BAB VI PENUTUP. 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum. a. Pemeriksaan korban hidup. b. Pemeriksaan korban mati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pelepasan Informasi medis visum et repertum

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Rumah Sakit Madya pada tanggal 23 Oktober 1975, langkah demi

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien dapat dinilai dan dilihat pada formulir-formulir dalam

TINJAUAN PELAKSANAAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DAN PROSEDUR TETAP DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG TAHUN 2015

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Batang. type C. sejak saat itu diadakan upaya upaya perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

No. Dokumen /RM/10

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

Standar Pelayanan Medik

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

ABSTRAK MELIYANTI YUSUF

BAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

BAB III PENUTUP. Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

K homo homini lupus ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia:pembunuhan, penganiayaan pemerkosaan, pencurian, dan tindak kejahatan lainnya sering ter

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BAB III METODE PENELITIAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

RELEVANSI Skm gatra

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1: Struktur Organisasi Rumah Sakit Medika Permata Hijau

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

SURAT KETERANGAN MEDIS

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Bagian Kedua Penyidikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB III METODE PENELITIAN

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan pada 80 (delapan puluh) lembar putusan dari 7

Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB V KESIMPULAN. 1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Penerimaan Pasien dan Koding. a. Penerimaan Pasien BPJS Kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

KEWENANGAN PENYIDIK POLISI TERHADAP PEMERIKSAAN HASIL VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1. Oleh : Yosy Ardhyan 2

FUNGSI DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PIDANA ARSYADI / D

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI HUKUM KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik sebagai kesimpulan berikut : 1. Prosedur tetap (protap) pembuatan visum et repertum Didalam prosedur tetap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang sudah menjelaskan tentang pembuatan visum et repertum yaitu kebijakan pelayanan dilakukan oleh dokter untuk mengetahui diagnosa. Pada teori hukum kesehatan menjelaskan bahwa bantuan dokter yang diberikan pada penegak hukum menangani suatu perkara yang berupa : a. Pemeriksaan korban hidup b. Pemeriksaan korban mati c. Pemeriksaan ditempat kejadian perkara d. Penggalian mayat e. Menentukan umur korban / terdakwa f. Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa g. Pemeriksaan barang bukti lain: darah, rambut dan racun. Pemeriksaan tersebut diatas sesuai dengan tindak pidana yang diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hasil pemeriksaan dokter kemudian diberikan secara tertulis dan keterangan dikenal sebagai visum et repertum. (7) 1

Didalam teori menyebutkan bahwa yang dimaksud dokter yaitu semua dokter yang sudah disumpah baik dokter umum, spesialis,dokter pemerintah baik sipil maupun Tentara atau Polri juga dokter swasta. (12) Jadi pembuat visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang sudah sesuai dengan prosedur tetap dan teori yang ada. Prosedur tetap yang ada belum sesuai dengan teori karena tidak mencantumkan secara jelas mengenai dokter yang berhak membuat visum et repertum. 2. Tata cara permintaan visum et repertum a. Tata cara permintaan visum et repertum Permintaan visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang terdapat 2 hal yaitu 1. Kasus saat pasien datang 2. Kasus dengan surat pengantar. Pada kasus saat pasien datang, pasien langsung datang ke bagian IGD untuk memeriksakan kasusnya kemudian bukti laporan mengenai pemeriksaannya ditujukan kepolisian untuk dibuatkan surat permohonan visum / surat pengantar. Berbeda dengan saat kasus surat pengantar ada. Pasien diantar oleh Polisi untuk melakukan pemeriksaan kemudian langsung dilayani pada bagian unit rekam medis petugas visum. Namum didalam prosedur tetap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang belum terdapat aturan yang mengatur tentang 2

permintaan visum et repertum. Tetapi pada prosedur tetap pembuatan visum et repertum menyebutkan bahwa permintaan visum et repertum harus dilakukan secara tertulis dan dilakukan oleh pihak kepolisian. Disimpulkan bahwa pelaksanaannya sudah sesuai dengan prosedur tetap tentang pembuatan visum et repertum yaitu samasama dilakukan oleh pihak kepolisian dan didalam prosedur tetap rumah sakit belum ada aturan tentang tata cara permintaan visum et repertum. b. Petugas rekam medis terutama bagian filing rawat jalan mencarikan DRM pasien Pelaksanaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang sudah sesuai dengan protap tentang pembutan visum et repertum yaitu sama-sama dilakukan oleh petugas visum dan petugas filing rawat jalan. c. Bukti layanan pemeriksaan dokter dilaporkan ke petugas rekam medis untuk dibuatkan hasil pemeriksaan Pelaksanaan yang ada sudah sesuai dengan prosedur tetap tentang pembuatan visum et repertum. Karena disebutkan harus dengan dokter yang menanganinya. d. Penerbitan surat visum oleh rekam medis ditanda tangani oleh pemeriksa (dokter) / pembuat visum Pelaksanaan yang ada sudah sesuai yaitu hasil visum yang sudah diketik kemudian ditanda tangani oleh dokter yang bersangkutan. Sudah terdapat di prosedur tetap. 3

3. Jenis kasus permintaan visum et repertum Berdasarkan hasil observasi pada pelayanan visum et repertum Triwulan 1 tahun 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang didapatkan hasil bahwa kasus yang dapat dimintakan adalah visum et repertum korban hidup dan kasus permintaan pelayanan visum et repertum Triwulan 1 pada tahun 2016 sebanyak 21 kunjungan yaitu 5 kasus KLL, 4 kasus KDRT, 4 kasus PPA, 4 kasus pemerkosaan dan 4 kasus penganiayaan jadi kasus pada triwulan 1 semua kasus sama rata. 4. Pengagendaan visum et repertum Pada pelaksanaannya penggagendaan visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang sudah sesuai dengan teori hukum kesehatan yaitu dibagian unit rekam medis dan yang diagendakan adalah formulir-formulir visum et repertum, surat permintaan visum et repertum, buku register permintaan visum et repertum, buku penerimaan visum et repertum, dan buku pengambilan visum et repertum. Namun dalam prosedur tetap belum menjelaskan tentang pengagendaan visum et repertum. 5. Tugas petugas rekam medis dalam menangani visum et repertum Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap petugas rekam medis yang melayani visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. Petugas mempunyai tugas untuk menyiapakan formulir visum et repertum, mencarikan berkas DRM pasien, memeriksa kembali kelengkapan data pada visum tertulis yang dibuat dokter, mengetik hasil visum et 4

repertum pada komputer sesuai dengan format kebijakan rumah sakit, mencatat pada buku register permintaan visum et repertum dan membuat laporan pelayanan visum setiap akhir bulan. 6. Alur pelepasan informasi medis untuk keperluan visum et repertum Alurnya dimulai pada saat pemohon visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang dilakukan secara tertulis, tidak diperkenankan melalui telepon dan diserahkan langsung oleh pihak penyidik atau kepolisian. Di dalam prosedur tetap tentang pembuatan visum et repertum sudah sesuai dan permintaan visum et repertum dilakukan secara tertulis dan diserahkan langsung oleh pihak penyidik / kepolisian. Di dalam teori disebutkan korban adalah barang bukti, maka surat permohonan visum et repertum harus diserahkan sendiri oleh petugas Kepolisian bersama-sama korban, tersangka, atau barang bukti kepada dokter. (8) 7. Kesesuaian pelaksanaan prosedur berdasarkan aspek hukum kesehatan Tujuan rekam medis sendiri yaitu sebagai sistem penyelenggarakan informasi pasien dalam menentukan tindakan lebih lanjut serta upaya pelayanan tindakan medis lainnya. Rekam medis sendiri tidak dapat menggantikan kedudukan visum et repertum sebagai bukti sah dalam perkara pidana karena prosedur serta syarat pembuatan visum et repertum berbeda dengan rekam medis, jadi disimpulkan bahwa alat bukti sah dalam 5

perkara pidana kedudukan visum et repertum lebih kuat dari rekam medis. 8. Prosedur tetap (protap) yang ada belum sesuai dengan teori hukum kesehatan tentang visum et repertum karena belum menjelaskan secara rinci tentang tata cara pelaksanaannya dan pelaksanaan pelepasan informasi medis untuk keperluan visum et repertum. B. Saran Dari beberapa kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan untuk membuat prosedur tetap baru Visum et Repertum yang isinya menjabarkan tentang pelepasan informasi medis untuk keperluan visum et repertum. Untuk itu peneliti mengusulkan rancangan prosedur tetap Visum et Repertum yang sesuai dengan pelayanan visum et repertum di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. 6