BAB III METODE PENELITIAN. 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian pada bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 dengan rincian sebagai berikut.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENYUSUNAN ZONASI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA (Studi Kasus Tahura Herman Johannes, Prop. Nusa Tenggara Timur)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

KAJIAN SENSITIFITAS KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO I KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

Analisis Vegetasi Hutan Alam

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2002 TENTANG

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

III. METODE PENELITIAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Diro Eko Pramono I. PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

METODE. Waktu dan Tempat

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian pada bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No. Alokasi Waktu Kegiatan Keterangan 1. 21 Februari 2014 Seminar Proposal 2. 24 Februari 2014 s/d. Pengumpulan data lapangan 14 Maret 2014 dan sekunder. 3. 17 Maret Juli 2014 Analisis data dan pembuatan draft tesis. 4. 18 Agustus 2014 Seminar hasil 5. 11 Desember 2014 Ujian tesis 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar Jawa Tengah Juli sampai dengan Oktober 2014. Daerah penelitian secara administratif terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. (Gambar.2). B. Sumber Data dan Peralatan 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder: a. Data primer, meliputi: catatan lapangan (field report) sebagai hasil pengamatan langsung dan wawancara kepada informan yang berkepentingan. 28

Gambar 2. Peta Kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I, Karanganyar 29

30 b. Data sekunder, meliputi: Peta penggunaan lahan, peta topografi/peta kelerengan, peta indeks vegetasi, peta ketinggian, peta satwa liar, dan peta wilayah TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 2. Peralatan dan Bahan Alat survei yang digunakan meliputi: alat tulis menulis, GPS Receiver, plastik, kamera, tally sheet, meteran 5m, tabung okuler, rol meter 20m, tali rafia, plastik terpal, haga meter, kantong spesimen, sunto meter, ember plastik, dan kompas. Alat pengolah data, yaitu: komputer dan printer, Software ArcGIS 10.0, Microsoft exel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur dan citra quick TAHURA Ngargoyoso Karanganyar (1:500.000), peta identifikasi kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso Karanganyar (skala 1:500.000), peta kontur dan peta penutupan lahan dengan skala 1:15.000 (peta Rupa Bumi Indonesia). C. Tatalaksana Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif karena data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif, pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial dan hasilnya bersifat obyektif, berlaku sesaat dan setempat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memaparkan, melaporkan dan menuliskan suatu peristiwa sehingga dapat dianalisis serta penyajian data dapat disajikan secara sistematik (Sukandarrumidi, 2006). 2. Prosedur Penelitian a. Metode Pemetaan Metode yang digunakan dalam kajian sensitifitas kawasan TAHURA, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitifitas ekologi terhadap zonasi kawasan, yaitu dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dalam kaitannya dengan kajian sensitifitas kawasan TAHURA dititikberatkan pada penggunaan SIG untuk masukan rencana awal pengelolaan kawasan TAHURA Mangkunagoro I.

31 Secara skematis pelaksanaan kegiatan studi disajikan pada gambar 1. Teknik pelaksaanaan kegitan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Identifikasi Awal a) Delineasi batas-batas kawasan TAHURA, pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan TAHURA. b) Pengumpulan data yang terkait dengan rencana pengelolaan baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan. c) Pengumpulan data sekunder lainnya seperti data sosial, ekonomi dan budaya b. Penentuan Satuan Pemetaan Penentuan satuan pemetaan tahap awal sebelum analisa SIG dirancang dan dilaksanakan adalah penentuan unit mapping (satuan pemetaan) sebagai dasar analisa SIG. Analisis hasil inventarisasi vegetasi dan satwa merupakan hasil survei sebagai parameter penentu skor, selanjutnya hasil skor dimasukan dalam data kriteria pemetaan. Parameter penentu ketinggian dan kelerengan berdasarkan karakteristik yaitu dari penampakan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan di Parameter penentu didelinasi dan diklasifikasikan dalam satuan luas masing-masing dalam bentuk peta. Peta masing-masing parameter penentuan kemudian di tumpang susun (overlay) dalam bentuk peta sensitifitas kawasan TAHURA. Unit pemetaan didasarkan pada landasan teoritis dan observasi awal kawasan yang menggambarkan karakteristik fisik kawasan. Langkah pertama penentuan satuan pemetaan adalah membagi kawasan ke dalam unit-unit geomorfologi/unit lahan. Tahap berikutnya penentuan tingkat keanekaragaman hayati dan nilai arkeologis secara spasial. Hasil tumpang susun (overlay) ketiga faktor diatas dipakai sebagai dasar unit mapping. c. Dasar Pelaksanaan Analisa SIG Secara umum untuk analisa SIG dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: (1) Desain database, (2) Digitasi/pemasukan data, (3) Klasifikasi, (4) Analisis. (5) Kartografis.

32 1) Desain Data Base dan Pemasukan Data (Digitasi) Desain data base berkaitan dengan rancangan klasifikasi dan struktur data base yang akan dibuat dalam kerangka hasil akhir yang akan dicapai baik penstrukturan data spasial maupun data yang berbentuk tabular. Input data/masukan data dilakukan dengan cara digitasi, merubah data analog (peta hardcopy) ke dalam data digital. Data analog yang didigitasi adalah peta dasar dan peta tematik hasil interpretasi data penginderaan jauh. 2) Editing Merupakan proses perbaikan setelah proses pemasukan data selesai dikerjakan dan sebelumnya proses editing berlangsung dilakukan pembangunan topologi. Editing bertujuan untuk melakukan perbaikan dari kesalahan yang terjadi pada waktu digitasi atau pemasukan data. antara lain overshoot maupun undershoot. a) Transformasi Data Pada dasarnya transformasi data bertujuan untuk merubah koordinat meja ke koordinat geografi maupun koordinat UTM. Tranformasi ini dilakukan terhadap semua peta yang telah didigitasi layer per layer baik peta dasar maupun peta tematik yang telah ditentukan. b) Analisis Data Pada tahap ini merupakan pembangunan database untuk pelaksanaan analisis dan pembuatan peta akhir. Dalam Analisa data ini menggunakan Software ArcGIS 10.0, dimana proses dilakukan dengan cara tumpang susun tumpang susun (overlay) pada tingkat I dalam klasifikasi unit pemetaan yang dibuat. Sedangkan pada analisa berikutnya adalah dengan proses analisa spasial- tabuler dalam penentuan zonasi kawasan. c) Proses Kartografis Proses rancangan penyajian grafik (peta) dibuat untuk menampilkan hasil akhir sehingga lebih bersifat menjaga tampilan agar lebih menarik dan informatif. Beberapa komponen untuk desain peta

33 dalam proses kegiatan: desain komponen peta, simbol, penentuan tujuan peta, parameter peta, layout peta, data simbol dan peta tabuler. Pelaksanan pengumpulan data di lapangan sebagai dasar dalam penentuan letak dan luasan kawasan digunakan peta kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso, peta kontur dan peta penutupan lahan dengan skala 1:10.000. GPS digunakan dalam penentuan titik-titik pengamatan dan ketingian tempat (mdpl). Pengamatan kondisi kawasan baik flora maupun fauna yang ada dilakukan dengan pedoman identifikasi flora dan fauna dan mengunakan alat pengamatan jarak jauh (Binokuler), membuat petak pengamatan dengan mengunakan tali tambang/roll meter. Analisis data penataan blok digunakan aplikasi ArcGis dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Perencanaan dan persiapan survei, sebagai berikut: a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian b. Membuat titik ikat untuk memulai pengambilan jalur menggunakan tali rapia c. Memotong garis kontur tanah dengan tujuan untuk mewakili data yang akan diambil dalam penelitian d. Membuat petak ukur dengan ukuran 20 x 20 m (pohon), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang) dan 2 x 2 m (semai) e. Melakukan pengamatan langsung di lapangan berdasarkan petak ukur yang telah ditentukan. f. Menghitung vegetasi, satwa, ketinggian dan kelerengan serta penggunaan lahan yang terdapat pada area pengamatan g. Mengamati bentuk lahan penelitian yang sudah ditetapkan h. Pengamatan satwa beserta jejak dan posisi geografis dimasukkan dalam table i. Inventarisasi mamalia dilakukan dengan Metode Transek. j. Pengamatan burung dilakukan pada pagi hari dengan metode Point count. k. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam Tabel yang sudah disediakan l. Menyimpulkan data yang diperoleh dilapangan.

34 Data merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu hal yang disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan tertentu. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan melakukan pendekatan survei dengan cara penggambilan data primer dan data sekunder, baik di lapangan maupun kantor serta yang memiliki informasi tantang kawasan TAHURA. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data penyebaran vegetasi (penutupan lahan), satwa liar, informasi gangguan kawasan (perambahan, pencurian hasil hutan, perburuan, kebakaran hutan, longsor), serta data peranan masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari data spasial, laporan, dan dokumen kegiatan serta informasi penunjang. (Table.2). 3. Populasi & Sampel Penelitian Populasi daerah penelitian adalah seluruh kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I seluas 231,300 Ha. Sampel diperlukan untuk uji medan dan kerja lapangan serta untuk menguji hasil interpretasi dan melengkapi data yang tidak dapat diperoleh dari citra satelit maupun dari data sekunder. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 hektar dengan jumlah petak penelitian yang dilakukan secara vertikal sejumlah 46 petak ukur (PU). Setiap petak ukur (PU) berukuran 20 m x 20 m. Jarak antara petak ukur (PU) yang satu dengan petak yang lain adalah 100 m. Untuk pengamatan satwa, jumlah petak yang digunakan sebanyak 25 petak dengan jarak petak yang satu dengan yang lain adalah 200 m. Pengambilan data dilakukan pada zona pemanfaatan, perlindungan dan koleksi. Penghitungan jumlah vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi <1,5 m), pancang (permudaan dengan >1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter <10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan l x l m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah) (Azwar, 2013).

35 Tabel 2. Jenis data yang diambil. No Data Sumber Data Teknik A. Keadaan Umum Kawasan 1. Kondisi Fisik a. Luas, letak, dan batas b. Topografi c. Iklim d. Geologi dan tanah 2. Kondisi Flora Fauna a. Flora b. Fauna 3. Potensi Wisata a. Air terjun b. Sungai c. Bumi perkemahan d. Outbond, dan lain-lain 4. Aksesibilitas a. Jalur akses b. Jarak tempuh c. Waktu tempuh d. Sarana akses e. Kondisi akses B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya 1 Kependudukan a. Jumlah penduduk b. Jumlah KK 2 Mata Pencaharian a. Jenis mata pencaharian 3 Tata Guna Lahan a. Luas wilayah b. Jenis pemanfaatan lahan 4 Pendidikan dan Kesehatan a. Tingkat pendidikan b. Sarana pendidikan c. Sarana kesehatan 5 Tenaga Kerja a. Jenis tenaga kerja Instansi terkait pengunjung Lapangan, masyarakat, pengunjung, dan instansi terkait Instansi terkait Studi pustaka dan interview Studi pustaka

36 lanjutan table.2. No Data Sumber Data Teknik 6 Agama dan Adat Istiadat a. Agama b. Adat Istiadat c. Sejarah dan arkeologi 7 Kelembagaan Masyarakat a. Jenis kelembagaan masyarakat 8 Pemanfaatan Jasa Lingkungan a. Jenis jasa lingkungan yang dimanfaatakan masyarakat b. Kepentingan pribadi/umum/komersial c. Sistem pemanfaatan jasa lingkungan 9 Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I a. Intensitas masyarakat masuk ke dalam kawasan b. Lokasi yang dituju masyarakat di dalam kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I c. Tujuan masuk ke dalam kawasan d. Jenis-jenis SDA yang dimanfaatkan masyarakat dari kawasan e. Pemanfaatan SDA dari dalam Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I 10 Permasalahan di Kawasan TAHURA KGPAA Mankunagoro I a. Jenis permasalahan b. Tingkat/kondisi masalah c. Upaya penyelesaian A. Kebijakan Pembangunan Daerah 1 Kebijakan Pembangunan Kehutanan Instansi terkait Interview, dan 2 Kebijakan Pembangunan Wilayah Instansi terkait Interview, dan 3 Kebijakan Pembangunan Pariwisata Instansi terkait Interview, dan 4 Kebijakan Penegakan Hukum Instansi terkait Interview, dan

37 lanjutan table.2. No Data Sumber Data Teknik B. Penataan Blok Kawasan 1 Penyebaran Vegetasi (Penutupan Lahan) Lapangan,, dan masyarakat 2 Penyebaran Satwa Liar Lapangan,, dan masyarakat 3 Data Spasial Tanah, Geologi, Iklim, Topografi, Geomorfologi, Penggunaan tanah Instansi terkait dan citra sensitifitas ekologi, landskap ekologi, interview sensitifitas ekologi, landskap ekologi, interview SIG dan dan Penentuan atau pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik fisik lahan yang merupakan hasil analisis dan interpretasi citra satelit maupun satuan lahan dari hasil overlai parameter bentuk lahan yang diperoleh dari peta kontur atau Digital Elevation Model (DEM) dengan peta penutupan lahan Rupa Bumi Indonesia (RBI). Penentuan titik sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode Stratified random sampling atau sampel secara acak berstrata. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi sampel adalah sukar atau mudahnya dikenali suatu obyek pada saat interpretasi, tingkat kesulitan dan keterjangkauan dalam mencapai lokasi sampel yang ditetapkan. Dalam penentuan plot sampel pada setiap satuan lahan tetap memperhatikan penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer dan sebaran luasan pada setiap satuan lahan. Penentuan titik sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode Stratified random sampling atau sampel secara acak berstrata. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi sampel adalah sukar atau mudahnya dikenali suatu obyek pada saat interpretasi, tingkat kesulitan dan keterjangkauan dalam mencapai lokasi sampel yang ditetapkan. Dalam penentuan plot sampel pada setiap satuan lahan tetap memperhatikan

38 penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer dan sebaran luasan pada setiap satuan lahan. Untuk menentukan sampel responden dalam survei sosial didasarkan dari hasil analisis data sekunder tofografi desa, terkait dengan desa terdekat dengan kawasan, jumlah penduduk untuk menentukan derajat interaksi masyarakat sekitar dengan kawasan. 4. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah vegetasi, satwa liar, ketinggian dan kelerengan di kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sensitifitas kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I. 5. Analisis Data Analisis data digunakan dalam proses mengolah data, baik primer maupun sekunder dipilah dan diklasifikasikan dalam tahap kompilasi data untuk memperoleh informasi dengan cara kualitatif deskriptif. Teknik pelaksanaan kegiatan ini ialah memanfaatkan jasa survei dan pemetaan dalam penataan ruang atau blok. Berdasarkan satuan pemetaan dilakukan analisis geografis melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: mendesain klasifikasi data berdasarkan struktur data spasial dan non spasial yang akan mencerminkan klasifikasi unit pemetaan. 1. Input data melalui digitasi, dengan mengubah data analog menjadi data digital. 2. Analisis data dengan bantuan software SIG melalui proses teknik tumpang susun (overlay), untuk kemudian dilanjutkan dengan program analisis spasial. Faktor pertimbangan dalam penentuan zonasi berdasarkan tingkat sensitifitas, yaitu: 1. Faktor kualitatif yang meliputi; keterwakilan, keaslian atau kealamian, keunikan, kelangkaan, laju kepunahan keutuhan satuan ekosistem, keutuhan sumberdaya atau kawasan, luasan kawasan, keindahan alam, kenyamanan, kemudahan pencapaian lokasi, nilai sejarah/ arkeologi/ keagaman, dan ancaman manusia.

39 2. Faktor spasial meliputi; data spasial tanah, geologi, iklim, topografi, geomorfologi, dan penggunaan lahan. Penelaahan terhadap paramater yang ada dari masing-masing lansekap ekologi dengan validasi melalui cross checking dengan data yang reliable dan kondisi aktual di lapangan. Penerapan pertimbangan faktor-faktor tersebut dalam penentuan usulan penataan blok/zonasi pengelolaan TAHURA Mangkunagoro I dikembangkan sebagai berikut: D. Metode Sensitifitas Ekologi Teknik dalam metode penilaian sensitifitas ekologi, yaitu dengan teknik tumpang susun (overlapping) dengan menggunakan data spasial dari peta vegetasi, peta penyebaran satwa, peta kelas ketinggian tempat, dan peta kelas kelerengan. Dari keempat peta tersebut diklasifikasikan sesuai dengan penilaian sebagaimana tabel berikut. Tabel. 3. Penilaian Sensitifitas Ekologi No Parameter Peta 1 Vegetasi Lahan kebun, perambahan, tambang, dan lain-lain Nilai Kelas Sensitifitas 0 1 2 3 Vegetasi rusak akibat illegal logging 2 Satwa Liar Rendah (jumlah jenis 5 jenis) 3 Ketinggian Tempat Vegetasi sekunder Sedang (jumlah 6-10 jenis) < 1.000 m dpl 1.000 1.400 mdpl Vegetasi primer Tinggi (jumlah jenis 11 jenis) > 1.400 m dpl 4 Kelerengan < 30 % 30 45 % > 45 % Keempat peta yang telah tumpang susun (overlapping), menghasilkan tabulasi data dalam microsoft exel. Pengolahan data dapat diklasifikasikan pada tingkat sensitifitas berupa data penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan.

40 Hasil penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan kelerengan dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4. Klasifikasi Penilaian sensitifitas No. Jumlah Nilai Skor dari Klasifikasi Sensitifitas Parameter Penentu Kawasan 1. 9 s/d. 12 Sangat sensitive 2. 6 s/d. 8 Sensitif 3. 5 Tidak sensitif Penentuan terhadap sensitifitas kawasan dilakukan dengan sistem skoring parameter (vegetasi, satwa, ketinggian, dan kelerengan) berdasarkan tersaji pada table sebagai berikut. Tabel 5. Sistem skoring sensitifitas No. Unsur Lingkungan Karakter Skor 1. Vegetasi Vegetasi primer 3 Vegetasi Sekunder 2 Vegetasi rusak akibat Illegal logging 1 2. Satwa (endemik/dilindungi) Lahan kebun, perambahan, tambang dan lain-lain Tinggi ( 11 jenis) 3 Sedang ( 6 s/d. 10 jenis) 2 Rendah ( 1 s/d. 5 jenis) 1 0 Tidak ditemukan 0 3. Ketinggian > 1.400 m dpl 3 1.000 1.400 m dpl 2 < 1.000 m dpl 1-0 4. Kelerengan > 45 % 3 30 45 % 2 < 30 % 1-0

41 Kriteria-kriteria parameter dalam penentuan sensitifitas ekologi tersebut diatas, yaitu: 1. Vegetasi Vegetasi merupakan penilaian karakteristik kawasan hutan, yaitu: a. Vegetasi primer adalah hutan primer/hutan alam yang masih utuh yang belum mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia atau belum adanya intervensi manusia, sering juga disebut hutan perawan atau virgin forest (skor 3). b. Vegetasi sekunder adalah hutan sekunder/hutan tanaman merupakan hutan yang tumbuh dan berkembang secara alami sesudah terjadi kerusakan/perubahan pada hutan yang pertama (skor 2). c. Vegetasi rusak adalah bentuk-bentuk formasi vegetasi dapat terbentuk seperti: lahan kosong / padang rumput buatan/areal areal bekas-tebangan baru / areal-areal bekas tebangan yang lebih tua (skor 1). d. Lahan kebun, bekas perambahan dan bekas tambang merupakan kategori tidak adanya vegetasi di kawasan hutan (skor 0). 2. Satwa Faktor penentu terhadap satwa berdasarkan karakteristik satwa yang paling dijaga keutuhannya dan kepunahan disuatu kawasan konservasi. Penilaian skor terhadap jumlah spesies kategori dilindungi/endemik. Dalam jumlah ditemukan spesies disebut: tinggi apabila jumlah ditemukan lebih dari atau sama dengan 11 jenis (skor 3), sedang apabila jumlah spesies ditemukan 6 sampai dengan 10 jenis (skor 2), rendah apabila jumlah ditemukan kurang dari atau sama dengan 5 jenis (skor 1), dan nol apabila jumlah ditemukan 0 jenis (skor 0). 3. Ketinggian Tempat Faktor penentu ketinggian berdasarkan tingkat ketinggian tempat diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: ketinggian tempat diatas 1.400 mdpl (skor 3), ketinggian tempat 1.000 mdpl sampai dengan 1.400 mdpl (skor 2), ketinggian tempat dibawah 1.000 mdpl (skor 1), dan ketinggian tempat nol atau dibawah nol (skor 0).

42 4. Kelerengan Faktor penentu kelerengan berdasarkan tingkat kelerengan diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: kelerengan diatas 45% (skor 3), kelerengan diatas 30% sampai dengan 45% (skor 2), kelerengan dibawah 30% (skor 1), dan kelerengan diatas 0% (skor 0). PETA VEGETASI Nilai 0 : Lahan Kebun Nilai 1 : Lahan Pertanian Nilai 2 : Hutan Sekunder Nilai 3 : Hutan Primer PETA SENSITIFITAS FAUNA Nilai 1 : Rendah Nilai 2 : Sedang Nilai 3 : Tinggi PETA KETINGGIAN TEMPAT Nilai 1 : < 1000 m dpl Nilai 2 : 1000-1400 m dpl Nilai 3 : > 1400 mdpl PETA KEMIRINGAN LAPANGAN Nilai 1 : < 30 % Nilai 2 : 30-45 % Nilai 3 : > 45 % PENJUMLAHAN NILAI BERDASARKAN OVERLAPING PETA DENGAN SATUAN GRID PETA SENSITIFITAS EKOLOGI Sangat sensitiv: total nilai 9-12 Sensitiv: total nilai 6-8 Tidak sensitiv: total nilai 3-5 PETA SENSITIVITAS EKOLOGI KAWASAN TAHURA TINGKAT SENSITIVITAS DALAM PENENTUAN BLOK/ZONASI Potensi: Blok Perlindungan, Blok Koleksi, dan Blok Pemanfaatan (Sangat sensitiv, Sensitif, dan Tidak sensitive) Gambar.3. Metode Sensitifitas Ekologi

43 Berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) dari masing-masing metode tersebut di atas maka dapat dilakukan penetapan konsep kriteria blok pengelolaan dan pembagian blok dengan alur pikir sebagai berikut : Penentuan Blok Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar HASIL SURVEY FLORA FAUNA PETA SENSITIFITAS EKOLOGI TINGKAT SENSITIVITAS DALAM PENENTUAN BLOK/ZONASI TAHURA DALAM DESKRIPSI, KRITERIA, FUNGSI & HASIL PENELITIAN Gambar.4. Penentuan Blok/Zonasi TAHURA Mangkunagoro I Berdasarkan Tingkat Sensitifitas E. Penentuan Blok Pengelolaan Dalam penentuan blok pengelolaan metode yang digunakan adalah perpaduan antara hasil survei dan metode sensitifitas ekologi yang telah dilakukan penyederhanaan dari kedua metode tersebut. Pada dasarnya dari kedua metode tersebut menggunakan kaidah-kaidah analisis parameter kualitatif dan parameter spasial dengan memanfaatkan teknologi yang telah tersedia dalam perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). Dalam penerapan metode landskap ekologi digunakan peta dasar dan peta kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar. Peta dasar yang digunakan ialah peta Indikasi Blok Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I yang tertuang dalam lampiran dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TAHURA KGPAA Mangkunagoro I.