BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber air untuk penelitian, bibit tanaman sawi (Brassica Juncea L) dan pupuk Growmore. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur nutrisi, talang berbentuk kotak, pipa pvc, ph meter, EC meter, ember larutan nutrisi, alat tulis, kamera digital, kalkulator, pompa air akuarium, timbangan digital, selang plasik, botol kocok. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada percobaan ini adalah metode observasi lapangan dan analisis data meliputi kebutuhan air tanaman, keseragaman fertigasi, produktivitas tanaman dan evaluasi kemiringan talang. Metode observasi lapangan adalah cara pengambilan data melalui pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan analisis dilakukan baik secara kualitatif yaitu melakukan pengkajian berdasarkan data yang tidak dapat diukur dengan angka-angka dan secara kuantitatif yaitu melakukan pengkajian berdasarkan data yang dapat diukur dengan angka-angka.

2 Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut: A. Pembuatan kontruksi hidroponik NFT 1. Disiapkan bahan untuk pembuatan konstruksi hidoponik NFT. 2. Dirancang konstruksi hidroponik NFT dengan kemiringan 6% dan 9%. 3. Diletakkan ember larutan nutrisi pada posisi sejajar dengan ketinggian minimum dari ujung outlet talang. 4. Disusun talang pada alat hidroponik NFT. 5. Dipasang pipa lateral yang dilengkapi selang plastik sebagai inlet pada drum nutrisi. 6. Dipasang pipa penampung dengan posisi miring yang dilengkapi dengan selang plastik sebagai outlet. 7. Didirikan rumah atap plastik. B. Pelaksanaan Persemaian 1. Disediakan tempat persemaian berupa wadah plastik berukuran 40 x 30 x 5 cm. 2. Diisi wadah dengan tanah setinggi 3-4 cm. 3. Dibasahi tanah dengan air sampai lembab. 4. Ditaburkan benih di atas media tanah dengan jarak yang tidak terlalu rapat. 5. Di tutup tempat persemaian dengan plastik hitam agar tidak terkena sinar matahari langsung. 6. Dipindahkan tanaman sawi ke talang setelah 10 hari.

3 Pelaksanaan Penelitian Adapun pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Drum diisi dengan larutan nutrisi dan air sesuai dengan takaran dicampur merata. Kemudian dihitung EC dan ph. 2. Pompa diaktifkan agar nutrisi mengalir di dalam talang. 3. Dilakukan pemindahan tanaman dari persemaian ke talang. 4. Dilakukan pengamatan pada setiap data yang di tentukan sampai tanaman dapat di panen. Parameter Penelitian 1. Perhitungan kebutuhan air tanaman Perhitungan kebutuhan air tanaman terdiri dari perhitungan kebutuhan air tanaman secara teoritis (persamaan Blaney and cridle yang telah diubah) yaitu persamaan (1), (2) dan (3). 2. Keseragaman air fertigasi Perhitungan keseragaman air fertigasi dengan persamaan (6) 3. Keseragaman konduktivitas listrik Perhitungan keseragaman konduktivitas listrik dengan persamaan (7) 4. Keseragaman ph larutan Perhitungan keseragaman ph larutan dengan persamaan (8) 5. Produktivitas tanaman Produktivitas tanaman diukur dengan menghitung rataan berat tanaman dalam setiap talang setiap satu kali produksi untuk masing-masing kemiringan 6% dan 9%.

4 Kebutuhan Air Tanaman Teoritis HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan air tanaman teoritis adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan menggunakan metode Blaney and Criddle yang telah diubah pada persamaan (1). Suhu rata-rata harian bulan April selama periode pertumbuhan diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan termometer. Suhu diukur selama 30 hari periode pertumbuhan tanaman sawi (Brassica Juncea L). Dari pengukuran di lapangan diperoleh suhu rata-rata harian pada bulan April sebesar o C. Data hasil pengukuran suhu harian rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 7. Persentase jam siang Lintang Utara untuk wilayah Medan Polonia ( LU) diperoleh dari data sekunder persejjjntase jam siang Lintang Utara yang dapat dilihat pada Lampiran (6). Persentase jam siang Lintang Utara pada bulan April yang diperoleh sebesar 8.23%. Besarnya nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan tanaman sawi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1. Tabel 5. Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan Periode pertumbuhan Evapotranspirasi (mm/hari) Awal 2.46 Tengah 4.29 Akhir 5.54 Periode awal pertumbuhan : 0-10 hari setelah pindah tanam Periode tengah pertumbuha : hari setelah pindah tanam Periode akhir pertumbuhan : hari setelah pindah tanam Nilai koefisien (Kc) untuk tanaman sawi yaitu : 0.40 untuk periode awal pertumbuhan, 0.70 untuk periode tengah pertumbuhan dan 0.90 untuk periode

5 akhir pertumbuhan (Doorenbos and Pruitt, 1984). Sehingga diperoleh nilai evapotranspirasi tanaman sebesar 2.46 mm/hari pada awal periode pertumbuhan, 4.29 mm/hari pada tengah periode pertumbuhan dan 5.54 mm/hari pada akhir periode pertumbuhan. Perhitungan besarnya nilai evapotranspirasi pada setiap periode pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran , ,29 ETc 3 2 2, Awal Tengah Akhir Periode Gambar 1. Diagram kebutuhan air tanaman teoritis/evapotranspirasi (Etc) Gambar 1 menunjukkan nilai evapotranspirasi tanaman atau kebutuhan air tanaman (ETc) terus meningkat selama periode pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Hansen et al (1992) yang menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan air tanaman terus meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman. Semakin besar tanaman maka kebutuhan air tanaman juga semakin besar hal ini terjadi karena kehilangan air akibat evaporasi dan transpirasi juga meningkat. Kebutuhan air tanaman teoritis pada setiap periode pertumbuhan tanaman diperlukan untuk mengetahui jumlah air irigasi termasuk larutan nutrisi yang dibutuhkan atau

6 sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan (evaporasi dan transpirasi) agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Keseragaman Air Fertigasi (Debit Outlet) Keseragaman fertigasi (debit outlet) diperoleh dengan menggunakan persamaan (6). Besarnya persentase keseragaman fertigasi (debit outlet) pada setiap periode pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 2. Tabel 6. Nilai Keseragaman Fertigasi (debit Outlet) pada setiap periode pertumbuhan Periode Pertumbuhan Keseragaman Fertigasi (Debit Outlet) (%) Kemiringan 6% Kemiringan 9% Awal Tengah Akhir Nilai keseragaman fertigasi merupakan persentase yang diperoleh dari pengukuran debit outlet setiap talang pada setiap periode pertumbuhan tanaman. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 13. % CU ,36 89,73 90,21 92,24 94,76 Awal Tengah Akhir Periode 95,25 Kemiringan 6% Kemiringan 9% Gambar 2. Diagram keseragaman fertigasi (Debit Outlet) pada setiap periode pertumbuhan Gambar 2 menunjukkan besarnya nilai keseragaman (CU) debit outlet untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini

7 berarti nilai keseragaman fertigasi (debit outlet) sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan pernyataan Sapei (2003), bahwa besarnya nilai keseragaman fertigasi (Debit outlet) harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan fertigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) mampu memberikan distribusi larutan yang cukup merata pada setiap talang untuk kedua perlakuan. Namun apabila nilai keseragaman Fertigasi (debit outlet) tidak mencapai 80% maka jaringan fertigasi hidroponik NFT dinilai tidak layak, karena pendistribusian air tidak merata yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dari data pengukuran debit oulet yang dapat dilihat pada Lampiran 11 untuk kedua perlakuan tersebut cenderung menurun untuk setiap periode pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Untung (2000) bahwa jika akar tanaman semakin banyak maka kecepatan aliran nutrisi otomatis semakin berkurang. Pertambahan akar tanaman pada setiap periode pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan debit pada saluran outlet yang terukur akan semakin berkurang dalam setiap periode pertumbuhan tanaman sawi tersebut. Keseragaman ph Larutan Nutrisi Keseragaman ph larutan nutrisi diperoleh dengan menggunakan persamaan (8). Besarnya nilai keseragaman ph larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 3 Tabel 7. Nilai keseragaman ph larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan Periode Pertumbuhan ph Larutan Nutrisi (%) Kemiringan 6% Kemiringan 9% Awal Tengah Akhir

8 Nilai keseragaman ph larutan nutrisi merupakan persentase yang diperoleh dari pengukuran ph larutan nutrisi melalui saluran oulet setiap talang pada setiap periode pertumbuhan tanaman. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. % CU 100,00 99,00 98,00 97,00 96,00 95,00 94,00 93,00 92,00 91,00 90,00 97,30 97,35 97,27 97,48 96,52 96,43 Awal Tengah Akhir Periode Pertumbuhan Kemiringan 6% Kemiringan 9% Gambar 3. Diagram keseragaman ph larutan nutrisi pada setiap periode pertumbuhan Gambar 3 menunjukkan nilai keseragaman ph larutan nutrisi untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini berarti nilai keseragaman ph larutan nutrisi sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan Sapei (2003) yang menyatakan bahwa besarnya nilai keseragaman ph larutan nutrisi harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan distribusi ph larutan nutrisi untuk setiap talang kedua perlakuan terdistribusi secara merata. Data hasil pengukuran nilai ph larutan nutrisi kedua perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Dari data hasil pengukuran nilai ph larutan nutrisi cenderung berfluktuasi untuk setiap periode pertumbuhan tanaman. Pada awal periode pertumbuhan tanaman, tanaman lebih banyak menyerap anion

9 sehingga larutan nutrisi lebih banyak mengandung kation maka larutan bersifat asam. Kation adalah ion-ion yang bersifat positif antara lain : NH - 4, K +, Ca 2+, Mg 2+, Mn 2+, Mo 2+ dan Zn 2+. Periode tengah pertumbuhan tanaman lebih banyak menyerap kation sehingga larutan nutrisi lebih banyak mengandung anion maka larutan bersifat basa. Anion adalah ion-ion yang bermuatan negative antara lain : NO 3 -, PO 4 3-, SO 4 2- dan BO Hal ini sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan bahwa dalam periode pertumbuhan tanaman mungkin akan ada perubahan ph atau ph akan mengalami naik dan turun. Keseragaman Konduktivitas Listrik Keseragaman konduktivitas listrik diperoleh dengan menggunakan persamaaan (7). Besarnya nilai keseragaman konduktivitas listrik setiap periode pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 4. Tabel 8. Nilai keseragaman konduktivitas listik pada setiap periode pertumbuhan Periode Pertumbuhan ph Larutan Nutrisi (%) Kemiringan 6% Kemiringan 9% Awal Tengah Akhir Nilai keseragaman konduktivitas listrik merupakan persentase yang diperoleh dari pengukuran konduktivitas listrik melalui saluran oulet setiap talang pada setiap periode pertumbuhan tanaman. Perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 17.

10 % CU 100,00 99,00 98,00 97,00 96,00 95,00 94,00 93,00 92,00 91,00 90,00 97,05 97,20 96,20 96,58 96,52 95,12 Awal Tengah Akhir Periode Kemiringan 6% Kemiringan 9% Gambar 4. Diagram keseragaman konduktivitas listrik pada setiap periode pertumbuhan Gambar 4 menunjukkan nilai keseragaman konduktivitas listrik untuk kedua perlakuan kemiringan talang ini sudah lebih besar dari 80%, hal ini berarti nilai keseragaman konduktivitas listrik sudah memenuhi standar keseragaman. Sesuai dengan Sapei (2003) yang menyatakan bahwa besarnya nilai keseragaman konduktivitas listrik harus lebih besar dari 80%. Hal ini menunjukkan distribusi konduktivitas listrik untuk setiap talang kedua perlakuan terdistribusi secara merata. Data hasil pengukuran nilai konduktivitas listrik setiap periode pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 16 untuk kemiringan 6% dan Lampiran 17 untuk kemiringan 9%. Dari data yang didapat nilai EC pada kemiringan 9% lebih besar daripada nilai EC pada kemiringan 6%. Hal ini disebabkan kemiringan 9% memiliki lapisan larutan nutrisi yang lebih tipis dibandingkan dengan kemiringan 6%, sehingga hal ini akan meningkatkan oksigen terlarut dalam larutan nutrisi. Hal ini sesuai dengan Karsono, dkk (2002)

11 yang menyatakan jika kemiringan talang semakin besar maka kadar oksigen dalam larutan nutrisi akan meningkat. Peningkatan oksigen dalam larutan nutrisi secara tidak langsung akan meningkatkan nilai EC larutan nutrisi. Dari data hasil pengukuran nilai EC juga dapat dilihat nilai EC pada setiap periode pertumbuhan cenderung meningkat setiap hari. Hal ini disebabkan adanya penambahan materi organik dan mikroorganisme di dalam larutan nutrisi dan juga akibat akar yang mati dan lapuk akibat kekurangan oksigen dalam larutan nutrisi. Hal ini sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan nilai EC dipengaruhi oleh tingkat kepekatan dari konsentrasi kation dan anion. Semakin pekat konsentrasi kation dan anion maka semakin tinggi nilai EC larutan nutrisi. Dan penambahan materi-materi dalam larutan menambah besarnya padatan yang terlarut di dalam larutan nutrisi setiap periode pertumbuhan. Produktivitas Tanaman Sawi (Brassica Juncea L) Tingkat produktivitas tanaman sawi dapat diukur langsung di lapangan, yaitu dengan cara menimbang tanaman pasca panen tanpa harus dikeringkan terlebih dahulu. Berat tanaman sawi dari kedua perlakuan disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 5. Tabel 9. Berat produksi tanaman (gram) Perlakuan Berat tanaman (gr) T1 T2 T3 T4 total Kemiringan 6 % Kemiringan 9 % Produktivitas tanaman dapat diukur dari total produksi tanaman dalam tiap perlakuan. Perbedaan kemiringan talang yang diaplikasikan dalam budidaya tanaman sawi tersebut mengakibatkan perbedaan berat produksi.

12 ,2 767,2 757,4 692,6 Berat Kemiringan 6% Kemiringan 9% T1 T2 T3 T4 Talang Gambar 5. Diagram produktivitas tanaman sawi (Brassica Juncea L) Gambar 5 menunjukkan nilai berat produksi tanaman pada kemiringan 9% lebih besar daripada kemiringan 6%, hal ini disebabkan tingkat kemiringan talang yang berbeda. Sesuai dengan Sutiyoso (2004) yang menyatakan semakin curam talang NFT maka semakin tinggi produktivitas tanaman. Hal ini dikarenakan kondisi talang yang semakin curam akan menghasilkan lapisan nutrisi yang lebih tipis dan juga menimbulkan banyak riak sehingga oksigen terlarut di dalam nutrisi lebih banyak. Oleh sebab itu proses metabolisme respirasi pada akar yang akan menghasilkan energi guna menyerap air dan hara semakin lancar sehingga tanaman lebih cepat bertumbuh besar. Pengamatan tanaman sawi secara visual, bentuk dan ukurannya tidak dapat disamakan dengan tanaman sawi yang ada di pasaran. Bentuk dan ukuran tanaman sawi yang sudah di panen dapat di lihat pada gambar 16. Tanaman yang dihasilkan memiliki struktur yang panjang akan tetapi daun tanaman tidak terlalu melebar dan batang tanamannya yang relatif panjang. Berbeda dengan tanaman yang ada di pasar yang strukturnya kecil, berdaun lebar dan batang yang tidak terlalu panjang. Hal ini disebabkan keadaan suhu, kelembaban dan lingkungan

13 budidaya tanaman sawi yang berbeda, dimana tanaman sawi yang di pasaran kebanyakan dibudidayakan di daerah dataran tinggi yang memiliki suhu tidak terlalu tinggi dan kelembabannya relatif tinggi. Sedangkan pada penelitian ini, tanaman sawi dibudidayakan pada suhu yang relatif tinggi (bekisar 30 0 C), dan kelembaban yang rendah. Oleh sebab itu, untuk mengatasi keadaan tersebut, diperlukan perlakuan yang intensif, berupa pemberian larutan nutrisi yang kontinu untuk memenuhi kebutuhan air tanamannya, hal ini diharapkan agar kelembaban disekitar tanaman dapat ditingkatkan. Selain itu, diperlukan juga naungan berupa rumah beratap plastik bening untuk memperkecil radiasi sinar matahari agar suhu tidak terlalu tinggi di sekitar tanaman. Kelebihan tanaman sawi yang dibudidayakan secara hidroponik NFT ini adalah selama periode pertumbuhannya tidak diberikan pestisida sama sekali sehingga tanaman sawi ini aman untuk dikonsumsi. Berbeda dengan tanaman sawi yang berada di pasaran yang pada umumnya menggunakan pestisida yang memiliki efek negative jangka panjang bagi kesehatan manusia.

14 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Besar kebutuhan air tanaman teoritis (Etc) pada bulan April adalah sebesar 2.46 mm/hari untuk awal periode pertumbuhan, 4.29 mm/hari untuk tengah periode pertumbuhan dan 5.54 mm/hari untuk akhir periode pertumbuhan. 2. Besar nilai keseragaman air fertigasi (debit outlet) selama periode pertumbuhan secara berturut-turut untuk kemiringan talang 6% sebesar 80.36% untuk awal periode pertumbuhan, 90.21% untuk tengah periode pertumbuhan serta 94.76% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 89.73% untuk awal periode pertumbuhan, 92.24% untuk tengah periode pertumbuhan serta 95.25% untuk akhir periode pertumbuhan. 3. Besar nilai keseragaman ph larutan nutrisi selama periode pertumbuhan tanaman secara berturut-turut untuk kemiringan talang 6% sebesar 97.30% untuk awal periode pertumbuhan, 97.27% untuk tengah periode pertumbuhan serta 97.48% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 97.35% untuk awal periode pertumbuhan, 96.52% untuk tengah periode pertumbuhan serta 96.43% untuk akhir periode pertumbuhan. 4. Besar nilai keseragaman konduktivitas listrik selama periode pertumbuhan tanaman secara berturut-turut untuk kemiringan talang 6% sebesar 97.05% untuk awal periode pertumbuhan tanaman, 95.12% untuk tengah periode

15 pertumbuhan serta 96.58% untuk akhir periode pertumbuhan, sedangkan untuk kemiringan talang 9% sebesar 97.20% untuk awal periode pertumbuhan, 96.20% untuk tengah periode pertumbuhan serta 96.52% untuk akhir periode pertumbuhan. 5. Berat produksi total tanaman sawi untuk kemiringan 6% sebesar 1968 gram, sedangkan untuk kemiringan 9% sebesar gram. 6. Kemiringan talang 9% memberikan hasil produk tanaman sawi dan keseragaman EC yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6%. Saran 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berat produksi untuk tanaman sawi pada kemiringan talang 9% lebih baik dari pada kemiringan 6% maka sebaiknya teknologi hidroponik NFT diterapkan pada kemiringan 9% dan perlu dilanjutkan untuk kemiringan yang lebih curam. 2. Dalam budidaya tanaman sawi secara hidroponik NFT perlu diperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil yang optimal dan perawatan tanaman secara intensif untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit. 3. Perawatan pada jaringan pipa dan talang untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kemungkinan bocor pada jaringan pipa.

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea L) SKRIPSI DEWI RENITAULI SIMBOLON 060308023 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation (Lactuca sativa var. crispa L.) Edi Susanto, Taufik Rizaldi, M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang cukup digemari oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan mentah dan dijadikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa

PENDAHULUAN. apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa PENDAHULUAN Latar Belakang Hidroponik merupakan pertanian masa depan sebab hidroponik dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Hidroponik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa)

UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa) UJI KEMIRINGAN TALANG SISTEM FERTIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN SELADA(Lactuca Sativa) SKRIPSI YESSI HANDAYANI 060308002 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan

TINJAUAN PUSTAKA. menerima nutrisi yang seimbang. Tanaman tersebut lebih sehat karena menghabiskan TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Tanaman Sayuran Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS Parameter yang digunakan untuk melakukan evaluasi kelayakan teknis antara lain adalah keseragaman debit aliran, keseragaman konduktivitas listrik (EC),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir penelitian Mulai Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter Pemasangan instalasi irigasi tetes

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidroponik menjadi salah satu alternatif yang bagus untuk menanam sayuran di daerah perkotaan yang umumnya kekurangan lahan untuk pertanian. Hidroponik adalah budidaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

Sistem NFT (Nutrient Film Techniqeu) ROMMY A LAKSONO

Sistem NFT (Nutrient Film Techniqeu) ROMMY A LAKSONO Sistem NFT (Nutrient Film Techniqeu) ROMMY A LAKSONO Sejarah Singkat Hidroponik Sistem NFT Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004). TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni demi peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2 Lampiran 1. Layout penelitian LAMPIRAN-LAMPIRAN Nutrisi anorganik komersial ul 1 Nutrisi anorganik komersial ul Nutrisi anorganik komersial ul Vermikompos + ZA ul 1 Vermikompos + ZA ul Vermikompos + ZA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan. sejak persemaian sampai tanaman menghasilkan (Susila, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan. sejak persemaian sampai tanaman menghasilkan (Susila, 2009). TINJAUAN PUSTAKA Sistem Fertigasi Fertigasi adalah air dan pupuk diberikan secara bersamaan sebgai larutan hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kailan (Brassica oleraceae var achepala) atau kale merupakan sayuran yang masih satu spesies dengan kol atau kubis (Brassica oleracea) (Pracaya, 2005). Kailan termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG

ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG ANALISIS KESERAGAMAN ASPEK FERTIGASI PADA DESAIN SISTEM HIDROPONIK DENGAN PERLAKUAN KEMIRINGAN TALANG Analysis of Uniformity in Fertigation Aspects at Design of Hydroponic System using Pipe Slope Variation

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN. 1 Imam Qalyubi et al., Pengaruh Debit Air Dan Pemberian Jenis Nutrisi...

TEKNOLOGI PERTANIAN. 1 Imam Qalyubi et al., Pengaruh Debit Air Dan Pemberian Jenis Nutrisi... 1 TEKNOLOGI PERTANIAN PENGARUH DEBIT AIR DAN PEMBERIAN JENIS NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG PADA SISTEM IRIGASI HIDROPONIK NFT (NUTRIENT FILM TECHNIQUE) THE EFFECT OF WATER DISCHARGE AND

Lebih terperinci

Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis)

Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis) Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3): 159-167 ISSN 1410-5020 Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis) Application of NFT Hydroponic on Cultivation of Pakcoy (Brassica

Lebih terperinci

Bab II MINERAL NUTRISI HIDROPONNIK NFT UNTUK TUMBUHAN TOMAT

Bab II MINERAL NUTRISI HIDROPONNIK NFT UNTUK TUMBUHAN TOMAT Bab II MINERAL NUTRISI HIDROPONNIK NFT UNTUK TUMBUHAN TOMAT II.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Di kalangan umum istilah hidroponik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroponik adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Sebagai ganti tanah digunakan larutan mineral yang mengandung nutrisi. Karena metode cocok

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Peneltian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Peneltian 18 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di green house Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2017 sampai Juli 2017. B. Alat dan Bahan Peneltian Peralatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juli sampai November 2013 di Greenhouse Sarwo Farm Desa Bandar Agung Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan TINJAUAN PUSTAKA Sistem Hidroponik NFT Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan

Lebih terperinci

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba

2 Penggunaan Pestisida kimia sintetis adalah salah satu faktor menurunya kesuburan tanah, selain itu berkurangnya lahan pertanian dalam produksi akiba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Salah satu jenis mentimun yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dicari ialah mentimun Jepang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015, di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO PENDAHULUAN Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas 23 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

WORKSHOP HIDROPONIK. Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi)

WORKSHOP HIDROPONIK. Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi) WORKSHOP HIDROPONIK Ir. Karno, M.Appl.Sc., Ph.D. (Prodi S1 Agroekoteknologi) HMJ Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro 2017 HIDROPONIK HIDROPONIK HIDROPONIK Hydro (air) Ponos

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayam Hidroponik

TINJAUAN PUSTAKA Bayam Hidroponik 3 TINJAUAN PUSTAKA Bayam Bayam merupakan tanaman dengan family amaranthaceae. Genus Amaranthus yang paling terkenal adalah untuk produksi biji, tetapi ada kultivar yang ditanam khusus untuk sayuran daun.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

Pupuk hidroponik A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk. kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm

Pupuk hidroponik A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk. kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm 100 Lampiran 1. 1. Cara pembuatan pupuk A-B mix vegetatif Pupuk A-B mix vegetatif merupakan ramuan pupuk untuk kelompok tanaman vegetatif. Pupuk tersebut mengandung total N 200 ppm dengan rasio 7 antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu kedua April 2009 sampai minggu awal Juli 2009 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

SKRIPSI. IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) SKRIPSI IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 pada Program

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian Woodward, 1699 yang menggunakan hidroponik untuk studi pertumbuhan tanaman, namun penelitian De Saussure,

Lebih terperinci

Kata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house

Kata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house FAKTOR PENYESUAI UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN TOMAT YANG DITANAM SECARA HIDROPONIK DI GREEN HOUSE 1 (Adjustment Factor for Predicting Hydroponic Tomato Evapotranspiration Grown in a Green House)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kailan (Brassica oleraceae) Kailan banyak digunakan dalam berbagai masakan Cina dan Tionghoa. Kailan (Brassica oleraceae) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman bawang merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di 15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

BAB II HIDROPONIK NFT

BAB II HIDROPONIK NFT BAB II HIDROPONIK 6 BAB II HIDROPONIK NFT II.1 Hidroponik Hidroponik merupakan suatu metode bercocok tanam yang tidak menggunakan media tanah sebagai media tanamnya tetapi menggunakan air, kerikil, pasir,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, dan rumah plastikdi Lahan Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCHOI (Brasicca rapa L.) PADA DUA SISTEM HIDROPONIK DAN EMPAT JENIS NUTRISI

PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCHOI (Brasicca rapa L.) PADA DUA SISTEM HIDROPONIK DAN EMPAT JENIS NUTRISI PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCHOI (Brasicca rapa L.) PADA DUA SISTEM HIDROPONIK DAN EMPAT JENIS NUTRISI GROWTH AND YIELD OF PAKCHOI (Brasicca Rapa L.) IN TWO HYDROPONIC SYSTEMS WITH FOUR TYPES OF NUTRIENTS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

Lebih terperinci

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN Desti Diana Putri/1214121050 I.PENDAHULUAN Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhan. Tumbuhan membutuhkan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN II. METOOLOGI PENELITIN. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 05, bertempat di Laboratorium udidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.. lat dan ahan lat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat dan bersifat herbacious (Ashari, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Disain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga buah unit aquaponic, yang digunakan untuk menanam tanaman Genjer (Limnocharis flava), dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki keanekaragaman tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia berprofesi sebagai

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di Soreang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman BDI. Penelitian

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu pertama April 2010 sampai minggu kedua juni 2010 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci