LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

dokumen-dokumen yang mirip
[ nama lembaga ] 2012

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Dairi merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

MODUL BUDIDAYA KAKAO

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO BERKELANJUTAN TAHUN 2015

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

STUDI KASUS : MANAJEMEN PERUSAHAAN PERKEBUNAN KAKAO DARI HULU SAMPAI HILIR DI PTP NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KALIKEMPIT

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

Hasil perhitungan t tabel

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

III. BAHAN DAN METODE

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

Cara Menanam Cabe di Polybag

Teknis Budidaya Tanaman Kakao Ramah Lingkungan Dengan Teknologi Bio~FOB

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Transkripsi:

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.04 Kode Kegiatan : 1.04.02 Peneliti Utama Prof. Dr. Ir. AZMI DHALIMI, SU 1

PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao ) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sector perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (Goenadi et al., 2005). Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat, 6,0% perkebunan besar Negara dan 6,7% perkebunan besar swasta. Kakao yang diusahakan terdiri atas dua jenis, yakni kakao lindak (sentra utama di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah) dan mulia (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Pada tahun 2002, Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d Ivoire) dan digeser Ghana ke posisi ketiga pada tahun 2003. Keadaan ini akibat i) serangan hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit Vascular Streak Dieback (VCD); ii) penurunan tingkat produktivitas; iii) rendahnya kualitas biji kakao yang dihasilkan karena praktek pengelolaan usahatani yang kurang baik maupun sinyal pasar dari rantai tataniaga yang kurang menghargai mutu; dan iv) tanaman sudah tua. Upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut sudah dilakukan, seperti penerapan teknologi pengendalian dengan metoda PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan) untuk pengendalian PBK dan VSD serta penyediaan benih unggul (Dirjen Perkebunan, 2011). Namun belum memberikan hasil yang memuaskan, sehingga pemerintah meluncurkan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) sebagai terobosan yang inovatif melalui praktek usaha pertanian yang baik (Good Agricultural Practices = GAP) (Anonim, 2012). Dalam Gernas kakao diintroduksi inovasi teknologi untuk mendorong peningkatan produksi yang kegiatannya secara global meliputi: (a) peremajaan pertanaman kakao yang rusak, (b) rehabilitasi pertanaman yang kurang baik, dan (c) intensifikasi pertanaman yang kurang produktif Teknologi yang berkembang di masyarakat tani di wilayah Gernas Kakao secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok.pertama, teknologi petani yaitu teknologi yang dilakukan dan dikembangkan petani menurut kebiasaan secara turun temurun.kedua, teknologi 2

introduksi yaitu teknologi yang diterapkan petani bersumber dari lembaga penelitian, seperti Gernas Kakao melalui tiga pendekatan untuk meningkatkan produktivitas yaitu peremajaan kebun, rehabilitasi dan intensifikasi. Pada masing-masing pendekatan tersebut diperkenalkan teknologinya secara spesifik. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas dilakukan kajian inovasi teknologi spesifik lokasi mendukung sistem dan model pengembangan GAP di wilayah gernas kakao dengan tujuan mengelaborasi dan menganalisis eksistensi teknologi spesifik lokasi dalam perspektif sistem model pengembangan GAP dengan target farmer friendly technology dalam meningkatkan produktivitas kakao METODOLOGI Lokasi dan Waktu Pengkajian Pengkajian dilakukan Kabupaten Mamuju, meliputi dua kecamatan dan dua desa. Kecamatan terpilih yang menjadi contoh, yakni Kecamatan Sambaga dan Papalang, dipilih masing=masing satu desa peserta Gernas Kakao, yaitu Desa Salu Kayu dan Desa Salu Bara na.yang berlangsung sejak tahun 2009 dan 2010. Pengumpulan data pada tahap pertama ini dilakukan bulan April, 2012, meliputi data primer dan data sekunder dari petani terpilih secara acak sederhana sebagai responden. Wawancara, menggunakan daftar pertanyaan, terdiri atas: Karakteristik Petani (Umur, pendidikan, pengalaman berusahatani kakao, dll ), Karakteristik usahatani ( luas lahan garapan, status garapan lahan, pola tanam, dll ), dan Identifikasi teknologi yang diterapkan dalam usahatani kakao, Sedangkan data Sekunder: dari beberapa instansi terkait antara lain: Kantor Desa/Kecamatan, Dinas Perkebunan, dan sebagainya, meliputi : Keragaan wilayah contoh, perkembangan produktivitas kakao, kebijakan penerapan Gernas Kakao, dan laporan terkait dengan perkembangan Gernas Pro-Kakao Data primer responden terdiri atas dua kelompok petani, yakni petani peserta/pelaksana Gernas Pro-Kakao dan petani non pesserta yang masing-masing 40 orang, sehingga total responden 80 orang (n = 80). Eksistensi teknologi spesifik lokasi, akan dibahas secara deskriptif kualitatif, menggunakan instrument tabel frekuensi dan kemudian tabel silang. Untuk mempertajam penafsiran digunakan parameter statistik berupa persentase, nilai maksimum, nilai minimum, rataan dan standard deviasi. Sedangkan eksistensi teknologi spesifik lokasi 3

dalam perspektif sistem dan model pengembangan GAP di wilayah Gernas Kakao, akan dilakukan bertahap. Pertama, memetakan komponen teknologi yang diterapkan petani. Indikator yang dilihat adalah frekuensi penerapan sehingga tercermin teknologi yang dominan dilakukan petani. Kedua, menganalisis aplikasi teknologi yang diterapkan petani itu dengan menggunakan instru. Pisau analisis yang digunakan adalah analisis Korelasi Product Moment Pearson. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Wilayah Pengkajian Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Mamuju terletak antara 0 o 12' 3 o 38 Lintang Selatan dan 118 o 43'15 119 o 54'3 Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan Selat Makassar di sebelah barat. Batas sebelah selatan dan timur adalah Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Mamuju terletak pada posisi 10 38' 110" 20 54' 552" Lintang Selatan; dan 110 54' 47" 130 5' 35 Bujur Timur Kabupaten yang beribukotakan di Kecamatan Mamuju mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Di sebelah Utara dan Timur masingmasing berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, dan Provinsi Sulawesi Selatan. Di bagian Barat dibatasi Selat Makassar. Kabupaten Mamuju dengan luas 801.406 Ha, terbagi atas 16 Kecamatan, 143 Desa, 10 Kelurahan, dan 2 UPT. Kecamatan paling luas dan paling sempit adalah Kalumpang dan Balabakang dengan luas masing-masing 1.178,21 km 2 dan 9 km 2 atau sekitar 22,19 persen dan 0,11 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mamuju. 4

Keragaan Responden Umur responden beragam mulai dari paling muda sekitar 20 tahun hingga hingga 50 tahun, meskipun di antaranya ada yang paling tua sekitar 65 tahun masih kuat bekerja di kebun.. Dilihat sebarannya, kondisi umur responden cenderung tersebar mendekati normal Berarti sebagian besar petani kakao di Sulawesi Selatan adalah petani yang memiliki umur produktif (di bawah umur 50 th). Hal ini terkait dengan Usahatani yang menonjol dan dominan di daerah ini (lahan kering) adalah perkebunan kakao yang membutuhkan tenaga yang relatif kuat dan ini dimiliki oleh petani yang berumur 31-50 tahun. Eksistensi Kakao Di Wilayah Pengkajian Saat ini Sulawesi Barat (Sulbar) bersama-sama Sulawesi Tengah, Tenggara dan Selatan merupakan penghasil kakao terbesar di Indonesia. Sekitar 70 persen kakao nasional dihasilkan dari keempat wilayah tersebut. Kakao Sulbar memiliki kualitas kakao setara kakao Pantai Gading, Ghana dan Nigeria (Rauf, 2012).Tanaman kakao di Sulbar, diusahakan petani tersebar di seluruh wilayah kabupaten meliputi Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara Keragaan Kebun Penguasaan lahan berkisar antara 1 hingga 4 hektar, dengan status penguasaan mayoritas milik sendiri. Hanya sebagian kecil yang memiliki status sewa.tua (tidak produktif). Dalam satu hektar kebun, rata-rata petani memiliki tanaman kakao sekitar 900 hingga 1000 pohon yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu tanaman musa (sulaman) belum produktif, tanaman produktif dan tanaman yang sudah tua. Sebaran umur tanaman kakao berkisar antara 6 bulan hingga lebih dari 20 tahun yang sebagian besar adalah varitas unggul, meskipun pada awalnya sebaagian besar adalah varitas lokal, tetapi setelah disambung samping dengan klon unggul berubah jadi unggul, yakni klon unggul Sulbar 1 dan Sulbar 2. Proporsi tanaman produktif, tidak produktif dan belum produktif, rasionya sekitar 7 : 2 : 1, artinya jika petani memiliki populaswi 1000 pohon kakao, maka yang produktif hanya sekitar 700 pohon. Sisanya yang 20 persen sudah tua tidak produktif dan 10 persen belum produktif karena berupa tanaman sulaman atau tanaman sambungan yang belum menghasilkan. 5

Praktek Budidaya Diawali dengan persiapan lahan berupa pembukaan hutan, pengaturan jarak tanam menggunakan ajir dan penanaman tanaman pelindung yang ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3) Pembibitan Benih menggunakan biji buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur, dibersihkan daging buahnya dengan abu gosok dan segera dikecambahkan menggunakan karung goni dalam ruangan karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), dan disiram 3 kali sehari. Selanjutnya kecambah dibibitkan dalam polibag ukuran 30 x 20 cm atau di tempat pembibitan yang terdiri dari campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), dan diberi 1 gram pupuk TSP / polybag. Tempat pembibitan diberi naungan buatan dan disiram 1-2 kali sehari. Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan. Kendalikan organism perusak tanaman dengan pestisida sesuai dosis anjuran Penanaman Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm yang ditutup kembali menggunakan camuran tanah dengan pupuk kandang (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang. Bibit dipindahkan ke lapangan sebaiknya tidak tengah membentuk daun muda (flush) dan disesuaikan dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan Pemeliharaan Tanaman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon, Pemupukan dilakukan di bawah kanopi atau di sekeliling bawah tajuk disekitar tanaman dengan cara dikoak dan dimasukkan pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk disesuaikan dengan tingkat umur tanaman Pengendalian Hama & Penyakit 6

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan pestisida bila serangan hama penyakit telah melewati ambang ekonomi yang tergantung kepada jenis hama penyakit yang menyerangnya, memiliki tingkat kerusakan spesifik Pemangkasan Pemangkasan dimaksudkan agar pembentukan cabang lebih seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang lebih optimal agar percabangan lebih rampak dan memperbanyak munculnya calon bunga di permukaan batang dan cabang. Terdiri yang terdiri dari Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris. Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya. Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Panen Pemetikan dilakukan terhadap buah yang telah bewarna kuning atau merah sekitar umur 5,5 6 bulan dari berbunga, tetapi jangan terlalu masak dengan cara memotong tangkai buah dan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah, dimaksudkan agar tidak merusak bantalan bunga. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan selanjutnya diperam sekitar 5-7 hari agar memperoleh keseragaman kematangan buah serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao.. 8. Pengolahan Hasil Fermentasi,pada umumnya belum dilakukan petani dan biji langsung dijemur sinar matahari langsung (7-9 hari) sampai warna biji berubah dan mengeluarkan aroma serta cita rasa yang enak. Sedangkan yang fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik, selain itu menghasilkan biji yang tahan terhadap hama dan jamur, selama penyimpanan dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih. 7

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Peranan Good Agricultural Practices Dalam Agribisnis Di Indonesia. http://magri.undip.ac,id, 2012. Dirjen Perkebunan. 2011. Pedoman Umum Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2011. Kementerian Pertanian. Goenadi, D.H.,J.B. Bakon, Herman dan A. Purwoto. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Badan Litbang Pertanian. 26 hlm. 8