BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

Naskah Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 135/PMK.05/2005 TENTANG

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN II Per 30 JUNI 2014

BAB II LANDASAN TEORITIS

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan IV Tahun 2014

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2013

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II No. URAIAN RINCIAN SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' III. LAPORAN AKUMULASI DANA TABARRU' Per Triwulan I Tahun 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2016 / Per 30 Juni 2016

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2015 / Per 30 Juni 2015

PT. Asuransi BRI Life I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan I Tahun 2017 Tahun 2017 / Per 31 Maret 2017

PT. Asuransi BRI Life I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2017 / Per 30 Juni 2017

PT Asuransi BRI Life DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2017

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2016

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan III Tahun 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN I Per 31 MARET 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Tahunan Tahun 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II Tahun 2016 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PT. Asuransi BRI Life DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II Tahun 2017 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan IV Tahun 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II Tahun 2015 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2012 Per 31 Maret 2012

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Tahunan 2016 / Per 31 Desember 2016

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan IV Tahun 2015 / Per 31 Desember 2015

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Tahunan Tahun 2016 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2015

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013

LAPORAN NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan rupiah)

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan III Tahun 2015 / Per 30 September 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

COMPARATIVE ANALYSIS OF ASSETS IN DEFAULT RISK OF MONEY AND CAPITAL MARKETS IN INSURANCE SERVICE STA TBK (ASJT) AND STAR INSURANCE TBK (ASBI)

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Tahunan Tahun 2014 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

PT XYZ PRODUK ASURANSI YANG DIKAITKAN DENGAN INVESTASI LAPORAN POSISI KEUANGAN Per. dan Per.

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN BULANAN PT TASPEN (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional

LAPORAN BULANAN PT ASABRI (PERSERO) Per / Bulan... Tahun... (Alamat Perusahaan)

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga yang Diterbitkan oleh Lembaga 107 Multinasional

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Asuransi dan Unit Link 2.2. Jenis-jenis Risiko dalam Asuransi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN BULANAN PT ASKES (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

ASET 2018 I. INVESTASI I. U

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

Transkripsi:

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat dengan menggunakan data-data yang ada. Dimana penelitian jenis ini tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan (korelasi) atau pengaruh, dan tidak perlu menguji hipotesis. 3.2 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah terdiri data-data sebagai berikut: 1. Data primer Data primer ini diperoleh dari PT. MAA Life Assurance. Data yang digunakan berupa laporan keuangan PT. MAA Life Assurance dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta sumber lain yang berkaitan dengan RBC. 3. Data pendukung lainnya Data pendukung lainnya berupa peraturan-peraturan persuransian yang telah ditetapkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia serta

24 segala peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPPEPAM LK). Data pendukung ini digunakan sebagai pedoman dasar mengenai aturan perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan asuransi jiwa serta ketentuan-ketentuan bagi perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Data-data tersebut diantaranya: 1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 135/PMK.05/2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 158/PMK.010/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

25 3.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan oleh penulis untuk melakukan analisis kinerja investasi terhadap tingkat RBC adalah dengan tahapan sebagai berikut: 1) Melakukan perhitungan RBC PT. MAA Life Assurance berdasarkan data-data yang dimiliki, yaitu berupa laporan perhitungan tingkat solvabilitas yang terdiri dari laporan keuangan, serta Schedule A hingga Schedule F yang merupakan komponen dari Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). Hal ini dilakukan karena untuk menghitung RBC terlebih dahulu diperlukan rasio dari variabel tingkat solvabilitas dan rasio dari BTSM. Dengan kata lain perumusan perhitungan rasio RBC adalah : 2) Untuk mendapatkan jumlah tingkat solvabilitas, adalah dengan menghitung dengan cara mengurangi antara kekayaan yang diperkenankan dengan kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi) yang harus dipenuhi. Pinjaman subordinasi tidak dimasukkan karena sesuai dengan pasal 31 Keputusan Menteri Keuangan nomor

26 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. a) Untuk mendapatkan jumlah nilai kekayaan yang diperkenankan terlebih dahulu harus dihitung besarnya semua kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Kekayaan perusahaan terdiri dari kekayaan investasi dan kekayaan bukan investasi. 1. Kekayaan yang berupa investasi terdiri dari: a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposito on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. Saham yang tercatat di bursa efek; c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; d. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. Unit penyertaan reksadana; f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; h. Pinjaman hipotik; i. Pinjaman polis.

27 2. Sedangkan untuk kekayaan yang bukan merupakan kekayaan berupa investasi terdiri dari: a. Kas dan Bank; b. Tagihan premi penutupan langsung; c. Tagihan hasil investasi; d. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; e. Perangkat keras komputer. Semua jenis kekayaan yang berupa investasi dan kekayaan non investasi dijumlahkan, dan akan didapat jumlah kekayaan yang diperkenankan. b) Setelah menghitung jumlah semua kekayaan yang diperkenankan, maka selanjutnya adalah menghitung jumlah kewajiban. Kewajiban dalam asuransi jiwa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Cadangan premi 2. Cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan 3. Cadangan klaim Dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki, maka penulis hanya akan mencantumkan nilai yang sudah ada dalam neraca. c) Selanjutnya untuk menghitung tingkat solvabilitas dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah kekayaan yang diperkenankan dengan jumlah kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi).

28 Dengan kata lain perumusan perhitungan tingkat solvabilitas adalah : 3) Setelah menghitung tingkat solvabilitas, selanjutnya adalah menghitung Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). Berdasarkan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, perhitungan BTSM harus dilakukan terpisah untuk masing-masing usaha asuransi atau usaha reasuransi. Perhitungan BTSM untuk unit usaha asuransi konvensional dilakukan terpisah dengan unit usaha asuransi syariah. Untuk melakukan perhitungan BTSM, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Melakukan penilaian pada schedule A yaitu mengenai kegagalan pengelolaan kekayaan/ investasi (Asset Default Risk). Schedule A merupakan langkah antisipasi dari perusahaan terhadap adanya risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan yang mungkin timbul dari kemungkinan adanya kehilangan atau penurunan nilai kekayaan dan kehilangan atau penurunan pengembangan kekayaan. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan tiap-tiap jenis kekayaan yang

29 diperkenankan ditentukan dengan mengalikan faktor risiko untuk jenis kekayaan tersebut dengan nilai kekayaannya. Dengan kata lain perumusan perhitungan BTSM Schedule A adalah : b) Setelah itu lalu melakukan perhitungan terhadap schedule B (Cash Flow Mismatch Risk). Schedule B menggambarkan proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. Risiko ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan arus kewajiban yang timbul karena adanya kemungkinan besar dan saat jatuh temponya kewajiban berbeda dengan besar dan saat jatuh temponya kekayaan. Risiko ketidakseimbangan ini dihitung untuk produk-produk yang membentuk cadangan premi. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko ini ditentukan dengan rumusan sebagai berikut: Cadangan premi yang digunakan dalam perhitungan BTSM tersebut adalah cadangan premi yang pembentukannya memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 30 Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003

30 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. c) Selanjutnya dilakukan perhitungan pada schedule C yaitu mengenai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang. Risiko ketidakseimbangan antara kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing (Foreign Currency Missmatch Risk) timbul karena adanya perbedaan nilai kekayaan dan nilai kewajiban dalam mata uang asing, serta fluktuasi nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah. Dengan perumusan sebagai berikut : d) Setelah itu selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap schedule D (Claim Experience Worse Than Expected Risk) yaitu mengenai beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. Risiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan timbul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk daripada yang diperkirakan. Dengan perumusan sebagai berikut :

31 e) Setelah menghitung schedule D, dilanjutkan dengan menghitung schedule E (Insufficient Premium Risk) yaitu mengenai ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dengan hasil investasi yang diperoleh. Risiko ketidakcukupan ini dapat disebabkan oleh tingkat hasil investasi yang diperoleh lebih rendah daripada tingkat hasil investasi yang diperkirakan dalam penetapan premi. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko ketidakcukupan premi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis dengan faktor risiko. f) Langkah terakhir dalam elemen BTSM adalah dengan menghitung schedule F (Reinsurance Risk) yaitu mengenai risiko reasuradur. Risiko ini berkaitan dengan komponen risiko reasuransi yang dikaitkan dengan ketidakmampuan penanggung ulang untuk memenuhi kewajibannya. Jumlah dana yang diperhitungkan dalam BTSM untuk menanggulangi risiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban penganggung ulang dengan faktor risiko.

32 g) Setelah keseluruhan nilai pada Schedule A sampai dengan Schedule F dihitung, maka barulah dilakukan perhitungan BTSM. Perhitungan BTSM dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari Schedule A sampai dengan Schedule F. 4. Setelah melakukan perhitungan tingkat solvabilitas dan BTSM, maka barulah dapat dihitung berapa besarnya RBC. Perhitungan rasio pencapaian solvabilitas dapat dihitung dengan cara membagi nilai dari jumlah tingkat solvabilitas dengan jumlah BTSM. 5. Dan Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan analisis perbandingan RBC perusahaan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 pada setiap triwulannya. Bagaimana tingkat perubahan RBC yang terjadi. Apakah faktor yang mempengaruhinya. Serta apakah sesuai dengan batasan yang diwajibkan oleh pemerintah.