6. Pattidāna (Pelimpahan Kebajikan)
Tirkuḍḍa sutta 1 (Khp. 6) Makanan dan minuman berlimpah, makanan keras maupun lunak dihidangkan, tetapi tidak ada serangpun yang mengingat mereka. Mahluk-mahluk terkndisi leh kamma. Mereka yang penuh kasih, tulus, luhur dan tepat waktu, mempersiapkan minuman dan makanan: Semga ini untuk saudara-saudaraku. Semga saudara- saudaraku berbahagia. (Idaṃ v ñātīnaṃ htu Sukhitā hntu ñātay)
Tirkuḍḍa sutta 2 (Khp. 6) Dengan berlimpahnya makanan dan minuman, Mereka bersukacita sepenuh hati:* Semga saudara-saudaraku berumur panjang, dikarenakan mereka kami mendapatkan semua ini! Menghrmati kami telah dilakukan, para pemberi tidaklah sia-sia.
Tirkuḍḍa sutta 3 (Khp. 6) Seperti halnya air jatuh dari ketinggian menuju ke bawah, demikian pula apa yang telah diberikan, bermanfaat untuk yang telah-pergi Seperti halnya sungai-sungai yang meluap mengisi samudera, demikian pula apa yang telah diberikan disini bermanfaat untuk yang telah-pergi. Dia telah memberi saya, dia telah bekerja untuk saya: saudara, teman dan sahabat buat saya. Berikanlah persembahan untuk yang telah-pergi mengingat apa yang telah lakukan sebelumnya. Bukan air mata ataupun kesedihan, atau dukacita apapun; kesemuanya tidak membantu yang telah-pergi, saudarasaudara (yang telah pergi) tidak mendapatkan apapun.
Tirkuḍḍa sutta 4 (Khp. 6) Tetapi ketika persembahan dilakukan, disusun dengan rapi, diberikan kepada Saṅgha, akan menghasilkan kebaikan buat mereka untuk jangka waktu yang panjang, dan bermanfaat buat mereka sekarang juga. Tugas untuk para saudara telah ditunjukkan, tentang bagaimana cara terbaik menghrmati yang-telah-pergi ; kekuatan, juga, telah diberikan buat para bhikkhu, tidak lah kecil kebajikan yang menjadi milik kamu!
Tirkuḍḍa sutta 5 (Khp. 6) Jenis-jenis Peta (hantu-kelaparan, yang telah-pergi): 1) Pāradattūpajīvikā Peta: hantu kelaparan yang hidupnya bergantung kepada persembahan dari rang lain. 2) Khuppipāsikā Peta: Peta jenis ini senantiasa menderita lapar dan dahaga. Persembahan yang didedikasikan leh saudara mereka di alam manusia tidak bisa membuahkan hasil buat mereka. Mereka akan menderita di alam Peta sampai kamma-buruk yang melahirkan mereka di alam tersebut habis. 3) Nijjhāmataṇhikā Peta: Api membakar mulutnya sepanjang waktu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya nafsu keinginan mereka. Dia akan terus menderita di alam tersebut sampai kamma-buruk yang melahirkan mereka di alam tersebut habis. 4) Kālakañjaka Peta: Peta jenis ini mempunyai tubuh setinggi 3 yjana (3 x 8 mil). Tetapi tubuhnya seperti daun kering dengan hanya kulit menutup tulang. Mata mennjl seperti kepiting. Mulutnya sangat kecil. Mereka menderita lapar dan dahaga.
Tirkuḍḍa sutta 6 (Khp. 6) Sesuai dengan Kvu. 7.6; para Peta tidak memperleh materi yang dipersembahkan. Tetapi kmentar dari Tirkuḍḍa sutta menyampaikan hal berbeda. Ketika Raja Bimbisāra melimpahkan jasa kebajikan setelah mempersembahkan: Air muncul klam teratai: para peta mandi dan minum tubuh menjadi keemasan. Makanan muncul makanan surgawi mereka menjadi segar. Pakaian & tempat tinggal pakaian, sandal, istana lengkap dengan perabt surgawi. Jāṇussṇi Sutta (A.10.77) menyatakan kemustahilan alam yang telah-pergi ksng dari para sanak saudara.*
7. Pattānumdanā (Bersuka-cita atas kebajikan rang lain) Bersuka-cita atas kebajikan rang lain adalah sarana yang dipakai seserang untuk bergembira atas perbuatan baik telah dicapai rang lain.* Dalam tradisi Buddhis, kebajikan jenis ini dilakukan dengan mengucapkan Sādhu! (bagus sekali!) setiap kali kita melihat atau mendengar perbuatan baik telah, sedang atau akan dilakukan leh seserang. Kebajikan ini merupakan ekspresi dari muditā (satu dari empat Brahmā vihāra); satu energi batin yang mengapresiasi kesuksesan dan kesejahteraan yang telah dicapai leh seserang. * Pattiṃ anumdati etāyā ti pattānumdanā (Abhds 135)
8. Dhammassavana (Mendengarkan Dhamma) Disebut sebagai dhammassavana karena dengannya mereka mendengarkan Dhamma.* 3 jenis kebijaksanaan: cintāmayā paññā, sutamayā paññā, bhāvanāmayā paññā. Sarana untuk meluruskan pandangan dan perilaku kita, terutama apabila kita bisa menemukan guru yang baik, berpengalaman dan penuh cinta kasih. *Dhammaṁ suṇanti etenā ti dhammassavanaṁ (Abhds 135)
9. Dhammadesanā (Membabarkan Dhamma) Cara membabarkan Dhamma yang benar: a) Prgresif. b) Masuk akal. c) Didasari kewelas-asihan. d) Bukan karena keinginan untuk mendapatkan keuntungan materi. e) Tidak menyakiti diri sendiri maupun rang lain. (Udāyī Sutta (A 5.159) Serang guru harus senantiasa penuh pengendalian diri pada waktu membabarkan Dhamma, waspada akan kemunculan kektran batin. Tidak menyampaikan pendapat pribadi. Tugas guru Dhamma adalah mengajar, menginspirasi, membangkitkan semangat dan membuat rang lain bersuka cita di dalam Dhamma.
Dhammadesanā 2 (Membabarkan Dhamma) Candūpama Sutta (S 16.3) Membabarkan Dhamma yang tidak-murni: Dengan pemikiran, Semga mereka mendengarkan Dhamma dari saya, dan setelah itu menjadi yakin dan terinspirasi, setelah terinspirasi maka mereka akan mempunyai kepercayaan terhadap saya, seserang kemudian membabarkan Dhamma. Menciptakan kamma-buruk dan secara langsung atau tidak dia telah menyesatkan umat. Dia memperlakukan Dhamma untuk kepentingan pribadi, tidak ada rasa hrmat terhadap Dhamma. Menghambat berkembangnya Dhamma. Mencegah rang lain untuk mendapatkan manfaat dari Dhamma.
Dhammadesanā 3 (Membabarkan Dhamma) Membabarkan Dhamma yang murni: Membabarkannya demi perkembangan spiritual; melemahkan atau mencabut kektran batin melalui Sīla, samādhi dan paññā latihan yang sesuai dengan Dhamma (Dhammānudhamma paṭipatti). Membabarkannya dengan pemikiran: Dhamma telah sempurna dibabarkan leh Sang Bhagavā, terlihat langsung, seketika, mengundang seserang untuk datang dan melihat, dapat dipraktikkan, untuk dialami sendiri leh para bijaksana. Marilah mendengarkan Dhamma, setelah mendengarkannya semga mereka memahaminya untuk kemudian dipraktikkan.
10. Diṭṭhijukamma (Meluruskan Pandangan-pandangan) Kīṭāgiri Sutta (M 70) mencantumkan latihanbertahap (anupubba sikkhā) secara berurutan: 1) Saddhā 2) Mendekati guru 3) Melayani guru dengan penuh hrmat 4) Mendengarkan dengan penuh perhatian 5) Mendengarkan Dhamma 6) Mengingat Dhamma 7) Menginvestigasi Dhamma 8) Menerima Dhamma 9) Keinginan baik 10) Usaha 11) Menyeimbangkan latihan 12) Berusaha keras untuk merealisasi Dhamma (pencapaian tingkat kesucian Arahat).