49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil dan hasil tanaman kacang tanah. Interaksi yang tidak nyata antara dosis pupuk kandang sapi dan varietas ini mungkin disebabkan oleh kemampuan adaptasi ketiga varietas kacang tanah yang dicoba hampir sama. Dilihat dari karateristik morfologi kompenen jumlah daun, indeks luas daun (ILD) dan jumlah bintil akar tan -1 umur 60 hst, nisbah akar pucuk tan -1 umur 45 hst kacang tanah varietas Kelinci, Domba dan Lokal Culik tidak berbeda nyata. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan unsur hara pada pemberian dosis pupuk kandang sapi varietas unggul Domba dan Kelinci belum terpenuhi, tetapi cukup terpenuhi pada varietas Lokal Culik. Hal ini sesuai pernyataan (Suyamto, 1993) bahwa hasil tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Suhu cukup tinggi terjadi pada saat periode pembungaan yaitu 28-33 0 C, sedangkan suhu optimum pembungaan kacang tanah adalah 24-27 0 C (Lampiran 6). Respon pupuk kandang sapi juga lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan atau pengendapan unsur hara oleh air hujan. ini sesuai dengan pendapat Ashley (1996) hasil biji tidak saja dipengaruhi oleh genotipe tetapi juga oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan selama pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap hasil biji kadar air 10% ha -1, di mana hasil tertinggi diperoleh pada dosis 30 dan 49
50 40 t ha -1 dengan hasil 3,45 dan 3,49 t ha -1, masing-masing meningkat sebesar 60,47 dan 62,33 % dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Tabel 5.10). Dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap hasil biji kering oven ha -1, dimana hasil tertinggi diperoleh pada dosis 30 dan 40 t ha -1 dengan hasil 3,11 dan 3,14 t ha -1, masing-masing meningkat sebesar 60,31 dan 61,86 % (Tabel 5.12). Kedua dosis pupuk kandang sapi 30 dan 40 t ha -1 tidak memberikan hasil biji kadar air 10% ha -1 dan hasil biji kering oven ha -1 yang berbeda nyata. Hasil biji k.a 10 % ha -1 dan hasil biji kering oven ha -1, lebih tinggi terjadi dengan meningkatnya penggunaan pupuk kandang sapi. Hal ini didukung oleh komponen hasil jumlah polong tan -1, jumlah polong berisi tan -1 (Tabel 5.7 dan 5.8), rata-rata jumlah biji polong -1, rata-rata jumlah biji tan -1, berat biji k.a 10 % tan -1 (Tabel 5.9 dan 5.10), berat biji kering oven tan -1 (Tabel 5.12) yang semuanya meningkat hasilnya dengan meningkatnya penggunaan pupuk kandang sapi dari 0-40 t ha -1. Indeks panen yang semakin tinggi akibat peningkatan dosis pupuk kandang sapi (Tabel 5.14), menunjukkan bahwa alokasi asimilat lebih banyak didistribusikan ke biji dibandingkan ke organ-organ pertumbuhan sehingga hasil biji kering oven ha -1 meningkat. Hasil kacang tanah (hasil biji k.a 10% sebesar 3,49 t ha -1 ) yang diperoleh dalam penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produktivitas di kabupaten Badung tahun 2009, yang mana dari penanaman 76 ha dengan ratarata hasil biji kering 1,7 t ha -1 (Anonim., 2009). Hal ini disebabkan oleh penggunaan pupuk kandang sapi dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki
51 aerasi, mempermudah penetrasi akar dan memperbaiki kapasitas menahan air (Sutanto, 2007). Hasil tanaman kacang tanah ha -1 yang tinggi pada perlakuan dosis pupuk kandang sapi yang lebih tinggi (30 dan 40 t ha -1 ) sangat mungkin disebabkan oleh produksi asimilat yang tinggi di dalam daun. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan dan tingginya indeks luas daun pada umur 30, 45, dan 60 hst, yaitu mencapai nilai tertinggi juga pada dosis pupuk kandang sapi 30 dan 40 t ha -1 (Tabel 5.4). Nilai indeks luas daun yang tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya nilai luas daun dan jumlah daun tan -1. Daun yang semakin banyak dan semakin luas dapat menerima dan menangkap radiasi matahari yang lebih banyak untuk kebutuhan proses fotosintesis di daun, sehingga produksi asimilat menjadi lebih tinggi. Sesuai dengan pendapat Gardner et al., (1985) bahwa meningkatnya indeks luas daun sampai batas tertentu akan meningkatkan efisiensi intersepsi cahaya persatuan luas dan meningkatkan aktivitas fotosintesis tanaman, kemudian diikuti oleh akumulasi bahan kering yang lebih besar, Hal ini dibuktikan dengan peningkatan berat kering oven brangkasan ha -1 akibat peningkatan dosis pupuk kandang sapi dari 0-40 t ha -1 (Tabel 5.13). Akumulasi bahan kering yang lebih banyak akan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman baik organ vegetatif maupun generatif, seperti pembentukan batang, cabang, daun, pembungaan dan pembentukan polong dan biji menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah bintil akar tan -1, berat kering oven akar pucuk tan -1, jumlah polong tan -1, jumlah polong berisi tan -1, rata-rata jumlah biji polong -1, rata-rata
52 jumlah biji tan -1 dan indeks panen yang semuanya meningkat hasilnya dengan meningkatnya penggunaan pupuk kandang sapi dari 0-40 t ha -1. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang semakin tinggi dengan meningkatnya dosis pupuk kandang sapi disebabkan oleh kadar C-organik dan N- total tanah yang semakin tinggi dengan meningkatnya dosis pupuk kandang sapi. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi 40 t ha -1 pada ketiga varietas mengakibatkan kadar C-organik tanah dan N-total tanah tertinggi, yaitu 2,35% dan 0,13% (Tabel 5.15), sebagai akibat pelepasan N dari pupuk kandang sapi setelah mengalami dekomposisi dan mineralisasi dalam tanah (Buckman dan Brady, 1982). Hal tersebut terjadi karena suplai N yang cukup tinggi bagi tanaman pada penggunaan dosis pupuk kandang sapi yang cukup tinggi (30 atau 40 t ha -1 ). Kontribusi N oleh pupuk kandang sapi bisa jadi meningkatkan N yang diserap tanaman. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi berdampak pada peningkatan N yang diserap tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Nitrogen membentuk khlorofil, protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga, 1986). Nitrogen yang semakin banyak dalam batang dan daun menyebabkan jumlah protein lebih banyak sehingga daun dan batang tumbuh lebih besar dan berat tanaman total meningkat (Hakim et al., 1986). Pemberian pupuk kandang sapi ke dalam tanah dapat meningkatkan bahan organik tanah. Hadisumitro (2002) menyatakan bahwa bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perbaikan sifat fisik tanah tersebut ditunjukkan oleh penurunan nilai berat volume tanah (Tabel 5.15), dan
53 sebaliknya meningkatkan kadar air tanah (Tabel 5.16). Hal ini menunjukkan bahwa tanah menjadi lebih gembur karena bertambahnya bahan organik dalam tanah, karena pengaruh pupuk kandang sapi meningkatkan secara nyata ruang pori tanah. Hasil percobaan ini sesuai dengan pernyataan Ismail dan Utomo (1995) dimana semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin menurun kepadatannya, yang memungkinkan perakaran tanaman berkembang dengan leluasa. Tanah juga mempunyai cukup pori dengan kandungan oksigen dan air yang seimbang untuk pertumbuhan tanaman. Kandungan bahan organik yang tinggi pada pupuk kandang sapi dapat menambah humus tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat air. Peningkatan dosis pupuk kandang sapi dari 30-40 t ha -1 mengakibatkan peningkatan kadar air tanah (Tabel 5.16). Hasil penelitian Jatmiko (1997) juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang sampai 40 t ha -1 disamping menurunkan nilai berat volume tanah juga meningkatkan kemampuan tanah menahan air serta meningkatkan air tanah tersedia. Ketiga varietas kacang tanah Kelinci, Domba, dan Lokal Culik memberikan rata-rata hasil biji kadar air 10% ha -1 berturut-turut sebesar 2,99 2,75 dan 2,77 t ha -1 yang tidak berbeda nyata. Komponen hasil jumlah polong tan -1 dan jumlah polong berisi tan -1, jumlah biji polong -1 dan indeks panen varietas Kelinci memiliki nilai tertinggi, yakni berturut-turut 9,32, 8,50, 2,75 dan 16,83 %, akan tetapi untuk komponen hasil rata-rata jumlah biji tan -1, ketiga varietas tidak berbeda nyata, walaupun pada variabel-variabel komponen hasil, varietas Kelinci
54 yang terunggul, akan tetapi variabel hasil biji kadar air 10% ha -1 diantara varietas Kelinci, Domba, dan Lokal Culik tidaklah berbeda nyata. Hasil biji kering oven ha -1 kacang tanah varietas Kelinci, Domba dan Lokal Culik yaitu berturut-turut 2,69, 2,48 dan 2,49 t ha -1. Komponen hasil berat 100 biji kering oven berbeda nyata pada ketiga varietas, di mana varietas Kelinci yang nilainya terendah (37,01 g) dan varietas Lokal Culik nilainya tertinggi (44,11 g). Meskipun komponen hasil berat 100 biji kering oven berbeda nyata diantara ketiga varietas yang dicoba, akan tetapi berat biji kering oven tan -1 dan hasil biji kering oven ha -1 varietas Kelinci, Domba, dan Lokal Culik tidak berbeda nyata. Hal tersebut disebabkan oleh Jumlah polong tan -1, Jumlah polong berisi tan -1, jumlah biji polong -1 pada varietas kelinci lebih tinggi dibanding dengan varietas Domba dan Lokal Culik, namun berat 100 biji kering oven varietas Kelinci lebih rendah dibandingkan dengan varietas Domba dan Lokal Culik. Hal ini berdampak pada hasil biji k.a. 10 % ha -1 dan hasil biji kering oven ha -1 ketiga varietas tidak berbeda nyata. Hal ini dibuktikan oleh variabel ILD umur 60 hst, nisbah akar pucuk umur 45 hst dan jumlah bintil akar tan -1 umur 60 hst ketiga varietas tidak berbeda nyata. Jumlah bintil akar tidak berbeda nyata menunjukkan kemampuan tanaman kacang tanah dalam mengikat N dari udara dalam proses nitrogenase hampir sama pada ketiga varietas kacang tanah yang dicoba. Ashley (1996) menyatakan bahwa, jumlah bintil akar menentukan ketersediaan N tanaman kacang tanah. Kompenen hasil jumlah biji tan -1, berat biji k.a 10 tan -1, dan berat biji kering oven tan -1 ketiga varietas yang dicoba tidak berbeda nyata. Hal ini didukung oleh keadaan faktor fisik dan kimia tanah
55 menunjukkan bahwa, kandungan N total, C-organik, berat volume tanah, ph tanah, total ruang pori tanah, kadar air tanah umur 45 dan 60 hst antara varietas Kelinci, Domba dan Lokal Culik tidak berbeda nyata. Hubungan antara dosis pupuk kandang sapi dengan hasil biji k.a 10 % ha -1 berbentuk linier (Gambar 5.3). Hubungan ini mengindikasikan bahwa hasil maksimum belum tercapai, sehingga dosis optimum pupuk kandang sapi pada penelitian ini belum diperoleh. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi 0, 10, 20, 30, 40 t ha -1 nampak bahwa dosis 30 dan 40 t ha -1 menghasilkan berat biji kadar air 10 % tan -1 dan hasil biji k.a 10 % ha -1 serta berat biji kering oven tan -1 dan hasil biji kering oven ha -1 tertinggi, akan tetapi antara kedua dosis tersebut tidak memberikan hasil kacang tanah yang berbeda nyata. Berdasarkan dukungan teori dan hasil analisis (teori dan empiris) pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap keseluruhan variabel pertumbuhan, komponen hasil dan hasil kacang tanah di dalam penelitian ini, dosis yang cukup (locally optimum) digunakan untuk meningkatkan hasil kacang di lahan kering adalah 30 t ha -1. Varietas kacang tanah Kelinci, Domba dan Lokal Culik semuanya dapat dijadikan alternatif untuk dibudidayakan dilokasi penelitian, tetapi varietas Lokal Culik lebih berpotensi untuk dikembangkan karena sudah beradaftasi dan mempunyai hasil yang cukup tinggi 2,77 t ha -1 yang tidak berbeda nyata dengan varietas unggul Kelinci dan Domba.