Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU PRESERVASI OVARIUM TERHADAP DIAMETER FOLIKEL DAN OOSIT DOMBA LOKAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

KARAKTERISTIK OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE WAKTU YANG BERBEDA DHIA MARDHIA ENGCONG

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Diameter Folikel Hasil pengamatan Tabel 3 menunjukkan bahwa

PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

BAB I. PENDAHULUAN A.

Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak (Treatment Superovulation Before Animal Sloughter)

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

TINGKAT PEMATANGAN OOSIT KAMBING YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO SELAMA 26 JAM ABSTRAK

Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi

TINGKAT FERTILISASI OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA SECARA IN VITRO

KOMPETENSI PERKEMBANGAN OOSIT DOMBA PADA SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN OVARIUM YANG BERBEDA ARIE FEBRETRISIANA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. anjing, hal ini ditemukan pada situs arkeologi di Persia (Iran), Jericho (Tepi Barat),

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Folikel dan Oosit

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak

KUALITAS OOSIT DARI OVARIUM SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA FASE FOLIKULER DAN LUTEAL

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

ABSTRAK. PENURUNAN BERAT BADAN JANIN MENCIT Balb/C YANG DILAHIRKAN DARI INDUK YANG DIINDUKSI MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.

PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI TERHADAP KUALITAS OOSIT KAMBING LOKAL

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum MOHAMAD AMMAR

Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

ABSTRAK. PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH OMEGA-3 DENGAN AEROBIC EXERCISE TERHADAP KADAR KOLESTEROL-LDL TIKUS JANTAN GALUR Wistar MODEL DISLIPIDEMIA

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN KALSIUM DAN VITAMIN D3 TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH PAJANAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER TERHADAP KECEPATAN GERAK DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT GALUR BALB/C

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

ABSTRAK. Dion A. P., 2007, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II: Sylvia Soeng, dr,. M.Kes

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

Jurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN:

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PEMANFAATAN SEL KUMULUS PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO EMBRIO MENCIT TAHAP SATU SEL

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI SECARA IN VITRO SKRIPSI ANDI NURUL AIRIN ARIF I

DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS DAN KETEBALAN LAPISAN EPITEL GERMINAL MENCIT JANTAN GALUR

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

POLA RESPIRASI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) YANG DI-COATING DENGAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera barbadensis Miller) SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA NASOPHARYNX HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

ABSTRAK. PENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJAR DAN MEMORI MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster DENGAN MAZE LEARNING TEST

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

PENGUJIAN LEVEL ENZIM RENNET, SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK KEJU DARI SUSU KERBAU MURRAH SKRIPSI OLEH :

BAB V INDUKSI KELAHIRAN

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI 6 TRANSPORTASI SEL GAMET DAN FERTILISASI

YESSYHARUN No.Reg

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

ABSTRAK PERBANDINGAN PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH PUASA DAN DUA JAM SETELAH SARAPAN SELAMA MELAKUKAN TREADMILL PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Ajeng Annamayra, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes.

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

Transkripsi:

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH The Influence of Time and Temperature Media Storage on The Quality of The Oocyte That Collect From Ovary Female Cut In TPH Riza Pamungkas*, Siti Darodjah**, Rangga Setiawan** Universitas Padjadjaran * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 21 ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: riza.pj@gmail.com Abstrak Kualitas oosit yang berasal dari ovarium yang diambil dari Tempat Pemotongan Hewan (TPH) sangat tergantung pada waktu dan suhu penyimpanan selama perjalanan dari TPH ke laboratorium. Kendala jarak antara TPH dan laboratorim umumnya relatif jauh sehingga waktu yang dibutuhkan ovarium sejak dipisahkan dari tubuh ternak sampai proses koleksi oosit lebih lama, yang berakibat pada penurunan kualitas oosit yang dihasilkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui waktu dan suhu penyimpanan yang baik selama perjalanan. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, dengan empat perlakuan yakni ovarium disimpan pada suhu 4 o C dan 2 o C selama 6 jam dan 12 jam. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak kali. Pada penelitian ini didapat nilai chi-kuadrat dari oosit kualitas A, B, C, dan D lebih kecil dari nilai chi-kuadrat tabel yang artinya bahwa interaksi antara suhu dan waktu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas oosit yang dihasilkan, sedangkan pada uji anava, oosit kualitas A bernilai lebih besar dibanding F tabel(,) yang artinya suhu maupun waktu berpengaruh nyata terhadap jumlah oosit kualitas A yang didapat. Kata Kunci : Suhu Penyimpanan, Kualitas Oosit, Waktu Penyimpanan Abstract Oocyte quality of ovary from Tempat Pemotongan Hewan (TPH) very dependent on transportation time and temperature storage from TPH to laboratorium. The distance between TPH and laboratorium relatively far, it takes time the ovary since separated from the body until oocyte collection in laboratory aand could be decline the quality of that oocyte. Aim of the research was to know what time and temperature storage that the best during transportation. The research was done with experimental methods, with four treatment, there were ovary kept at a temperature 4 o C and 2 o C for 6 hours and 12 hours and five time replications. Result of this research showed that value of chi-quadrat of the oocyte grade A, B, C, and D was smaller than table of chi-quadrat, which means that interaction between time and temperature storage no different effect to the oocyte production, while in anova test, oocyte grade A have a value greater than f tabel (.) which means the temperature and the time have a different effect to the oocyte grade A production. Keywords : Oocyte Quality, Storage Time, Temperature

PENDAHULUAN Teknologi reproduksi yang sering dipakai saat ini adalah teknologi In Vitro Fertilisation (IVF), yaitu sebuah teknologi reproduksi untuk memproduksi embrio pada lingkungan buatan (di luar tubuh), baik dengan menggunakan oosit yang berasal dari hewan yang masih hidup maupun oosit hewan yang dipotong yang bertujuan untuk optimalisasi bibit unggul dan juga untuk kepentingan penelitian dasar dan terapan. Namun keberhasilan teknologi In Vitro Fertilisation (IVF) ini sangat dipengaruhi oleh kualitas oosit dan spermatozoa yang didapatkan. Kualitas oosit dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penanganan ovarium sejak diambil dari tubuh ternak di Tempat Pemotongan Hewan (TPH), selama proses transportasi ke laboratorium, dan saat dikoleksi hingga mengalami proses maturasi (Choi dkk, 24). TPH merupakan salah satu tempat yang dapat menyediakan kebutuhan ovarium untuk diambil oositnya. Namun letak laboratorium dengan TPH yang tidak selalu berdekatan, menyebabkan waktu transportasi yang berbeda-beda sehingga membutuhkan waktu penyimpanan yang berbeda pula. Hal tersebut menyebabkan makin besarnya kemungkinan menurunnya kualitas oosit yang didapat, karena dengan makin lamanya waktu penyimpanan makin lama pula oosit kehilangan suplai darah yang menyebabkan oosit mengalami iskemia, yang hasil akhirnya jumlah oosit yang mengalami fragmentasi meningkat (Pedersen dkk, 24). Suhu media penyimpanan pun dapat mempengaruhi kualitas oosit yang didapat. Suhu dalam perjalanan sangat bervariasi tergantung letak daerah laboratorium tempat dilakukannya IVF berada sedangkan oosit primer lebih sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan sekitar. Oosit yang didapat akan bertahan lama jika disimpan pada media yang bersuhu rendah begitupun sebaliknya. Ovarium dapat disimpan selama 18 jam pada suhu 24 o C dengan angka pematangan optimal (Jaswandi, 2) sedangkan suhu dan lama optimal penyimpanan oosit adalah 6 jam pada suhu 2 o C dan 12 jam dengan suhu 24 o C. Namun demikian belum dilaporkan bagaimana kualitas oosit dari ovarium yang disimpan pada suhu tersebut. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui lamanya waktu penyimpanan dan suhu media yang optimum agar kualitas oosit dapat dipertahankan untuk mendukung keberhasilan In Vitro Fertilisation (IVF).

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini berupa ovarium sapi betina yang di ambil setelah proses pemotongan di TPH. Sapi betina yang digunakan sebagai sampel untuk diambil ovariumnya sebanyak 2 ekor dengan kelompok umur 2-3 tahun, bangsa BX, dan bobot badan yang diseragamkan. Bahan yang digunakan untuk membersihkan ovarium dari kotoran dan sebagai media koleksi oosit adalah NaCl,9% yang sebelumnya telah ditambahkan dengan antibiotik penicillin dan streptomycin. Pengambilan ovarium dilakukan dalam rentang waktu tertentu dengan frekuensi pengambilan ovarium yang konstan 2. Metode Penelitian Ovarium diambil dari ternak yang telah dipotong, yang kemudian dipisahkan dari jeroan lain dan dihindarkan dari kontaminasi kotoran. Ovarium tersebut dibersihkan dari jaringan yang menutupi permukaannya, kemudian dicuci dengan media NaCl,9% yang telah ditambahkan dengan antibiotik penicillin IU/ml dan streptomycin,1 mg/ml kemudian dimasukkan ke dalam wadah berisi media yang sama. Ovarium kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kelompok suhu. Kelompok pertama dengan suhu 4- o C sebanyak 2 ovarium, dan kelompok kedua dengan suhu 2 o C (suhu kamar) sebanyak 2 ovarium. Kemudian dari masing-masing kelompok perlakuan suhu dikelompokkan kembali menjadi 2 kelompok perlakuan waktu, yaitu 6 jam dan 12 jam. Pengukuran waktu penyimpanan terhitung mulai dari ovarium tersebut dikoleksi dari tubuh ternak. Koleksi oosit dari ovarium dilakukan,menggunakan teknik aspirasi. Oosit hasil aspirasi kemudian dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Kriteria oosit dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut (Loos, dkk. 1989). 1) Oosit kualitas A yakni oosit dengan banyak lapisan sel kumulus yang utuh, ooplasma homogen, dan corona radiata-nya terlihat lebih gelap; 2) Oosit kualitas B yakni oosit dengan lapisan sel kumulus kurang utuh (kurang dari 7% permukaan oosit diselimuti sel-sel kumulus), peforman ooplasma yang kurang homogen atau agak kasar, dan korona radiata yang tidak jelas; 3) Oosit kualitas C yakni oosit tanpa dikelilingi oleh sel-sel kumulus (gundul) atau oosit masih dikelilingi oleh sel-sel kumulus yang telah mengembang (berdegenerasi); 4) Oosit kualitas D yakni oosit yang dikelilingi oleh fibrin.

3. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah oosit yang dikoleksi dengan metode aspirasi dan kualitas oosit yang dikelompokkan dalam empat kategori kualitas. 4. Analisis Statistik Untuk menguji kaitan waktu penyimpanan dan suhu media simpan terhadap kualitas oosit yang didapat data diolah menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Ovarium Terhadap Kuantitas Oosit Waktu Suhu Ovarium Rataan Kualitas Oosit A B C D Total...Sel... 4 o C 14,6,4 1,8 1,4 23,2 2 o C 7 2,2 1,6 1,4 12,2 4 o C 6.6 4,8 2,2 2,6 16,2 2 o C 3,8 2 2,2,2 8,2 Total 32 14.4 7,8,6 9,8 Jumlah rataan oosit yang dihasilkan dari ovarium yang disimpan pada suhu 4 o C selama 6 dan 12 jam lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah rataan oosit yang dihasilkan dari ovarium yang disimpan pada suhu 2 o C selama 6 dan 12 jam. Menurut Gordon (23) perbedaan kuantitas oosit diduga dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu suhu dan lama waktu penyimpanan ovarium serta kualitas dan ukuran folikel. 2. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Ovarium Terhadap Kualitas Oosit 1 14,6 6,6 7 3,8 4 2 Grafik 1. Rataan Oosit Kualitas A Pada Kelompok Perlakuan

1,4 4,8 2,2 2 4 2 Grafik 2. Rataan Oosit Kualitas B Pada Kelompok Perlakuan 1 1 1,8 2,2 1,6 2,2 4 2 Grafik 3. Rataan Oosit Kualitas C Pada Kelompok Perlakuan 1,4 2,6 1,4 4 2 Grafik 4. Rataan Oosit Kualitas D Pada Kelompok Perlakuan,2 Berdasarkan keempat grafik diatas, dapat dilihat bahwa penyimpanan ovarium pada suhu 4 o C selama 6 jam dapat menjaga ovarium agar dapat menghasilkan oosit kualitas baik (A dan B) lebih banyak dibanding suhu dan waktu penyimpanan lain. Sedangkan untuk oosit dengan kualitas C dan D, baik ovarium yang disimpan pada suhu 4 o C maupun 2 o C selama 6 dan 12 jam sama-sama menghasilkan jumlah yang sedikit. Hal tersebut dapat terjadi karena ovarium yang disimpan pada suhu 4 o C mengalami penurunan metabolisme sehingga kebutuhan oksigen dan energi yang biasa digunakan dalam proses metabolisme dapat ditekan. Pada penyimpanan di suhu 2 o C selama 6 dan 12 jam, ovarium menghasilkan oosit kualitas A, B, C, maupun D paling sedikit karena ovarium yang disimpan pada 2 o C tetap memiliki metabolisme yang normal sehingga oksigen yang terdapat dalam ovarium dapat habis dalam waktu yang cukup singkat, dan pada saat dilakukan penyimpanan yang lama ovarium dapat mengalami kekurangan oksigen. Kondisi tersebut menyebabkan ovarium merubah metabolismenya dari aerobik menjadi anaerobik dan hasil akhirnya adalah produk berupa asam laktat yang terakumulasi pada jaringan ovarium (Petrucci, 198).

Akumulasi asam laktat dan asam fosfat akan meningkatkan jumlah ion H+. Ion H+ ini mudah masuk ke dalam pori membran plasma oosit sehingga kondisi sitoplasma oosit lebih asam berbanding lingkungan sekitarnya. Kondisi asam ini menyebabkan kerusakan pada oosit, seperti fragmentasi pada DNA (Wongsrikeao dkk., 2). Metabolisme anaerobik juga mengakibatkan penurunan Adenosin Tri Phosphate (ATP) dan hasil akhir penurunan ini berupa fosfat anorganik, yang selanjutnya akan berikatan dengan H 2 O menjadi asam fosfat. Akumulasi asam lakat dan asam fosfat pada tahap selanjutnya akan menyebabkan penurunan ph folikuler. Apabila penurunan ph folikuler berlangsung terus menerus maka akan meningkatkan jumlah oosit yang mengalami fragmentasi (Petrucci, 198). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu penyimpanan selama 6 jam merupakan waktu yang terbaik untuk menghasilkan oosit kualitas A, dan suhu penyimpanan 4 o C merupakan suhu penyimpanan terbaik untuk menghasilkan oosit kualitas A DAFTAR PUSTAKA Choi YH, LM Roasa, CC Love, SP Brinsko, K Hinrichs. 24. Blastocyts formation rates in vivo and in vitro-maturation equine oocyts fertilized intracytoplasmic sperm injection. Biology of Reproduction 7: 1231-1238. Gordon I. 23. Laboratory of Production Cattle Embryo. 2nd ed. CABI Publishing. Wallingford. Jaswandi. 2. Kualitas dan Angka Pematangan In Vitro Oosit Domba Pada Berbagai Suhu dan Waktu Penyimpanan Ovarium. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang. Pedersen HG, ED Watson, EE Telfer. 24. Effect of ovary holding temperature and time on equine granulose cell apoptosis, oocyte chromatin configuration and cumulus morphology. Theriogenology 62: 468-48. Petrucci RH, FG Herring, JD Madura. 2. General Chemistry Prinsiple and Modern Application. th ed. Prentice-Hall, Inc Sudjana. 2. Metode Statistika. Tarsito, Bandung. Wongsrikeao P, T Otoi, NW Karja, B Agung, M Nii, T Nagai. 2. Effect of ovary storage time and temperature on DNA fragmentation and development of porcine oocytes. Jurnal of Reproduction and Development 1: 8797.