GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN) DENGAN METODE IVY DAN DUKE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Mekanisme Pembekuan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

makalah pembekuan darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

Ratih Hardisari, Supartuti. Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

Tubuh manusia mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

R S. D R. H I. A B D O E L M O E L O E K B A N D A R L A M P U N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

Kata kunci: waktu perdarahan, pencabutan gigi, ekstrak etanol daun teh (Camellia Sinensis L.Kuntze), mencit Swiss Webster.

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) METODE SLIDE DENGAN METODE TABUNG (MODIFIKASI LEE DAN WHITE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keterkendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

Lampiran 1 Rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Sejak saat itu, penyakit DBD menyebar ke berbagai daerah, sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Keadaan fisiologik menunjukan darah selalu berada

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI

1. SEL DARAH : ERITROSIT, LEUKOSIT, TROMBOSIT 2. PLASMA DARAH : CAIRAN DARAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI TERHADAP WAKTU PERDARAHAN DAN JUMLAH TROMBOSIT PRIA DEWASA NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Review Sistem Hematology

1 Universitas Kristen Maranatha

PEMERIKSAAN HEMATOKRIT METODE MIKROHEMATOKRIT ANTARA MENGGUNAKAN CENTRIFUGE SUDUT DENGAN CENTRIFUGE MIKROHEMATOKRIT

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disiapkan dari fresh frozen plasma (FFP) dengan mencairkannya secara

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

Transkripsi:

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN) DENGAN METODE IVY DAN DUKE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh: EUIS MAYANGSARI NIM. 13DA277011 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN) DENGAN METODE IVY DAN DUKE 1 Euis Mayangsari 2 Endang Octaviana W 3 Atun Farihatun 4 INTISARI Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris.pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi.nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit, kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan. Pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu metode Ivy dan metode Duke. Kedua metode tersebut bisa menunjukkan hasil yang berbeda karena perlakuan dan tempat tusukannya pun berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran hasil pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode Ivy dan Duke. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel penelitian ini diambil dari sebagian mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis yaitu sebanyak 76 orang.teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Hasil dari penelitian ini diperoleh nilai pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) metode Ivy yang normal sebanyak 76 orang (100%), tidak didapatkan hasil pemeriksaan abnormal. Nilai pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) metode Duke yang normal sebanyak 76 orang (100%), tidak didapatkan hasil pemeriksaan abnormal. Nilai normal untuk pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) metode Ivy yaitu 1 6 menit, sedangkan metode Duke nilai normalnya yaitu 1 3 menit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan secara klinis antara pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) metode Ivy dengan bleeding time (waktu perdarahan) metode Duke. Kata kunci : Pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan), metode Ivy, metode Duke Kepustakaan : 17, 2005-2015 Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing 2 iv

AN OVERVIEW OF RESEARCH RESULT OF BLEEDING TIME WITH IVY AND DUKE METHOD 1 Euis Mayangsari 2 Endang Octaviana W 3 Atun Farihatun 4 ABSTRACT The bleeding time is a laboratory test to determine the length of the body to stop bleeding due to trauma created in laboratory. These checks measuring hemostasis and coagulation. The value of the bleeding time test results are influenced by the number of platelets, blood vessel wall, hematocrit, skin quality, and also the techniques used. Examination of bleeding time, there are two methods, namely methods ivy and methods duke. The second methods can show different results because of the treatment and the stitches were different. This research aims to know the overview of bleeding time with ivy and duke method. The writer used descriptive design in this research. While the research sample is taken from several Student D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis that is as much as 76 people. Thus the writer uses quota sampling for the research. The research result shows that check value methods Ivy bleeding time in normal as much as 76 people (100%), not found abnormal test results. Check value method Duke bleeding time in normal as much as 76 people (100%), not found abnormal test results. The normal value for the examination method Ivy bleeding time is 1-6 minutes, whereas the method Duke normal value is 1-3 minutes. The conclusion from this research there is no clinical difference between the examination method Ivy bleeding time with the method Duke bleeding time. Keyword : Examination bleeding time, method Ivy, method Duke Literature : 17, 2005-2015 Information : 1 title, 2 student s name, 3 supervisor s name 1, 4 supervisor s name 2 v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium klinik dapat digunakan bagi klinik dalam diagnosis, pemeriksaan lanjutan, dan peramalan prognosis suatu penyakit. Pemeriksaan laboratorium klinik terbaik apabila tes tersebut akurat (tepat), persis (teliti), rentan, spesifik, murah, dan dapat membedakan orang normal dari abnormal (E.N.Kosasih dan A.S.Kosasih,2008). Tes laboratorium adalah tes yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis suatu kondisi, memantau perkembangan penyakit, dan melihat efektifitas pengobatan. Hasil dari suatu tes laboratorium harus bisa di pertanggung jawabkan, maka dari itu harus diperhatikan mengenai prosedur dan teknik pemeriksaannya (Robert, M. & Youngson, 2009). Salah satu parameter pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi, pemeriksaan ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain : kadar Hb, hitung leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), hitung trombosit, retikulosit, hematokrit, sediaan apus dan pemeriksaan hemostasis. Pemeriksaan hematologi ini merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan oleh dokter sebagai alat penunjang atau penegak diagnosis (Harjoeno,2000;Fakultas Kedokteran UII,2011). Allah berfirman dalam surat Al-Haqqah ayat 45 dan 46 : Artinya: Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. 1

2 Maksud dari ayat tersebut ialah jika Rasulullah SAW berdusta terhadap Allah maka sanksi yang akan diberikan ialah pemotongan pembuluh darah yang keluar dari jantungnya (aorta) sehingga kematian adalah hasil akhirnya(qs.al-haqqah :45 dan 46). Aorta memiliki aliran darah yang cepat karena tekanannya langsung berasal dari kontraksi jantung, selain itu volume darahnya masih sangat banyak (hanya punya 1 percabangan kecil yaitu koroner) oleh karena itu ketika aorta dipotong maka konsekuensinya ialah akan terjadi pendarahan yang sangat hebat lalu syok dan dengan mudahnya dapat menimbulkan kematian (QS.Al-Haqqah :45 dan 46). Hubungan ayat diatas dengan Karya Tulis Ilmiah ini ialah jika terjadi pemotongan pembuluh darah atau terjadi perlukaan maka akan terjadi perdarahan, apabila terjadi perdarahan maka faktor-faktor hemostasis akan bekerja. Karya Tulis Ilmiah ini menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler. Proses hemostasis adalah mekanisme keseimbangan dalam menghentikan dan mencegah perdarahan. Vasokontriksi pembuluh darah akan terjadi apabila pembuluh darah luka, kemudian trombosit berkumpul dan melekat pada pembuluh darah yang luka membentuk sumbat trombosit. Faktor koagulasi akan diaktifkan sehingga membentuk benang fibrin yang membuat sumbat trombosit menjadi stabil maka dari itu pendarahan dapat dihentikan. Gangguan hemostasis terdiri dari BT, CT, aptt, PT, dan TAT (Prima Astiawanti, 2008). Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama

3 mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (Juliantisilaen, 2014). Pemeriksaan waktu perdarahan terdapat beberapa metode yaitu metode Ivy dan Duke. Metode Ivy dinyatanyan normal apabila waktu perdarahannya antara 1-6 menit. Perdarahan yang berlangsung lebih dari 10 menit telah membuktikan adanya sesuatu kelainan dalam mekanisme hemostasis. Namun perlu juga menyadari kemungkinan tertusuknya satu vena, pada persangkaan ini ulangilah pemeriksaan pada lengan lain. Metode Duke dinyatakan normal apabila waktu perdarahannya antara 1-3 menit (R.Gandasoebrata,2010). Metode Duke kurang memberatkan kepada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan, hasil pemeriksaan menurut metode Ivy lebih dapat dipercaya. Cara Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena mengenakan ikatan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau sukar dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010). Namun berdasarkan pengalaman selama praktek laboratorium dilapangan, kebanyakan rumah sakit menggunakan metode Duke untuk pemeriksaan waktu perdarahan pada semua usia dengan alasan untuk mengefektifkan waktu karena metode Duke dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat, dan untuk kenyamanan pasien karena pasien akan merasa pegal saat proses pembendungan menggunakan metode Ivy. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji kembali pemeriksaan waktu perdarahan menggunakan metode Ivy dan metode Duke. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu; Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode Ivy dan Duke?

4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana gambaran hasil pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) dengan metode Ivy dan Duke. 2. Tujuan Khusus Mengetahui apakah metode duke bisa diterapkan pada orang dewasa dalam pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman, dan mengetahui gambaran hasil pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode Ivy dan Duke sehingga dapat memilih metode yang tepat untuk melakukan pemeriksaan. b. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan, dan memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam pembelajaran bidang hematologi, khususnya yang berhubungan dengan pemeriksaan waktu perdarahan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan ilmiah untuk tenaga kesehatan dalam bidang hematologi khususnya pemeriksaan waktu perdarahan. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hasil pemeriksaan waktu perdarahan sebelumnya pernah dilakukan oleh dr. Prima Astiawanti, 2008. Judul dari penelitiannya yaitu Perbedaan pola gangguan hemostasis antara penyakit ginjal kronik prehemodialisis dengan diabetes mellitus dan non diabetes mellitusdengan hasil tidak ada perbedaan bermakna

5 antara hasil pemeriksaan waktu perdarahan pada penderita penyakit ginjal kronik prehemodialisis dengan diabetes melitus dan non diabetes melitus. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada jumlah variabel yang akan diamati, tahun penelitian, tempat penelitian, dan tujuan penelitian. Penelitian sebelumnya melihat perbedaan gangguan hemostasis, sedangkan penelitian yang akan dilakukan melihat gambaran hasil pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode yang berbeda. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama melakukan pemeriksaan waktu perdarahan dengan metode Ivy dan Duke.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Pengertian Bleeding Time (Waktu Perdarahan) Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi (Juliantisilaen, 2014). Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik. Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun 1980-an, sehingga muncul pertanyaan mengenai validitas pemeriksaan (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011). Decterina melakukan analisis regresi linier untuk mengetahui sensitifitas, spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari Bleeding Time (waktu perdarahan). Nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit, kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011). 6

7 Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von willebrand. Pemeriksaan ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah trombosit terutama dibawah 50.000/mm 3, kemampuan trombosit membentuk plug, vaskularisasi dan kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi penurunan yang cukup parah (Nugraha, Gilang, 2015). Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013) Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu Ivy dan Duke. Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang akurat, sehingga dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy.Agar pemeriksaan terstandarisasi maka dilakukan penyamaan tekanan pembuluh darah dengan menggunakan sfigmomanometer pada tekanan 40 mmhg. Tusukan dilakukan pada lengan bagian bawah menggunakan lanset (Nugraha, Gilang, 2015). Metode Duke kurang memberatkan pada mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan. Namun metode Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010). Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) lebih baik dengan menggunakan metode Ivy, karena dilakukan pada

8 permukaan volar lengan bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang relatif seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013) 2. Masalah Klinis pada Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) a. Pemendekan waktu Penyakit Hodkin b. Pemanjangan Waktu 1) Purpura trombositopenia, disarankan untuk memeriksa jumlah trombosit sebelum melakukan tes waktu perdarahan (v.dacie, sir john dan lewis S.M) 2) Abnormalitas fungsi trombosit, gangguan ini bisa disebabkan oleh obat paraprotein atau kelainan trombosit (v.dacie, sir john dan lewis S.M) 3) Abnormalitas vaskular 4) Leukemia 5) Penyakit hati kronis 6) DIC (disseminated intravascular coagulation) 7) Anemia aplastik 8) Defisiensi faktor (V, VII, XI) 9) Penyakit christmas (Nugraha, Gilang, 2015) 3. Manfaat Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dalam Klinik Bleeding Time (waktu perdarahan) dalam laboratorium klinik bermanfaat untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dasar, apabila ditemukan kelainan maka dapat dilakukan

9 pemeriksaan yang lebih khusus untuk mencari suatu kelainan tertentu (R.Gandasoebrata,2010) 4. Metode Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) a. Metode Ivy Ikatan spigmomanometer dikenakan pada lengan atas dengan tekanan 40 mmhg. Penusukan bagian lengan bawah kira-kira 3 jari dibawah lipat siku dengan kedalaman tusukan 3mm (R.Gandasoebrata,2010). Insisi harus dibuat di tempat yang sudah dibersihkan, bebas dari penyakit kulit dan jauh dari vena (Riswanto, 2013) Prinsip metode Ivy : Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013). b. Metode Duke Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan tusukan pada bagian cuping telinga dengan kedalaman 2 mm (R.Gandasoebrata, 2010). Prinsip metode Duke : Dibuat perlukaan standar pada daun telinga. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013). 5. Pengertian Hemostasis Fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah agar darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah disebut fungsi hemostasis. Fungsi hemostasis berguna untuk mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah (I Made Bakta, 2012).

10 6. Mekanisme Hemostasis Fungsi hemostasis melibatkan berbagai sistem, yaitu sebagai berikut : a. Sistem Vaskuler b. Sistem trombosit c. Sistem koagulasi d. Sistem fibrinolisis e. Inhibitor Fungsi hemostasis akan bekerja dengan baik apabila sistem tersebut bekerja sama dalam suatu proses yang seimbang dan saling mengontrol. Kelainan disebabkan karena adanya kekurangan atau kelebihan suatu komponen. Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan kekurangan fungsi hemostasis akan menyebabkan perdarahan (hemorrhagic diathesis). Langkah-langkah dalam hemostasis : a. Langkah I : Hemostasis primer, pada langkah ini terjadi pembentukan primary plateletplug (sumbat trombosit). b. Langkah II : Hemostasis sekunder, pada langkah ini terjadi pembentukan stable hemostatic plug (plateletdan fibrin plug). c. Langkah III : Fibrinolisis yang menyebabkan lisis dari fibrin setelah dinding vaskuler mengalami reparasi sempurna sehingga pembuluh darah kembali paten. Fungsi hemostasis terdiri atas 2 komponen, yaitu : a. Fungsi koagulasi, yang berakhir dengan pembentukan fibrin stabil. Fungsi koagulasi melibatkan 3 komponen, yaitu : 1) Komponen vaskuler 2) Komponen trombosit

11 3) Komponen koagulasi b. Fungsi fibrinolisis, yang berakhir dengan pembentukan plasmin (I Made Bakta, 2012). 7. Faktor Trombosit Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil apabila tidak ada trombosit. Adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi merupakan Reaksi trombosit yang sangat penting untuk melakukan fungsinya begitupula dengan aktivitas prokoagulannya (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). Trombosit berperan penting dalam proses awal fungsi koagulasi yang akan berakhir dengan pembentukan sumbat trombosit (platelet plug). Trombosit akan mengalami peristiwa sebagai berikut : a. Platelet adhesion b. Platelet activation c. Platelet aggregation Proses koagulasi darah untuk menghasilkan fibrin terdapat empat langkah utama, yaitu : a. Langkah pertama Proses awal yang melibatkan jalur intrinsik dan ekstrinsik yang melibatkan tenase complex yang akan mengaktifkan faktor X menjadi faktor X aktif. b. Langkah kedua Pembentukan prothrombin activator (prothrombinase complex) yang akan memecah prothrombin menjadi thrombin c. Langkah ketiga Prothrombin activator merubah prothrombin menjadi thrombin.

12 d. Langkah keempat Thrombin memecah fibrinogen menjadi fibrin serta mengaktifkan faktor XIII sehingga timbul fibrin yang stabil. Pada langkah pertama dikenal 2 jalur : a. Jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) Aktivasi jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kontak antara jaringan subendotil dengan darah yang akan membawa faktor jaringan (tissue factor) serta aktivasi faktor VII. b. Jalur intrinsik (intrinsic pathway) Aktivasi jalur intrinsik dimulai dengan aktivasi faktor kontak (comfact factor), yaitu faktor XII, HMWK, dan prekalikrein. Selanjutnya terjadi aktivasi faktor XI, X, dan IX. (I Made Bakta, 2012). 8. Faktor Koagulasi Faktor koagulasi berfungsi dalam proses koagulasi, faktor ini disebut juga faktor pembekuan darah. Faktor koagulasi adalah protein yang terdapat dalam darah (plasma). Protein ini dalam keadaan tidak aktif (proensim atau zymogen) jika terjadi aktivasi, protein aktif ini (enzim) akan mengaktifkan rangkaian aktivasi berikutnya secara beruntun, seperti sebuah tangga (kaskade) atau seperti air terjun (waterfall). Artinya aktivasi faktor awal akan mengaktifkan faktor berikutnya disertai dengan proses amplifikasi sehingga molekul yang dihasilkan akan bertambah banyak. Faktor-faktor koagulasi : a. Faktor kontak aktivasi 1) Faktor XII (Hageman factor) berfungsi untuk mengaktifkan faktor XII dan PK. 2) HMW Kininogen (High molcular weight kininogen), prekalikrein berfungsi untuk membawa faktor XII dan PK pada permukaan.

13 3) Faktor XI (PTA) berfungsi untuk mengaktifkan faktor XII dan mengaktifkan faktor IX b. Vitamin K-dependent proenzymes 1) Prothrombin (faktor II) berfungsi untuk prekursor thrombin. 2) Faktor X (Stuart-prower factor) berfungsi untuk mengaktifkan rothrombin. 3) Faktor IX (Christmas factor) berfungsi untuk mengaktifkan faktor X. 4) Faktor VII (Proconvertin) berfungsi untuk mengaktifkan faktor IX dan faktor X. 5) Protein C berfungsi untuk menonaktifkan faktor Va dan VIIa. c. Kofaktor 1) Tissue factor (faktor III) berfungsi sebagai kofaktor untuk faktor VII dan VIIa. 2) Platelet procoagulant phospholipid (PF 3) berfungsi sebagai kofaktor untuk faktor Ixa dan faktor Xa. 3) Faktor VIII (anti hemophilic factor) berfungsi sebagai kofaktor untuk faktor Ixa. 4) Faktor V (proaccelerin) berfungsi sebagai kofaktor untuk faktor Ixa. 5) Protein S berfungsi sebagai kofaktor untuk protein C d. Faktor untuk Deposisi Fibrin 1) Fibrinogen (faktor I) berfungsi sebagai prekursor fibrin. 2) Faktor XIII (fibrin stabilizing factor) berfungsi sebagai Crosslinking fibrin. Proses pembekuan darah mempunyai tujuan untuk mengatasi vascular injury sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan, tetapi proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah injury, tidak boleh menyebar ke tempat lain karena akan membahayakan peredaran darah. Maka, tubuh

14 membuat mekanisme kontrol dimana endotil yang intact memegang peranan penting. a. Adanya AT III (anti-thrombiniii) yang terikat pada permukaan endotil dengan perantaraan heparan sulfat. AT III akan menginaktifkan thrombin dan faktor Xa. b. Molekul thrombomodulin pada permukaan endotil akan mengikat thrombin. Kompleks thrombin-thrombomodulin akan mengaktifkan protein-c (dengan bantuan protein-s sebagai kofaktor) akan menginaktifkan faktor Va dan faktor VIIIa, dengan demikian pembentukan thrombin akan berkurang. Proses pengendalian (natural anticoagulant) serta pengenceran faktor aktif diluar tempat injury tersebuat dapat mengendalikan proses koagulasi sehingga tidak menyebar ke tempat lain. (I Made Bakta, 2012). 9. Kaskade Koagulasi Kaskade koagulasi merupakan proses pembentukan fibrin jika digambarkan secara skematik mirip seperti fenomena air terjun (waterfall) atau seperti tangga (cascade). Adanya aktivasi faktor awal akan mengaktifkan faktor berikutnya (Bakta I Made, 2012). 10. Proses Fibrinolitik Plasmin dibentuk pada saat proses fibrinolitik. Plasmin berguna untuk menghancurkan bekuan atau menghancurkan fibrin setelah proses reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga pembuluh darah tersebut kembali paten. Terjadinya injury (melalui kalikrein) mengaktifkan tpa yang selanjutnya mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin akan memecah fibrin menjadi FDP. Untuk mengendalikan proses fibrinolisis ini maka terdapat faktor pengendali yaitu plasminogen activator inhibitor

15 yang menghambat kerja tpa dan alpha-2 antiplasmin yang menghambat kerja plasmin (I Made Bakta,2012). Aktivator plasminogen jaringan (tpa) adalah protease serin yang mengikat fibrin. Proses ini meningkatkan kemampuannya untuk mengubah plasminogen yang terikat pada trombus menjadi plasmin. Kerja tpa bergantung pada fibrin, sangat membatasi pembentukan plasmin oleh tpa pada bekuan fibrin. Pelepasan tpa terjadi setelah stimulus seperti trauma, olahraga, atau stres emosional (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). Kerusakan pembuluh darah Vasokontriksi Pemaparankolagensubendotel Platelet adhesion F XII Tissue thromboplastin F VII Platelet activation& secretation PF3 Koagulasi darah Aliran darah turun Platelet aggregation Thrombin Platelet fusion / contraction Fibrinogen Platelet plug Fibrin Stable hemostatic plug Keterangan : PF 3 = Platelet fosfolipid 3 Gambar 2.1 Skema Umum Hemostasis (Sumber : Bakta I Made, 2012)

16 11. Pemeriksaan Fungsi Hemostasis Gangguan hemostasis dengan perdarahan abnormal dapat terjadi akibat : a. Kelainan vaskuler b. Trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit c. Gangguan pembekuan darah Uji sederhana banyak dilakukan untuk menilai trombosit, dinding pembuluh darah, dan komponen koagulasi hemostasis. Beberapa uji yang dilakukan diantaranya adalah : a. Hitung darah dan pemeriksaan sediaan hapus darah Penyebab lazim dari perdarahan abnormal ialah Trombositopenia, sehingga pasien-pasien dengan kecurigaan kelainan darah awalnya harus diperiksa hitung darahnya, termasuk hitung trombosit dan pemeriksaan sediaan hapus darah. Selain untuk memastikan adanya trombositopenia, tindakan ini dapat menemukan penyebabnya, misalnya leukemia akut. (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). b. Uji skrining pembekuan darah Uji ini untuk menilai sistem ekstrinsik dan intrinsik pembekuan darah juga menilai perubahan sentral fibrinogen menjadi fibrin. (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). Masa protrombin (prothombin time, PT) berfungsi untuk mengukur faktor-faktor VII, X, V, protrombin, dan fibrinogen. Masa tromboplastin parsial teraktivasi (the activated partial thromboplastin, APTT) digunakan untuk mengukur faktor VIII, IX, XI, dan XII selain faktor X, V, protrombin, dan fibrinogen (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). Metode kimiawi, kromogenik, dan imunologik dilakukan untuk pengukuran kuantitatif protein lain misalnya fibrinogen, VWF, dan faktor VIII. Aktivitas faktor XIII dapat dinilai dengan

17 pengujian kelarutan bekuan dalam urea (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). c. Bleeding Time (waktu perdarahan) Bleeding Time (waktu perdarahan) adalah pemeriksaan yang berguna untuk fungsi trombosit yang abnormal, termasuk diagnosis defisiensi VWF (Von Willebrand Factor). Masa perdarahan juga memanjang pada trombositopenia, tetapi normal pada perdarahan abnormal yang disebabkan oleh vaskular (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). d. Uji fungsi trombosit Agregometri trombosit merupakan pemeriksaan yang paling berguna untuk mengukur penurunan serapan cahaya dalam plasma kaya trombosit sejalan dengan agregasi trombosit. Agregasi awal (primer) disebabkan oleh suatu zat eksternal, agregasi sekunder adalah respon terhadap zat penyebab agregasi yang dilepaskan dari trombosit sendiri.lima zat penyebab agregasi eksternal yang paling banyak dipakai adalah ADP, kolagen, ristosetin, asam arakidonat, dan adrenalin. Pola respon terhadap tiap zat membantu dalam menegakkan diagnosis (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012). e. Uji terhadap fibrinolisis Pemendekan masa lisis bekuan euglobulin dapat mendeteksi adanya peningkatan kadar aktivator plasminogen yang bersirkulasi. Metode imunologik juga tersedia untuk mendeteksi produk pemecahan fibrinogen atau fibrin dalam serum. Pada pasien yang mengalami peningkatan fibrinolisis, dapat dideteksi kadar plasminogen dalam darah yang rendah (A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2012).

18 12. Perdarahan Perdarahan hebat dapat terjadi akibat defisiensi dari salah satu faktor-faktor pembekuan. Tiga jenis utama perdarahan adalah : a. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K b. Hemofilia c. Trombositopenia. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan kekurangan protrombin, faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hemofilia adalah penyakit perdarahan yang diturunkan. Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan faktor VIII, hemofilia B disebabkan oleh kekurangan faktor IX, dan hemofilia C disebabkan oleh kekurangan faktor XI (Guyton and Hall, 2007). Perdarahan yang berlangsung lama mengarahkan dugaan pada penyakit herediter. Dugaan dapat dipastikan dengan pemeriksaan respons perdarahan terhadap tantangan hemostatik yang jauh misalnya operasi, ekstraksi gigi, atau perdarahan pasca persalinan walaupun penyakit von willebrand justru membaik pada saat hamil. Riwayat keluarga dan pola penurunan penyakit juga harus dicari (Davey Patrick,2005).

19 B. Kerangka Konsep Hemostasis Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Metode Duke Ivy Cuping telinga Lengan bawah Hasil waktu perdarahan Hasil waktu perdarahan Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

DAFTAR PUSTAKA A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit dan P.A.H. Moss. (2012). Kapita Selekta Hematologi Ed. 4. Jakarta : EGC. Astiawati, Prima. (2008). Perbedaan Pola Gangguan Hemostasis Antara Penyakit Ginjal Kronik Prehemodialisis Dengan Diabetes Mellitus dan Non Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Diponegoro. Davey, Patrick. (2005). At A Glance Medicine. Jakarta :Erlangga. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN). (2011). Jurnal Anestesiologi Indonesia. Jawa Tengah : Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN). Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. (2011). Buku Panduan Praktikum Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi. Yogyakarta : FK-UII. Ghazali, Imam., dkk. (2014). Almummayyaz Al-Qur an Tajwid Warna Transliterasi Per Kata Terjemah Per Kata. Jakarta : Bagus Segara. Guyton, Arthur C. Hall, John E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC. Juliantisilaen. (2014). Waktu Perdarahan [internet]. Tersedia dalam http://www.slideshare.net/juliantisilaen/waktu-perdarahan [diakses 28 Mei 2014]. Kosasih, EN dan Kosasih AS. (2008). Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Tangerang : Karisma Publishing Group. Made Bakta I. (2012). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC. Nugraha Gilang. (2015). PanduanPemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media. R.Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. Riduwan dan Akdon. (2007).Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alpabeta: Bandung. 31

32 Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia & Kanal Medika Robert, M. & Youngson. (2009). Pustaka kesehatan popular. Mengenal pemeriksaan laboratorium. Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Popular. Sujarweni, V.Wiratna. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Penerbit Gava Media. V. Dacie, Sir John dan Lewis S.M. (2015). Practical Haematology. Ameika serikat : Churchill Livingstone Ine.