III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

METODE. Waktu dan Tempat

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

bulan Februari 2017, sedangkan penelitian utama dilaksanakan bulan April hingga

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen di Bidang Teknologi Pangan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE I II III BKK1 U1 U2 U3 BKH2 U1 U2 U3 BKK3 U1 U2 U3 BKH4 U1 U2 U3 BKK5 U1 U2 U3 BKH6 U1 U2 U3 BKHKK7 U1 U2 U3 BKHKK8 U1 U2 U3

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

III BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN. dan penelitian utama dengan rancangan perlakuan konsentrasi koji Bacillus

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

BAB III METODE PENELITIAN

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung pada bulan September-November 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah kacang benguk yang diperoleh dari Metro, buah sukun yang diperoleh dari salah satu petani di Kemiling Bandar Lampung. Bahan pembantu yang digunakan adalah tepung gula, vanili, susu full cream, garam, susu skim dan soda kue, sedangkan bahan kimia yang digunakan antara lain NaOH, Phenolpthalein (PP) dan aquades. Bahan kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembaran alumunium foil ketebalan 0,10 mm dengan densitas 1,103 g/cm 3, transmisi oksigen (O 2 TR) 0,3199 cc/m 2 /24jam dan permeabilitas uap air 0,0768 g/m 2 /24jam. Peralatan yang digunakan adalah pisau stainless stell, blender, timbangan, loyang, panci, baskom, pengayak, kompor, cawan aluminium, cawan porselen, oven,

tanur, inkubator, desikator dan alat alat lain untuk analisis kimia serta perlengkapan uji organoleptik. 27 3.3 Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan menggunakan metode deskriptif. Tiga perlakuan penyimpanan BMC dilakukan pada suhu 30 C, 40 C dan 50 C dengan dua kali ulangan dan produk BMC dikemas dengan menggunakan kemasan alumunium foil. Penyimpanan dilakukan selama satu bulan (28 hari). Pengujian dilakukan terhadap kadar air, kadar asam lemak bebas (ALB), dan sifat organoleptik produk BMC pada setiap satu minggu sekali yaitu pada hari ke 0, 7, 14, 21 dan 28. Data hasil pengujian digunakan untuk menentukan umur simpan dengan menggunakan metode akselerasi (penyimpanan dipercepat) dengan model persamaan Arrhenius (kinetika reaksi). 3.4 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari tahap persiapan BMC, tahap penyimpanan dan analisis pendugaan umur simpan. 3.4.1 Tahap persiapan BMC Tahap persiapan BMC terdiri dari pembuatan tepung kacang benguk germinasi, pembuatan tepung sukun dan pembuatan BMC yang disajikan pada Gambar 3, 4 dan 5.

28 3.4.1.1 Pembuatan tepung kacang benguk germinasi Kacang benguk yang telah disortasi dari kotoran direndam selama 24 jam, kemudian ditebarkan di tempat yang berlubang dan diberi kain basah. Kacang benguk dibiarkan bergerminasi di ruang gelap selama lebih kurang 48 jam (tumbuh tunas sepanjang 3 mm), selanjutnya kacang benguk germinasi direndam dengan air panas selama 20 menit (1:3 b/v), dilakukan pengupasan kulit ari dan biji dan dilakukan perebusan biji kacang benguk germinasi tanpa kulit ari. Kecambah kacang benguk, selanjutnya dijemur dan dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 60 0 C sampai kadar air 12%, setelah itu dilakukan proses penepungan dan pengayakan (80 mesh). Diagram alir proses pembuatan tepung kacang benguk germinasi dapat dilihat pada Gambar 3.

29 Kacang Benguk Sortasi dengan perendaman selama 24 jam Penebaran pada tempat berlubang dan tutup dengan kain basah Germinasi di ruang gelap selama ± 48 jam (tumbuh tunas 3 mm) Perendaman dengan air panas 20 menit (1:3 b/v) Pengupasan Perebusan selama 20 menit Kulit ari Penjemuran dilanjutkan pengovenan (60 0 C) sampai kadar air 12% Pengecilan ukuran (80 mesh) Pengayakan (80 mesh) Tepung Kacang Benguk Germinasi Gambar 3. Diagram alir pembuatan tepung kacang benguk germinasi. Sumber : Setyani dkk, 2011 3.4.1.2 Pembuatan tepung sukun Daging buah sukun yang telah dipisahkan dari kulit dan hati buah dipotong menjadi beberapa bagian, dicuci dan kemudian direndam di dalam air selama 5-10 menit. Sukun yang telah direndam selanjutnya dikukus selama 20 menit. Kemudian sukun di potong potong dengan ukuran 1 cm dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0 C sampai kadar air 12%. Selanjutnya dilakukan penepungan

terhadap buah sukun kering dan dilakukan pengayakan dengan ukuran 80 mesh. Diagram alir pembuatan tepung sukun dapat dilihat pada Gambar 4. 30 Buah Sukun Pengupasan Kulit Pemotongan 1 cm Air Pencucian Perendaman 5-10 menit Pengukusan 20 menit Pengovenan (60 0 C) sampai kadar air 12 % Penepungan (80 mesh) Gambar 4. Diagram alir pembuatan tepung sukun. Sumber : Setyani dkk, 2010 Tepung Sukun 3.4.1.3 Proses pembuatan bahan makanan campuran MP-ASI Bahan-bahan pembuat BMC yaitu tepung kacang benguk germinasi, tepung sukun, garam, susu skim, susu full cream, soda kue, vanili dan tepung sukun disiapkan dan ditimbang masing-masing bahan. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur hingga homogen. Diagram alir pembuatan BMC dari tepung sukun dan kacang benguk germinasi dapat dilihat pada Gambar 5.

31 Tepung sukun (telah dikukus) 43%, tepung kacang benguk germinasi 31%, soda kue 0,1%, garam 0,5%, susu skim10%,susu full cream5%,vanili 0,4% Penimbangan masing-masing bahan Pencampuran sampai homogen Sumber : Setyani dkk, 2010 BMC MP-ASI Gambar 5. Diagram alir pembuatan BMC 3.4.2 Tahap penyimpanan 1. BMC dari tepung sukun dan kacang benguk germinasi dikemas dalam alumunium foil, kemudian disimpan pada suhu 30 C, 40 C, dan 50 C dengan menggunakan tiga inkubator untuk masing-masing suhu penyimpanan. BMC disimpan selama satu bulan (28 hari) di dalam inkubator. Pada setiap minggu atau hari 0, 7, 14, 21 dan 28 pada setiap suhu penyimpanan dilakukan pengamatan organoleptik yang meliputi, (1). Aroma tepung, (2). Aroma bubur, (3). Warna tepung, (4). Warna bubur, (5). Rasa bubur. Menggunakan panelis 16 orang semi-terlatih.

32 3.4.3 Tahap analisis umur simpan Metode penentuan umur simpan yang digunakan yaitu metode akselerasi (penyimpanan dipercepat) dengan model persamaan Arrhenius (kinetika reaksi). Penyimpanan BMC menggunakan kondisi lingkungan ekstrim(suhu tinggi) yaitu pada suhu 30 C, 40 C dan 50 C sehingga mempercepat terjadinya reaksi penurunan mutu BMC. Data hasil pengamatan yang diperoleh pada suhu 30 C, 40 C dan 50 C diplotkan menjadi hubungan waktu penyimpanan (sumbu x) dan parameter mutu yaitu kadar air, kadar ALB dan sifat organoleptik (sumbu y) pada setiap kondisi suhu penyimpanan sehingga diperoleh bentuk grafik yang menghasilkan persamaan regresi liniernya yaitu nilai slope (k), intercept (konstanta) dan koefisien korelasi (r). Persamaan tersebut kemudian diterapkan ke dalam persamaan Arrhenius yaitu hubungan 1/T (sumbu x) dan ln k (sumbu y) untuk menghitung nilai umur simpan. Nilai umur simpan yang diperoleh kemudian dikonversi pada keadaan suhu ruang untuk menunjukkan umur simpan produk yang sebenarnya. Analisis data menggunakan program excel (Kusnandar, 2004) meliputi : 1. Menghitung rata-rata kondisi suhu dan waktu penyimpanan untuk setiap parameter mutu yaitu kadar air, kadar ALB dan sifat organoleptik (aroma tepung, aroma bubur, warna tepung, warna bubur dan rasa bubur). 2. Menghitung nilai slope (k), konstanta (intercept) dan koefisien korelasi (r) dari fungsi waktu penyimpanan (sumbu x) terhadap parameter mutu (sumbu y) pada setiap kondisi suhu penyimpanan. Untuk menghitungnya digunakan dua model hubungan yaitu model ordo 0 dan Model ordo 1. Model manakah yang akan dipilih berdasarkan koefisien korelasi yang lebih besar.

33 3. Menentukan ordo laju reaksi yaitu ordo o dibuat dengan hubungan antara nilai rata-rata parameter (sumbu y) dan waktu penympanan (sumbu x) untuk mesing-masing penyimpanan. Sedangkan ordo 1 dibuat dengan hubungan antara ln (nilai rata-rata perameter) pada sumbu y dan waktu penyimpanan (sumbu x) untuk masing-masing suhu penyimpanan. 4. Menghitung nilai slope (k), konstanta (intercept), energi aktifasi dan koefisien korelasi berdasarkan rumus Arrhenius. A Ao = -kt untuk ordo o (1) Ln A Ln Ao = -kt untuk ordo 1 (2) k = ko.exp (-Ea/RT) (3) dimana: A = nilai mutu yang tersisa setelah waktu t/ skor kritis BMC yaitu 3 Ao = nilai mutu awal t = waktu penyimpanan (dalam hari, bulan atau tahun) K = konstanta laju reaksi ordo nol atau satu k = konstanta laju penurunan mutu (nilai k pada suhu penyimpanan) ko = konstanta (faktor frekuensi yang tidak tergantung suhu) Ea = energi aktivasi T = suhu mutlak (Kelvin) R = konstanta gas (1.986 kal/mol K) 5. Menghitung umur simpan pada berbagai suhu yang diinginkan. Selisih nilai mutu awal produk dan batas mutu akhir dibagi laju penurunan (k) pada suhu yang diinginkan merupakan umur simpan produk. Rumus yang digunakan adalah

34 t (waktu simpan hari) = (nilai mutu awal-batas mutu akhir)/k (4) 6. Membandingkan umur simpan berdasarkan parameter mutu organoleptik (aroma tepung, aroma bubur, warna tepung, warna bubur dan rasa bubur) dan fisikokimia (kadar air dan kadar ALB). Diagram alir penelitian pendugaan umur simpan BMC tepung sukun dan kacang benguk germinasi dapat dilihat pada Gambar 6. Data hasil pengamatan kadar air, FFA dan sifat organoleptik selama waktu penyimpanan pada suhu 30 C, 40 C dan 50 C Regresi linier hubungan waktu penyimpanan (x) dan parameter mutu (y) untuk ordo 0 dan ordo 1 Persamaan Arrhenius hubungan 1/T (Kelvin) dan Ln k untuk ordo 0 dan ordo 1 Ekstrapolasi pada suhu ruang k = ko.exp (-Ea/RT) Umur Simpan A Ao = -kt (ordo 0) Ln A Ln Ao = -kt (ordo 1) Gambar 6. Diagram alir tahap analisis umur simpan BMC tepung sukun dan kacang benguk germinasi. 3.5 Pengamatan Pengamatan terhadap produk BMC tepung sukun dan tepung kacang benguk germinasi yang dikemas dengan alumunium foil dan disimpan pada suhu 30 C, 40 C, dan 50 C didalam tiga inkubator untuk masing-masing perlakuan suhu dilakukan setiap satu minggu sekali selama satu bulan (28 hari) yaitu pada hari ke

0, 7, 14, 21 dan 28. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air, kadar ALB, dan sifat organoleptik produk BMC. 35 3.5.1 Penentuan kadar air Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven AOAC (1996). Cawan dikeringkan dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak dua sampai lima gram ditimbang dan ditempatkan di dalam cawan yang telah diketahui bobotnya. Sampel tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 C selama lima sampai enam jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Hal ini diulangi hingga berat sampel konstan. B - C % Air B - A Keterangan : x 100% A = bobot cawan (g) B = bobot cawan + sampel sebelum dikeringkan (g) C = bobot cawan + sampel setelah dikeringkan (g) 3.5.2 Penentuan asam lemak bebas Penentuan kadar ALB (Sudarmadji, 1984) dengan cara sampel ditimbang sebanyak 3 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 50 ml alkohol netral yang panas ditambahkan dan 2 ml phenolphthalein (PP). Kemudian dititrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik. Persen asam lemak dinyatakan sebagai oleat

36 pada kebanyakan minyak lemak. Untuk minyak inti kelapa sawit dinyatakan sebagai laurat. Sedangkan pada minyak kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % ALB atau sebagai angka asam %ALB = ml NaOH x N x Berat molekul asam lemak Berat contoh x 100 3.5.3 Uji organoleptik Analisis organoleptik menggunakan uji skoring dalam bentuk quisioner (Tabel 6, Lampiran). Menurut Koswara dkk (2004) panelis yang digunakan pada uji organoleptik BMC berjumlah 16 orang. Parameter organoleptik meliputi aroma tepung, aroma bubur, warna tepung, warna bubur dan rasa bubur. Skor yang digunakan antara lain 5 yaitu khas BMC, 4 yaitu agak khas BMC, 3 yaitu agak tengik, 2 yaitu tengik dan apek (warna agak pucat gelap) dan 1 yaitu sangat tengik dan apek (pucat/gelap). Skor mulai tidak diterima oleh panelis yaitu 3 (agak tengik) yang dapat digunakan sebagai parameter kritis untuk penentuan (perhitungan) umur simpan BMC. Pada uji organoleptik terdapat dua bahan BMC yang akan di uji oleh panelis yaitu BMC yang berupa bubuk yaitu yang belum dimasak dan BMC yang berupa bubur yaitu telah dimasak. BMC bubuk dimasak dengan ditambahkan air sebanyak 100 ml air untuk 20 g BMC bubuk dan dimasak selama 5 ±10 menit. 3.6 Pendugaan Umur Simpan Pendugaan umur simpan (Koswara dkk, 2004) BMC tepung sukun dan tepung kacang benguk germinasi dilakukan dengan metode akselerasi (penyimpanan

dipercepat) pada suhu 30 C, 40 C, dan 50 C dengan menggunakan model persamaan Arrhenius (kinetika reaksi). 37 Pendugaan umur simpan Bahan Makanan Campuran (BMC): 1. Produk BMC dikemas dalam kemasan alumunium foil disimpan pada suhu 30 C, 40 C, dan 50 C selama 1 bulan (28 hari). 2. Pada setiap minggu atau hari 0, 7, 14, 21 dan 28 pada setiap suhu penyimpanan dilakukan pengamatan organoleptik yang meliputi, (1). Aroma tepung, (2). Aroma bubur, (3). Warna tepung, (4). Warna bubur, (5). Rasa bubur. Menggunakan panelis 16 orang semi-terlatih. 3. Penilaian metode skor 1-5 (uji organoleptik). Skor yang tidak dapat diterima adalah 3. 4. Skor kritis uji fisikokimia untu kadar air 7% dan kadar asam lemak bebas (skor kadar air yang sudah tidak diterima konsumen pada uji organoleptik pendahuluan sebelum penyimpanan dalam inkubator, BMC dalam kemasan alumunium foil disimpan pada suhu ruang dan diuji organoleptik hingga ditolak). Langkah pendugaan umur simpan BMC dengan kinetika reaksi: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang menentukan umur simpan produk. 2. Menentukan batas awal mutu dan batas minimum mutu yang diharapkan/dijanjikan atau masih layak pajang/jual. 3. Produk disimpan pada suhu akselerasi, minimum 3 suhu yang dapat meningkatkan kecepatan penurunan mutu produk yaitu 30 C, 40 C, dan 50 C.

38 4. Dari studi penyimpanan, prediksi tingkah laku penurunan mutu dengan memplot grafik kinetika reaksi untuk ordo nol atau ordo satu sehingga diketahui nilai slope (k), intercept (konstanta) dan koefisian korelasi (r). Lakukan untuk semua faktor kritis terpilih yaitu parameter mutu. Grafik tersebut merupakan hubungan waktu penyimpanan (sumbu x) dan nilai parameter mutu (sumbu y) untuk setiap masing-masing suhu penyimpanan. 5. Menentukan nilai k untuk tiap suhu penyimpanan terhadap semua faktor yang dipilih. Nilai k (slope) akan semakin meningkat dengan semakin tinggi suhu. 6. Membuat persamaan Arrhenius yang menunjukkan hubungan antara 1/T dalam Kelvin (sumbu x) dan Ln k (sumbu y) (untuk 3 suhu pengamatan). 7. Menghitung nilai k pada suhu penyimpanan atau distribusi yang dikehendaki. Nilai k dari persamaan ini merupakan laju penurunan mutunya per hari (penurunan unit mutu organoleptik per hari atau k) pada suhu tersebut. k = ko.exp (-Ea/RT) 8. Menentukan pendugaan umur simpan produk. Selisih skor mutu awal produk dan skor mutu pada saat produk tidak sesuai dibagi laju penurunan mutu (k) pada suhu distribusi merupakan umur simpan produk. t (waktu simpan hari) = (nilai mutu awal-batas mutu akhir)/k A Ao = -kt (ordo 0) Ln A Ln Ao = -kt (ordo 1)