7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

Telepon: , , Faksimili: ,

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

BAB III METODA PENELITIAN

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

G. GUNTUR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

TUGAS MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API. Virgian Rahmanda

Efek Gempa Vulkanik Gunung Api Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Jenis Bahaya Geologi

BADAN GEOLOGI - ESDM

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

Beda antara lava dan lahar

G. SUMBING, JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 24 Mei 2009

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 31 Mei 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Transkripsi:

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop. Maluku Utara. Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : 1340 d dml : Jailolo : Strato : Tidak ada. Diamati secara visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Gamkonora di Gamsungi, Kecamatan Ibu PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Dalam tahun 1981, Philips Kasturian dkk. mendaki dari Kampung Going. Mereka memerlukan waktu 3,5 jam untuk sampai ke puncak. Jalur ini melalui lembah sebelah utara dan berhubungan langsung dengan arah mulut kawah. Pebruari 1999 Agus Solihin dkk melakukan pendakian melalui Kampung Duono, sebelah baratdaya puncak. Jalur ini relatif lebih sulit dan lama, diperlukan waktu 5 jam untuk mencapai puncak. Pada saat

kegiatan G. Ibu meningkat disarankan agar para pendaki melalui Kampung Duono karena lebih aman. SEJARAH LETUSAN Pertama kali Gunung Ibu diketahui meletus terjadi pada Agustus hingga September 1911. Tidak ada penjelasan jenis dan dampak letusan tersebut. Letusan berikutnya berlangsung 87 tahun kemudian, yaitu Desember 1998 yang menghasilkan sumbat lava. Berikut ini kronologi Letusan 1998-1999; Desember 1998 18 penduduk Kampung Duono dan Going (5-6 km dari puncak) mendengar suara dentuman disusul kepulan asap dari puncak G. Ibu, yang selama ini tidak pernah mereka lihat. Dentuman terjadi secara sporadis, tetapi kepulan asap semakin hari semakin besar. 30 beberapa penduduk melaporkan hal tersebut kepada Pengamat Gunungapi di Pos PGA Gamkonora di Kampung Gamsungi, 25 km dari Duono 31 dilakukan pemeriksaan visual dan ternyata benar terjadi letusan. Diberlakukan status Siaga Ibu Januari 1999 02 Pengamat dari Pos PGA Gamkonora mulai melakukan pengamatan visual secara intensif dari Kampung Duono 11 Tim terpadu dari Direktorat Vulkanologi tiba dan melakukan pengamatan seismik serta deformasi. Asap letusan semakin besar dan sudah berubah warna menjadi kelabu 16 Penduduk Kampung Going dan Barona, utara puncak, melihat lontaran material pijar dari puncak melampaui lereng utara, awal leleran lava? Pebruari 1999 02 Dilakukan pendakian puncak G. Ibu. Diketahui bahwa titik letusan berada di tempat di sudut utara-timurlaut pada dasar kawah. Dalam Peta Topografi Puncak G. Ibu, titik tersebut digambar sebagai cone. Magma sudah mencapai permukaan dan sudah membentuk sumbat, kemudian dikenal dengan sumbat lava 1999.

Sumbat lava 99 masih membara (A. Solihin, 1999) Letusan berlangsung secara periodik. Satu periodik berlangsung antara 45-60 detik dengan selang waktu 5-15 menit setiap siklus. Letusan disertai suara gemuruh bagaikan suara mesin jet. Sebaran material letusan berukuran abu dan pasir terbatas di sekitar puncak dan lereng, tidak ada yang mencapai perkampungan. Satu seri letusan yang terjadi pada 2 Februari 1999 (A. Solihin, 1999) Maret 1999 06 dilakukan pendakian yang kedua kalinya. Frekwensi letusan sudah mulai berkurang. Sumbat Lava 99 tidak bertambah besar, volumenya 500.000 m 3 09 status Siaga Ibu diturunkan menjadi Waspada Ibu 31 status kegiatan G. Ibu dinyatakan dalam Aktif-normal

Letusan 1998/1999 G. Ibu diawali dengan letusan freato magmatik yang menghancurkan kubah lama. Kegiatan berlanjut sebagai letusan magmatik yang berakhir dengan munculnya lava di dasar kawah kemudian dikenal sebagai Sumbat Lava 99. Mei Oktober 2001 Data satelit menunjukkan adanya aktifitas vulkanik G. Ibu selama Mei Oktober 2001. Sebuah foto yang diambil pada Mei 2000 memperlihatkan kubah lava menutupi dasar kawah. Mei Agustus 2004 Pada periode 31 Mei - 29 Agustus 2004 tercatat asap kawah putih tipis tebal mencapai ketinggian lebih kurang 50-150 meter di atas puncak. Kubah lava yang tumbuh di dalam kawah diperkirakan terus bertambah besar. Tingkat kegiatan G. Ibu berada pada tingkat Waspada (level II) April 2008 Aktivitas kegempaan G. Ibu meningkat kembali sejak terekamnya gempa letusan dengan amplituda maksimum mencapai 48 mm dan lama gempa 470 detik pada tanggal 4 dan 5 April 2008. Tanggal 6 14 April 2008 gempa letusan meningkat hingga 716 kejadian atau ratarata 80 kejadian perhari. Tanggal 15 18 April 2008 terekam gempa letusan 405 kejadian atau rata- rata 101 kejadian perhari. Gempa hembusan terekam rata-rata 50 kejadian perhari. Sedangkan getaran tremor vulkanik terekam dengan amplituda maksimum berkisar antara 1-3 mm. Tanggal 19 20 April 2008 terekam gempa letusan 241 kejadian atau 120 kejadian perhari dan gempa hembusan terekam 143 kali kejadian. Gempa tremor vulkanik masih terekam dengan amplituda maksimum yang meningkat, yaitu berkisar antara 2-25 mm. Secara visual aktivitas letusan yang keluar dari puncak G. Ibu teramati secara intensif sejak tanggal 4 April 2008. Asap letusan yang teramati berwarna kelabu dengan ketinggian berkisar antara 300 400 meter di atas puncak Ibu. Tanggal 12 17 April 2008, ketinggian asap letusan berkisar antara 500-600 meter dari Kawah G. Ibu.

Sejak 18 April 2008 hingga saat ini, ketinggian asap letusan berkisar antara 700-800 meter dari Kawah G. Ibu. Tanggal 21 April 2008 pukul 16.00 WIT Status kegiatan G. Ibu dinaikkan dari status Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Letusan G. Ibu, 24 April 2008 Pukul 16:48 WIT (Rosadi, 2008) Kubah Lava G. Ibu, 8 Desember 2009 GEOLOGI Secara geologi, batuan yang menyusun G. Ibu terdiri dari lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik (Kusdaryanto, 2000). GEOFISIKA Kegempaan G. Ibu didominasi oleh Gempa Letusan, Gempa Hembusan dan Gempa Guguran (Hardipto, 2008). Gempa Letusan mempunyai frekuensi dominan sekitar 5 10 Hz. Gempa Hembusan mempunyai frekuensi dominan 2 3 Hz. Gempa Guguran mempunyai frekuensi dominan 5 7 Hz.

( a ( b ( c Gempa G. Ibu, Desember 2008 (a) Gempa Letusan (b) Gempa Hembusan (c) Guguran GEOKIMIA Sample abu dari Letusan 1999 (Wittiri, 1999) menunjukkan bahwa komposisinya adalah Andesit (SiO 2 67,53%). Sedangkan conto abu yang diperoleh di lereng selatan pada ketinggian + 700 m (digali pada kedalaman 10 cm) diduga sebagai hasil letusan 1911 adalah Basaltik Andesit dengan kandungan SiO 2 sebesar 53,69%. Hasil analisa kimia abu Letusan G. Ibu 1911 dan 1999 (dalam satuan % berat) Unsur Abu Letusan 1911 Abu Letusan 1999 SiO 2 53,69 67,53 Al 2 O 3 18,51 14,47 Fe 2 O 3 8,77 5,00 CaO 5,82 3,13 MgO 2,73 1,04 Na 2 O 2,73 4,20 K 2 O 1,71 3,31 MnO 0,16 0,14 TiO 2 0,88 0,65 P 2 O 5 0,34 0,21 H 2 O 1,88 0,08 HD 2,73 0,19

MITIGASI BENCANA GEOLOGI Sistem Pemantauan Kegempaan G. Ibu masih dipantau dari Pos Pengamatan G. Gamkonora di Desa Gamsungi, Kecamatan Ibu. Visual Pengamatan visual dilakukan melalui pengamatan warna, tinggi dan tekanan asap yang keluar dari kawah serta pengamatan cuacanya. Kegempaan Pemantauan kegempaan dilakukan dengan menempatkan sensor gempa (seismometer, tipe L4-C satu komponen, vertical) penerima gempa dipasang di sebelah timur puncak G. Ibu pada posisi geografi 01 o 30 13,60 LU dan 127 o 37 20,70 BT, ketinggian lk. 782 m dml. Gempa yang tertangkap oleh sensor ditransmisikan dengan sistem radio telemetri ke pos pengamatan G. Gamkonora dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2. Selain itu sinyal gempa juga ditransmisikan ke Pos PGA Ternate yang selanjutnya dikirim ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung melalui satelit (VSAT). Deformasi Pemantauan deformasi G. Ibu dilakukan menggunakan EDM terhadap dua titik tetap di tubuh gunungapi dengan lokasi baseline (IBU01) berada di Desa Duono sebelah timur laut gunungapi. Lokasi BM Pengukuran dengan Metoda Deformasi EDM Lokasi Titik BM Koordinat Ketinggian (m) dpl Depan Rumah Pak Guru IBU01 01º 32,409 LU 108 Desa Duono 127º 36,071 BT Lereng I G. Ibu IBU02 01º 31,036 LU 373 127º 37,141 BT Lereng II G. Ibu IBU03 01º 31,004 LU 127º 37,167 BT 395 Geokimia Pemantauan geokimia dilakukan dengan melakukan analisa kimia air dan pengukuran suhu mata air panas yang ada di kaki G. Ibu dilakukan pada dua lokasi yaitu di Tongotesungi dan Gamlamo.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat terjadi pada masa mendatang, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu dibagi menjadi Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I (Kadarsetia, 2008). Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III di G. Ibu merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran massa seperti: awan panas dan surge, aliran lava, dan material lontaran seperti: jatuhan piroklastik lebat dan lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava kemungkinan guguran puing vulkanik ( volcanic debris avalanches ), gas racun, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan aliran lahar. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar).

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu

DAFTAR PUSTAKA Hardipto, dkk, 2008, Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Ibu, Halmahera Maluku Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Kadarsetia,.E, dkk, 2008, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Ibu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Kusumadinata., K. 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, M.Neuman van Padang, 1951, Cataloque of The Active Volcanoes of The World, Including Solfatara Field, Part I, INDONESIA International Volcanolocal Association, Napoli, Italia Paul Kimberly et all, 1998, Volcanoes of Indonesia, Smithsonian Institution Global Volcanism Program, Compact Disk SR. Wittiri dkk., 1999, Laporan Letusan Gunung Ibu, Desember 1998 - Maret 1999, Direktorat Vulkanologi 1999, G. Ibu dan Gunungapi Lainnya di Maluku Utara, Direktorat Vulkanologi Kusdaryanto, Agus Budianto, 2000, Pemetaan Geologi Foto Gunungapi Ibu, Halmahera, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan. Rosadi, U., dkk. 2008. Laporan Letusan Gunung Ibu, Halmahera-Maluku Utara April 2008, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi