(x + y z) Kadar Air = x 100% y Kadar bahan kering sampel dapat diketahui dengan rumus : Bahan kering (BK) = (100 Kadar Air) %



dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Bab III Bahan dan Metode

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Pupuk dolomit SNI

Lampiran 1 Formulir organoleptik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

II. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

3 Metodologi Penelitian

Pupuk super fosfat tunggal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

Lampiran 1 Prosedur analisis fisik

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

3 Metodologi Penelitian

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A B. 2. Penetapan kadar protein dengan metode Semi Mikro Kjeldahl (SNI ) Lampiran 1 Prosedur analisis kimia

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

Lampiran 1 Lay out penelitian I

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

IV. METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

Transkripsi:

Lampiran 1. Prosedur analisa laboratorium 1. Kadar air Botol timbang dikeringkan terlebih dahulu selama 1 jam dalam oven pada suhu 105 C, lalu didinginkan dalam eksikator dan kemudian beratnya ditimbang (x). Sampel ditimbang seberat 5 gram (y), dimasukkan ke dalam botol timbang, kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 4 6 jam pada suhu 105 C, lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang kembali. Pekerjaan ini diulang sampai 3 kali, hingga dicapai berat konstan (z). Adapun rumus penentuan kadar air sebagai berikut: 2. Kadar abu (x + y z) Kadar Air = x 100% y Kadar bahan kering sampel dapat diketahui dengan rumus : Bahan kering (BK) = (100 Kadar Air) % Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105 C selama beberapa jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan berat awal ditimbang (x). Sampel bahan ditimbang dengan berat kira-kira 5 gram (y) dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel tersebut dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai titik berasap lagi, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400-600 C. Sesudah sampel abu berwarna putih, seluruh sampel diangkat dan didinginkan dalam eksikator. Setelah kira-kira 1 jam sampel ditimbang kembali (z). Adapun rumus penentuan kadar abu menggunakan rumus sebagai berikut: 3. Kadar protein kasar ( z x ) Kadar Abu = x 100% y Kadar bahan organik dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Bahan Organik (BO) = ( Bahan Kering (BK) Abu ) % Prinsip analisa adalah pengukuran kadar nitrogen (N) dari sampel dengan menggunakan Metode makro Kjeldahl. Ada 3 tahap analisa protein yaitu : 1. Tahap Destruksi 2. Tahap Destilasi 58

3. Tahap Titrasi Cara Kerja : 1. Kira-kira sebanyak 0.3 g sampel (X) ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, setelah itu sampel dimasukkan ke dalam labu destruksi. Kedalam labu ditambahkan kira-kira 3 sendok kecil katalis campuran ( selenium 4 gr + CuSO 4.5H 2 O 3 g + Na 2 SO 4 190 g ) serta 20 ml H 2 SO 4 pekat teknis secara homogen. Campuran tersebut dipanaskan dengan alat destruksi mula-mula pada posisi low selama 10 menit, kemudian pada posisi medium selama 5 menit dan high sampai larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan; proses ini berlangsung di dalam ruang asam. 2. Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan tersebut di masukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml aquadest yang tidak mengandung N. Tambahkan beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100 ml NaOH 33%. Kemudian labu penyuling dipasang dengan cepat di atas alat penyuling. Proses penyulingan ini diteruskan hingga semua N telah tertangkap oleh H 2 SO 4 yang ada di dalam erlenmeyer atau bila 2/3 dari cairan dalam labu penyuling telah menguap (Tahap Destilasi). 3. Labu erlenmeyer yang berisi hasil sulingan tersebut diambil dan kelebihan H 2 SO 4 dititer kembali dengan menggunakan larutan NaOH 0.3 N. Proses titrasi berhenti setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi. Volume NaOH dicatat ( z ml ), kemudian dibandingkan dengan titar blanko ( y ml). (Tahap Titrasi). Adapun rumus penentuan kadar protein kasar sebagai berikut: ( y z ) x titar NaOH x 0,014 x 6,25 Protein Kasar = x 100% Berat Sampel ( x ) g 4. Kadar lemak kasar (Metode Sochlet) Cara Kerja : Prinsip : Ekstraksi lemak dengan menggunakan pelarut organik. 59

1. Sebuah labu lemak dengan menggunakan beberapa butir batu didih di dalamnya, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105-110 C selama 1 jam. Labu didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang ( a gram). 2. Sampel ditimbang kira-kira 1 g ( x gram) dengan catatan jumlah sampel juga tergantung dengan kadar lemak bahan. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring dan ditutup dengan kapas yang bebas lemak. 3. Selongsong dimasukkan ke dalam alat FATEX-S dan ditambahkan larutan petroleum Ether sebagai larutan pengekstrak. 4. Alat FATEX-S diatur suhunya pada 60 C dan waktu selama 25 menit. Proses ekstraksi dilakukan sampai alat berbunyi, kemudian larutan petroleum ether diturunkan bersama lemak yang telah larut. Lakukan proses evaporasi dengan merubah suhu pada 105 C sampai alat FATEX-S berbunyi. Proses ekstraksi dan evaporasi dilakukan sebanyak 2 kali. 5. Selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam alat pengering oven dengan suhu 105 C selama kira-kira 1 jam. Setelah itu didinginkan di dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang kembali ( b gram ). Adapun rumus penentuan kadar lemak kasar sebagai berikut: ( b a ) Kadar Lemak Kasar = x 100% x 5. Kadar serat kasar Prinsip : Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak dapat larut dalam H 2 SO 4 0.3 N dan dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut dipanaskan selama 30 menit. Serat kasar terdiri dari sellulosa, hemisellulosa, lignin dan silika serta sebagian pentosan-pentosan. Cara Kerja : 1. Sampel ditimbang seberat 1 gram (x) dan dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml. Sampel ditambahkan 50 ml H 2 SO 4 0.3 N dan dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. 2. Setelah itu ke dalam gelas piala ditambahkan pula 25 ml NaOH 1.5 N dan terus dididihkan kembali selama 30 menit kedua. Waktu pendidihan diperhatikan agar api tidak terlalu besar dan cairan tidak meluap dan tumpah. 60

3. Sebuah kertas saring ditimbang seberat ( a ) gram. 4. Cairan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring yang sudah ditimbang sebelumnya dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong Buchner. Proses penyaringan berturut-turut dicuci dengan : - 50 ml air panas - 50 ml H 2 SO 4 0.3 N - 50 ml air panas - 25 ml Aceton 5. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 C. 6. Kertas saring dan isisnya yang telah dikerngkan didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan timbang ( y ) gram. 7. Setelah itu kertas saring dan isinya dipijarkan di dalam tanur sampai menjadi putih dan dinginkan kembali serta timbang ( z ) gram. Adapun rumus penentuan kadar serat kasar sebagai berikut: ( y z a ) Kadar Serat Kasar = x 100% x Penetapan Ca dengan Metode Titrasi KMnO 4 (Apriyantono et al. 1989) Prinsip : Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat. Endapan dilarutkan dalam H 2 SO 4 encer panas dan dititrasi dengan KMnO 4. Cara Kerja: 1. Sebanyak 20 100 ml larutan abu hasil pengabuan kering dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Jika perlu ditambahkan 25 50 ml akuades. 2. Selanjutnya 10 ml larutan amonium oksalat jenuh dan 2 tetes indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan abu tersebut 3. Amonia encer ditambahkan untuk membuat larutan menjadi sedikit basa, kemudian larutan ditambahkan beberapa tetes asam asetat sampai warna larutan merah muda (ph 5.0) dan bersifat sedikit asam. 4. Larutan dipanaskan sampai mendidih, kemudian didiamkan selama minimum 4 jam atau semalam pada suhu kamar. 61

5. Penyaringan dilakukan menggunakan kertas saring Whatman No. 42 dan dilakukan pembilasan dengan akuades sampai filtrat bebas oksalat (jika digunakan HCl dalam pembuatan larutan abu, filtrat hasil saringan terakhir harus bebas Cl dengan mengujinya menggunakan AgNO 3 ). 6. Ujung kertas saring dilubangi dengan menggunakan batang gelas, kemudian dilakukan pembilasan dan endapan dipindahkan dengan H 2 SO 4 encer (1 + 4) panas ke dalam gelas piala bekas tempat mengendapkan kalsium. Kemudian dilakukan pembilasan satu kali lagi dengan air panas. 7. Selagi panas (70-80 C) dilakukan titrasi dengan larutan KMnO 4 0,01N sampai larutan berwarna merah jambu permanen yang pertama. 8. Kertas saring dimasukkan dan titrasi dilakukan sampai terjadi warna merah jambu permanen yang kedua. 9. Adapun rumus perhitungan kadar Ca dalam sampel sebagai berikut: ml titrasi x 0,2 x total volume larutan abu mgca/100g sampel = x 100 vol larutan abu x berat sampel Jika normalitas KMnO 4 tidak sama dengan 0,01 N, maka: ml titrasi x N.KMnO 4 x 20 x vol. total lar. abu mgca/100g sampel = x 100 vol larutan abu x berat sampel Penetapan Fosfor Metode Molibdat-Vanadat (Apriyantono et al. 1989) Prinsip : Sampel diperlakukan dengan asam nitrat untuk mengubah semua metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat, kemudian sampel diperlakukan dengan asam molibdat dan asam vanadat sehingga ortofosfat yang ada di dalam sampel akan bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut dan membentuk kompleks asam vanadimolibdifosfat yang berwarna kuning orange. Intensitas warna dari senyawa kompleks tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm dan dibandingkan dengan standar fosfor yang telah diketahui konsentrasinya. Persiapan Pereaksi : 1. Persiapan Vanadat-Molibdat + Sebanyak 20 g amonium molibdat dilarutkan ke dalam 400 ml akuades hangat (50 C), lalu didinginkan. 62

+ Selanjutnya 1 g amonium vanadat (amonium meta vanadat) dilarutkan ke dalam 300 ml akuades mendidih, kemudian didinginkan. Perlahan-lahan 140 ml asam nitrat pekat ditambahkan sambil diaduk. + Larutan molibdat dimasukkan ke dalam larutan vanadat dan di aduk. Kemudian diencerkan sampai volume 1 liter dengan akuades. 2. Larutan fosfat standar : + Potasium dihidrogen fosfat kering ditimbang sebanyak 3.834 g + Kemudian dilarutkan ke dalam akuades dan diencerkan sampai volume 1 liter. + Selanjutnya larutan diambil sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan diencerkan sampai tanda tera (1 ml = 0,2 mg P 2 O 5 ). Cara Kerja : Pembuatan Kurva Standar : 1. Larutan fosfat standar masing-masing sebanyak: 0;2.5;5;10;20;30;40 dan 50 ml dimasukkan ke dalam satu seri labu takar 100 ml. 2. Kemudian diencerkan masing-masing alikuot sampai volume 50 60 ml dengan akuades. 3. Sebanyak 25 ml pereaksi vanadat-molibdat ditambahkan ke dalam masingmasing labu takar dan diencerkan sampai volume 100 ml dengan akuades. 4. Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian diukur absorbansi masingmasing larutan di dalam kuvet gelas dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. 5. Masing-masing larutan tersebut mengandung : 0, 0.5, 1.0, 2.0, 4.0, 6.0, 8.0 dan 10 mg P 2 O 5 /100 ml, selanjutnya dibuat kurva absorbansi vs mg P 2 O 5 /100 ml. Tahapan Sampel Tahapan sampel terdiri dari tahapan a atau b. Tahapan b dilakukan apabila tidak tersedia sampel bentuk abu. Tahapan a: 1. Sebanyak 10 ml HCl 5 M ditambahkan pada sejumlah abu dari hasil pengabuan kering, lalu didinginkan. 2. Larutan disaring dengan kertas saring No. 1 dan filtrat dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml. 63

3. Cawan dibilas dengan akuades, kemudian dicampurkan air pembilas yang telah disaring dengan filtrat di dalam labu takar. 4. Endapan dicuci di dalam kertas saring sebanyak 2 kali masing-masing dengan 20 ml akuades. 5. Selanjutnya filtrat diencerkan sampai tanda tera. Tahapan b: 1. Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala 150 ml. 2. Lalu ditambahkan 20 ml asam nitrat pekat, kemudian dididihkan selama 5 menit. 3. Larutan didinginkan dan ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat. 4. Selanjutnya dipanaskan dan disempurnakan digestion dengan penambahan HNO 3 setetes demi setetes sampai larutan tidak berwarna. 5. Larutan dipanaskan sampai timbul asap putih, kemudian didinginkan. 6. Akuades ditambahkan sebanyak 15 ml dan dididihkan lagi selama 10 menit. 7. Larutan didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu takar 250 ml. 8. Gelas piala dibilas sampai bersih, bilasan dimasukkan ke dalam labu takar. 9. Larutan diencerkan di dalam labu takar sampai tanda tera dengan akuades. Penetapan Sampel: 1. Larutan yang dihasilkan dengan cara a atau b diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. 2. Lalu ditambahkan 40 ml akuades dan 25 ml pereaksi vanadat molibdat. 3. Diencerkan dengan akuades sampai tanda tera. 4. Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm. 5. Konsentrasi fosfor dicatat dari kurva standar berdasarkan absorban yang terbaca. Perhitungan: C x 2.5 % Fosfor dalam sampel (P 2 O 5 ) = x 100% W C = Konsentrasi fosfor dalam sampel (mg/100 ml) yang terbaca W = Berat sampel yang digunakan 64

Penetapan Magnesium (Apriyantono et al. 1989) Prinsip : Di dalam larutan alkali yang telah dihilangkan kalsium dan besinya, magnesium diendapkan sebagai magnesium amonium fosfat. Endapan dilarutkan di dalam larutan asam dan jumlah fosfor dapat ditentukan secara kolorimetrik, dengan demikian jumlah magnesium juga dapat ditentukan. Cara Kerja: 1. Sebanyak 10 ml larutan abu dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse 15 ml berskala dan ditambahkan 1 tetes indikator metil merah. 2. Larutan dinetralkan dengan NH 4 OH. 3. Selanjutnya larutan ditambahkan 1 ml amonium oksalat dan larutan diencerkan menjadi 13 ml dengan menggunakan akuades. 4. Kemudian diaduk dan didiamkan semalam. 5. Larutan disentrifuse selama 10 menit dan endapannya dibuang. 6. Selanjutnya 1 ml larutan supernatan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse 15 ml. 7. Sebanyak 3 ml air, 1 ml amonium fosfat dan 2 ml NH 4 OH ditambahkan ke dalam larutan supernatan, kemudian diaduk dan didiamkan semalam. 8. Selanjutnya larutan disentrifuse selama 7 menit, kemudian larutan supernatan dibuang dan ditambahkan 5 ml NH 4 OH encer. 9. Kemudian larutan disentrifuse lagi selama 7 menit dan larutan supernatan dibuang. 10. Endapan dikeringkan dengan meletakkan tabung ke dalam wadah berisi air panas. 11. Sebanyak 1 ml HCl encer dan 5 ml air ditambahkan untuk melarutkan endapan. 12. Sebanyak 1 ml asam molibdat, 0,5 ml hidrokuinon dan 0,5 ml Na-sulfit ditambahkan, diaduk dan didiamkan selama 30 menit. 13. Larutan dipindahkan ke dalam kuvet dan dibaca absorbansinya pada kolorimeter dengan menggunakan filter merah No. 66. 14. Skala pada alat diatur pada angka 0 dengan menggunakan air. Kurva Standar 1. Sebanyak 0,4389 g potasium dihidrogen fosfat dilarutkan di dalam air dan diencerkan sampai volume 1 liter (1 ml = 0,1 mg, P = 0,0784 mg Mg). 65

2. Untuk menyiapkan kurva standar, digunakan alikuot dari larutan standar dari 0,1 sampai 0,5 ml. 3. Setiap standar dikerjakan seperti langkah 1 14 di atas. Penetapan Fe dan Zn menggunakan AAS (Apriyantono et al. 1989) Prinsip : Sesudah menghilangkan bahan-bahan organik dengan pengabuan kering atau basah, residu dilarutkan dalam asam encer. Larutan disebarkan dalam nyala api yang ada di dalam alat AAS sehingga absorpsi atau emisi logam dapat dianalisis dan diukur pada panjang gelombang tertentu. Zat pereaksi yang dibutuhkan antara lain: 1. HCl 6N, 3N, dan 0.3N 2. Lantanum klorida 10% 3. Akuades mutu tinggi atau air bebas ion 4. Kertas saring Whatman No. 541 atau Schleicher and Schull No. 589-1. Cuci kertas saring sebelum digunakan dengan HCl 3N untuk menghilangkan tracemetal. 5. Larutan stock standar 1000 mg/l. Timbang sejumlah pereaksi, seperti pada tabel 1 di bawah. Larutkan garam tersebut dalam 25 ml HCl 3N kemudian encerkan menjadi 250 ml dengan air. Tabel Berat garam yang diperlukan untuk membuat larutan standar logam Logam Pereaksi Berat pereaksi (g) per 250 ml larutan Besi (Fe) Fe 2 (SO 4 ) 3 (NH 4 ) 2 SO 4.24H 2 O 2.158 Seng (Zn) ZnSO 4.7H 2 O 1.100 6. Larutan standar Larutan stock standar diencerkan dengan air (jika persiapan sampel dilakukan dengan pengabuan basah) atau HCl 0.3N (pengabuan kering) sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja, masing-masing logam. 66

Logam Besi (Fe) Seng (Zn) Keterangan : Cara Kerja : Tabel Kondisi yang direkomendasikan untuk analisis logam dengan sistem nyala asetilen-udara Panjang Gelombang ( A ) 248.3 213.9 Absorpsi (A) Atau Emisi (E) A A Limit Deteksi (µ logam/ml) 0.03 0.004 Kisaran Kerja (µ logam/ml) 0.05 5 0.1 2 (1) Nilai di dalam kurung menyatakan bahwa kurva kalibrasi linier sampai nilai ini. 1. Larutan abu berasal dari pengabuan basah a. Larutan abu dipindahkan ke dalam labu takar, dipilih labu takar yang sesuai sehingga diperoleh konsentrasi logam yang sesuai dengan kisaran kerjanya. b. Larutan ditepatkan sampai tanda tera dengan air, kemudian dicampur secara merata. 2. Abu berasal dari pengabuan kering a. Sebanyak 5 6 ml HCl 6Nditambahkan ke dalam cawan/pinggan berisi abu, kemudian dengan hati-hati dipanaskan di atas hot plate (pemanas) dengan pemanasan rendah sampai kering. b. Lalu ditambahkan 15 ml HCl 3N, cawan dipanaskan di atas pemanas sampai mulai mendidih. c. Setelah itu didinginkan dan disaring melalui kertas saring, dimasukkan filtrat ke dalam labu takar yang sesuai. Diusahakan padatan tertinggi sebanyak mungkin dalam cawan. d. Kemudian ditambahkan 10 ml HCl 3N ke dalam cawan, dipanaskan sampai larutan mulai mendidih. e. Lalu didinginkan, disaring, dan dimasukkan filtrat ke dalam labu takar. f. Cawan dicuci dengan air sedikitnya tiga kali, kemudian disaring dan air cucian lalu dimasukkan ke dalam labu takar. g. Kertas saring dicuci dan air cucian dimasukkan ke dalam labu takar. h. Jika akan menentukan kadar kalsium, ditambahkan 5 ml larutan lantanum klorida untuk setiap 100 ml larutan. i. Lalu didinginkan dan isi labu diencerkan sampai tanda tera dengan air. 67

j. Blanko disiapkan dengan menggunakan sejumlah pereaksi yang sama, kemudian tahap 1 sampai dengan 9 dilakukan. 3. Kalibrasi Alat dan Penetapan Sampel a. Alat AAS diatur sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut. b. Larutan standar logam dan blanko diukur. c. Larutan sampel diukur. Selama penetapan sampel, diperiksa secara periodik apakah nilai standar tetap konstan. d. Kurva standar dibuat untuk masing-masing logam (nilai absorpsi/emisi vs konsentrasi logam dalam µ g/ml). 4. Perhitungan: Penentuan konsentrasi logam dalam sampel dari kurva standar yang diperoleh adalah: Berat sampel (g) = W Volume ekstrak = V Konsentrasi larutan sampel (µ g/ml) = a Konsentrasi larutan blanko µ g/ml) = b ( a b ) x V Kadar logam (mg/100 g) = 10 W ( a b ) x V Kadar logam (mg/1000 g) = W Penentuan β-karoten: Metode II (Apriyantono, et al. 1989) Prinsip : Pigmen diekstrak dari bahan dengan menggunakan pelarut asetonheksana. Pigmen dipisahkan dari pigmen lainnya dengan menggunakan kolom adsorpsi Magnesium oksida-supercel, kemudian diukur adsorbansinya pada 436 nm. Pereaksi: 1. Aseton dengan sejumlah Na 2 SO 4 anhydrous, disaring dan ditambahkan beberapa potong seng berbentuk granular (10 mesh) kemudian didestilasi sehingga didapat aseton murni. 2. Heksana, titik didih 60-70 C 3. Adsorben : campuran Magnesium oksida + supercel 1 : 1 68

Peralatan: 1. Kolom adsorpsi : tinggi 17 cm, diameter 2 cm. 2. Penyodok : panjang 25 cm, terbuat dari gelas, salah satu ujungnya rata. 3. Pompa vakum Cara Kerja: a. Ekstraksi buah dan sayuran kering: 1. Sampel digiling sampai lolos ayakan 40 mesh 2. Kemudian ditimbang tepat 1 4 g sampel, ditempatkan dalam timbel dan dimasukkan ke dalam Soxhlet extractor. 3. Lalu ditambahkan 30 ml campuran aseton komersil dan heksana (3 + 7) ke dalam labu soxhlet, refluks selama 1 jam atau lebih dengan kecepatan 1 3 tetes per detik sampai tidak ada lagi warna yang terekstrak, didinginkan pada suhu ruang dan ditepatkan volume hasil ekstraksi menjadi 100 ml dengan heksana. 4. Alternatif lain, ditambahkan pelarut ke dalam sampel yang sudah digiling halus dan dibiarkan di dalam tempat gelap semalam pada suhu ruang. Kemudian ekstrak didekantasi atau disaring, dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, residu dicuci, kemudian ditepatkan sampai tanda tera dengan heksana. Larutan ini sekarang mengandung aseton 9%. b. Ekstraksi buah dan sayuran segar atau olahan: 1. Sejumlah sampel dihancurkan di dalam blender (untuk bahan segar, jika analisa tidak segera dilakukan, bahan diblansir dalam air mendidih selama 5 10 menit, disimpan dalam keadaan beku). 2. Sampel sebanyak 5 10 g diekstrak dengan campuran 40 ml aseton dan 60 ml heksana dan 0.1 g MgCO 3 di dalam blender selama 5 menit. 3. Residu dibiarkan mengendap, kemudian didekantasi dalam labu pemisah (ekstrak dikeluarkan). 4. Residu dicuci dua kali masing-masing dengan 25 ml aseton, kemudian dicuci lagi dengan 25 ml heksana. 5. Seluruh ekstraksi yang diperoleh digabungkan. 6. Kemudian dipisahkan dan aseton diambil/dibuang dari ekstrak dengan pencucian menggunakan air berkali-kali. 69

7. Lapisan atas dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml yang telah berisi 9 ml aseton dan diencerkan sampai tanda tera dengan heksana (jika didinginkan alkohol dapat digunakan untuk menggantikan aseton dalam tahap ekstraksi). Pemisahan pigmen secara kromatografi 1. Kolom kromatografi disiapkan dengan adsorben campuran magnesia aktif dan supercel ( 1 + 1 ) seperti pada Metode I. 2. Lapisan Na 2 SO 4 anhydrous ditempatkan setinggi 1 cm di atas lapisan adsorben. 3. Dengan menggunakan vakum secara kontinyu pada kolom, dimasukkan 50 ml ekstrak pigmen ke dalam kolom. 4. Elusi dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton heksana. Lapisan atas dijaga agar selalu terisi dengan pelarut selama operasi. 5. Karoten akan melewati kolom secara cepat. Band (pita) xantofil, produk oksidasi karoten dan klorofil akan teradsorpsi dalam kolom. 6. Hasil elusi dikumpulkan, jika warna larutan terang, dipekatkan dengan tekanan rendah (vakum), ditepatkan sampai volume tertentu dengan menggunakan aseton 9% dalam heksana. 7. Warna diukur pada 436 nm. Alat diatur pada 100% T dengan menggunakan aseton 9% dalam heksana. 8. Konsentrasi karoten ditentukan dalam sampel berdasarkan kurva standar yang dibuat. Pembuatan Kurva Standar 1. Sebanyak 25 mg β-karoten murni ditimbang dengan teliti. Kemudian dilarutkan dalam 2.5 ml kloroform dan dibuat menjadi 250 ml dengan petroleum eter (1 ml = 0.1 mg atau 100 µg). 2. Larutan sebanyak 10 ml diencerkan menjadi 100 ml dengan petroleum eter (1 ml = 0.01 mg atau 10 µg). 3. Sebanyak 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ml larutan ini dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang terpisah. Masing-masing labu ukur diisi dengan 3 ml aseton. 4. Kemudian diencerkan sampai tanda tera dengan petroleum eter, sehingga konsentrasinya akan menjadi 0.5, 1.0, 2.0, 2.5, dan 3.0 µg per ml. 5. Optikal density (OD) larutan ini diukur pada 452 nm dengan menggunakan aseton 3% dalam petroleum eter sebagai blanko. 70

6. Setelah itu dibuat grafik hubungan antara optical density dengan konsentrasi β- karoten. Perhitungan: µg karoten per ml x pengenceran x 100 yang terbaca dari kurva standar Mg β-karoten = per 100 g Berat sampel x 1000 Penetapan Vitamin C Metode Titrasi Iodium (Jacobs) (Sudarmadji et al. 1984) 1. Sebanyak 200 300 g bahan ditimbang dan dihancurkan dalam waring blender sampai diperoleh slurry. Kemudian 10 30 g slurry ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan akuades sampai tanda, lalu disaring dengan Krus Gooch atau dengan sentrifuse untuk memisahkan filtratnya. 2. Sebanyak 5 25 filtrat diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml, kemudian ditambahkan 2 ml larutan amilum 1 % (soluble starch) dan ditambahkan 20 ml akuades bila perlu. 3. Kemudian dititrasi dengan 0,01 N standard iodium 4. Perhitungan : 1 ml 0,01N Iodium = 0,88 mg asam askorbat Lampiran 2. Penetapan mineral Fe dan Zn dari plasma perkutut Metoda pengukuran Fe adalah sebagai berikut : Peralatan 1. Atome Absorbtion Spektrophatometer merek GBC Type 906-AA dengan kondisi Wavelength : 248,3 nm Skit : 0,2 nm Lamp current : 5,0 ma Flame type : Air Acetylene (oxidizing) 2. Labu ukur 1000 ml terkalibrasi 3. Labu ukur 100 ml terkalibrasi 4. Pipet 1 ml terkalibrasi 5. Pipet 2 ml terkalibrasi 6. Syringe 100 µl 71

Pereaksi yang digunakan 1. Standar Fe 1000 µg/ml, masukkan standar Fe yang mengandung 1,0 µg/ml (tritisal) kedalam labu ukur 1000 ml, kemudian encerkan dengan larutan HCl 0,1 M hingga tanda tera, kocok hingga homogen. 2. Standar Fe 100 µg/ml, pipet 10 ml larutan standar Standar Fe 1000 µg/ml masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tera hingga tanda garis dengan aquades, kocok hingga homogen. 3. Standar Fe 2 µg/ml - 10 µg/ml, pipet larutan Standar Fe 100 µg/ml sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml. masing-masing masukkan kedalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan hingga tanda tera dengan aquades, kocok hingga homogen. Metoda pengukuran Zn adalah sebagai berikut : 1. Atome Absorbtion Spektrophatometer merek GBC Type 906-AA dengan kondisi Wavelength : 213,9 nm Skit : 0,5 nm Lamp current : 5,0 ma Flame type : Air Acetylene (oxidizing) 2. Labu ukur 1000 ml terkalibrasi 3. Labu ukur 100 ml terkalibrasi 4. Pipet 1 ml terkalibrasi 5. Pipet 2 ml terkalibrasi 6. Syringe 100 µl Pereaksi yang digunakan 1. Standar Zn 1000 µg/ml, masukkan standar zn yang mengandung 1,0 µg/ml (tritisal) kedalam labu ukur 1000 ml, kemudian encerkan dengan larutan HCl 0,1 M hingga tanda tera, kocok hingga homogen. 2. Standar Zn 10 µg/ml, pipet 1 ml larutan standar Zn 1000 µg/ml, masukkan kedalam labu ukur 100 ml, encerkan hingga tanda tera dengan aquades. 3. buat larutan deret standar Zn 0,4 µg/ml 1,6 µg/ml, pipet Standar 0,4 ml, 0,8 ml, 1,2 ml dan 1,6 ml masukkan masing-masing kedalam labu ukur 100 ml, kemudian encerkan hingga tanda tera dengan aquades. 4. HCl 0,1 M 5 Aquabides 72

Cara Kerja Pipet 100 µl plasma darah dengan menggunakan syringe masukkan dalam vial 1 ml, kemudian encerkan hingga tanda tera dengan aquades kocok hingga homogen, larutan siap untuk dibaca dengan kondisi AAS seperti diatas. Lampiran 3. Kandungan nutrien daun segar tanaman saga, sambiloto, dan pare hutan (As fed) Komponen Daun Saga Daun Sambiloto Daun Pare Hutan Kadar Air (%) 83.39 79.50 83.25 Bahan Kering (%) 16.61 20.50 16.75 Kadar Abu (%) 1.49 3.01 2.14 Protein Kasar (%) 4.28 3.38 4.03 Lemak Kasar (%) 0.75 0.26 0.11 Serat Kasar (%) 3.00 1.65 1.37 Ca (mg/100 g) 1.47 73.00 100.00 P (mg/100 g) 94.90 96.00 121.00 Vit. A (mg/100 g) 1.08 0.93 0.95 Lampiran 4. Hasil anova heterofil perkutut Analysis of Variance for Heterofil Source DF SS MS F P Perlakua 4 377 94 0.36 0.830 Error 10 2604 260 Total 14 2982 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -+---------+---------+---------+--- 1 2 53.50 0.71 (------------*-----------) 2 4 46.75 15.35 (--------*--------) 3 2 43.50 24.75 (------------*-----------) 4 4 57.00 18.40 (--------*-------) 5 3 54.67 11.59 (---------*----------) -+---------+---------+---------+--- Pooled StDev = 16.14 20 40 60 80 Lampiran 5. Hasil anova monosit perkutut 73

Analysis of Variance for Monosit Source DF SS MS F P Perlakua 4 3.48 0.87 0.33 0.850 Error 10 26.25 2.62 Total 14 29.73 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+- 1 2 1.50 0.71 (-----------*------------) 2 4 0.50 0.58 (---------*--------) 3 2 0.00 0.00 (------------*------------) 4 4 1.25 2.50 (--------*--------) 5 3 1.00 1.73 (---------*---------) ---+---------+---------+---------+- Pooled StDev = 1.620-2.0 0.0 2.0 4.0 Lampiran 6. Hasil anova limfosit perkutut Analysis of Variance for Limfosit Source DF SS MS F P Perlakua 4 447 112 0.41 0.797 Error 10 2721 272 Total 14 3168 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -+---------+---------+---------+--- 1 2 45.00 0.00 (------------*-----------) 2 4 52.75 15.37 (--------*---------) 3 2 56.50 24.75 (------------*------------) 4 4 41.75 19.45 (--------*--------) 5 3 44.33 11.50 (---------*----------) -+---------+---------+---------+--- Pooled StDev = 16.49 20 40 60 80 Lampiran 7. Hasil anova zat besi (Fe) perkutut Analysis of Variance for Zat Besi (Fe) Source DF SS MS F P Perlakua 4 151.95 37.99 26.64 0.000 Error 8 11.41 1.43 Total 12 163.36 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----------+---------+---------+---- 1 2 4.47 0.40 (-----*----) 2 3 11.04 1.43 (----*---) 3 2 2.26 1.56 (----*-----) 4 3 3.05 1.11 (----*---) 5 3 2.72 1.07 (----*---) ----------+---------+---------+---- Pooled StDev = 1.194 3.5 7.0 10.5 Lampiran 8. Hasil anova seng (Zn) perkutut Analysis of Variance for Seng (Zn) 74

Source DF SS MS F P Perlakua 4 34.08 8.52 2.05 0.179 Error 8 33.18 4.15 Total 12 67.27 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----------+---------+---------+---- 1 2 6.47 0.94 (-----------*----------) 2 3 2.90 0.78 (--------*--------) 3 2 5.78 0.28 (----------*----------) 4 3 7.17 2.98 (--------*--------) 5 3 6.68 2.57 (--------*--------) ----------+---------+---------+---- Pooled StDev = 2.037 3.0 6.0 9.0 Lampiran 9. Hasil anova testosteron perkutut Analysis of Variance for Testosteron Source DF SS MS F P Perlakua 4 165.0 41.2 1.62 0.243 Error 10 253.9 25.4 Total 14 418.9 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ------+---------+---------+-------+ 1 2 11.00 1.41 (-----------*----------) 2 4 13.25 1.55 (-------*-------) 3 2 18.50 4.95 (----------*-----------) 4 4 19.62 8.29 (-------*-------) 5 3 13.00 2.65 (---------*--------) ------+---------+---------+-------+ Pooled StDev = 5.039 7.0 14.0 21.0 28.0 Lampiran 10. Hasil anova durasi silabel Analysis of Variance for Durasi Syllable Source DF SS MS F P perlakua 4 0.00356 0.00089 0.60 0.665 Error 17 0.02502 0.00147 Total 21 0.02858 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----------+---------+---------+---- 0 5 0.190 0.026 (-----------*-----------) 1 5 0.192 0.041 (-----------*-----------) 2 4 0.193 0.050 (------------*-------------) 3 5 0.220 0.043 (-----------*-----------) 4 3 0.213 0.015 (--------------*---------------) ----------+---------+---------+---- Pooled StDev = 0.03836 0.180 0.210 0.240 Lampiran 11. Hasil anova durasi antar silabel Analysis of Variance for Durasi Antar Syllable Source DF SS MS F P perlakua 4 0.003059 0.000765 0.92 0.477 75

Error 17 0.014200 0.000835 Total 21 0.017259 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -----+---------+---------+-------+- 0 5 0.090 0.019 (----------*----------) 1 5 0.106 0.015 (----------*----------) 2 4 0.110 0.014 (-----------*-----------) 3 5 0.122 0.053 (----------*----------) 4 3 0.120 0.010 (-------------*-------------) -----+---------+---------+-------+- Pooled StDev = 0.02890 0.075 0.100 0.125 0.150 Lampiran 12. Oscillogram durasi suara (silabel dan antar silabel) perkutut Oscillogram Perlakuan D (penambahan ekstrak daun pare) Oscillogram Perlakuan E (kombinasi ekstrak daun saga, sambiloto dan pare) 76

Oscillogram Perlakuan B (penambahan ekstrak daun saga) Oscillogram Perlakuan A (ransum kontrol) Oscillogram Perlakuan C (penambahan ekstrak daun sambiloto) 77