PEMBAHASAN Aspek Teknis

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING DI PT GULA PUTIH MATARAM, LAMPUNG NITA CHOIRUNNISA A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000,

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEBU. (Saccharum officinarum L).

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Tekanan Air Pompa dan Tinggi Riser terhadap Keseragaman Distribusi Air pada Irigasi Curah

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

yang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

PENDAYAGUNAAN IRIGASI AIR TANAH MENUNJANG BUDIDAYA PERTANIAN SECARA PRODUKTIF PADA LAHAN TADAH HUJAN ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

KATA PENGANTAR. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air. Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M.Eng NIP:

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

3. METODE DAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

AIALISIS PEMANFAATAN AIR IIUGASI II DlVISI PENGAIRAN TENSAH KARAWANG PERUM OTOIUTA JATlLUHUR

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

1998 SURUSAN TEKlVIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Desain dan Instalasi Jaringan Irigasi di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Desa Kayen, Kabupaten Pacitan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

7 SIMULASI MODEL DINAMIS

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Transkripsi:

47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah. Kondisi tanah yang ideal dalam kegiatan pengolahan tanah yaitu pada kondisi lapang atau tanah dalam keadaan lembab. Pengolahan tanah pada saat kondisi basah menyebabkan kerusakan pada traktor beserta implemennya selain itu juga mempengaruhi kualitas hasil pengolahan tanahnya. Penyemprotan pre emergence dilakukan untuk mengendalikan gulma setelah tanaman utama tumbuh namun gulma belum tumbuh, hal ini dilakukan untuk mencegah perkecambahan gulma. Penyemprotan pre emergence di PT. Gula Putih Mataram menggunakan pertisida sistemik dengan bahan aktif diuron, ametrin dan 2,4 D. Penggunaan 2,4 D dinilai tidak efektif karena mengingat penyemprotan pre emergence dilakukan sebelum tebu dan gulma tumbuh, sedangkan 2,4 D merupakan herbisida yang yang digunakan untuk mengendalikan gulma pasca tumbuh dan berdaun lebah. Rippenner merupakan kegiatan pemberian zat pemacu kemasakan atau hormon untuk mempercepat pemanenan. ZPK (zat pemacu kemasakan merupakan zat yang termasuk zat penghambat tumbuh sistesis yang berfungsi sebagai pengatur tumbuh tanaman. ZPK yang digunakan pada saat rippenner berbahan aktif sulfosat yang merupakan salah satu jenis herbisida yang bersifat sistemik. Penggunaan sulfosat sebagai ZPK memberikan dampak terhambatnya pertumbuhan tanaman keprasan, hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman ratoon di PT. Gula Putih Mataram tidak seragam dan presentase tanaman tebu ulang sama dengan tanaman tebu keprasan.

48 Aspek Khusus Sistem Irigasi Sistem irigasi yang dilakukan di PT. Gula Putih Mataram adalah sistem irigasi curah (sprinkler). Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo, 2002). Komponen irigasi curah terdiri dari: (a) pompa dengan tenaga penggerak sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi (riser), dan (e) kepala sprinkler (sprinkler head). Kapasitas kerja mesin kecil adalah 2.5 ha/hari dan untuk mesin besar adalah 4 ha/hari dengan jam kerja mesin maksimum 18 jam. Dalam perancangan sistem irigasi digunakan debit hisap sekitar 40 l/s dengan overlap semprotan lebih dari 10 %. Instalasi pipa untuk membentuk teknik irigasi disesuaikan dengan lokasi yang akan diirigasi. Tiap kali penyemprotan digunakan dua gun sprayer. Jangkauan semproran dari gun sprayer sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin, bila angin berhembus kencang pada siang hari maka jarak antar pipa dengan gun dikurang agar overlap dapat terjadi dan jangkauan gun semakin jauh sehingga areal dapat tersiram secara merata. Lamanya penyiraman setiap titik dilakukan selama 2 jam dengan asumsi selama dua jam kedalaman air irigasi mencapai 15 cm dari permukaan tanah atau setara dengan curah hujan 5.76 mm/cm 2. Jika 2 titik selama 2 jam mampu mengirigasi seluas 0.5 ha dalam waktu 10 jam 2.5 ha lahan tebu dapat diirigasi. Penetapan areal irigasi Penetapan areal irigasi dilakukan sebelum areal diirigasi. Sumber air yang digunakan adalah lebung yang memiliki cadangan air yang cukup dan dekat dengan areal. Jumlah lebung yang terdapat di PT. Gula Putih Mataram rata-rata untuk satu blok (1 blok rata-rata seluas 10 ha) berjumlah 5 lebung. Penetapan areal irigasi diprioritaskan pada areal yang akan di tanam ulang atau areal yang keprasannya dipelihara. Penetapan areal yang akan diirigasi juga didasarkan dari data hasil pengukuran kelembaban tanah.

49 Pengukuran Kelembaban Tanah Pengukuran kelembaban tanah dilakukan untuk mengetahui kadar air tanah yang tersedian di dalam tanah dan dapat diserap oleh perakaran tanaman. Kelembaban air di dalam tanah diukur sehari dua hari sekali dengan menggunakan Diviner 2000 yaitu suatu alat ukur kelembaban tanah yang terdiri dari probe, complete tube, dan display. Probe terdiri dari grey sensor head berfungsi sebagai sensor untuk mengukur kelembaban tanah, kabel dan stick diviner. Complete tube ditanamkan ke dalam tanah, dua buah complete tube mewakili 1 blok areal. Display berfungsi untuk menyimpan data hasil pengukuran. Setiap melakukan pengukuran, stick diviner yang panjangnya 1 m dimasukkan ke dalam complete tube, hasil pengukurannya disimpan secara otomatis di dalam display. Daerah di luar prioritas berarti jumlah air didalam tanah masih mencukupi. Bila kandungan air di dalam tanah mendekati red point lahan harus segera diirigasi, bila tidak tanaman tebu akan mati. Sedangkan bila kandungan air berada pada yellow point menunjukan bahwa tanaman dalam kondisi siaga tetapi masih aman dan tiadak perlu di berikan irigasi. Green point menunjukkan bahwa tanaman dalam kondisi aman, artinya kandungan air didalam tanah mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Namun demikian hasil dari program diviner juga harus dibandingkan dengan hasil nyata di lapangan karena sering kali ditemukan kasus dimana berdasarkan data pembacaan display diviner menunjukkan bahwa tanaman berada pada red point atau tanaman menunjukkan kondi kekurangan air namun penampakan di lapang menunjukkan tanaman dalam keadaan normal. Tabel 7. Penggolongan ketersediaan air tanah Kategori Kadar air tanah (%) Cukup > 60 Sedang 40-60 Kurang < 40 Sumber : Laporan tahunan MIS Plantation PT. GPM, 2010 Penggolongan ketersediaan air tanah yang tercantum pada tabel 6 didasarkan pada kadar air tanah pada kedalaman jelajah perakaran tebu. Tebu memerlukan curah hujan yang merata sepanjang masa pertumbuhannya, idealnya antara 1.500 2.000 mm per tahun dengan hari hujan antara 150-200 hari per

50 tahun dengan musim kemarau pada saat tebang. Pada kondisi lapang penyiraman selama 2 jam diperoleh kedalaman air irigasi mencapai 15 cm dari permukaan tanah atau setara dengan curah hujan 5.76 mm/cm 2 Pemberian air irigasi meningkatkan kadar air tanah lebih dari 60% sehingga kadar air tanah cukup tersedia bagi perakaran tanaman. Aplikasi Irigasi Aplikasi irigasi harus dilakukan pada waktu yang tetap mengingat biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, penentuan waktu aplikasi yang tepat dimaksudkan untuk mencapai efisiensi irigasi. Pada tanaman RPC irigasi dilakukan pada saat pengeceran atau pencacahan bibit dan setelah penutupan bibit. Sedangkan pemberian air irigasi untuk selanjutnya disesuaikan dengan umur tanaman dan kondisi kelembaban tanah. Pada tanaman RC pemberian irigasi hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum kegiatan pre emergence. Pemberian irigasi diprioritaskan pada tanaman RPC dibandingkan tanaman RC dikarenakan nilai ekonomis tanaman RPC lebih tinggi dibandingkan tanaman RC, dan kondisi perakaran tanaman RPC lebih sensitive terhadap kekurangan air dibandingkan tanaman RC sebab tanaman RC memiliki perakaran yang lebih kuat dibandingkan tanaman RPC. Tabel 8. Volume air tertampung pada alat ukur Panjang curahan (m) 1500 rpm 1800 rpm Volume (ml) Volume (ml) 5.8 171.36 ** 189.20 ** 11.6 242.40 ** 240.24 ** 17.4 174.24 ** 169.84 ** 23.2 124.80 ** 128.04 ** 29.0 86.40 ** 91.96 ** Total 799.20 ** 819.28** Keterangan : Tanda (**) menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada hasil perhitungan uji T pada taraf 5 %. Berdasarkan tabel 7 volume curahan terbesar tertampung pada jarak 11.6 m dari gun sprayer, sedangkan volume terkecil terjadi pada jarak 29 m baik pada mesin

51 dengan putaran 1500 rpm maupun 1800 rpm. Volume curahan terbanyak terdapat pada mesin 1800 rpm yaitu mencapai 819.28 ml. Gambar 211. Hubungan prosentase curahan irigasi dengan panjang curahan sprinkler Berdasarkan gambar 22 volume curahan terbesar tertampung pada panjang curahan 11.6 m dan 17.4 m hal ini yang dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam penempatan posisi gun sprayer. Setiap satu titik penyiraman, perusahaan menggunakan dua gun sprayer dengan jarak antara gun sprayer sejauh 46.4 m dengan overlap siraman 10%. Tabel 9. Lebar semprotan dan waktu putaran gun sprayer RPM Lebar semprotan (m) Waktu putaran (s) 1500 34.8 324 1800 40.6 298 Berdasarkan tabel 9 lebaran semprotan pada mesin pompa dengaan putaran 1800 rpm lebih jauh dibandingkan dengan mesin pompa dengan putaran 1500 rpm, namun untuk waktu putaran sprayer, menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada kondisi normal, dimana sumber air yang tersedia cukup, kecepatan angin normal serta suhu harian tidak terlalu tinggi, sebaiknya mesin pompa diset dengan putaran 1500 rpm, hal ini dilakukan guna mengurangi besarnya penggunaan bahan bakar. Semakin besar putaran pada pompa menyebabkan penggunaan bahan bakar semakin tinggi. Konsumsi bahan bakar

52 pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 12 l/jam, sedangkan pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 18 l/jam. Konsumsi bahan bakar pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 12 l/jam, sedangkan pada mesin dengan putaran 1500 rpm rata-rata menghabiskan solar sekitar 18 l/jam. Waktu dan Frekuensi Irigasi Pemberian irigasi pada tanaman ratoon selain bertujuan untuk menambah kelembaban tanah juga bertujuan untuk menghilangkan pengaruh dari ZPK yang diaplikasikan sebelum tanaman sebelumnya sehingga diharapkan pertumbuhan ratoonnya seragam. Karena perakaran tanaman ratoon sudah kuat dibandingkan tanaman RPC maka penyiraman pada tanaman ratoon biasanya hanya dilakukan satu kali yaitu pada sebelum dilakukan pre emergence hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah engine pump, terbatasnya tenaga kerja serta besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga penyiraman lebih diprioritaskan pada tanaman RPC. Tabel 10. Frekuensi irigasi di Divisi 3 PT. Gula Putih Mataram tahun 2009 Kategori Luas areal (ha) Luas areal yang di irigasi Irigasi I Irigasi II Irigasi III Irigasi IV RPC 2321.00 1780.86 1199.42 609.66 186.59 R1 2119.18 1435.66 734.42 183.84 33.33 R2 388.55 234.27 181.72 68.56 48.77 Sumber : Laporan tahunan MIS Plantation PT. GPM, 2010 dengan pengolahan Berdasarkan tabel 10 pemberian irigasi bisa mencapai empat kali dalam satu musim tanam. Frekuensi pemberian irigasi terbesar terdapat pada tanaman RPC, hal ini dapat dilihat dari besarnya luasan areal yang diirigasi pada tanaman RPC dibandingkan tanaman RC. Banyaknya frekuensi pemberian irigasi diluar pemberian wajib didasarkan pada kondisi tanaman di lapangan dan hasil pengukuran kelembaban tanah. Pemberian irigasi juga tergantung pada pertumbuhan tanaman, bila tinggi tanaman terlalu tinggi, maka dapat menyulitkan dalam pemasangan peralatan irigasi di lapangan selain itu tajuk tanaman yang mulai rapat menyebabkan sebagian besar air menguap karena sebagian besar air mengenai tajuk dan tidak sampai membasahi tanah.

53 Sistem ketenagakerjaan Sistem pelaksanaan irigasi di PT. Gula Putih Mataram dilakukan oleh tenaga kerja harian musiman dengan sistem borongan dimana setiap rombongan terdiri dari tiga orang yang masing-masing bertugas untuk menjaga engine serta pemasangan instalasi pipa dan gun di areal. Selama masa kontrak, tenaga kerja bertempat tinggal di areal pertanaman tebu. Lamanya aplikasi pemberian irigasi untuk setiap titik adalah 2 jam dengan luasan areal yang disirami 0.5 ha. Dalam satu hari setiap mesin maksimal dapat beroperasi selama 10 jam, sehingga didapat luasan areal yang diirigasi per rombongan adalah 2.5 ha.