daerah untuk meningkatkan pelayanan dasar publik yaitu dengan menganggarkan persentase tertentu dari dana Transfer ke Daerah yang bersifat umum. Berdasarkan pagu anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang telah ditetapkan dalam tahun 2017 dan perbaikan kebijakan penyaluran yang dilakukan dalam tahun 2017, realisasi penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,2 miliar, atau 51,6 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut secara nominal lebih tinggi Rp10.738,6 miliar, dan secara persentase juga lebih tinggi 2,1 persen dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,5 persen dari pagu P tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

84 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab Realisasi Transfer ke Daerah Tahun 2017 Transfer ke Daerah terdiri atas Dana Perimbangan (Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus), DID, Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY. Berdasarkan pagu alokasi yang telah ditetapkan dalam tahun 2017 dan pola penyaluran yang telah ditetapkan dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, sampai dengan semester I tahun 2017 realisasi Transfer ke Daerah mencapai Rp ,8 miliar, atau 51,1 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut secara nominal lebih tinggi Rp3.174,7 miliar, dan secara persentase juga lebih tinggi 2,1 persen dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,0 persen dari pagu P tahun Hal ini terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya realisasi penyaluran DID, dan Dana Perimbangan. Perkembangan realisasi semester I Transfer ke Daerah dan Dana Desa tahun dapat dilihat pada Tabel 5.1. TABEL 5.1 REALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SEMESTER I, (Miliar Rupiah) URAIAN P Realisasi P Realisasi T RANSFER KE DAERAH , ,1 49, , ,8 51,1 I. DANA PERIMBANGAN , ,8 49, , ,2 51,6 A. DANA TRANSFER UMUM , ,9 56, , ,3 56,2 1. Dana Bagi Hasil , ,9 49, , ,0 53,5 a. Pajak , ,5 35, , ,1 51,8 b. Sumber Daya Alam , ,4 7 1, , ,9 56,4 2. Dana Alokasi Umum , ,1 58, , ,3 56,8 B. DANA TRANSFER KHUSUS , ,8 33, , ,9 38,4 1. Dana Alokasi Khusus Fisik , ,1 27, , ,2 29,9 2. Dana Alokasi Khusus Nonfisik , ,8 37, , ,7 42,7 II. DANA INSENTIF DAERAH 5.000, ,0 58, , ,0 59,8 III. DANA OTONOMI KHUSUS & DANA KEISTIMEYAAN D.I.Y , ,3 29, , ,6 32,0 A. Dana Otonomi Khusus , ,3 28, , ,6 30,0 1. Dana Otsus Prov. Papua & Prov. Papua Barat 7.707, ,2 30, , ,8 30,0 2. Dana Otsus Provinsi Aceh 7.707, ,2 30, , ,8 30,0 3. Dana Tambahan Infrastruktur 2.850,0 540,0 18, , ,0 30,0 B. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 547,5 438,0 80,0 800,0 640,0 80,0 DANA DESA , ,5 57, , ,4 57,3 J U M L A H , ,6 49, , ,2 51,6 Sumber : Kementerian Keuangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sebagai instrumen fiskal, Dana Perimbangan bertujuan untuk memperkecil kesenjangan fiskal baik antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah (vertical imbalance) maupun antarpemerintah daerah (horizontal imbalance). Realisasi Dana Perimbangan sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,2 miliar, atau 51,6 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut secara nominal lebih tinggi Rp693,4 miliar, dan secara persentase juga lebih tinggi 2,2 persen dibandingkan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

85 Bab 5 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 persen dari pagu P tahun Realisasi penyaluran Dana Perimbangan semester I tahun 2017 tersebut utamanya dipengaruhi oleh realisasi penyaluran DBH Pajak dan DBH SDA karena adanya kebijakan Pemerintah untuk mempercepat penyaluran kurang bayar DBH yang telah dianggarkan dalam tahun 2017 kepada daerah. Dana Transfer Umum merupakan jenis Transfer ke Daerah yang lebih bersifat block grant, yaitu penggunaannya sepenuhnya menjadi kewenangan daerah. Daerah mempunyai diskresi untuk menggunakan Dana Transfer Umum sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, guna mempercepat pembangunan, meningkatkan sarana/prasarana dan kualitas layanan publik, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2017, agar penggunaan Dana Transfer Umum lebih terarah, maka penggunaannya diarahkan sekurang-kurangnya 25 persen untuk belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi. Realisasi penyaluran Dana Transfer Umum sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,3 miliar, atau 56,2 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi Dana Transfer Umum tersebut relatif sama jika dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dana Bagi Hasil dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari pendapatan negara untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pendapatan negara yang dibagihasilkan kepada daerah bersumber dari penerimaan pajak dan PNBP sumber daya alam. Pada tahun 2017, kebijakan DBH antara lain diarahkan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan DBH, menambah cakupan DBH PBB dan memperluas penggunaan DBH cukai hasil tembakau (CHT), menyempurnakan sistem penganggaran dan pelaksanaan atas PNBP yang dibagihasilkan ke daerah, dan mendorong peningkatan optimalisasi dan efektivitas penggunaan DBH SDA, serta memperbaiki pola penyaluran dengan mempertimbangkan kondisi kas negara dan kas daerah. Selanjutnya, realisasi DBH sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp49.650,0 miliar, atau 53,5 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut lebih tinggi 4,3 persen dibandingkan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 49,2 persen dari pagu P tahun Realisasi DBH yang lebih tinggi pada semester I tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016, terutama disebabkan karena adanya kebijakan Pemerintah untuk mempercepat penyaluran kurang bayar DBH yang telah dianggarkan dalam tahun 2017 kepada daerah. DBH Pajak terdiri atas DBH Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) dan Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh Pasal 25/29 WPOPDN), DBH Pajak Bumi dan Bangunan, Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (PBB-P3), dan DBH Cukai Hasil Tembakau (CHT). Pengalokasian DBH pajak kepada daerah dilakukan dengan menerapkan pembagian berdasarkan daerah penghasil (by origin), dan penyaluran dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan. Bentuk pembagian DBH pajak berdasarkan prinsip by origin diwujudkan melalui adanya pembagian yang lebih besar bagi daerah penghasil pajak dibandingkan yang diberikan kepada daerah lain dalam satu provinsi, sedangkan daerah nonpenghasil hanya mendapatkan bagian berdasakan prinsip pemerataan. Realisasi DBH Pajak sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp30.347,1 miliar, atau 51,8 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi DBH Pajak tersebut lebih tinggi 15,9 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,9 persen dari pagu P tahun Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan Pemerintah untuk mempercepat penyaluran kurang bayar DBH Pajak yang telah dianggarkan dalam tahun 2017 kepada daerah. 5-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

86 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 5 DBH SDA merupakan bagian daerah yang berasal dari penerimaan SDA kehutanan, pertambangan mineral dan batubara, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pengusahaan panas bumi. Sama halnya dengan DBH Pajak, DBH SDA juga dibagikan kepada daerah berdasarkan prinsip by origin dan prinsip based on actual revenue. Berdasarkan prinsip by origin, DBH SDA diberikan kepada daerah penghasil lebih besar dibandingkan dengan daerah nonpenghasil dalam satu provinsi karena daerah nonpenghasil hanya mendapatkan bagian berdasarkan pemerataan. Untuk memberikan hak DBH yang tepat jumlahnya kepada daerah, maka dalam penyaluran DBH juga digunakan prinsip based on actual revenue, yaitu besaran DBH SDA kepada daerah disesuaikan dengan realisasi PNBP tahun anggaran berjalan. Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan realisasi PNBP belum diketahui, maka selisih DBH dihitung berdasarkan realisasi PNBP sampai akhir tahun anggaran dengan DBH yang telah disalurkan dan diperhitungkan sebagai kurang bayar/lebih bayar untuk diselesaikan pada tahun anggaran berikutnya dengan tetap melihat kemampuan keuangan negara. Realisasi DBH SDA sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp19.302,9 miliar, atau 56,4 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi DBH SDA tersebut lebih rendah sebesar 15,2 persen dibandingkan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 71,6 persen dari pagu P tahun Realisasi DBH SDA semester I tahun 2017 yang lebih rendah tersebut antara lain dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi pendapatan pertambangan mineral dan batu bara yang dibagihasilkan dalam semester I tahun 2017 apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dana Alokasi Umum dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah. Dalam tahun 2017, DAU dialokasikan sebesar 28,7 persen dari PDN neto. Pengalokasian DAU tahun 2017, selain didasarkan pada formula dari persentase tertentu terhadap PDN neto juga telah memperhitungkan beban anggaran akibat pengalihan urusan/kewenangan dari kabupaten/kota ke provinsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tambahan DAU untuk kabupaten/kota. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sejak tahun 2017, DAU ditetapkan tidak bersifat final atau dapat diubah sesuai dengan perubahan dalam PDN neto. Hal ini berarti, jika terjadi perubahan pendapatan, maka alokasi DAU per daerah akan menyesuaikan dengan perubahan pendapatan tersebut, kecuali untuk daerah-daerah yang mempunyai kapasitas dan ruang fiskal yang sangat terbatas. Sesuai ketentuan dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, penyaluran DAU yang sebelumnya ditetapkan seperduabelas dari pagu mengalami perubahan. Ketentuan penyaluran DAU dengan adanya PMK Nomor 50/PMK.07/2017 ditetapkan menjadi sebagai berikut. Pada bulan Januari-Juni penyaluran ditetapkan seperduabelas dari alokasi DAU dalam, dan pada bulan Juli- Desember ditetapkan berdasarkan formula pagu alokasi DAU dalam P dikurangi jumlah DAU yang telah disalurkan dan dibagi dengan jumlah sisa bulan dalam tahun berkenaan. Berdasarkan ketentuan penyaluran tersebut, realisasi DAU sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp ,3 miliar atau 56,8 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi penyaluran DAU sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut lebih rendah 1,4 persen apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 58,2 persen dari pagu P tahun Hal tersebut disebabkan karena terdapat pagu alokasi kurang bayar atas penundaan sebagian DAU tahun 2016 yang telah dianggarkan dalam tahun 2017 namun tidak direalisasikan karena telah disalurkan seluruhnya pada akhir tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

87 Bab 5 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Dana Transfer Khusus merupakan dana yang bersumber dari yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi urusan daerah, baik kegiatan yang bersifat fisik maupun nonfisik. Penggunaan Dana Transfer Khusus diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas dan sasaran nasional, yang meliputi dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor unggulan serta dimensi pemerataan dan kewilayahan. Sampai dengan semester I tahun 2017, realisasi penyaluran Dana Transfer Khusus mencapai Rp66.539,9 miliar, atau 38,4 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi Dana Transfer Khusus tersebut secara nominal lebih kecil, namun secara persentase lebih tinggi 4,8 persen dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 33,6 persen dari pagu P tahun Hal ini terutama disebabkan oleh tingginya realisasi penyaluran anggaran DAK Nonfisik, karena adanya perubahan kebijakan besaran persentase penyaluran dana BOS. DAK Fisik dialokasikan untuk membantu daerah dalam mendanai program/kegiatan fisik yang menjadi kewenangan daerah dan menjadi prioritas nasional, termasuk penyediaan infrastruktur sarana dan prasarana pelayanan dasar publik guna memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM). Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK Fisik, pada tahun 2017 pemerintah merubah mekanisme penyaluran DAK Fisik dengan mendasarkan penyalurannya pada kinerja penyerapan dana dan kinerja capaian output. Perubahan mekanisme tersebut tertuang dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017. Perbedaan pola penyaluran DAK Fisik dengan adanya PMK tersebut terutama pada adanya target capaian output perbidang yang harus dicapai oleh daerah terutama untuk penyaluran triwulan III dan IV tahun berjalan. Selain itu, jika pada tahun sebelumnya, penyaluran pada triwulan IV ditetapkan sebesar 20 persen dari pagu DAK Fisik setelah daerah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2017, dana DAK Fisik yang disalurkan pada triwulan IV adalah sebesar selisih antara jumlah dana yang telah disalurkan sampai dengan triwulan III dengan nilai rencana penyelesaian kegiatan yang dihitung sesuai dengan nilai nilai kontrak, ditambah dengan nilai kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola, ditambah nilai dana yang digunakan untuk kegiatan penunjang. Perbedaan selanjutnya yaitu terkait mekanisme penyaluran DAK Fisik adalah perubahan mekanisme penyaluran dari sebelumnya dilaksanakan oleh DJPK sekarang dilakukan oleh KPPN di seluruh Indonesia. Realisasi DAK Fisik sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp17.445,2 miliar, atau 29,9 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut secara nominal lebih rendah, namun secara persentase lebih tinggi 2,2 persen dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 27,7 persen dari pagu P tahun Lebih tingginya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh semakin tertibnya daerah dalam menyampaikan laporan pelaksanaan DAK Fisik per triwulannya yang digunakan sebagai syarat penyaluran dana tahap berikutnya. DAK Nonfisik dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang bersifat nonfisik yang merupakan urusan daerah, terutama terkait dengan pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan sumber daya manusia. DAK Nonfisik terdiri atas delapan jenis, yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD), dana Tunjangan Profesi Guru PNSD, dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB), dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM), termasuk dua jenis pendanaan baru, yaitu dana Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus, dan dana Pelayanan Administrasi Kependudukan. 5-6 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

88 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 5 DAK Nonfisik disalurkan kepada daerah sesuai dengan kebutuhan penggunaannya sebagaimana ketentuannya dalam PMK Nomor 50/PMK.07/2017. Realisasi DAK Nonfisik sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp49.094,7 miliar atau 42,7 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi tersebut lebih tinggi 4,7 persen dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 37,9 persen dari pagu P Tahun Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan kebijakan besaran persentase penyaluran dana BOS yang semula pada triwulan I dan triwulan II tahun 2016 masing-masing sebesar 25 persen kemudian pada tahun 2017 berubah menjadi sebesar 20 persen pada triwulan I dan sebesar 40 persen pada triwulan II. Di samping itu, lebih tingginya penyerapan tersebut juga dipengaruhi oleh realisasi penyaluran salah satu jenis DAK Nonfisik baru (Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan) yang telah mencapai 100 persen dari pagu tahun Dana Insentif Daerah (DID) DID merupakan dana yang dialokasikan dalam kepada daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam upaya pengelolaan keuangan dan kesehatan fiskal daerah, pelayanan dasar kepada masyarakat, serta peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Tujuannya adalah mendorong daerah agar berupaya untuk: (1) mengelola keuangannya dengan lebih baik yang ditunjukkan dengan perolehan opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemda (LKPD); (2) selalu menetapkan APBD tepat waktu; (3) berkinerja baik dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, pengelolaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2017, DID dialokasikan kepada 317 daerah, yang terdiri atas 21 provinsi, 64 Kota, dan 232 Kabupaten. Realisasi DID sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp4.485,0 miliar atau 59,8 persen dari pagunya dalam tahun Realisasi DID sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut relatif sama dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Aceh, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua jo. UU Nomor 35 Tahun 2008 dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Pemerintah juga mengalokasikan Dana Otsus. Alokasi Dana Otsus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya adalah setara dengan 2 persen dari pagu DAU Nasional, dengan pembagian 70 persen untuk Provinsi Papua dan 30 persen untuk Provinsi Papua Barat. Dana Otsus ini terutama ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Alokasi Dana Otsus bagi Provinsi Aceh besarnya juga setara dengan 2 persen dari pagu DAU Nasional dan ditujukan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan bidang pendidikan, sosial, dan kesehatan. Selain Dana Otsus, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga mendapatkan alokasi Dana Tambahan Infrastruktur yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Dana Tambahan Infrastruktur diberikan terutama untuk pendanaan pembangunan infrastruktur dalam rangka mengatasi keterisolasian dan kesenjangan penyediaan infrastruktur antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dengan daerah lainnya. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

89 Bab 5 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Sementara itu, Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta dialokasikan berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan D.I. Yogyakarta dalam rangka penyelenggaraan kewenangan keistimewaan D.I. Yogyakarta. Alokasi Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta ditetapkan dalam berdasarkan pengajuan dari Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta serta disesuaikan dengan kondisi keuangan negara. Pengajuan tersebut terlebih dahulu dibahas oleh Kementerian Keuangan dengan Kementerian Dalam Negeri dan K/L terkait. Realisasi Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai Rp6.503,6 miliar atau 32,0 persen dari pagu tahun Jumlah tersebut terdiri atas Dana Otonomi Khusus sebesar Rp5.863,6 miliar (30,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017) dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta sebesar Rp640,0 miliar (80,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017). Realisasi Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut lebih tinggi 2,2 persen bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 29,8 persen dari pagu P tahun Hal ini terutama disebabkan oleh lebih tingginya penyaluran Dana Tambahan Infrastruktur dalam semester I tahun 2017 yang mencapai 30,0 persen dari pagunya dalam tahun 2017 apabila dibandingkan dengan relisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 18,9 persen terhadap pagu P tahun Realisasi Dana Desa Tahun 2017 Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dana Desa yang bersumber dari dapat digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Namun, agar Dana Desa dapat memberi manfaat langsung yang lebih besar kepada masyarakat, maka sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari, kemudian terakhir telah direvisi dengan PP Nomor 8 tahun 2017, penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tersebut, mekanisme pengalokasian dan penyaluran Dana Desa dilaksanakan secara berjenjang, yaitu dari Pemerintah Pusat kepada kabupaten/ kota dan selanjutnya dari kabupaten/kota kepada desa. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas Dana Desa, pada tahun 2017 Pemerintah memperbaiki mekanisme penyaluran Dana Desa dengan mendasarkan pada kinerja penyerapan dan capaian output. Pola penyaluran Dana Desa dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap I sebesar 60 persen yang disalurkan paling cepat bulan Maret dan paling lambat bulan Juli, tahap II sebesar 40 persen yang disalurkan pada bulan Agustus. Pada tahun sebelumnya, persyaratan penyaluran Dana Desa hanya didasarkan pada laporan realisasi penggunaannya, yaitu paling kurang Dana Desa tahap I telah digunakan sebesar 50 persen. Pada tahun 2017, melalui PMK No. 50/PMK.07/2017, persyaratan penyaluran Dana Desa didasarkan pada laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa. Penyaluran Dana Desa tahap I, dilaksanakan dengan ketentuan bahwa desa harus menyampaikan Peraturan Desa mengenai APBDesa, serta laporan realisasi penyerapan dan capaian output tahun anggaran sebelumnya. Sedangkan untuk tahap II, penyaluran dapat dilakukan jika desa memenuhi ketentuan realisasi penyerapan Dana desa tahap I paling kurang mencapai 75 persen, dan rata-rata capaian output menunjukan paling kurang sebesar 50 persen. Selain itu, perubahan lainnya dalam tahun 2017 adalah penyaluran Dana Desa dilakukan melalui 171 KPPN di seluruh Indonesia. Sampai dengan semester I tahun 2017 realisasi penyaluran Dana Desa mencapai Rp34.394,4 miliar atau 57,3 persen dari 5-8 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

90 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 5 pagunya dalam tahun Realisasi Dana Desa sampai dengan semester I tahun 2017 tersebut relatif sama jika dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,1 persen dari pagu P tahun Prognosis Realisasi I Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 Berdasarkan realisasinya dalam semester I tahun 2017 dan memperhatikan perubahan pagu anggaran dan ketentuan penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sesuai PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, maka dalam semester II tahun 2017 realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa diperkirakan sebesar Rp ,6 miliar, terdiri atas realisasi Transfer ke Daerah sebesar Rp ,0 miliar dan realisasi Dana Desa sebesar Rp25.605,6 miliar. Dengan demikian, dalam keseluruhan tahun 2017 anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa diperkirakan mencapai Rp ,8 miliar atau sama dengan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Namun demikian, pemerintah senantiasa melakukan upaya ekstra untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Berdasarkan kinerja penyerapan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam tahun-tahun sebelumnya, tidak seluruh pagu dapat terserap sampai dengan akhir tahun.kinerja penyerapan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir berkisar pada tingkat persen dari pagu. Dengan demikian realisasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 98,0 persen dari pagu tahun 2017 atau 98,6 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Secara lebih rinci prognosis Transfer ke Daerah dan Dana Desa semester II tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 5.2. TABEL 5.2 REALISASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II, 2017 (Miliar Rupiah) URAIAN Realisasi Prognosis I Prognosis I (hemat alamiah) RP Nom inal Nom inal Outlook (1) (2) (3) (4=7-3) (5=8-3) (6) (7 =6:2) (8) (9=8:2) A. TRANSFER KE DAERAH , , , , ,8 99, ,4 98,0 I. DANA PERIMBANGAN , , , , ,7 99, ,4 98,0 A. DANA TRANSFER UMUM , , , , ,2 96, ,2 96,8 1. Dana Bagi Hasil , , , , ,9 102, ,9 102,8 a. Pajak , , , , ,2 99, ,2 99,2 b. Sumber Daya Alam , , , , ,7 108, ,7 108,9 2. Dana Alokasi Umum , , , , ,3 95, ,3 95,5 B. DANA TRANSFER KHUSUS , , , , ,5 106, ,1 101,5 1. Dana Alokasi Khusus Fisik , , , , ,5 119, ,4 114,2 2. Dana Alokasi Khusus Nonfisik , , , , ,0 100, ,7 95,0 II. DANA INSENTIF DAERAH 7.500, , , , ,0 100, ,0 100,0 III. DANA OTSUS & DANA KEISTIMEWAAN D.I.Y , , , , ,1 98, ,1 98,3 A. Dana Otonomi Khusus , , , , ,1 98, ,1 98,2 1. Dana Otsus Prov.Papua & Papua Barat 8.022, , , , ,0 97, ,0 97,8 2. Dana Otsus Provinsi Aceh 8.022, , , , ,0 97, ,0 97,8 3. Dana Tambahan Infrastruktur 3.500, , , , ,0 100, ,0 100,0 B. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 800,0 640,0 160,0 160,0 800,0 100,0 800,0 100,0 B. DANA DESA , , , , ,0 100, ,0 97,0 J U M L A H , , , , ,8 99, ,4 98,0 Sumber : Kementerian Keuangan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

91 Bab 5 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Realisasi Dana Perimbangan dalam semester II tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp ,5 miliar. Realisasi Dana Perimbangan tersebut terdiri atas Dana Transfer Umum sebesar Rp ,9 miliar dan Dana Transfer Khusus sebesar Rp ,6 miliar. Dari kedua komponen Dana Perimbangan tersebut, Dana Transfer Umum yang terdiri atas DBH dan DAU diperkirakan akan terserap seluruhnya. Sedangkan Dana Transfer Khusus yang terdiri atas DAK Fisik dan DAK Nonfisik, berdasarkan kinerja penyerapan selama kurun waktu lima tahun terakhir ( ) diperkirakan akan terealisasi sebesar 95 persen. Dengan mempertimbangkan penyerapan alamiah Dana Transfer Khusus tersebut, maka realisasi Dana Perimbangan dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau 46,4 persen terhadap tahun Secara keseluruhan, sampai dengan akhir tahun 2017, Dana Perimbangan diperkirakan terealisasi sebesar Rp ,4 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 98,0 persen terhadap pagu tahun 2017 atau 98,7 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Selanjutnya, komponen Dana Transfer Umum berupa DBH dalam semester II tahun 2017 diperkirakan terealisasi sebesar Rp45.719,9 miliar, atau 49,3 persen dari pagu tahun Realisasi komponen Dana Transfer Umum berupa DAU dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai sebesar Rp ,0 miliar atau 38,7 persen dari pagu tahun Sementara itu, realisasi DAK Fisik yang merupakan bagian dari Dana Transfer Khusus dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp52.086,3 miliar. Namun, apabila memperhatikan kinerja penyerapan tahun-tahun sebelumnya yang hanya mencapai 95 persen, maka realisasi DAK Fisik pada semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp49.169,2 miliar atau 84,3 persen terhadap pagu tahun Berdasarkan perkiraan tersebut, sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi DAK Fisik diperkirakan mencapai Rp66.614,4 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 114,2 persen dari pagu tahun 2017 atau 95,8 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Perkiraan persentase penyerapan DAK Fisik yang lebih tinggi dari pagunya dalam tahun 2017 tersebut disebabkan adanya tambahan alokasi DAK Fisik yang terutama akan digunakan untuk membayar kegiatan DAK Fisik tahun 2016 yang outputnya telah selesai 100 persen namun belum disalurkan oleh Pemerintah Pusat karena tidak terpenuhinya persyaratan penyaluran oleh daerah. Sedangkan realisasi komponen Dana Transfer Khusus lainnya, yaitu DAK Nonfisik dalam semester II tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp66.010,3 miliar. Sama halnya dengan DAK Fisik, realisasi DAK Nonfisik pada tahun-tahun sebelumnya juga tidak selalu mencapai 100 persen. Berdasarkan kinerja penyerapan tahun-tahun sebelumnya tersebut, realisasi DAK Nonfisik diperkirakan mencapai Rp60.255,1 miliar atau 52,3 persen terhadap pagu tahun Dengan demikian, sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi DAK Nonfisik secara keseluruhan mencapai Rp ,7 miliar atau 95,0 persen terhadap pagu tahun 2017 dan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Realisasi DID dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp3.015,0 miliar atau 40,2 persen dari pagu tahun DID diperkirakan akan terserap seluruhnya, sehingga sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi DID secara keseluruhan diperkirakan mencapai Rp7.500,0 miliar atau 100 persen dari pagu tahun 2017 dan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Terkait dengan Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta, realisasinya dalam semester II tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp13.488,5 miliar atau 66,3 persen dari pagu tahun Perkiraan realisasi tersebut terdiri atas Dana Otonomi Khusus 5-10 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

92 Perkembangan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 5 sebesar Rp10.878,5 miliar, Dana Tambahan Infrastruktur sebesar Rp2.450,0 miliar, dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta sebesar Rp160,0 miliar. Berdasarkan realisasi tahuntahun sebelumnya, Dana Otsus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta selalu terserap 100 persen, sehingga sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi Dana Otsus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta secara keseluruhan diperkirakan mencapai Rp19.992,1 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap sebesar 98,3 persen dari pagunya dalam tahun 2017 atau sebesar 100 persen dari pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Selanjutnya, realisasi Dana Desa dalam semester II tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp25.605,6 miliar. Dengan memperhatikan ketentuan penyaluran serta kinerja penyerapan tahun-tahun sebelumnya, realisasi Dana Desa dalam semester II tahun 2017 tersebut diperkirakan hanya mencapai Rp23.805,6 miliar atau 39,7 persen terhadap pagu tahun Sehingga sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi Dana Desa diperkirakan mencapai Rp58.200,0 miliar. Jumlah tersebut berarti menyerap 97,0 persen dari pagu tahun 2017 dan pagu yang diusulkan dalam rancangan perubahan tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

93 Perkembangan Realisasi Defisit dan Pembiayaan Anggaran dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 6 BAB 6 PERKEMBANGAN REALISASI DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN Umum Defisit anggaran dalam semester I tahun 2017 dipengaruhi oleh perkembangan realisasi pendapatan negara dan belanja negara. Perkembangan kondisi ekonomi makro baik nasional maupun global memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap realisasi pendapatan negara. Sementara itu, realisasi belanja negara pada semester I dipengaruhi oleh belanja pemerintah pusat serta transfer ke daerah dan dana desa. Beberapa faktor yang memengaruhi belanja pemerintah pusat antara lain percepatan lelang, monitoring penyerapan anggaran, optimalisasi e-catalogue, dan aplikasi lelang. Sementara itu, faktorfaktor yang memengaruhi realisasi transfer ke daerah dan dana desa antara lain realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan dan perubahan pola pembayaran dana desa. Dalam rangka menutup defisit anggaran yang terjadi di semester I tahun 2017, Pemerintah memenuhinya dari penerimaan pembiayaan anggaran, baik yang bersumber dari pembiayaan utang maupun nonutang. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari utang, dipenuhi dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan pengadaan pinjaman. Dalam melakukan penerbitan SBN, Pemerintah menerapkan strategi penerbitan SBN pre-funding dan front loading. Strategi pre-funding bertujuan untuk menjamin ketersediaan anggaran di awal tahun anggaran 2017 yang dilakukan dengan menerbitkan SBN di akhir tahun Selanjutnya, strategi front loading dimaksudkan untuk memanfaatkan tingginya likuiditas pasar keuangan pada awal tahun anggaran, untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan melalui utang, serta untuk mengantisipasi potensi kenaikan imbal hasil karena normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat. Selain strategi tersebut, faktorfaktor yang memengaruhi realisasi pembiayaan utang pada semester I tahun 2017 antara lain kondisi portofolio dan risiko utang, kondisi pasar keuangan terutama fluktuasi nilai tukar rupiah dan tingkat bunga, serta kondisi likuiditas pasar keuangan. Sementara itu, penerimaan pembiayaan dari nonutang bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian pinjaman dari BUMN/Pemda dan hasil pengelolaan aset. Dari sisi pengeluaran pembiayaan, realisasi pengeluaran pembiayaan dalam semester I tahun 2017 antara lain terdiri dari realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman jatuh tempo dan realisasi investasi kepada BLU Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Realisasi investasi kepada BUMN dalam semester I tahun 2017 masih nihil, karena belum selesainya peraturan teknis pendukung dalam pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) tersebut. Mempertimbangkan perkembangan realisasi pembiayaan anggaran di semester I tahun 2017, Pemerintah akan mengupayakan agar pembiayaan anggaran dalam semester II tahun 2017 mencapai target yang ditetapkan. Terkait dengan pembiayaan utang, Pemerintah akan menjamin terpenuhinya pembiayaan melalui utang dengan mengupayakan pemenuhan sisa target SBN (neto), penarikan pinjaman tunai, dan penarikan pinjaman kegiatan. Terkait dengan percepatan penarikan pinjaman kegiatan, akan dilakukan dengan mempercepat proses pengadaan barang dan jasa. Selanjutnya terkait pembiayaan investasi, Pemerintah antara lain akan mempercepat penyelesaian peraturan teknis pendukungnya serta mendorong BLU untuk segera menyalurkan dana kelolaan kepada pihak yang membutuhkan. Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

94 Bab 6 Perkembangan Realisasi Defisit dan Pembiayaan Anggaran dan Prognosis I Tahun Perkembangan Realisasi Defisit Tahun 2017 Berdasarkan perkembangan realisasi pendapatan negara dan belanja negara pada semester I tahun 2017, terdapat defisit anggaran sebesar Rp ,3 miliar. Realisasi defisit tersebut menunjukkan penurunan apabila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp ,3 miliar. Penurunan realisasi defisit anggaran tersebut disebabkan lebih tingginya realisasi pendapatan negara semester I tahun 2017 menjadi sebesar Rp ,3 miliar dibandingkan dengan realisasinya pada semester I tahun 2016 sebesar Rp ,2 miliar. Ringkasan realisasi semester I tahun disajikan dalam Tabel 6.1. TABEL 6.1 REALISASI SEMESTER I TAHUN (miliar rupiah) Uraian P Realisasi s.d. P Realisasi s.d. A Pendapatan Negara , ,2 35, , ,3 41,0 B Belanja Negara , ,4 41, , ,6 42,9 C Surplus/Defisit Anggaran ( ,9) ( ,3) 77,7 ( ,8) ( ,3) 53,0 % Defisit terhadap PDB (2,35) (1,82) (2,41) (1,28) D Pembiayaan Anggaran , ,5 93, , ,7 63,4 I. Pembiayaan Utang , ,1 74, , ,9 54,0 II. Pembiayaan Investasi (93.984,8) (3.675,3) 3,9 (47.488,9) (125,0) 0,3 III. Pemberian Pinjaman 461, ,5 439,6 (6.409,7) 1.547,9 (24,1) IV. Kewajiban Penjaminan (651,7) - - (924,1) - - V. Pembiayaan Lainnya ,1 153,3 0,8 300,0 186,9 62,3 Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan , ,4 - Sumber: Kementerian Keuangan 6.3 Perkembangan Realisasi Pembiayaan Anggaran Tahun 2017 Realisasi pembiayaan anggaran dalam semester I tahun 2017 mencapai Rp ,7 miliar atau 63,4 persen dari target tahun Hal tersebut menunjukkan penurunan apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2016 yang mencapai Rp ,5 miliar atau 93,2 persen dari target P tahun Penurunan tersebut terutama disebabkan karena turunnya angka penerbitan SBN (neto) yang menjadi sumber pembiayaan anggaran yang dominan. Realisasi pembiayaan anggaran semester I tahun 2017 terdiri atas realisasi pembiayaan utang yang mencapai Rp ,9 miliar, realisasi pembiayaan investasi yang mencapai negatif Rp125,0 miliar, realisasi pemberian pinjaman mencapai Rp1.547,9 miliar, dan realisasi pembiayaan lainnya mencapai Rp186,9 miliar. Sedangkan realisasi kewajiban penjaminan masih nihil. Realisasi pembiayaan anggaran secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut Pembiayaan Utang Pembiayaan utang dalam tahun 2017 ditetapkan sebesar Rp ,5 miliar yang bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp ,6 miliar, pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.486,8 miliar dan pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp16.788,9 miliar. Realisasi pembiayaan utang pada semester I tahun 2017 mencapai Rp ,9 miliar atau 54,0 persen dari target tahun Perkembangan realisasi pembiayaan utang semester I tahun disajikan dalam Tabel Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

95 Perkembangan Realisasi Defisit dan Pembiayaan Anggaran dan Prognosis I Tahun 2017 Bab 6 TABEL 6.2 REALISASI PEMBIAYAAN UTANG SEMESTER I TAHUN (miliar rupiah) Uraian P Realisasi s.d. P Realisasi s.d. I. SBN (Neto) , ,9 82, , ,4 57,9 II Pinjaman (Neto) 6.695,7 (23.892,9) (356,8) (15.302,1) (23.953,5) 156,5 1. Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 3.389,0 88,1 2, ,8 (259,6) (17,5) a. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (bruto) 3.710,0 158,7 4, ,0 68,8 2,8 b. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (321,0) (70,6) 22,0 (1.013,2) (328,4) 32,4 2. Pinjaman Luar Negeri (Neto) 3.306,7 (23.981,0) (725,2) (16.788,9) (23.693,9) 141,1 a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (bruto) , ,9 18, , ,6 16,8 i. Pinjaman Tunai , ,0 18, , ,4 40,2 ii. Pinjaman Kegiatan , ,9 17, , ,2 8,0 - Pinjaman Kegiatan Pemerintah Pusat , ,4 19, , ,3 9,7 - Pinjaman Kegiatan kepada BUMN/Pemda 5.833,7 316,5 5, ,4 371,8 3,7 b. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri (69.652,4) (37.154,9) 53,3 (65.082,1) (31.825,5) 48,9 JUMLAH , ,1 74, , ,9 54,0 Sumber: Kementerian Keuangan Surat Berharga Negara (Neto) Realisasi SBN (neto) pada semester I tahun 2017 mencapai Rp ,4 miliar atau 57,9 persen dari target tahun Realisasi ini lebih rendah sebesar Rp70.268,6 miliar atau 23,3 persen jika dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp ,9 miliar. Hal ini terutama dikarenakan adanya kebijakan Pemerintah untuk mengendalikan biaya utang melalui pengurangan penerbitan SBN di pasar domestik pada semester I tahun 2017 sehingga jumlah idle cash dapat dikurangi. Kebijakan ini dilakukan dengan menyesuaikan pengadaan utang tahun 2017 dengan kebutuhan pembiayaan dan belanja negara, serta mempertimbangkan jumlah kas negara pada saat penerbitan (cash management). Selain itu, Pemerintah juga melakukan penyesuaian timing terhadap sebagian penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi valuta asing dari semula direncanakan pada semester I menjadi pada semester II tahun Secara umum, penerbitan SBN di pasar domestik sampai dengan semester I tahun 2017 dilakukan secara prudent untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran tahun 2017 dengan tetap menjaga indikator risiko dan biaya utang. Keberhasilan penerbitan SBN didukung oleh kondisi likuiditas pasar yang relatif cukup tinggi, antara lain dapat dilihat dari tingginya rasio penawaran SBN yang disampaikan oleh investor terhadap penawaran yang dimenangkan dalam lelang (bid to cover ratio), dengan rata-rata mencapai 2,3 kali. Realisasi tersebut juga didukung oleh penerbitan SBN di pasar internasional. Persepsi investor internasional cukup positif atas fundamental perekonomian dan didukung pula oleh tren penurunan suku bunga dan kondisi likuiditas. Selain penerbitan SBN, Pemerintah juga melakukan pembayaran pokok SBN jatuh tempo pada semester I tahun 2017 sebesar negatif Rp ,5 miliar secara tepat waktu Pinjaman (Neto) Pinjaman Dalam Negeri (Neto) pada semester I tahun 2017 realisasinya mencapai negatif Rp259,6 miliar dari targetnya dalam tahun 2017 sebesar Rp1.486,8 miliar. Hal ini disebabkan karena realisasi penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) yang lebih rendah daripada realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, realisasi pinjaman dalam negeri (bruto) semester I tahun 2017 lebih rendah sebesar Rp89,9 miliar. Lebih rendahnya realisasi penarikan pinjaman dalam negeri (bruto) ini disebabkan karena kendala pengadaan barang yang memerlukan waktu lebih lama, sehingga penarikan pinjaman dalam negeri akan terkonsentrasi pada kuartal III dan IV tahun Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun

96 Bab 6 Perkembangan Realisasi Defisit dan Pembiayaan Anggaran dan Prognosis I Tahun 2017 Sementara itu, realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri semester I tahun 2017 mencapai Rp328,4 miliar atau 32,4 persen dari targetnya dalam tahun Realisasi semester I tahun 2017 tersebut secara persentase lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yaitu sebesar Rp70,6 miliar atau 22,0 persen dari targetnya dalam P tahun Dalam hal Pinjaman Luar Negeri (Neto), realisasinya pada semester I tahun 2017 sebesar negatif Rp23.693,9 miliar dari target tahun 2017 sebesar negatif Rp16.788,9 miliar. Realisasi tersebut terdiri dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto) sebesar Rp8.131,6 miliar dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar negatif Rp31.825,5 miliar. Rincian komponen penarikan pinjaman luar negeri (bruto) terdiri dari pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan. Realisasi penarikan pinjaman tunai pada semester I tahun 2017 mencapai Rp5.342,4 miliar atau 40,2 persen dari tahun Realisasi pinjaman tunai diperkirakan akan lebih banyak terjadi pada kuartal III dan IV tahun Hal ini sejalan dengan proses penyelesaian matriks kebijakan yang menjadi syarat penarikan dan proses negosiasi masing-masing pemberi pinjaman. Sementara itu, realisasi penarikan pinjaman kegiatan pada semester I tahun 2017 sebesar Rp2.789,2 miliar atau 8,0 persen dari tahun Realisasi pinjaman kegiatan semester I tahun 2017 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasinya dalam semester I tahun 2016 yang mencapai Rp6.435,9 miliar atau 17,3 persen dari P Sebagian besar pinjaman kegiatan tersebut berupa pinjaman kegiatan pemerintah pusat yang dialokasikan kepada K/L dengan sumber pendanaan dari pinjaman luar negeri. Rendahnya realisasi pinjaman kegiatan semester I tahun 2017 dipengaruhi, antara lain oleh kendala dalam pelelangan proyek dan proses penagihan yang memerlukan waktu lebih panjang. Selain itu, umumnya dalam semester I, pelaksanaan kegiatan baru selesai pada tahap proses pengadaan barang dan jasa, sehingga penyerapan dana masih terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan persiapan proyek. Berdasarkan pengalaman tahuntahun sebelumnya, realisasi penarikan pinjaman kegiatan terkonsentrasi pada kuartal III dan IV seiring dengan penyelesaian pekerjaan. Selanjutnya dalam komponen pinjaman kegiatan, terdapat pinjaman yang diteruspinjamkan kepada BUMN/Pemda yang realisasinya pada semester I tahun 2017 sebesar Rp371,8 miliar atau 3,7 persen dari tahun Realisasi pinjaman kegiatan kepada BUMN/Pemda tersebut lebih tinggi dari realisasinya pada semester I tahun 2016 sebesar Rp316,5 miliar atau 5,4 persen dari target P tahun 2016 yang disebabkan oleh adanya percepatan kegiatan pada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero). 200,0 150,0 100,0 50,0 - Lainnya GRAFIK 6.1 REALISASI PEMBAYARAN CICILAN POKOK UTANG LUAR NEGERI JANUARI - JUNI 2017 Juta USD 10,97 350,0 % 11,20 300,0 % 250,0 EUR JPY USD Lainnya EUR JPY USD Lainnya EUR JPY USD Lainnya EUR JPY USD Lainnya EUR JPY USD Lainnya EUR JPY USD Lainnya Jan Feb Mar Apr Mei Juni 42,16 % Sum ber: Kem enterian Keuangan 35,67 % EUR JPY USD Lainnya 6-4 Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Tahun 2017

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2017 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global... Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR APBN DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN ANGGARAN 2009 1.1 Pendahuluan... 1.2 Ekonomi Global... 1.3 Dampak pada Perekonomian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017

LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan April 2017 Table Daftar of Isi: Contents Perkembangan Ekonomi Ekonomi Global Global World Economic Outlook (WEO) April 2017; World Economic Outlook (WEO) April 2017;

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) - 27 - BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) A. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Asumsi dasar ekonomi makro digunakan sebagai dasar

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini

Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Kondisi Perekonomian Indonesia Terkini Disampaikan oleh: Parjiono, Ph.D Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Surabaya, 16 Agustus 2017 Kuliah Umum Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 Eric Sugandi Chief Economist eric.sugandi@skhaconsulting.com Ekonomi Indonesia mungkin akan segera memasuki tahap ekspansi pada siklus bisnisnya. Skha Institute

Lebih terperinci

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 Highlight Ÿ Petumbuhan PDB Q1 2017 sekitar 5.0% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Ÿ Pertumbuhan konsumsi domestik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN 2013 Asumsi ekonomi makro yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan berbagai besaran RAPBN tahun 2013 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 6,8 %, laju

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 A. Nilai Tukar Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2017 No. 56/08/33/Th.XI, 7 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II- TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-2016 No. 57/8/33/Th.X, 5 Agustus 216 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-216 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II-216 TUMBUH 5,75 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II -2016 -4,94-1,00-0,71 2,38 3,53 3,25 3,50 3,47 10,01 No. 45/08/63/Th.XX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II -2016 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II TAHUN 2016 TUMBUH 3,98

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan

Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan Prospek Ekonomi Global dan Domestik 2017: Peluang dan Tantangan 1 2 Siklus Ekonomi 3 Sumber: BI Ekonomi Domestik Beberapa Risiko Ekonomi Global Meningkatnya ketidakpastian yang dipicu oleh ekspektasi kenaikan

Lebih terperinci