ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI KERTAS: STUDI KASUS DI PT. PINDO DELI PULP AND PAPER UNIT PAPER MACHINE 12, KARAWANG JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK SKRIPSI DILZAR DIAN WIJAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 2 Landasan Teori

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU PRODUKSI MIE DENGAN METODE SILVER MEAL (Studi Kasus di PT. Surya Pratista Hutama manufactory, Sidoarjo)

USULAN PENENTUAN TEKNIK LOT SIZING TERBAIK DENGAN MINIMASI BIAYA DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN CANVAS EP 200 CONVEYOR BELT DI PT.

Bab 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PERAMALAN PERMINTAAN DAN PERENCANAAN PEMESANAN PUPUK SERTA PENERAPAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PT. INDONUSA AGROMULIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri baik industri manufaktur maupun jasa

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

ABSTRACT. Key Words : Raw Materials, Material Requirement Planning, Lot for Lot. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

Transkripsi:

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI KERTAS: STUDI KASUS DI PT. PINDO DELI PULP AND PAPER UNIT PAPER MACHINE 12, KARAWANG JAWA BARAT NADIA SHALIHA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

DHH An Inventory Control Analysis of Raw Materials in Paper Industry: A Case Study at PT. Pindo Deli Pulp and Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat. by: 1) Nadia Shaliha, 2) Bintang CH Simangunsong INTRODUCTION: Every company must establish a good inventory control policy. Inventory control ensure goods are received at the right time and right amount. If the inventory is too big it would increase costs incurred by a company, whereas if the inventory is too small there would be a risk such as stock out or consumer demand not be met. The research aims to identify, analyze, and evaluate the inventory control system for materials at PT. Pindo Deli Pulp and Paper, and plan inventory control system for the year 2012. METHOD: Material Requirements Planning (MRP) with techniques such as Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC) were investigated and then compared with company's methods for determining optimum inventory. To plan inventory control for 2012, the paper production in 2012 was first estimated using the time series techniques such as Moving Average (MA), Weight Moving Average (WMA), Single exponential smoothing, and Linear Regression with or without Seasonal Data and followed by using MRP techniques. RESULT: LFL technique was found to be the best MRP system since it generates the lowest inventory cost. Applicantion of this technique would save about US$1,45 million in years 2011, a 5,35% saving. Meanwhile, for years 2012, LTC technique would be the best MRP system. It would save about US$1,86 million, a 7,79% saving. LTC was then recommended since it has a least inventory cost and can avoid stock out. KEYWORDS: Material Requirements Planning (MRP), inventory system, forecasting, pulp and paper. 1) Student at Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB 2) Faculty at Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB

RINGKASAN NADIA SHALIHA. E24080063. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat. Dibimbing oleh BINTANG C.H. SIMANGUNSONG. Setiap perusahaan harus menetapkan kebijakan pengendalian persediaan dengan baik. Pengendalian persediaan memastikan barang diterima dalam jumlah dan waktu yang tepat. Apabila persediaan yang disimpan terlampau banyak akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan bila persediaan yang disimpan sedikit beresiko terjadinya kekurangan persediaan dan kebutuhan konsumen tidak dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengnalisis, dan mengevaluasi sistem pengendalian persediaan bahan baku kertas di PT. Pindo Deli Pulp and Paper dan merencanakan sistem pengendalian persediaan bahan baku tahun 2012. Metode pengendalian persediaan yang digunakan adalah Material Requirements Planning (MRP), seperti teknik Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC) yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan metode perusahaan untuk menentukan persediaan yang optimum. Untuk merencanakan pengendalian persediaan bahan baku tahun 2012, peramalan produksi kertas tahun 2012 dilakukan terlebih dahulu dengan berbagai metode Time Series, seperti Moving Average (MA), Weight Moving Average (WMA), Single Exponential Smoothing, dan Regression with or without Seasonal data, dan dilanjutkan dengan teknik MRP. Hasil penelitian menunjukkan teknik LFL menghasilkan biaya terkecil pada tahun 2011 dibandingkan teknik-teknik lainnya. Penghematan biaya pengendalian persediaan yang terjadi diperkirakan sebesar 5,35% atau US$1,45 juta apabila teknik LFL ini diterapkan perusahaan. Untuk tahun 2012, teknik LTC memberikan biaya terkecil. Penghematan biaya diperkirakan sebesar 7,79% atau US$1,86 juta. Teknik LTC direkomendasikan bagi perusahaan karena dengan teknik ini perusahaan dapat meminimumkan biaya persediaan dengan tetap memperhitungkan adanya persediaan yang cukup di gudang untuk menghindari stock out. Kata kunci: Material Requirements Planning (MRP), persediaan, peramalan, pulp dan kertas.

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Nadia Shaliha NRP E24080063

LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat : Nadia Shaliha : E24080063 Menyetujui Dosen Pembimbing, Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D NIP. 19630413 198703 1 004 Mengetahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc NIP. 1966 0212 199103 1 002 Tanggal Lulus :

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI KERTAS: STUDI KASUS DI PT. PINDO DELI PULP AND PAPER UNIT PAPER MACHINE 12, KARAWANG JAWA BARAT NADIA SHALIHA E24080063 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya lah karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12, Karawang Jawa Barat. Pengendalian persediaan mengambil peranan yang sangat penting disetiap industri. Masalah yang sering terjadi adalah pengambilan kebijakan pengendalian persediaan. Persediaan jika disimpan dalam jumlah yang besar akan meningkatkan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan, namun apabila persediaan yang disimpan terlampau sedikit dapat menyebabkan kekurangan barang sehingga proses produksi terhambat dan kebutuhan konsumen tidak terpenuhi. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan analisis pengendalian persediaan dengan harapan dapat memberikan manfaat dan informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan yang efisien. Penulis juga menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mebutuhkan. Bogor, Juni 2012 Penulis i

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 12 Februari 1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan M. Umary Waydi dan Susilawati. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 12 Bandung dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) pada tahun 2010-2011, staf divisi kesekretariatan Himasiltan (2009-2010), staf Kelompok Cinta Lingkungan (KCL) Asrama TPB IPB tahun 2008-2009, staf Paguyuban Mahasiswa Urang Bandung (Pamaung) tahun 2008-2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian dalam organisasi lainnya. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Timur-Papandayan tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gn.Walat tahun 2010, Praktek Kerja Lapang di PT.Pindo Deli Pulp and Paper Karawang Jawa Barat tahun 2011. Penulis pernah mengikuti lomba karya tulis ilmiah dibidang kewirausahaan yang didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional yang berjudul Analisis profitabilitas Sosis Daging Keong Sawah Alternatif Makanan Bergizi. Selain itu pernah mendapatkan beasiswa dari Bank Permata Syariah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Industri Kertas: Studi Kasus di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12 dibimbing oleh Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D.

UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena penyusunan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Selama praktek dan penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Bapak, Mamah, Fachri, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, perhatian, kasih sayang dan kasih sayang yang tak henti- hentinya. 3. Ibu Dr. Nining Puspaningsih, M.Si selaku dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Ir. Yusram Masijaya, M.S selaku ketua sidang, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.S selaku moderator seminar atas bimbingannya. 4. Bapak Budiansyah, selaku Kepala Instruktur dan Operational HR-People Development PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills. 5. Bapak Edy Sujatmo selaku pembimbing lapang yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama di PM 12. 6. Bapak Tumanggor selaku Kepala Departemen Paper Machine 12. 7. Bapak Nurkholis, Pak Dadan, dan seluruh karyawan PM 12 dan Castcoat serta karyawan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini. 8. Seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. 9. Sahabat-sahabat THH 45 atas keceriaannya selama ini. 10. Santami, Exas, Nasir teman satu bimbingan atas semangat dan keakrabannya. 11. Vebri Rahmawandi yang selalu memberikan semangat dan dukungan juga kepada semua, sahabat Kosan 22 dan Pamaung atas perjuangan bersama selama ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i RIWAYAT HIDUP... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3 Manfaat Penelitian... 2 II TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia... 3 2.2 Pengendalian Persediaan... 4 2.3 Fungsi Persediaan... 5 2.4 Biaya Persediaan... 6 2.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan... 7 2.6 Model Pengendalian Persediaan... 8 2.7 Material Requirements Planning (MRP)... 9 2.8 Peramalan... 12 III METODOLOGI... 14 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian... 14 3.2 Jenis dan Cara pengumpulan Data... 14 3.3 Analisis Data... 15 IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN... 20 4.1 Sejarah Perusahaan.... 20 4.2 Perencanaan Produksi, Proses Produksi, dan Pemasaran.... 21 4.3 Metode Perencanaan Bahan Baku Perusahaan... 25 V HASIL DAN PEMBAHASAN... 28 5.1 Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2011... 28 5.2 Perencanaan Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2012... 32 KESIMPULAN DAN SARAN... 40 6.1 Kesimpulan... 40 6.2 Saran... 40 DAFTAR PUSTAKA... 41 LAMPIRAN... 42

DAFTAR TABEL No Halaman 1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data... 14 2 Format perhitungan MRP... 16 3 Produksi Kertas dan Pemakaian Bahan Baku Tahun 2011... 30 4 Biaya Persediaan Bahan Baku Periode Pada Tahun 2011... 31 5 Nilai Kesalahan Peramalan... 33 6 Perkiraan Produksi Kertas dan Pemakaian Bahan Baku Tahun 2012... 35 7 Perkiraan Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2012... 36

No DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Produksi kertas Indonesia.... 3 2 Konsumsi kertas dan paperboard Indonesia.... 4 3 Proses perencanaan dan produksi kertas di paper machine 12.... 23 4 Proses produksi (a) Stock preparation, (b) Paper making, (c) Pressing, (d) Sizing, (e) Calendering, (f) Rolling paper, (g) Rewinding, (h) Finishing.... 24 5 Bahan baku (a) Pulp, (b) Filler, (c) AKD, (d) Retention aid, (e) Surface size, dan (f) Cationic starch.... 27

DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Standar Operational Procedur Pindo Deli Pulp and Paper.... Error! Bookmark not defined. 2 Sturktur Organisasi Pindo Deli Pulp and Paper. Error! Bookmark not defined. 3 Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2011.... Error! Bookmark not defined. 4 Peramalan Produksi Kertas Menggunakan Teknik Liniear Regression With Seasonal Data.... Error! Bookmark not defined. 5 Contoh Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2012 Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kertas sudah menjadi kebutuhan penting dalam menunjang kehidupan masyarakat. Kertas menjadi media untuk menulis, mencetak, pengemasan, alat pembersih seperti tisu dan lainnya. Pada tahun 2010 konsumsi kertas di Indonesia mencapai sekitar 7,75 juta ton (Indonesian Pulp and Paper Association 2011). Industri kertas sendiri memiliki prospek yang menjanjikan. Berdasarkan data Kementrian Perindustrian (2010), pada lima tahun terakhir (2005-2009) jumlah perusahaan kertas Indonesia meningkat dari 76 perusahaan menjadi 81 perusahaan pada tahun 2009. Banyaknya industri kertas di Indonesia dengan berbagai macam merk kertas yang dipasarkan, berbagai kualitas yang dijanjikan menjadi tantangan bagi setiap industri. Ketatnya persaingan di pasaran membuat setiap perusahaan harus mampu meningkatkan daya saingnya masing-masing. Peningkatan daya saing ini dapat dilakukan dengan melakukan manajemen operasi secara efisien. Kegiatan operasi dapat dikatakan efisien apabila perusahaan dapat mengoptimalkan produksinya. Upaya efisiensi dapat dilakukan perusahaan dengan cara melakukan efisiensi terhadap biaya persediaan. Oleh karena itu sangat penting bagi setiap perusahaan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan produknya dimulai dari bahan baku hingga produk jadinya. Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan perusahaan. Permasalahan yang sering terjadi di beberapa perusahaan adalah penentuan pengambilan kebijakan persediaan. Jika perusahaan menyimpan barang dalam jumlah yang lebih akan meningkatkan biaya penyimpanan dan modal yang menganggur besar, namun apabila persediaan yang disimpan sedikit beresiko terhadap kurangnya persediaan yang dapat menyebabkan kehabisan persediaan (stock out) sehingga biaya pengadaan darurat harus dikeluarkan dan biayanya akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya persediaan normal. Selain itu, produk akan menjadi langka dipasaran sehingga kebutuhan konsumen tidak dapat terpenuhi dan kepuasan konsumen menjadi menurun terhadap produk tersebut.

2 Material Requirements Planning (MRP) merupakan metode pengendalian persediaan yang merencanakan ukuran lot, sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Dalam analisis ini digunakan teknik Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC) dan metode perusahaan untuk menentukan persediaan yang optimum. LFL merupakan teknik lot dimana suatu pesanan ditempatkan dalam jumlah yang sama dengan kebutuhan bersih perusahaan. Sedangkan EOQ merupakan salah satu teknik lot yang menentukan kuantitas dan frekuensi pemesanan yang optimal agar biaya total persediaan menjadi efisien. Pada teknik LTC lot sizes yang dipilih adalah selisih biaya penyimpanan dan biaya pengadaan yang paling kecil. Lot sizes pada teknik LUC diperoleh dari hasil perhitungan biaya per unit yang paling kecil. Penelitian ini dilakukan di PT Pindo Deli Pulp and Paper Karawang, Jawa Barat. Perusahaan ini dipilih menjadi lokasi penelitian karena PT Pindo Deli Pulp and Paper merupakan perusahaan kertas besar di Indonesia, menghasilkan berbagai macam jenis kertas dengan target dalam negeri maupun luar negeri. Bahan baku yang digunakan pun beragam, yaitu dari dalam negeri maupun impor negara lain. Penelitian ini difokuskan di bagian Paper machine 12 yang menghasilkan enam jenis kertas yaitu kertas Base Paper Castcoat, Brief Card, Drawing paper, Stiffnerboard, Woodfree dan Pre print. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini berujuan untuk: 1. Mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi sistem pengendalian persediaan bahan baku di PT. Pindo Deli Pulp and Paper. 2. Merencanakan sistem pengendalian persediaan bahan baku tahun 2012. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengendalian persediaan yang efisien bagi perusahaan, serta memberikan informasi kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pengendalian persediaan bahan baku di industri kertas.

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Pabrik-pabrik ini berproduksi untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi baik lokal maupun luar negeri. Produksi kertas semakin meningkat setiap tahun. Dari tahun 2006 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan produksi kertas (Indonesian Pulp and Paper Association 2011). Jenis kertas yang diproduksi oleh pabrik di Indonesia meliputi: Newsprint, Printing and Writing, Sack Kraft, Fluting and Kraft Liner, Boards, Wrapping, Cigarette, Tissue dan Speciality. Sumber: Indonesian Pulp and Paper Association 2011 Gambar 1 Produksi kertas Indonesia. Sama seperti produksi kertas, tingkat konsumsi akan kertas setiap tahun juga meningkat. Total konsumsi kertas tahun 2010 sekitar 32,6 kg per kapita (Indonesian Pulp and Paper Association 2011).

4 Sumber: Indonesian Pulp and Paper Association 2011 Gambar 2 Konsumsi kertas dan paperboard Indonesia. 2.2 Pengendalian Persediaan Prawirosentono (2007) menyebutkan persediaan (inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan atau aset yang terdapat dalam perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses produksi dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku/ raw material), barang setengah jadi (work in process), dan barang jadi (finish goods). Sedangkan menurut Render dan Heizer (2006), persediaan merupakan material yang ditempatkan sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi. Persediaan merupakan barang yang disimpan atau digunakan maupun dijual pada periode yang akan datang dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada produk manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma 2004). Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), persediaan berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas beberapa jenis atau klasifikasi yaitu: 1. Bahan baku (raw material), yaitu bahan mentah yang belum diolah dan akan menjadi barang jadi 2. Barang setengah jadi (semi finished products), yaitu hasil olahan bahan mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi, dan sebagian kadang dijual kepada perusahaan lain.

5 3. Barang jadi (finished products), yaitu barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, dan siap untuk dijual. 4. Barang umum dan suku cadang (general materials and spare parts), yaitu segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi menjalankan perusahaan/pabrik dan untuk memelihara peralatan yang digunakan. Sering kali barang ini disebut sebagai barang pemeliharaan, perbaikan dan operasi pada pabrik/perusahaan. 5. Barang proyek (work in process), yaitu barang-barang yang ditumpu untuk menunggu pemasangan suatu proyek baru. 6. Barang dagangan (commodities), yaitu barang yang dibeli, sudah merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu penjualan kembali dengan keuntungan tertentu. 2.3 Fungsi Persediaan Pengendalian persediaan merupakan keputusan yang penting yang dihadapi perusahaan. Pengendalian persediaan adalah serangkaian kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Hal ini menjamin tersedianya sumber daya dalam kuantitas dan waktu yang tepat (Rangkuti 2004). Persediaan menurut Rangkuti (2004) memiliki fungsi diantaranya: 1. Fungsi Decoupling, yaitu fungsi yang memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung kepada pemasok dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing, yaitu fungsi persediaan yang mempertimbangkan penghematan dan potongan pembelian, biaya pengangkutan perunit agar lebih efisien. 3. Fungsi antisipasi, yaitu fungsi persediaan dalam menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Selain itu perusahaan terkadang menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode terntentu. Oleh karena itu perusahaan memerlukan persediaan pengamanan yang lebih dikenal dengan safety stock.

6 Pengendalian persediaan yang dilakukan secara efektif akan membantu perusahaan dalam menangani permasalah yang ada. Pengendalian persediaan yang diadakan oleh perusahaan ini bertujuan: 1. Mengurangi risiko keterlambatan datangnya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi perusahaan. 2. Mengurangi risiko penerimaan pemesanan bahan baku yang tidak sesuai dengan pesanan. 3. Menyimpan bahan atau barang yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan saat terjadi kelangkaan bahan baku di pasar. 4. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari terhentinya operasi produksi akibat tidak tersedianya persediaan bahan baku. 5. Memberikan pelayanan kepada konsumen secara lebih baik. Barang cukup tersedia di pasaran, agar ada setiap waktu diperlukan. Khusus barang yang dipesan (make to order), barang dapat selesai tepat pada waktunya sesuai dengan yang dijanjikan (delivery date). Pengendalian persediaan bahan baku yang efisien ini akan berimplikasi terhadap kelancaran operasi produksi yang efisien yang berakibat terhadap: 1. Biaya produksi per unit yang cukup rendah sehingga harga penjualannya pun rendah. Sehingga harga barang menjadi kompetitif di pasaran. 2. Apabila harga jual bersaing maka ada kemungkinan volume penjualan menjadi lebih besar dan keuntungan yang diraih akan semakin besar. Sehingga pengembalian modal cepat dan kemungkinan dilakukannya perluasan usaha (ekspansi). 2.4 Biaya Persediaan Persediaan yang disimpan oleh perusahaan tentu akan menghasilkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Perusahaan mengeluarkan biaya sesuai dengan jumlah dan waktu yang digunakan dalam penyimpanan. Biaya persediaan menurut Winston dan Albright (1997) meliputi biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pembeliaan. 1. Biaya penyimpanan (holding cost), dengan adanya biaya penyimpanan ini memotivasi perusahaan untuk menyimpan stock seminimum mungkin. Biaya penyimpanan ini terdiri dari biaya finansial dan non finansial.biaya finansial contohnya seperti biaya asuransi, biaya pajak persediaan, biaya pencurian, biaya penanganan, dan sebagainya. Sedangkan biaya non finansial seperti biaya modal, biaya fasilitas penyimpanan (warehouse space). Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila

7 kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. 2. Biaya pemesanan (ordering cost), biaya ini termasuk kedalam biaya tetap perusahaan. Biaya pemesanan terdiri dari biaya pengiriman ke gudang, biaya pengepakan, biaya administasi, upah supir biaya set up peralatan dan lainnya. 3. Biaya pembelian (purchasing), merupakan biaya yang dikeluarkan sebesar jumlah barang yang dipesan. 2.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan Menurut Machfud (1999) kebijakan pengendalian persediaan meliputi dua aspek, yaitu (1) pada saat kapan atau pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan pemesanan dan (2) berapa banyak yang harus dipesan atau diadakan. Konsekuensi dari kedua aspek tersebut akan menentukan tingkat persediaan pada waktu tertentu dan rata-rata tingkat persediaan. Kebijakan pengendalian persediaan bahan baku meliputi lead time atau waktu tunggu, jarak antar waktu, safety stock (SS),dan reorder point (ROP). Kebijakan pengendalian persediaan ini dapat digunakan untuk independent demand atau barang yang tidak terikat. 2.5.1 Lead Time (Waktu Tunggu) dan Jarak Antar Waktu. Menurut Winston (1997), waktu tunggu merupakan waktu dari memesan sampai barang tersebut sampai dan diterima di gudang. Sedangkan menurut Heizer dan Render (2006), waktu tunggu merupakan selisih waktu antara penempatan pesanan dan penerimaannya, waktu tunggu ini dapat terhadi hanya beberapa jam atau dapat juga mencapai beberapa bulan. Sedangkan Jarak antar waktu pesan adalah selisih waktu pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya (Rangkuti 2004). 2.5.2 Safety Stock (SS) Menurut Rangkuti (2004) persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Penetapan safety stock dapat dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah permintaan yang mungkin terjadi selama waktu keterlambatan yang dapat ditoleransi perusahaan.

8 2.5.3 Reorder Point (ROP) ROP merupakan tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai tingkat tertentu, pemesanan harus dilakukan. ROP terjadi apabila jumlah persediaan terdapat di dalam stock berkurang terus. ROP ini menunjukkan banyaknya batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. ROP ini dapat ditambahkan dengan safety stock dimana mengacu kepada kemungkinan terjadinya kekurangan stock selama masa tenggang (Rangkuti 2004). 2.6 Model Pengendalian Persediaan Semua model pengendalian persediaan memiliki karakteristik umum yaitu mencoba untuk menemukan keseimbangan yang sesuai antara ketersediaan yang cukup sesuai permintaan pelanggan dan agar biaya yang dikeluarkan tidak berlebih. Metode dalam manajemen persediaan terdiri dari dua bagian diantaranya adalah sistem persediaan permintaan bebas (Independent demand inventory system) dan sistem persediaan permintaan tak bebas (dependent demand inventory system). Sistem persediaan permintaan bebas merupakan pendekatan pada model kuantitatif dan peramalan persediaan. Sistem persediaan tak bebas merupakan pendekatan dimana permintaan secara langsung ditentukan oleh perencanaan produksi. Model pengendalian persediaan menurut Winston dan Albright (1997) memiliki beberapa kategori yaitu Deterministic models dan Probabilistic models. 2.6.1 Deterministic Models Deterministic merupakan model yang sederhana. Dalam model ini memasukkan semua input ke dalam masalah, terutama permintaan konsumen diketahui saat keputusan diambil. Untuk mengetahui permintaan konsumen maka dilakukan forecasting atau peramalan dengan menghitung rata-rata permintaan dan standar deviasinya. Untuk deterministic models ini yang digunakan hanya nilai rata-ratanya saja dan mengesampingkan informasi mengenai ketidakpastian seperti standar deviasi (Winston dan Albright,1997). Model-model deterministic digunakan dalam situasi persediaan dengan asumsi:

9 1. Pola tingkat penggunaan bahan baku adalah konstan. 2. Tingkat harga bahan baku per unit selama satu periode konstan dan bahan baku cukup banyak di pasaran. 3. Lead time konstan. 4. Biaya perpesanan dan biaya penyimpanan selama satu periode konstan. 2.6.2 Probabilistic Models Dalam model ini dijelaskan adanya ketidakpastian dimana ada variabelvariabel yang tidak diketahui secara tidak pasti namun mengikuti distribusi kemungkinan (Probabilty distribution). Menurut Winston dan Albright (1997). Pada model ini salah satu atau beberapa parameter ini merupakan nilai yang tidak pasti: 1. Permintaan tahunan 2. Permintaan harian 3. Lead Time 4. Biaya Penyimpanan 5. Biaya Pemesanan 6. Biaya kehabisan persediaan 7. Harga 2.7 Material Requirements Planning (MRP) Menurut Render dan Heizer (2001), MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi. Menurut Tampubolon dalam Rahman (2009) model untuk jenis-jenis barang permintaan terikat lebih sesuai menggunakan Sistem Rencana Kebutuhan Bahan MRP System. Sistem MRP dirancang dan dikembangkan sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang memiliki sifat permintaan tak bebas (dependent). Sistem pengendalian dengan menggunakan metode MRP memang lebih kompleks pengolahannya, namun mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan sistem ukuran pesanan tetap untuk pengendalian barang-barang produksi. Menurut Heizer dan Render (1993), kelebihan MRP dalam menangani barang-barang diantaranya: 1. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan. Sistem MRP merencanakan produk yang akan dihasilkan dan kapan produk tersebut akan diproduksi sehingga produk akan tersedia sesuai dengan permintaan atau pesanan konsumen yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan.

10 2. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja. Untuk menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen, pada sistem MRP dibuat Master Production Schedule yang berisi jadwal produksi dan komponenkomponen yang diperlukan dalam proses produksinya, sehingga akan meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja agar proses produksi dapat sesuai dengan jadwal produksinya. 3. Perencanaan dan penjadwalan yang lebih baik. Dalam sistem MRP terdapat penjadwalan produksi yang memuat komponen yang diperlukan dalam proses produksi, sehingga dengan sistem ini bahan-bahan yang diperlukan akan tersedia pada saat proses produksi berjalan. 4. Respon lebih cepat terhadap permintaan pasar. Jadwal produksi pada sistem MRP masih memungkinkan adanya perubahan permintaan pasar, sehingga dengan sistem ini akan lebih cepat merespon permintaan pasar. 5. Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan Proses MRP terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan exploding, merupakan kebutuhan kotor (gross requirement) bahan baku dengan bantuan jadwal produksi induk. 2. Tahapan netting, merupakan penentuan kebutuhan bersih (net requirement) dengan cara mengurangi kebutuhan kotor dengan persediaan awal (beginning inventory) dan pesanan terjadwal juga menambahkan persediaan pengamanan. 3. Tahapan lotting, merupakan penempatan pesanan bahan baku yang berasal dari tahapan netting berdasarkan lead time bahan baku. Sistem MRP merencanakan ukuran lot, sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan, sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Teknik penentuan ukuran lot yang biasa digunakan dalam sistem MRP adalah teknik Lot for Lot (LFL) dan teknik Eqonomic Order Quantity (EOQ) Least Unit Cost (LUC), Least Total Cost (LTC). 2.7.1 Lot For Lot (LFL) Pemesanan pada teknik LFL dilakukan sebesar kebutuhan kotor dikurangi dengan persediaan yang ada ditangan dan diharapkan pesanan datang saat barang tersebut tepat diperlukan. Teknik ini berusaha menghilangkan biaya penyimpanan persediaan, perusahaan memesan tepat sebesar yang dibutuhkan tanpa persediaan

11 pengaman dan tanpa antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Periode berikutnya setelah persediaan awal dihabiskan tidak terdapat persediaan yang ada di tangan, sehingga kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih yang akan dipesan dengan harapan akan diterima tepat pada waktunya, Buffa dalam Elfrida (2006). 2.7.2 Economic Order Quantity (EOQ) Salah satu model deterministic adalah Economic Order Quantity (EOQ). Medel Economis Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling dikenal dan sederhana. Namun model ini dapat memberikan hasil yang optimum bagi pengendalian persediaan di perusahaan. Model ini dikembangakan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang. Model ini digunakan untuk menentukan jumah dan waktu yang tepat dengan mengefisiensikan biaya penyimpanan. Penggunaan metode ini harus memenuhi beberapa asumsi seperti: 1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas 2. Waktu tunggu yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstant. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dalam kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu. 4. Tidak adanya diskon kuantitas. 5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu. 6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. 2.7.3 Least Unit Cost (LUC) Least Unit Cost (LUC) ini merupakan teknik Lot sizing yang dinamik, dimana penentuan jumlah barang yang dipesan diperoleh dengan terlebih dulu menjumlahkan biaya pengadaan dan biaya penyimpanan untuk setiap percobaan jumlah lot. Kemudian membagi total biaya tersebut dengan jumlah unit ukuran lot sehingga didapat jumlah biaya per unit. Biaya per unit yang paling kecil yang dipilih untuk menentukan jumlah lot yang dipilih.

12 2.7.4 Least Total Cost (LTC) Least Total Cost (LTC) merupakan teknik Lot Sizing yang dinamik, dimana jumlah barang yang dipesan diperoleh dengan terlebih dahulu membandingkan antara biaya penyimpanan dengan biaya pengadaan untuk berbagai macam Lot sizes yang dicoba. Hasil perbandingan tersebut kemudian dipilih lot yang memiliki selisih biaya terkecil diantara biaya penyimpan dengan biaya pengadaan. 2.8 Peramalan Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan merupakan seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Peramalan di klasifikasikan berdasarkan jangka waktu masa depan yang akan diramalkan. Jangka waktu peramalan di kategorikan kepada : 1. Peramalan jangka pendek, peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun, namun umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini juga digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah, peramalan ini umumnya mencakup hitungan bulanan hingga tiga tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis berbagai rencana operasi. 3. Peramalan jangka panjang, peramalan ini umumnya untuk perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas serta penelitian dan pengembangan. Peramalan dalam manajemen permintaan berfungsi untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dari manajemen produksi dan persediaan (Gasper 2008). Peramalan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi peramalan kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas kualitatif masa lalu yang sangat bergantung terhadap orang yang menyusunnya karena disusun berdasarkan pemikiran yang bersifat intiusi, atau pendapat. Sedangkan peramalan kuantitatif didasarkan pada data kuantitatif masa lalu. Peramalan kuantitatif dibedakan atas metode kausal dan time series. Metode time series merupakan metode yang menggunakan serangkaian data yang

13 merupakan fungsi dari waktu. Dengan analisis deret waktu dapat menunjukkan permintaan terhadap suatu produk tertentu. Terdapat beberapa teknik yang biasa digunakan untuk peramalan pada metode time series diantaranya: Moving Average, Weight Moving Average, Single Exponential Smoothing, dan Linear Regression. Setiap peramalan pasti memiliki tingkat kesalahan. Semakin jauh periode di masa depan yang diramalkan maka akan semakin kurang akurat. Oleh karena itu perlu dihitung nilai kesalahan (error) dari setiap teknik yang ada. Nilai kesalahan peramalan dapat dilihat dengan menghtung nilai Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Square Error (MSE), dan Tracking Signal (TS). Semakin kecil nilai MAD dan MSE nya maka akan semakin mendekati dengan keadaan sebenarnya (Hanke 1998).

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri terletak di Jalan Irigasi BTB 6-9 Desa Kutamekar Karawang Jawa Barat. 3.2 Jenis dan Cara pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan. Data primer dapat diperoleh dengan cara pengamatan langsung, maupun wawancara kepada pihak yang bersangkutan. Data sekunder merupakan data diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, literatur, bahan pustaka, data statistik, hasil penelitian terdahulu, internet maupun instansi-instansi terkait. Adapun jenis data, sumber data, dan cara pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan 1. Pengamatan langsung di lapangan 1. Pabrik Data primer Data sekunder 2. Jenis dan jumlah pembelian barang jadi 3. Jumlah, frekuensi dan biaya pemesanan 4. Jumlah persediaan barang dan biaya penyimpanan 1. Keadaan umum industri 2. Data lead time persediaan masa lalu 3. Jumlah produksi dan harga jual produk 4. Jumlah permintaan produk 2.Pengamatan langsung di lapangan 3. Wawancara dan pengukuran langsung di lapangan 4.Wawancara dan pengukuran langsung di lapangan 1. Mencatat dari website perusahaan 2. Mencatat dari laporan perusahaan 3. Mencatat dari laporan perusahaan 4.Mencatat dari laporan perusahaan 2. Pabrik 3. Pabrik 4. Gudang 1. Website perusahaan 2. Laporan perusahaan 3. Laporan perusahaan 4. Laporan perusahaan

15 3.3 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku di PM 12 pada tahun 2011. Selanjutnya dilakukan perencanaan sistem pengendalian persediaan bahan baku PM 12 pada tahun 2012. 3.3.1 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Analisis dimulai dengan menghitung kebutuhan bahan baku pada Tahun 2011 menggunakan metode Material Requirements Planning (MRP). Menurut Heizer (2004), sistem MRP dirancang dan dikembangkan sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang memiliki sifat permintaan tak bebas (dependent). Perencanaan dilakukan terhadap dependent demand dalam hal ini adalah kebutuhan bahan baku. MRP terdiri dari empat teknik perhitungan yaitu Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Least Total Cost (LTC), Least Unit Cost (LUC). Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan teknik perusahaan dengan teknik lot sizing (MRP). Adapun teknik MRP yang digunakan adalah: 1. Lot For Lot (LFL), Pemesanan pada teknik LFL dilakukan sebesar kebutuhan kotor dikurangi dengan persediaan yang ada ditangan. Besarnya pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersih. 2. Economic Order Quantity (EOQ, Pemesanan pada teknik EOQ dilakukan dengan menghitung jumlah persediaan yang optimum berdasarkan permintaan yang ada. EOQ dapat dihitung menggunakan rumus: (1) Dimana : D = Permintaan per tahun (ton) S = Biaya pemesanan per pesanan (US$) H = Biaya penyimpanan per unit per tahun (US$) Q = Kuantitas pemesanan optimal (ton) 3. Least Unit Cost (LUC), Kuantitas pemesanan pada teknik LUC diperoleh dengan menjumlahkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan untuk setiap percobaan jumlah lot. Kemudian membagi total biaya tersebut dengan jumlah unit ukuran lot sehingga didapat jumlah biaya per unit. Biaya per unit yang paling kecil yang dipilih untuk menentukan jumlah lot yang dipilih.

16 4. Least Total Cost (LTC), kuantitas pemesanan pada teknik LTC diperoleh dengan membandingkan antara biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan untuk berbagai macam jumlah lot. Hasil perbandingan tersebut kemudian dipilih lot yang memiliki selisih biaya terkecil diantara biaya penyimpan dengan biaya pemesanan. Metode MRP kemudian dibandingkan hasilnya dengan metode perusahaan. Setelah itu dihitung biaya persediaan masing-masing metode. Biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan. Perhitungan loting size MRP dengan teknik LFL, LUC, EOQ, dan LTC dapat dihitung menggunakan format seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Format perhitungan MRP Month 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gross requirement Beginning inventory Net requirements Planned order receipt Planned order release Ending inventory Costs Ordering cost Carrying cost Purchase cost Total cost Keterangan : 1. Beginning inventory merupakan persediaan yang dimiliki perusahaan di awal periode. 2. Gross requirement adalah kebutuhan kotor atau total kebutuhan bahan baku pada suatu periode pemesanan.

17 3. Net requirements adalah kebutuhan bersih atau kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi dipenuhi oleh persediaan perusahaan dan merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan awal, atau biasa disebut kebutuhan bersih. 4. Planned order receipt adalah besarnya pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu periode tertentu. 5. Planned order release adalah besarnya pesanan diterima oleh perusahaan pada periode tertentu sesuai lead time yang ditentukan. 6. Ending inventory adalah besarnya persediaan akhir yang terdapat di perusahaan. 7. Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk sekali pemesanan. 8. Carrying cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan akhir. 9. Purchase cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pesanan sejumlah barang yang dipesan. Kebutuhan bersih ( net requirement ) dapat dihitung menggunakan rumus : (2) Dimana : N G B = Net requirement = Gross requirement = Beginning inventory Sedangkan ending inventory dapat dihitung menggunakan rumus : (3) Dimana : E G B = Ending inventory = Gross requirement = Beginning inventory Selain itu Planned Order release dapat dihitung menggunakan rumus : (4) Dimana : P t l = Planned Order release = Waktu saat net requirement dibutuhkan = Waktu tunggu (lead time) 3.3.2 Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perhitungan kebutuhan bahan baku pada Tahun 2012 didapatkan dengan melakukan peramalan terlebih dahulu. Peramalan dilakukan pada data

18 independent demand dalam hal ini perkiraan produksi kertas. Teknik peramalan yang digunakan yaitu Moving Average (MA), Weight Moving Average (WMA), exponensial smoothing, linear regression dan linear regression with seasonal factor. 1. Moving Average (MA), merupakan peramalan untuk satu periode kedepan dari periode rataan. Penentuan periode dapat harian, mingguan bahkan bulanan. Perhitungan MA dapat dihitung menggunakan rumus pada persamaan 5. 2. Weight Moving Average (WMA), merupakan peramalan periode kedepan dari periode rataan dikalikan dengan bobot masing-masing periode. Jumlah bobot dari masing-masing periode harus berjumlah satu. Perhitungan WMA dapat dihuitung menggunakan rumus persamaan 6. 3. Single Exponential Smoothing, nilai ramalan pada periode t+1 sama dengan nilai peramalan pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai ramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai ramalan dapat dihitung menggunakan rumus persamaan 7. 4. Linear Regression, metode peramalan yang biasa digunakan untuk jangka panjang. Nilai peramalan dapat dihitung dengan rumus persamaan 8. 5. Regression with seasonal data, merupakan multiplicative time series model yang memperhitunkan trend. Nilai peramlalan dapat dihitung menggunakan rumus persamaan 9. Dimana : A t = Data pengamatan periode t n = Jumlah deret waktu yang digunakan = Nilai peramalan periode t F t (5) Dimana: Wn = Bobot pada periode ke n (6) Dimana: α = Smoothing constant Dimana: Y = dependent variable a = Y intercept b = Slope X = independent variable (7) (8)

19 (9) Dimana: ŷ t = nilai ramalan pada periode t S 2 = 1 Jika kuarter t merupakan kuarter pertama pada tahun itu b o = konstan b 2 = koefisien regresi Setiap peramalan pasti mengandung error atau ketidakpastian, oleh karena itu dihitung error yang terjadi setiap teknik-teknik peramalan. Error atau besarnya kesalahan peramalan dapat dihitung dengan beberapa indikator yaitu: Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Squared Error (MSE), dan Tracking Signal (TS). 1. Mean Absolute Deviation (MAD), merupakan ukuran kesalahan dengan mengambil rata-rata nilai absolute dari kesalahan peramalan. MAD dihitung menggunakan rumus persamaan 10. 2. Mean Squared Error (MSE), merupakan rata-rata selisih kuadrat dari nilai kesalahan. Nilai MSE dapat dihitung menggunakan rumus persamaan 11. 3. Tracking Signal (TS), merupakan rasio dari komulatif error (RSFE) dan MAD. Nilai TS dapat dihitung menggunakan rumus persamaan 12. (10) (11) (12) Teknik dengan nilai error terkecil kemudian dipilih sebagai teknik terbaik. Hasil peramalan dari teknik terbaik ini digunakan untuk menghitung perkiraan kebutuhan bahan baku. Perhitungan kebutuhan bahan baku menggunakan Standar Operational Procedur (SOP) dari perusahaan. SOP dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1. Kebutuhan bahan baku yang telah dihitung menggunakan SOP, kemudian dihitung biaya persediaannya menggunakan metode perusahaan dan metode MRP. Pemilihan teknik terbaik dilihat berdasarkan biaya persediaan yang paling minimum yang dihasilkan dari metode tersebut.

4.1 Sejarah Perusahaan. BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN PT. Pindo Deli Pulp and Paper merupakan bagian dari Sinar Mas Grup. Berdiri pada tahun 1967 di Karawang Jawa Barat. PT. Pindo Deli Pulp and Paper mempunyai dua pabrik dengan 15 divisi yang terdiri dari 13 Paper Machine (PM), castcoated dan Non Carbonless Required (NCR). Pabrik pertama terletak di Jalan Adiarsa Teluk Jambe Karawang Jawa Barat. Sedangkan Pabrik 2 terletak di Desa Kuta Mekar Karawang Jawa Barat. Perusahaan yang memiliki kurang lebih 10.000 karyawan ini pemegang saham terbesarnya adalah PT. Purinusa Ekapersada. Struktur organisasi perusahaan terlampir pada Lampiran 2. Pada bulan Oktober tahun 1999, Pindo Deli I dan II mendapatkan sertifikat ISO 14001 atas komitmennya terhadap lingkungan, sertifikat ISO 9002 juga diberikan kepada Pindo Deli I dan II karena kemampuannya dalam memenuhi Quality Management System yang bertaraf Internasional. Beberapa merk dagang produksi PT. Pindo Deli Pulp and Paper yaitu Passeo Tissue, Nice Tissue, Bola Dunia, Sinar Dunia, Lucky Boss, Mirage, dan merk terkenal lainnya. Penelitian ini dikhususkan di PM 12. PM 12 mulai beroperasi pada tahun 2005 menggunakan mesin second-hand buatan IHI Co. Ltd. Jepang. Mesin dengan tipe fourdriner ini memiliki lebar 3,3 meter dan memiliki kecepatan 1000-1200 m/ menit. Kapasitas produksinya mencapai 7.000 ton per bulan. PM 12 dilengkapi dengan sistem operasi DCS (Distributed Control System). PM 12 memproduksi enam kelompok jenis kertas yaitu: 1. Base paper castcoated, jenis kertas yang merupakan bahan baku untuk kertas castcoated. Biasa digunakan untuk kertas stiker, kertas foto dll. 2. Woodfree, jenis kertas dengan tingkat kecerahan yang tinggi, kisaran gramatur kertas ini sekitar 60-90 gsm. Biasa digunakan untuk kertas photocop, office paper (amplop dan buku tulis). 3. Stiffnerboard, jenis kertas tebal yang biasa digunakan untuk bungkus atau kertas sabun

21 4. Drawing paper, jenis kertas tebal yang biasa digunakan untuk media gambar. Kertas ini biasa diekspor ke China, Malaysia, dan Hongkong. 5. Preprint, jenis kertas yang biasa digunakan untuk mencetak seperti struk, dengan kisaran gramatur 60-120 gsm. 6. Briefcard, jenis kertas dengan nama dagang kertas manila. Biasa juga digunakan untuk core tissue 4.2 Perencanaan Produksi, Proses Produksi, dan Pemasaran. Perencanaan produksi PT. Pindo Deli bermula dari pemesanan yang dilakukan oleh konsumen ke bagian marketing. Setelah itu pihak marketing membuat Purchase Order (PO). PO kemudian diserahkan kebagian Production Planning and Inventory Control (PPIC). PPIC ini bertugas untuk memastikan pemesanan yang diminta sesuai dengan kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat. Bagian PPIC membuat rencana produksi. Selain rencana produksi, PPIC juga bertanggung jawab atas kontrol persediaan kertas yang terdapat di gudang. Rencana produksi kemudian diberikan ke bagian Raw Material Departemen (RMD). RMD mencatat dan menghitung kebutuhan bahan baku yang diperlukan. Rencana produksi juga diberikan ke bagian produksi. Rencana produksi dan semua jenis data disalurkan melalui Sistem Aplikasi Produksi (SAP). Rencana produksi paling lambat dibuat satu minggu sebelum produksi berlangsung. Proses produksi kertas di PM 12 sama seperti produksi kertas pada umumnya. Proses produksi terdiri dari stock preparation, approach flow system, paper machine, rewinder, dan finishing. Pada tahapan stock preparation bahan baku dipersiapkan dan diolah sebelum masuk ke paper machine. Tahapan-tahapan pada stock preparation terdiri dari pembuburan kembali virgin pulp, pembersihan menggunakan High Density Cleaner (HDC), penggilingan di refiner dan pencampuran mixing chest. Serat yang telah bercampur di machine chest dipompakan menuju Approach Flow System (AFS) untuk mengoptimalkan kondisi stock agar siap dibuat lembaran kertas di mesin pembuat kertas. Dalam tahap pembuatan kertas ini, dilakukan proses pembentukkan serat dari headbox kemudian didistribusikan seleber mesin ke atas wire.

22 Lembaran yang keluar dari wire masih dalam keadaan basah. Untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam lembaran dilakukan pengeluaran air menggunakan press. Press yang digunakan yaitu melakukan penekanan lembaran diantara dua roll. Lembaran masuk kebagian press melalui pick up roll dan dibawa oleh felt. Lembaran mengalami pengeluaran air secara mekanis dengan cara dijepit diantara kedua roll. Lembaran kemudian masuk ke bagian sizing. Pada tahap ini diaplikasikan bahan kimia berupa starch yang berfungsi meningkatkan penetrasi pada tinta dan air maupun daya cetak. Pada bagian ini menggunakan dua roll (pre dryer dan after dryer) yang dipasang secara diagonal dengan tekanan tertentu. Proses calendering menggunakan prinsip utama yaitu melakukan penekanan pada lembaran diantara dua roll dengan tekanan tertentu. Tujuan dari calendering untuk meningkatkan smoothness, kelicinan kertas, mengukur caliper dan ketebalan kertas. Setelah itu kertas di gulung menggunakan spool menjadi jumbo roll kertas. Setelah menjadi jumbo roll kertas, kemudian dikirim ke divisi rewinding. Pada tahapan rewinding ini jumbo roll digulung ulang dari steel core ke paper core menjadi ukuran yang dipesan oleh konsumen. Sedangkan, apabila order trermasuk order sheet, maka setelah di rewinding, kertas dikirim ke bagian cutter untuk dipotong sesuai dengan ukuran target. Kertas yang telah dipotong kemudian di sortir dibagian finishing. Terdapat lima langkah dalam finishing ini yaitu counting, shorting, wrapping, stacking dan labeling. Counting merupakan tahapan penghitungan lembaran kertas yang akan di sortir. Shorting yaitu memilih kertas yang reject atau terdapat cacat. Stacking merupakan kegiatan menumpuk kertas yang lolos shorting. Kemudian kertas di warping atau di bungkus dan diberi label atau labeling. Target pemasaran kertas perusahaan ini lokal dan ekspor. Pemasaran lokal contohnya ke perusahaan reseler yaitu Cakra Wala Mega. Sedangkan untuk ekspor dibagi menjadi beberapa region yaitu: Eropa dan Afrika; Middle East; India dan Sub continental; Malaysia, Korea Selatan dan south east; Jepang dan Taiwan; Eropa Timur.