PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

Pemisahan Objek-Objek Berbasis Region pada Citra Digital dengan Metode Normalized Cuts

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

METODE SUPPORT VECTOR MACHINE UNTUK KLASIFIKASI PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA VITA YULIA NOORNIAWATI G

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian.

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

III METODOLOGI PENELITIAN

METODE FUZZY COLOR HISTOGRAM UNTUK TEMU KEMBALI CITRA BUNGA. Oleh: DINDA PUTRI BALQIS G

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

METODE CLUSTER SELF-ORGANIZING MAP UNTUK TEMU KEMBALI CITRA

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY CLUSTERING SKRIPSI MUHAMMAD PRAYUDHA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

FERY ANDRIYANTO

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

BAB II LANDASAN TEORI

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk identitas citra adalah nama file, tanggal pengambilan,

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G

ANALISIS OPTIMISASI FORMULA DISTRIBUTED QUERY DALAM BASIS DATA RELASIONAL R. SUDRAJAT

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

BAB III METODE PENELITIAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2006/2007

OPTIMISASI QUERY CITRA DENGAN RELEVANCE FEEDBACK DAN SUPPORT VECTOR MACHINE WILLIAM SURYA JAYA G

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

APLIKASI PENGHAPUSAN BAYANGAN PADA IMAGE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) SKRIPSI

INTEGRASI DATA SEMITERSTRUKTUR SECARA SKEMATIK BERBASIS XML (EXTENSIBLE MARKUP LANGUAGE) TITIN PRAMIYATI K.

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM :

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN ELLIPTICAL FOURIER DESCRIPTOR UNTUK PENGENALAN VARIETAS TANAMAN KEDELAI HERMAWAN SYAHPUTRA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

PENCARIAN CITRA VISUAL BERBASIS ISI CITRA MENGGUNAKAN FITUR WARNA CITRA. Abstract

BAB I PERSYARATAN PRODUK

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE COLOR MOMENT DAN GABOR TEXTURE

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002).

Pembersihan Data Lingkungan Pengembangan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL

Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Vol. 1 No. 2 Desember 2015, Samarinda, Indonesia ISBN :

Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PROTOTIPE SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY CLUSTERING AHMAD IRFANI

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

Transkripsi:

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pelabelan Otomatis Citra Menggunakan Fuzzy C-Means untuk Sistem Temu Kembali Citra, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2008 Marsani Asfi NRP. G651050014

ABSTRAK MARSANI ASFI. Pelabelan Otomatis Citra menggunakan Fuzzy C-Means untuk Sistem Temu Kembali Citra. Dibimbing oleh Fahren Bukhari dan Yeni Herdiyeni. Pelabelan citra secara manual memiliki kelemahan karena memerlukan waktu yang banyak dan sangat tergantung pada subjektifitas pengguna dalam mendeskripsikan citra. Oleh karena itu diperlukan pelabelan citra secara otomatis berdasarkan isi citra. Penelitian ini menggunakan Fuzzy C-Means untuk mengelompokkan informasi warna dan tekstur ke dalam beberapa region berdasarkan objek citra. Dari pengelompokkan ini diperoleh kamus kata untuk setiap citra. Dengan adanya kamus kata tersebut diharapkan dapat mempercepat proses temu kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai presisi temu kembali citra berdasarkan proses pelabelan ini mencapai 86.68 %. Kata Kunci : citra, temu kembali citra, pelabelan otomatis citra, fuzzy c-means, clustering.

ABSTRACT MARSANI ASFI. Automatic Image Labeling using Fuzzy C-Means for Image Retrieval Systems. Under the direction of Fahren Bukhari and Yeni Herdiyeni. With the rapid development of digital photography, digital image data has increased tremendously in recent years. Consequently image retrieval has drawn the attention of many user. The need for manually image labeling, which is depends on user subjectivity and time-consuming, especially for image databases. This research propose an automatic image labeling based on image content using Fuzzy C-Means to cluster the color and texture information s into regions. Label of image from clustering is used to retrieve image. The experiments results showed the average of precision of the proposed method is show 86.68 %. Keyword: Image, Content Based Image Retrieval, CBIR, automatic image labeling

RINGKASAN MARSANI ASFI. Pelabelan Otomatis Citra Menggunakan Fuzzy C Means untuk Sistem Temu Kembali Citra. Di bawah bimbingan Fahren Bukhari dan Yeni Herdiyeni. Perkembangan internet dan banyaknya aplikasi multimedia saat ini, menyebabkan pengguna sulit untuk mendapatkan citra yang tersimpan dalam komputer. Citra memiliki subjek dan objek citra. Subjek citra merupakan persepsi umum pengguna terhadap objek-objek yang dimiliki citra. Persepsi dan intepretasi pengguna dalam mendeskripsikan citra yang sama sering terdapat perbedaan. Pelabelan citra secara manual memiliki kelemahan karena memerlukan waktu yang banyak dan sangat tergantung pada subjektifitas pengguna dalam mendeskripsikan citra. Oleh karena itu diperlukan pelabelan citra secara otomatis berdasarkan isi citra. Citra sumber penelitian diperoleh dari web ALIPR (http://www.alipr.com). Citra sumber berhubungan dengan kelas pemandangan, bangunan, alam. Jumlah objek yang terkandung dalam citra dapat berisi 3 (tiga), 4 (empat) atau 5 (lima) objek. Citra sumber digunakan sebagai data pelatihan dan data pengujian. Data pelatihan digunakan sebagai data untuk pembentukan basis data ciri. Basis data ciri menjadi acuan untuk proses penemuan kembali citra pada saat diujikan. Data pengujian digunakan untuk pengujian pelabelan citra, sedangkan untuk pengujian temu kembali citra menggunakan kata-kata dalam kamus kata. Pengujian dengan kamus kata terdiri dari pengujian subjek citra serta objek-objek citra. Tahapan penelitian terdiri atas pengindeksan untuk pemilihan citra sumber, segmentasi citra, ektraksi warna dan tekstur, serta pengukuran kemiripan ciri subjek citra menggunakan Euclid. Pelabelan citra secara otomatis. Temu kembali citra untuk menentukan kueri teks sebagai masukan dan penentuan indeks yang digunakan sebagai dasar temu kembali citra. Evaluasi kinerja sistem sebagai evaluasi hasil temu kembali citra berdasarkan nilai precision dan recall. Penelitian ini menggunakan Fuzzy C-Means untuk mengelompokkan informasi warna dan tekstur ke dalam beberapa region berdasarkan objek citra. Dari pengelompokkan ini diperoleh kamus kata untuk setiap citra. Dengan adanya kamus kata tersebut diharapkan dapat mempercepat proses temu kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelabelan otomatis citra menghasilkan pelabelan yang cukup baik. Definisi kata-kata berupa subjek dan objek citra dalam kamus kata berguna dalam proses temu kembali. Model pelabelan citra otomatis menggunakan Fuzzy C-means (FCM) dilakukan berdasarkan kata-kata yang terdefinisi dalam kamus kata. Tabel indeks citra disusun berdasarkan proses pelabelam otomatis citra dan digunakan sebagai dasar untuk proses temu kembali. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai presisi temu kembali citra berdasarkan proses pelabelan ini mencapai 86.68 %. Kata Kunci : citra, temu kembali citra, pelabelan otomatis citra, fuzzy c-means, clustering.

Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Judul Tesis Nama NRP : Pelabelan Otomatis Citra Menggunakan Fuzzy C Means untuk Sistem Temu Kembali Citra : Marsani Asfi : G651050014 Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Fahren Bukhari, M.Sc Ketua Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Sugi Guritman Prof. Dr. Khairil Anwar A. Notodiputro, M.S. Tanggal ujian: 24 Juli 2008 Tanggal lulus:

PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin, Penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunianya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pelabelan Otomatis Citra menggunakan Fuzzy C-Means untuk Sistem Temu Kembali Citra. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Fahren Bukhari, M.Sc. dan Ibu Yeni Herdiyeni S.Si, M.Kom selaku komisi pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada Penulis dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terimakasih juga Penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Julio Adisantoso, M.Kom sebagai dosen penguji. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah (alm) dan Ibu tercinta yang selalu mendukung kelancaran masa studi Penulis. 2. Bapak Chandra Lukita, S.E, M.M. dan Keluarga yang memberikan dukungan materi dan semangat pada saat kuliah dan penyusunan tesis ini. 3. Istri tercinta Erna Agustriani, yang mendukung, mendampingi dan selalu memberikan motivasi dan doa. Banyak yang telah kita korbankan selama ini. 4. Rekan rekan dosen dan staf di CIC serta rekan-rekan ilkomp 7 IPB : Agus Hasim, Dwi Prasetyo, Prihastuti Harsani, Titi Ratnasari, Diah Widiastuti, Adhi Kusnadi, Roni Salambue, Husmul Beze dan Sahzam. Sukses selalu. 5. Departemen Ilmu Komputer beserta dosen dan staf yang telah banyak membantu Penulis dalam penyusunan tesis ini. 6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, Amien. Bogor, Juli 2008 Marsani Asfi

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bangka pada tanggal 01 Maret 1976 dari ayah Aslah Tamin (alm.) dan Ibu Fatimah. Penulis merupakan putra kedua dari enam saudara. Penulis beristrikan Erna Agustriani, A.md. Pendidikan sekolah dasar ditempuh di SDN 1 Sungailiat Bangka, menengah pertama di SMPN 1 Sungailiat Bangka. Menengah atas di SMAN 1 Sungailiat Bangka dan lulus tahun 1994, pada tahun yang sama penulis masuk Universitas Padjadjaran Bandung. Lulus dari jurusan Matematika Bidang Minat Ilmu Komputer tahun 1999. Saat ini penulis bekerja di CIC GROUP CIREBON sebagai Kepala Manajemen Mutu.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 C. Manfaat Penelitian... 3 D. Ruang Lingkup Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temu Kembali Citra... 4 B. Segmentasi, Ekstraksi Ciri Citra dan Clustering... 5 Normalized Cuts... 5 Expectation-Maximation... 7 Ekstraksi Ciri Tekstur... 7 Transformasi Wavelet Gabor... 8 Filter Gabor... 9 Ekstraksi Ciri Warna... 11 Clustering... 12 C. Fuzzy C-Means(FCM)... 13 D. Metodologi Pelabelan Otomatis Citra... 16 E. Pengukuran Kinerja Sistem... 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran... 18 B. Alat Bantu Prnelitian... 19 C. Tata Laksana Penelitian... 19 Pengindeksan... 19 Pelabelan Citra... 23 Temu Kembali Citra... 24 Evaluasi Kinerja Sistem... 25

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM A. Desain Data... 26 Citra Sumber... 26 Kamus Kata... 27 B. Desain Proses Sistem... 27 Segmentasi Citra... 28 Ekstraksi Ciri... 28 C. Perancangan Proses Sistem... 29 Modul Segmentasi... 29 Modul Clustering... 30 Modul Pelabelan Citra... 31 Modul Temu Kembali... 32 Modul Evaluasi... 32 Modul Representasi Hasil... 32 D. Desain Antar Muka... 32 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Citra Masukan... 34 B. Pengindeksan Citra... 34 Segmentasi Warna Citra... 34 Format Tekstur Citra... 35 Segmentasi Region... 36 Ekstraksi Ciri Warna... 37 Ekstraksi Ciri Tekstur... 38 Penggabungan Ciri Warna dan Tekstur... 39 C. Pelabelan Citra... 39 Labeling Capture... 39 Labeling Coding... 40 Labeling Reuse... 41 D. Hasil Temu Kembali... 43 E. Evaluasi Temu Kembali... 44 F. Pengembangan Prototype... 46 Antar Muka Menu Utama Sistem dan Pelabelan Citra... 46

Antar Muka Temu Kembali Citra... 47 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 48 B. Saran... 48 DAFTAR PUSTAKA... 50 LAMPIRAN... 53

DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 Halaman Enam parameter filter Gabor... 10 Kamus Kata... 27 Matrik Keanggotaan... 30 Subjek, Jumlah, serta Objek yang terkandung pada Citra Sumber... 34 Matrik Keanggotaan Region berdasarkan hasil clustering... 40 Nilai rataan precision hasil temu kembali citra... 45 xi

DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Halaman Alur Sistem Temu Kembali Citra... 4 Citra sebagai suatu graf dalam Normalized Cuts... 5 Grap Citra setelah di Segmentasi... 6 Ilustrasi Pemotongan dalam Normalized Cuts... 6 Contoh tekstur visual dari Album Tekstur Brodatz... 8 Parameter filter Gabor dalam domain frekuensi spasial... 9 Tahapan Segmentasi Tekstur... 11 Tahapan Algoritma fuzzy c-mean Clustering... 15 Kerangka Pemikiran Penelitian... 18 Tata Laksana Pengindeksan... 19 Ekstraksi ciri warna... 21 Ekstraksi ciri tekstur... 23 Tata Laksana Pelabelan Otomatis... 24 Tata Laksana Temu Kembali Citra... 24 Arsitektur Sistem Pelabelan Otomatis... 29 Rancangan Antar Muka Pelabelan Citra... 33 Rancangan Desain Antarmuka Sistem Temu Kembali... 33 Contoh Citra sebelum dan sesudah segmentasi menggunakan algoritma EM... 35 Contoh Citra RGB ke Citra Gray Scale... 36 Contoh Citra sebelum dan sesudah segmentasi menggunakan algoritma... 36 Pemisahan Region Citra kedalam 6 Region... 37 Contoh Citra Langit... 37 Hasil FCH dengan FCM 30 bin... 38 Contoh Citra Region Rumput... 38 Region Rumput dengan frekuensi tertentu... 39 Grafik Total Cluster per Subjek... 40 Citra Contoh Proses Labeling Coding... 41 Contoh Citra proses penggabungan region... 42 Contoh Citra hasil pelabelan otomatis... 42 xii

30 31 32 33 Hasil Temu Kembali Citra dengan kata kunci awan dan rumput... Grafik rataan precision dan recall... Antar Muka Sistem dan Pelabelan Citra... Antar Muka Temu Kembali Citra... 44 45 46 47 xiii

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 Halaman Segmentasi Warna Citra Sumber... 53 Segmentasi Region Citra Sumber... 54 Warna Kuantisasi untuk 30 Bin Histogram... 55 xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan internet dan banyaknya aplikasi multimedia saat ini, menyebabkan pengguna sulit untuk mendapatkan citra yang tersimpan dalam komputer. Citra memiliki subjek dan objek citra. Subjek citra merupakan persepsi umum pengguna terhadap objek-objek yang dimiliki citra. Pada citra dengan subjek pemandangan, identifikasi objek yang dimiliki citra dapat berupa awan, rumput atau objek lainnya. Setelah menghubungkan satu objek dengan objek yang dimiliki citra, maka pengguna dapat melakukan penafsiran (interpretation) citra. Persepsi dan intepretasi pengguna dalam mendeskripsikan citra yang sama sering terdapat perbedaan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode pencarian citra sehingga mempermudah pencarian data. Pencarian citra dapat dilakukan berdasarkan karakteristik visual citra berupa warna, bentuk dan tekstur yang disebut Content-Based Image Retrieval (CBIR). Pencarian berdasarkan karakteristik visual citra memiliki keuntungan dimana hasil pencarian sangat sesuai dengan persepsi pengguna terhadap citra yang dimaksud. Pencarian dengan teknik ini ternyata memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk pemrosesan awal. Karakteristik visual citra masukan berupa warna, tekstur ataupun bentuk harus diekstraksi terlebih dahulu. Pencarian lain dapat dilakukan menggunakan teks sebagai kata kunci pencarian. Keuntungan pencarian berbasis teks adalah waktu yang lebih singkat untuk menampilkan hasil dibandingkan pencarian berbasis citra. Kekurangan dari teknik ini adalah pemberian informasi tekstual untuk setiap citra dilakukan secara manual, untuk jumlah citra yang banyak sangat membutuhkan waktu. Kesalahan deskripsi sangat mungkin terjadi sehingga hasil pencarian tidak sesuai dengan persepsi awal pengguna. Pelabelan otomatis citra dilakukan untuk objek-objek yang dimiliki citra. Pelabelan otomatis citra dalam beberapa penelitian pernah dilakukan diantaranya dalam penelitian Mori et.al. (1999) yang melakukan cluster citra dengan membentuk sub-sub citra (dekomposisi citra berbasis blok) dan

2 menghitung frekuensi kata untuk masing-masing cluster. Duygulu et. al. (2002) melakukan metode translasi kumpulan-kumpulan blob yang terbentuk dari hasil segmentasi. Segmentasi otomatis dilakukan untuk mendapatkan vektor ciri, kemudian pengklasteran blob-blob yang terbentuk. Suatu citra terbentuk atas blob-blob dan kata-kata diasosiasikan dengan blob tersebut. Proses pengasosian ini menggunakan metode Expectation Maximization sehingga diperoleh suatu label baru untuk blob tersebut. Selanjutnya Lavrenko et. al. (2003) menggunakan metode CRM (Continuous-space Relevance Model) untuk melakukan pelabelan citra serta menggunakan algoritma smoothed KNN. Ciri-ciri citra dimodelkan menggunakan kernel-based density dan segmentasi otomatis citra dilakukan berdasarkan ciri warna, tekstur dan bentuk. Ciri-ciri kata yang digunakan dimodelkan menggunakan distribusi multinomial. Kemudian Feng et. al. (2004) menggunakan metode CRM-rect. Penelitian Feng et. al. (2004) sama dengan penelitian Lavrenko et. al. (2003) tetapi metode CRM yang digunakan adalah dengan mendekomposisi blok-blok citra. Feng et. al. (2004) juga menggunakan MBRM (Multiple-Bernoulli Relevance Model) yaitu metode yang sama dengan CRM-rect dimana ciri-ciri kata yang digunakan dimodelkan dengan MBRM. Penelitian lain adalah dengan menerapkan hirarki teks sebagai bentuk teks ontologi, pemetaan teks ke citra dilakukan dengan kamus visualisasi yang terbentuk secara hirarki Srikanth et. al.(2005). Penelitian lain berkaitan dengan pelabelan citra yaitu pelabelan otomatis terhadap 50 (lima puluh) citra yang mengandung teks dari web Yahoo!News. Proses awal dilakukan dengan mendeteksi dan mengklasifikasi semua entitas teks berupa orang dan objek yang ada, kemudian dibandingkan dengan teks yang dominan dan terlihat secara visual Deschacht (2007). Oleh karena itu kecepatan dalam pencarian berbasis teks serta kesesuaian hasil temu kembali pada pencarian berbasis citra saat proses temu kembali melatarbelakangi penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dikembangkan untuk mendapatkan definisi citra yang berkaitan dengan subjek dan objek citra. Metode pelabelan yang digunakan adalah menggunakan Fuzzy C-Means (FCM). Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kualitas yang

3 lebih baik dalam pencarian citra berdasarkan semantik objek (Schober et. al., 2004). Fokus penelitian ini adalah pada pelabelan citra sehingga dapat digunakan untuk dasar proses temu kembali citra. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendefinisikan kata-kata yang merepresentasikan subjek dan objek citra. 2. Membuat model pelabelan citra menggunakan Fuzzy C-means (FCM) secara otomatis berdasarkan kata-kata yang telah didefinisikan. 3. Membuat tabel indeks citra berdasarkan pelabelan otomatis citra. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan mempercepat proses pencarian citra berdasarkan proses pelabelan citra. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup : 1. Objek penelitian adalah citra berwarna. 2. Segmentasi citra berbasis region. 3. Ekstraksi ciri berdasarkan tekstur dan warna. 4. Pelabelan citra secara otomatis berdasarkan tabel indeks citra. 5. Subjek citra terdiri dari subjek pemandangan, alam dan bangunan. 6. Kueri citra berbasis teks.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Temu Kembali Citra Temu kembali citra adalah salah satu metodologi untuk penemuan kembali citra berdasarkan isi (content) citra. Citra memiliki informasi karakteristik visual berupa warna, bentuk, tekstur, dan karakteristik spasial. Karakteristik visual tersebut diproses melalui ekstraksi ciri, sehingga diperoleh ciri-ciri citra. Hasil ekstraksi ciri tersebut kemudian disusun dalam vektor-vektor ciri multi dimensi. Vektor ciri dari citra disusun sebagai basis data ciri (Long et. al., 2003). Gambar 1. Frame work Sistem Temu Kembali Citra (Hua et. al., 2008). Alur sistem temu kembali citra pada Gambar 1 diawali dengan masukan dalam bentuk kueri masukan untuk sistem. Citra masukan yang memiliki karakteristik visual berupa warna, bentuk ataupun tekstur selanjutnya diekstraksi sehingga diperoleh data-data ciri dalam bentuk vektor ciri. Citracitra dalam basis data yang memiliki karakteristik visual citra juga diekstraksi karakteristiknya kemudian disusun dalam vektor-vektor ciri. Kumpulan vektor-vektor ciri disimpan menjadi basis data ciri. Basis data ciri dan vektor ciri dari kueri masukan kemudian dihitung kemiripannya. Proses pengindeksan dilakukan untuk mempermudah proses temu kembali. Hasil temu kembali selanjutnya dapat dilakukan evaluasi melalui relevance

5 feedback, begitu juga untuk kueri masukan, karakteristik visual citra dan vektor ciri yang terbentuk (Long et. al., 2003). B. Segmentasi, Ekstraksi Ciri Citra dan Clustering Secara umum, segmentasi merupakan langkah awal dalam analisis citra. Segmentasi dilakukan untuk membagi citra ke dalam bagian-bagian yang memiliki kemiripan karakteristik (Gonzales & Woods, 2002). Normalized Cuts Metode Normalized Cuts menerapkan teori graf untuk membagi citra ke dalam ukuran terbaik. Dalam Gambar 2 citra dalam Normalized Cuts dipandang sebagai suatu graf yang saling berhubungan secara penuh (Fullyconnected graph). Setiap piksel merupakan node untuk graf. Hubungan menyatakan keterkaitan dalam graf antara pasangan piksel yang dinotasikan dengan p dan q. Masing-masing edge memiliki biaya 2000). C pq (Shi & Malik, Gambar 2. Citra sebagai suatu graf dalam Normalized Cuts. Proses segmentasi citra berdasarkan graf adalah proses memecah grafgraf menjadi suatu segmen (Gambar 3). Proses tersebut dilakukan dengan

6 menghapus semua edge yang memotong di antara segmen citra atau edge-edge yang memiliki biaya terkecil. Semua piksel yang memiliki kemiripan akan digabungkan dalam segmen yang sama (Shi & Malik, 2000). Gambar 3. Graf Citra setelah di Segmentasi. Proses pemotongan edge dilakukan untuk membuat graf-graf tersebut menjadi tidak terhubung (Gambar 4). Nilai biaya pemotongan edge dinyatakan dengan persamaan (1) (Shi & Malik, 2000) : Cut ( A, B ) = C (1) p, q p A, q B Gambar 4. Ilustrasi Pemotongan dalam Normalized Cuts Proses pemotongan graf dilakukan untuk menghasilkan segmen terbesar. Dalam normalized cuts (Ncut) proses pemotongan ini diperbaiki dengan menormalkan ukuran dari segmen dengan cara menggunaakan persamaan (2) (Shi & Malik, 2000) :

7 Cut( A, B) Cut( A, B) Ncut ( A, B) = + (2) volume( A) volume( B) dengan volume(a) dan volume(b) adalah jumlah biaya untuk semua edge yang ada dalam segmen A dan segmen B. Expectation-Maximization Expectation-Maximization (EM) adalah salah satu metode optimisasi untuk mencari dugaan parameter maximum likelihood ketika ada data yang hilang atau tidak lengkap. Di dalam algoritma EM, dilakukan perhitungan dugaan kemungkinan untuk mengisi data yang tidak lengkap (E-step) dan perhitungan dugaan parameter maximum likelihood dengan memaksimalkan dugaan kemungkinan yang diperoleh dari E-step (M-step). Nilai parameter yang diperoleh dari M-step digunakan kembali untuk memulai E-step selanjutnya. Proses ini akan berulang hingga mencapai konvergensi nilai likelihood (Belongie et. al., 1998). Ekstraksi Ciri Tekstur Tekstur merupakan karakteristik intrinsik dari suatu citra yang terkait dengan tingkat kekasaran (roughness), butiran (granulation), dan keteraturan (regularity) susunan struktural piksel. Aspek tekstural dari sebuah citra dapat dimanfaatkan sebagai dasar dari segmentasi, klasifikasi, maupun interpretasi citra (Gonzales & Woods, 2002). Tekstur dicirikan sebagai distribusi dari derajat keabuan piksel-piksel yang bertetangga. Tekstur tidak dapat didefinisikan hanya melalui sebuah piksel, tapi harus dalam sekumpulan piksel. Resolusi citra yang diamati dapat ditentukan oleh tekstur citra tersebut. Apabila resolusi atau skala meningkat, tekstur yang diamati akan berubah dari tekstur halus (fine) menjadi tekstur kasar (coarse) (Gonzales & Woods, 2002). Tekstur dapat didefinisikan sebagai fungsi dari variasi spasial intensitas piksel (nilai keabuan) dalam citra. Berdasarkan strukturnya, tekstur dapat diklasifikasikan dalam dua golongan :

8 1. Makrostruktur Tekstur makrostruktur memiliki perulangan pola lokal secara periodik pada suatu daerah citra, biasanya terdapat pada pola-pola buatan manusia dan cenderung mudah untuk direpresentasikan secara matematis. 2. Mikrostruktur Pada tekstur mikrostruktur, pola-pola lokal dan perulangan tidak terjadi begitu jelas, sehingga tidak mudah untuk memberikan definisi tekstur yang komprehensif. Gambar 5 menunjukkan perbedaan tekstur makrostruktur dan mikrostruktur yang diambil dari album tekstur Brodatz (Brodatz, 1966). Gambar 5. Contoh tekstur visual dari Album Tekstur Brodatz. Atas: makrostruktur Bawah: mikrostruktur Transformasi Wavelet Gabor Pendekatan umum dalam melakukan analisa citra adalah penggunaan fungsi Fourier untuk menarik ciri citra sehingga diperoleh distribusi ciri energi global sinyal sebagai fungsi terhadap frekuensi. Ciri global tidak dapat menarik karakteristik sebagian citra. Oleh karena itu diperlukan ciri lokal yang dapat dinyatakan dalam frekuensi lokal. Frekuensi lokal ini menggunakan fungsi wavelet (Daubechies, 1995). Wavelet adalah fungsi matematika yang membagi data (sinyal) ke dalam komponen-komponen frekuensi yang berbeda. Salah satu fungsi wavelet adalah Gabor. Transformasi Wavelet menggunakan pendekatan penyaring multikanal (mutichannel filtering), dengan fungsi Gabor sebagai penyaring (filter) (Daubechies, 1995).

9 Filter Gabor Filter Gabor merupakan salah satu filter yang mampu mensimulasikan karakteristik sistem visual manusia dalam mengisolasi frekuensi dan orientasi tertentu citra. Karakteristik ini membuat filter Gabor sesuai untuk aplikasi pengenalan tekstur dalam computer vision (Seo, 2006). Secara spasial, sebuah fungsi Gabor merupakan sinusoida yang dimodulasi oleh fungsi Gauss. Respon impuls sebuah filter Gabor kompleks dua dimensi adalah menggunakan persamaan (3) (Seo, 2006 ): 2 2 ( 1 1 x y h x, y) = exp + (2πjFx) 2 2πσ 2 2 xσ y σ x σ y (3) dengan σ x danσ y merupakan standar deviasi fungsi Gauss x dan y. Dalam domain frekuensi spasial, parameter-parameter filter Gabor dapat digambarkan seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Parameter filter Gabor dalam domain frekuensi spasial Ada enam parameter yang harus ditetapkan dalam implementasi filter Gabor (Tabel 1). Keenam parameter tersebut adalah: F, θ, σ, σ, B, dan B. 1. Frekuensi (F) dan orientasi (θ) mendefinisikan lokasi pusat filter. 2. B F dan B θ menyatakan konstanta lebar pita frekuensi dan jangkauan angular filter. x y F θ

10 3. Variabel σ x berkaitan dengan respon sebesar -6 db untuk komponen frekuensi spasial. Nilai variabel σ x dapat dinyatakan dalam persamaan (4). BF ln 2(2 + 1) σ x = (4) BF 2πF (2 1) 4. Variabel σ y berkaitan dengan respon sebesar -6dB untuk komponen angular. Nilai Variabel σ y dapat dinyatakan dalam persamaan (5). ln 2 σ = y 2πF tan( B / 2) (5) θ 5. Posisi (F, θ) dan lebar pita (σ x, σ y ) dari filter Gabor dalam domain frekuensi harus ditetapkan dengan cermat agar dapat menangkap informasi tekstural dengan benar. Frekuensi tengah dari filter kanal harus terletak dekat dengan frekuensi karakteristik tekstur. 6. Setelah mendapatkan ciri Gabor maka dapat dilakukan ekstraksi ciri. Salah satu ciri yang dapat dipilih adalah ciri energi, yang didefinisikan dalam persamaan (6). i= 1 j= 1 2 M N 1 e ( x) = x( m, n) (6) MN Enam parameter filter Gabor beserta nilainya seperti pada tabel 1. Tabel 1. Enam parameter filter Gabor Parameter Simbol Nilai Frekuensi tengah (ternormalisasi) F 2, 0 2 2, 1 2 2, 2 2 2 3 2 2, 4 2 2, 5 2 2 6 2 Lebar pita frekuensi BB F 1 oktaf Lebar pita angular BB θ 30 o atau 45 o Spacing frekuensi S F 1 oktaf Spacing angular S θ 30 o atau 45 o Orientasi θ S θ = 30 o : 0 o, 30 o, 60 o, 90 o, 120 o, 150 o S θ = 45 o : 0 o, 45 o, 90 o, 135 o, 180 o, 225 o

11 Algoritma segmentasi tekstur menggunakan wavelet Gabor dilakukan melalui tahapan berikut (Seo, 2006) : 1. Mendekomposisi citra masukan menggunakan filter bank, 2. Mengekstraksi ciri, dan 3. Clustering. Alur segmentasi tekstur terlihat seperti pada Gambar 7. Citra Sumber Filter Gabor Filter Citra Ekstraksi Ciri Ciri Citra Clustering Citra Segmentasi Gambar 7. Tahapan Segmentasi Tekstur (Seo, 2006) Ektraksi Ciri Warna Setiap piksel mempunyai warna yang dapat dinyatakan dalam Red, Green dan Blue (RGB). Nilai RGB ini merupakan gabungan nilai R, nilai G dan nilai B yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Hal ini dapat dituliskan dengan P(r,g,b). Ekstraksi ciri warna merupakan salah satu cara untuk menentukan arti fisik suatu citra melalui proses pengindeksan warna. Proses ini bisa dilakukan dengan pendekatan histogram warna (Belongie et. al., 1998). Histogram warna merupakan representasi peluang keberadaan setiap warna dalam sebuah citra. Banyaknya nilai warna (bin) ditetapkan sesuai kebutuhan pembuatan histogram. Dengan bin sejumlah n, maka histogram warna untuk citra I yang mengandung N piksel dapat dirumuskan seperti H ( I ) = [ h 1, h 2,..., hn ] dengan persamaan (7).

12 h i = 1 N N P j = 1 i j, (7) 1; piksel j terkuanti sasi ke bin ke - i P i j =. 0; selainnya Histogram warna seperti ini disebut juga conventional color histogram (CCH) (Han & Ma, 2002). Clustering Proses Clustering adalah proses pengelompokan data ke dalam cluster berdasarkan parameter tertentu sehingga objek-objek dalam sebuah cluster memiliki tingkat kemiripan yang tinggi satu sama lain dan sangat tidak mirip dengan obyek lain pada cluster yang berbeda (Kantardzic, 2001). Pada clustering tidak diperlukan kelas yang telah didefinisikan sebelumnya atau kelas hasil training, sehingga clustering dapat dinyatakan sebagai bentuk pembelajaran berdasarkan observasi dan bukan berdasarkan contoh (Jiawei et. al., 2001). Proses clustering dilakukan sebagai tahapan terakhir dari segmentasi warna dan tekstur dari vektor-vektor ciri. Clustering secara umum memiliki tahapan sebagai berikut (Jain et. al., 1999) : 1. Representasi pola 2. Pengukuran kedekatan pola (Pattern Proximity) 3. Clustering 4. Abstraksi data (jika dibutuhkan) 5. Penilaian output (jika dibutuhkan). Jarak Euclidean Kedekatan pola diukur berdasarkan fungsi jarak antara dua ciri. Jarak digunakan untuk mengukur ketidakmiripan antara dua obyek data. Bila p dan q menyatakan piksel dengan koodinat (x,y) dan (s,t) maka jarak euclidean antara p dan q adalah seperti persamaan (8) (Gonzales & Woods, 1992). D E ( p, q) t 2 2 = ( x s) + ( y ) (8)

13 C. Fuzzy C-Means (FCM) Fuzzy C-Mean Clustering (FCM) juga dikenal sebagai fuzzy ISODATA. Pengelompokan setiap titik data dalam sebuah cluster ditentukan oleh derajat keanggotaannya. Bezdek mengusulkan algoritma ini tahun 1973 sebagai pengembangan awal dari hard C-mean (HCM) clustering (Jang et. al., 1997). FCM membagi sebuah koleksi ke-n dari vektor x i, dengan i = 1,2,3,...,n ke dalam c grup fuzzy dan mencari pusat cluster pada masing-masing grup yakni fungsi biaya dari ukuran ketidakmiripan yang paling minimal. Fuzzy c mean memiliki dua proses yakni menghitung pusat cluster dan menandai poin untuk pusat cluster menggunakan sebuah jarak euclidean. Proses ini dilakukan berulang hingga pusat cluster stabil. Keberadaan setiap titik data pada FCM dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaan antara 0 hingga 1 (Jang et. al., 1997 dan Cox, 2005). Untuk mengakomodasi fuzzy partisi, keanggotaan matrik U harus memiliki nilai antara 0 dan 1 (Jang et. al., 1997 dan Pedrycz, 2005). Normalisasi penetapan hasil derajat keanggotaan dari set data menggunakan persamaan (9). c i= 1 uij = 1, j = 1,2,3,..., n dengan µ ij adalah derajat keanggotaan point data terhadap pusat-pusat cluster, C adalah jumlah cluster C, serta n adalah jumlah data. (9) Fungsi objektif pada fuzzy c-mean digunakan persamaan (10). c i= 1 c i= 1 n m 2 J ( U, c,..., c = J = u d (10) 1 c ) i j ij ij dengan J adalah fungsi objektif, u ij adalah derajat keanggotaan poin data terhadap cluster-cluster dengan nilai antara 0 dan 1, c adalah jumlah cluster, n adalah banyaknya poin data, m adalah nilai parameter fuzzy dan d ij adalah jarak antara pusat cluster ke-i hingga ke-j dari titik data.

14 Jarak antar pusat cluster ke-i hingga ke ke-j dari titik data didapatkan dari persamaan d ij = c i -x j ; Nilai minimum dari pusat cluster digunakan persamaan (11) di bawah ini : c n j = 1 i = n u j= 1 m ij u x m ij j (11) dengan c i adalah pusat cluster ke-i, n adalah banyaknya poin data, u ij adalah derajat keanggotaan poin data terhadap cluster-cluster dengan nilainya antara 0 dan 1, m adalah nilai parameter fuzzy, serta x j adalah data poin ke-j. Untuk menghitung perubahan matrik partisi (derajat keanggotaan poin data terhadap semua cluster yang baru) digunakan persamaan (12). u ij = c k = 1 1 d d ij kj 2 /( m 1) (12). dengan u ij adalah derajat keanggotaan poin data terhadap cluster-cluster yang nilainya antara 0 dan 1, c adalah jumlah pusat cluster dari grup fuzzy ke-i, m adalah parameter fuzzy, d ij adalah jarak euclidian antara pusat cluster ke-i hingga ke-j dari poin data, d kj adalah jarak euclidian antara pusat cluster ke-k hingga ke-j dari poin data. Algoritma FCM diawali dengan menentukan derajat keanggotaan (secara acak) setiap titik data terhadap cluster. Berdasarkan derajat keanggotaan, kemudian ditentukan pusat cluster. Pada kondisi awal, pusat cluster tentu saja masih belum akurat. Derajat keanggotaan selanjutnya diperbaiki berdasarkan fungsi jarak antara titik data dengan pusat cluster (Nascimento et. al., 2003). Dengan memperbaiki pusat cluster dan derajat keanggotaan tiap titik data secara berulang dan terus menerus maka pusat cluster akan bergeser ke titik yang tepat. Kinerja FCM tergantung pada inisialisasi pusat cluster. Keluaran FCM adalah deretan pusat cluster dan derajat keanggotaan data terhadap setiap cluster.

15 FCM menentukan pusat cluster c i dan keanggotaan matriks U (Jang et. al., 1997) dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Inisialisasi keanggotaan matrik U dengan nilai random antara 0 dan 1 dengan persamaan (9). 2. Menghitung c pusat cluster fuzzy c i, i = 1,2,3,...c menggunakan persamaan (11). 3. Menghitung fungsi objektif berdasarkan persamaan (10). Berhenti jika hasil fungsi objektifnya mencapai nilai toleransi atau hasil fungsi objektifnya setelah iterasi maksimal yang ditetapkan. 4. Menghitung matrik partisi baru menggunakan persamaan (12) dan kembali ke langkah ke-2. Diagram alir proses clustering data pada algoritma fuzzy c-mean dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Tahapan algoritma fuzzy c-mean clustering (Jiang, 2003) dengan U adalah matrik partisi, C adalah pusat cluster, D adalah jarak antar matrik, m adalah nilai parameter fuzzifikasi, k adalah jumlah cluster, n adalah jumlah data serta p jumlah atribut data. Kemudian untuk nilai E-step dan M-Step dapat dihitung dengan persamaan (13) dan persamaan (14).

16 E-step : m k = n i= 1 n i= 1 U α ik U X α ik 1 M-step : U ik = xi m l= 1 xi m i k l 1 α 1 (13) (14) dengan m k adalah pusat cluster ke-k dan U ik adalah derajat poin data terhadap pusat cluster (M-step). keanggotaan Dalam algoritma FCM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membangun sistem diantaranya iterasi maksimal, error terkecil yang diinginkan (ξ), pemangkat (m > 1) dan inisialisasi terhadap pusat awal cluster (c 2). D. Metodologi Pelabelan Otomatis Citra Metode pelabelan otomatis mengadopsi metode pengembangan ontologi yang dikenal dengan metodologi Uschold yaitu (Benjamins et. al., 2004): 1. Mendefinisikan tujuan dan cakupan dari pelabelan otomatis; 2. Membangun pelabelan otomatis dengan langkah labeling capture yang merupakan pengumpulan subjek-subjek/konsep citra, labeling coding membangun model subjek/konsep dan mengintegrasikan pelabelan yang telah ada (reuse) secara visual; 3. Melakukan evaluasi melalui verifikasi dan validasi; E. Pengukuran Kinerja Sistem Dua parameter utama yang dapat digunakan untuk mengukur keefektifan temu kembali citra, yaitu recall dan precision. Recall adalah perbandingan jumlah materi relevan yang ditemukembalikan terhadap jumlah materi yang relevan, sedangkan precision adalah perbandingan jumlah materi relevan yang ditemukembalikan terhadap jumlah materi yang ditemukembalikan (Grossman, 2006).

17 jumlah citra relevan hasil temu kembali recall = (15) jumlah citra relevan dalam basis data jumlah citra relevan yang terambil precision = (16) jumlah seluruh citra yang terambil Average precision adalah suatu ukuran evaluasi yang diperoleh dengan menghitung rata-rata tingkat precision pada berbagai tingkat recall (Grossman, 2006).

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian dilakukan dalam empat tahapan utama, yaitu pengindeksan, pelabelan otomatis, temu kembali citra dan evaluasi kinerja sistem (Gambar 9). Gambar 9. Kerangka Pemikiran Penelitian Keempat tahapan tersebut terdiri dari beberapa proses yang saling berhubungan, yaitu : 1. Pengindeksan : pada tahapan ini dilakukan pemilihan citra sumber, segmentasi citra, ektraksi warna dan tekstur, serta pengukuran kemiripan ciri subjek citra menggunakan Euclid. 2. Pelabelan citra : mencakup pembentukan label citra secara otomatis. Proses ini dibangun berdasarkan kamus kata yang telah ditentukan.

19 3. Temu kembali citra : mencakup kueri teks sebagai masukan, penentuan indeks digunakan sebagai dasar temu kembali citra. 4. Evaluasi kinerja sistem : pengukuran hasil temu kembali citra berdasarkan nilai precision dan recall. B. Alat Bantu Penelitian Peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras dan lunak. Perangkat keras berupa satu unit komputer PC dengan spesifikasi Intel Pentium IV, RAM 512 MB, Harddisk 80 GB dan Kartu grafis serta layar monitor minimal mempunyai resolusi warna 8 bit, sedangkan perangkat lunak yang diperlukan untuk perancangan dan pengujian sistem adalah Matlab 7.1 dengan platform sistem operasi Microsoft Windows XP. C. Tata Laksana Penelitian 1. Pengindeksan Pengindeksan dilakukan dalam empat tahapan utama (Gambar 10), yaitu pemilihan jenis dan sumber data menjadi basis data citra, segmentasi citra, ekstraksi ciri (warna dan tekstur) serta pengukuran kemiripan. Proses pengindeksan masing-masing dijelaskan berikut ini. PENGINDEKSAN CITRA EKSTRAKSI CIRI WARNA (HISTOGRAM) BASIS DATA CITRA SEGMENTASI CITRA EKSTRAKSI CIRI CITRA EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR (WAVELET GABOR) UKURAN KEMIRIPAN (EUCLID) Gambar 10. Tata Laksana Pengindeksan Jenis dan Sumber Data Citra sumber merupakan data sekunder yang diambil dari situs internet yang beralamat di ALIPR (http://www.alipr.com). Sebanyak 300 citra

20 kemudian dikelompokkan dalam tiga kelas citra dengan masing-masing kelas berjumlah 40 citra dan memiliki berbagai jenis objek. Format citra adalah JPG berukuran 50 50 piksel serta merupakan citra berwarna. Segmentasi Warna Citra Pada tahapan segmentasi ini, setiap citra akan disegmentasi untuk mengelompokkan warna yang dikandung oleh setiap piksel dari citra ke beberapa segmen yang sudah ditentukan jumlahnya, yaitu dua, tiga, empat, dan lima. Segmen ini merupakan representasi dari warna-warna dominan citra. Setiap piksel dari citra dibangkitkan dari salah satu g segmen. Peluang sebuah piksel masuk ke dalam segmen dapat dihitung dengan persamaan (17). p g ( x ) = p( x θ ) π. Θ (17) l= 1 l l Masing-masing segmen diasumsikan mempunyai distribusi normal Gauss, sehingga peluang piksel dari segmen l dapat dihitung dapat dihitung dengan persamaan (18). p 1 1 d 1 l l l 2 2 2 (2π ) det( Σ ) T 1 ( x θ ) = exp ( x μ ) Σ ( x μ ). l l (18) Algoritma EM mempunyai dua tahapan utama yaitu tahapan Expectation (E-step) dan Maximization (M-step). Pada tahapan Expectation, data X diasumsikan sebagai data yang tidak lengkap dengan missing value berupa label yang menyatakan keanggotaan tiap piksel dari X ke dalam salah satu g segmen. Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menghitung peluang tiap piksel dari tiap segmen dan membentuk matriks Z yang akan melengkapi data X, sehingga data yang lengkap dapat dinyatakan sebagai Y = ( X, Z ). Label tiap piksel didapatkan dari segmen yang mempunyai peluang tertinggi dalam Z. Nilai likelihood dari data yang lengkap dapat dihitung dengan persamaan (19). n g p ( Y Θ) = p( x Θ). (19) i= 1 l= 1

21 Pada tahapan Maximization, parameter untuk iterasi berikutnya ditentukan sesuai dugaan variabel dari Z. Formulasi untuk menduga kembali parameter segmen adalah menggunakan persamaan (20),(21) dan (22). + N t 1 1 l = N i= 1 π z (20) N i = 1 i l i z l x i t + 1 i = 1 μ l = N (21) z i l t+ 1 l = N i= 1 z i l t+ 1 t+ 1 ( x μ )( x μ ) i l N i= 1 z i l i l T. (22) Nilai parameter yang baru dari M-step ini akan digunakan kembali untuk E-step pada iterasi berikutnya. Proses E-step dan M-step akan terus berulang sampai didapatkan nilai likelihood yang kecil sehingga hasil perhitungan sudah tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Ketika nilai likelihood hanya sedikit berubah, maka hasil dianggap konvergen. Ektraksi Ciri Warna Proses ekstraksi warna dengan FCH dilakukan pada ruang warna RGB untuk mempermudah pengolahan citra (Vertan & Boujemaa, 2000). CITRA SUMBER SEGMENTASI WARNA HISTOGRAM VEKTOR CIRI WARNA Gambar 11. Ektraksi ciri warna Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung FCH adalah menghitung histogram awal (Gambar 11). Pada penelitian ini, nilai warna kuantisasi awal tersebut didasarkan pada sebaran warna citra dalam basis data yang memiliki 3 kelas citra dengan jenis dan warna yang bervariasi. Untuk

22 tiap kelas citra diambil 10 warna piksel yang muncul terbanyak sehingga dihasilkan 300 warna yang tidak sama. Dari histogram awal dihasilkan jumlah ciri yang terlalu banyak sehingga diperlukan waktu komputasi yang besar untuk ekstraksi ciri sebuah citra. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelompokan warna (clustering) dari 300 warna semesta tersebut ke dalam beberapa pusat cluster warna menggunakan Fuzzy C-Means (FCM). Setiap pusat cluster FCM merepresentasikan bin FCH. Jumlah bin FCH yang digunakan sebanyak 30. Untuk perhitungan FCH selanjutnya diperlukan matriks derajat keanggotaan, dimana nilai keanggotaannya dapat diperoleh menggunakan fungsi Cauchy, yang dihitung menggunakan persamaan (23). 1 μ c' ( c) =, (23) α 1+ ( d( c', c) / σ ) dimana d(c,c) = jarak Euclid antara warna c dengan c, c = warna pada bin FCH, c = warna semesta, α = untuk menentukan kehalusan dari fungsi, σ = untuk menentukan lebar dari fungsi keanggotaan. Nilai parameter α = 2 dan σ = 15 diperoleh dari hasil percobaan sebelumnya (Balqis, 2006). Perhitungan akhir FCH dengan FCM dinotasikan sebagai berikut (persamaan 24) : h ( c)* h( c) dimana : h 2 ( c' ) = μ c' c μ 2, (24) = fuzzy color histogram, h (c) = conventional color histogram, μ ( ) = nilai keanggotaan dari warna c ke warna c. c' c

23 Ekstraksi Ciri Tekstur Setiap citra mempunyai tekstur yang sebenarnya unik meskipun terkadang secara sepintas terlihat sama. Untuk menentukan ciri tekstur digunakan nilai energi dari beberapa frekuensi sampling pada transformasi Fourier 2D. Proses penentuan vektor ciri tekstur pada citra dengan memanfaatkan energi pada transformasi Fourier (Gambar 12). CITRA SUMBER RGB Gray FFT dengan fs1 SORT ENERGI FFT dengan fs2 FFT dengan fs3 SORT ENERGI SORT ENERGI MERGE VEKTOR CIRI TEKSTUR Gambar 12. Ekstraksi ciri tekstur Penggabungan Ciri Warna dan Tekstur Penggabungan ciri warna dan tekstur dilakukan dengan menggunakan pembobot tertentu. Nilai pembobot tersebut menyatakan hubungan keterkaitan masing-masing vektor ciri dengan vektor ciri total. Selanjutnya untuk istilah penggabungan ciri warna dan tekstur ini disebut dengan vektor ciri. Pengukuran Kemiripan Ciri Vektor yang terbentuk dijadikan acuan untuk melakukan proses pencocokan pola untuk mendapatkan kesamaan ciri. Untuk menyatakan dua region citra sebagai cita yang mirip dilakukan proses perhitungan jarak Euclid antara vektor ciri dari kedua citra region tersebut. 2. Pelabelan Citra Pelabelan citra disusun berdasarkan topik atau subjek pengetahuan citra. Topik atau subjek pengetahuan citra ditentukan berdasarkan indeks visual yang diperoleh pada saat proses pengindeksan. Tahapan pelabelan dilakukan berdasarkan metode Uschold (Gambar 13).

24 Gambar 13. Tata Laksana Pelabelan Otomatis Tahapan pelabelan citra terdiri dari (Benjamins et. al., 2004) : 1. Labeling Capture : pengumpulan pengetahuan berupa konsep-konsep citra. Hasil dari tahapan ini adalah kamus kata. 2. Labeling Coding : membangun model dari konsep-konsep yang ada dalam kamus kata. Hasil dari tahapan ini adalah kamus visual citra. 3. Labeling Reuse : Integrasi dari konsep-konsep beserta komponenkomponennya. Hasil dari tahapan ini adalah visualisasi pelabelan citra. 3. Temu Kembali Citra Proses temu kembali citra dilakukan melalui penentuan indeks dari kueri yang berdasarkan teks. Proses retrieval data citra dilakukan sesuai dengan karakteristik citra terlabel dalam basis data (Gambar14). TEMU KEMBALI CITRA KUERI TEKS MASUKAN PENENTUAN INDEKS BASIS DATA CITRA TERLABEL RETRIEVAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK INDEKS CITRA HASIL RETRIEVAL KARAKTERISTIK INDEKS Gambar 14. Tata Laksana Temu Kembali Citra

25 4. Evaluasi Kinerja Sistem Evaluasi kinerja sistem dilakukan penilaian tingkat keefektifan proses temu kembali terhadap sejumlah koleksi. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai recall dan precision dari proses temu kembali citra berdasarkan penilaian relevansinya. Penentuan relevansi citra hasil temu kembali dibuat berdasarkan kelas citra di dalam basis data

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Bagian ini menguraikan proses perancangan dan implementasi sistem. Bagian utama bab ini adalah desain data, desain proses sistem serta desain antar muka sistem. Desain data berisi citra sumber dan kamus kata. Desain proses sistem berisi proses segmentasi, proses pelabelan citra, proses temu tembali dan evaluasi sistem temu kembali sedangkan disain antar muka sistem berisi rancangan antar muka sistem. A. Desain Data Desain data menggambarkan proses tranformasi data dalam sistem. Dalam penelitian ini data mengalami perubahan dari data citra, menjadi basis data citra, matrik representasi citra, matrik keanggotaan dan data cluster. Desain data lain adalah kumpulan kata-kata (kamus kata) yang berisi aturanaturan yang sesuai dengan kelas citra. 1. Citra Sumber Citra sumber penelitian diperoleh dari web ALIPR (http://www.alipr.com). Terlihat dalam Tabel 2, citra sumber yang berhubungan dengan kelas pemandangan, bangunan, alam. Jumlah objek yang terkandung dalam citra dapat berisi 3 (tiga), 4 (empat) atau 5 (lima) objek. Contoh salah satu citra dengan subjek pemandangan memiliki objek citra berupa gunung, rumah, rumput. Citra sumber digunakan sebagai data pelatihan dan data pengujian. Data pelatihan digunakan sebagai data untuk pembentukan basis data ciri. Basis data ciri menjadi acuan untuk proses penemuan kembali citra pada saat diujikan. Data pengujian digunakan untuk pengujian pelabelan citra, sedangkan untuk pengujian temu kembali citra menggunakan kata-kata dalam kamus kata. Pengujian dengan kamus kata terdiri dari pengujian subjek citra serta objek-objek citra.

27 2. Kamus Kata Kamus kata (Tabel 2) berisi kumpulan kata-kata yang memuat aturan-aturan tentang citra. Aturan-aturan tersebut merupakan subjek dan objek citra. Kata-kata dalam kamus kata bersumber dari kosa kata bahasa Indonesia. Kamus kata disusun berdasarkan dua hal, yaitu subjek yang merupakan topik utama citra serta objek yang dimiliki subjek citra. Terdapat beberapa objek citra untuk suatu subjek dalam satu kelas citra sumber memiliki label atau identitas yang sama. Tabel 2. Kamus Kata Subjek Citra Jumlah Citra Objek yang dimiliki Pemandangan 100 langit(1), awan(2), rumput(3), pohon(4), matahari(5), gunung(6) Bangunan 100 rumah(7), jalan(8), batu(9), langit(10) Alam 100 batu(11), air(12), pohon(13),awan(14), langit(15) Masing-masing objek pada kamus kata diberikan nomor urut yang menyatakan urutan identitas. Identitas tersebut berupa urutan objek kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya. Pemberian id digunakan sebagai penanda objek hasil clustering. Jumlah objek yang didefinisikan untuk kamus kata adalah berjumlah 15 objek. B. Desain Proses Sistem Desain proses sistem berisi rancangan proses pelabelan otomatis citra untuk sistem temu kembali citra. Desain proses sistem tersebut berisi tahapantahapan proses, yaitu pengindeksan (segmentasi, ekstraksi ciri dan clustering), pelabelan otomatis citra dan evaluasi sistem temu kembali.

28 1. Segmentasi Citra Citra sumber disegmentasi menggunakan metode Normalized Cuts (Shi & Malik, 2000). Metode Normalized Cuts merupakan segmentasi berbasis region yang menghasilkan sub citra. Sub citra tersebut dinamakan dengan region. Dalam penelitian ini digunakan enam region untuk setiap citra sumber. Beberapa citra sumber kemudian di segmentasi sehingga diperoleh region-region yang bersesuaian. Pembentukan region-region ini dimaksudkan untuk mendapatkan objek citra. Masing-masing region pada citra sumber, kemudian dilakukan pemisahan region dari citra utama. Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah mendapatkan ciri masing-masing region sebagai ciri objek. Pemisahan setiap region dari citra sumber dilakukan melalui pemberian tanda tertentu untuk area tertentu. Tanda yang dimaksud adalah dengan pemberian warna putih untuk area diluar target area yang dimakud. Ukuran citra yang dihasilkan tetap sesuai dengan citra hasil praproses awal yaitu 50 x 50, tapi untuk area yang dihasilkan dalam pembentukan region ini tidak memiliki format ukuran yang standar. 2. Ektraksi Ciri Setiap region yang telah dipisahkan, dilakukan perhitungan nilai ciri (Daubechies, 1995). Hasil perhitungan ciri akan diperoleh matrik representasi ciri suatu citra untuk setiap region. Representasi nilai ciri citra pada setiap region kemudian menjadi acuan untuk pembentukan ciri subjek citra. Pada tahapan ekstraksi ciri warna, setiap piksel pada citra akan direpresentasikan dengan peluang atau frekuensi piksel-piksel tersebut terhadap nilai warna (bin) yang sudah ditentukan sebanyak 30. Bin tersebut diperoleh dari FCH menggunakan FCM. Bin FCH yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan untuk ekstraksi ciri tekstur, citra region terpilih diektraksi dengan menggunakan wavelet Gabor.

29 C. Perancangan Proses Sistem Rancangan proses sistem menggambarkan hubungan antara elemenelemen (modul) pada sistem yang dikembangkan. Prototipe sistem dan interface sistem dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak Matlab Versi 7.1. Sistem ini terdiri dari empat modul yaitu : modul segmentasi, modul pelabelan region, modul temu kembali dan modul kinerja (Gambar 15). Keempat modul tersebut digunakan dalam pengerjaan penelitian ini. Gambar 15. Arsitektur Sistem Pelabelan Otomatis 1. Modul Segmentasi. Modul segmentasi berfungsi untuk melakukan segmentasi, penarikan ciri serta clustering citra sumber. Modul ini bekerja dengan memanfaatkan algoritma Normalized Cuts untuk segmentasi. Penarikan ciri berdasarkan warna dan tekstur serta FCM untuk clustering, hasil akhirnya akan terbentuk region-region pada citra sumber beserta matrik ciri. Secara umum algoritma segmentasi Normalized Cuts seperti berikut (Shi & Malik, 2000) : 1. Mendefinisikan sekumpulan matrik dari citra yang akan di segmentasi 2. Menentukan bobot graf G=(V,E), lalu menghitung bobot edge dan menyimpan informasi dalam W dan D. 3. Menghitung ( D W ) x = λdx dengan nilai eigen terkecil. untuk mendapatkan nilai eigen vektor

30 4. Menggunakan nilai eigen vektor tersebut untuk mempartisi graf menjadi 2 dengan membagi masing-masing titik menjadi NCut yang minimum. 5. Membaca nilai NCut yang dihasilkan, lalu mengulangi partisi ke langkah 2. 6. Jika NCuts untuk setiap segmen > nilai maksimum dari Ncuts yang didefinisikan maka proses dihentikan. 2. Modul Clustering Modul ini berfungsi untuk mengelompokkan data ciri yang telah tersedia dalam bentuk matrik menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kemiripannya. Pengelompokkan data ciri tersebut menggunakan algoritam FCM. Tingkat kemiripan tersebut ditentukan dengan mengukur jarak euclid point data ke pusat cluster. Hasil dari modul ini adalah berupa matrik U yang merepresentasikan derajat keanggotaan data dan titik pusat cluster. Matrik keanggotaan (U) yang dihasilkan berdimensi k x n, dimana k adalah jumlah cluster dan n adalah jumlah data yang digunakan sebagai masukan. Matrik Keanggotaan hasil clustering terlihat seperti pada tabel 3. Tabel 3. Matrik Keanggotaan (U) Hasil Clustering Jumlah Data Cluster 1 Cluster 2... Cluster k 1 U 11 12 U 1 U... k 2 U 21 U 22... U 2 k.............................. n U n1 n2 U... U nk Dalam proses pengelompokkan titik pusat cluster yang dihasilkan algoritma FCM akan mengalami perbaikan selama proses iterasi.