BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA RANCABUNGUR

Keterangan: ** berhubungan sangat nyata pada (p <0,01) * berhubungan nyata pada (p <0,05)

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden Menurut Usia. responden adalah 9 tahun dan tertinggi 15 tahun. Selanjutnya distribusi

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah pemirsa iklan obat bebas di televisi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... iv. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GRAFIK...

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini pemaparan dari hasil penelitian hubungan kompetensi teori K3

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang strategis bagi pendidikan karena jauh dari kebisingan dan

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

ABSTRAK McClelland (1953) Ken & Kate Back (1982)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kelurahan Pekauman merupakan salah satu dari beberapa kelurahan yang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

ABSTRAK. Kata kunci : kemandirian dan motif berprestasi. iii

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL. 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia

Pengaruh Tayangan Program Musik Dahsyat Terhadap Sikap Remaja. Yanti Trianita Ilmu Komunikasi

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan rekan kerja dan sindroma burnout pada perawat ICU Rumah Sakit X Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kejadian Miopia pada Anak di SDN Cemara Dua Surakarta telah dilakukan pada

4. HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit kelas A, yaitu RSUD dr.

BAB VI KETERDEDAHA KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. UCAPAN TERIMA KASIH...ii. DAFTAR ISI...iv. DAFTAR TABEL...viii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.

BAB III PENYAJIAN DATA

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih pemula terhadap kemungkinan yang dapat terjadi, belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan berupa predisposisi tingkah laku. Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 meliputi tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Setiap komponen sikap dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu negatif, netral dan positif. Tingkatan masing-masing komponen sikap diketahui dengan melakukan statistika deskriptif terhadap skor jawaban responden yang terdapat di kuesioner. Data selengkapnya mengenai tingkatan masing-masing komponen sikap dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Statistika Deskriptif Komponen Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Komponen Sikap N Mean Std. Deviasi Batas atas Batas bawah Kognisi 43, 4,6621837 48,162 38,838 Afeksi 4,688888 7,11817 61,87 47,71 Konasi 24,1222222 3,426174 27,61 2,63 Sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, juga dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu responden dengan sikap negatif, netral dan positif. Responden dengan sikap negatif adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi rendah. Responden dengan sikap netral adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi sedang.

Responden dengan sikap positif adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi tinggi. Terdapat 1 responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi rendah, 67 responden dengan skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi sedang dan 14 responden dengan skor rata-rataa kognisi, afeksi dan konasi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 14), maka persentase sikap pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (74,4 persen), memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan responden yang memiliki sikap negatif dan sikap positif. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula di pedesaan yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi yang sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. 8% 6% 4% 74.4% Negatif Netral Positif 2% 1% 1.% % Gambar 14. Sikap Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 8.1 Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Kognisi adalah pengetahuan, persepsi, keyakinan dan ketersediaan informasi yang dimiliki pemilih pemula di pedesaan berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga

tingkatan kognisi, yaitu respondenn dengan kognisi negatif, netral dan positif. Responden dengan kognisi negatif adalah responden yang memiliki skor kognisi lebih kecil dari batas bawah kognisi. Responden dengan kognisi netral adalah responden yang memiliki skor kognisi antara batas bawah dan batas atas kognisi. Responden dengan kognisi positif adalah responden yang memiliki skor kognisi lebih besar dari batas atas kognisi. Terdapat 14 responden yang memiliki skor kognisi rendah, responden memiliki skor kognisi sedang dan 21 respondenn memiliki skor kognisi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik ( Gambar 1) ), maka persentase kognisi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (61,1 persen), memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan responden dengan kognisi negatif dan kognisi positif. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan, persepsi, keyakinan dan ketersediaan informasi yang netral berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. 8.% 6.% 4.% 2.% 1.6% 61.1% 23..3% Negatif Netral Positif.% Gambar 1. Kognisi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2

8.2 Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Afeksi adalah perasaan emosional dan suasana hati yang dimiliki pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga tingkatann afeksi, yaitu responden dengan afeksi negatif, netral dan positif. Responden dengan afeksi negatif adalah responden yang memiliki skor afeksi lebih kecil dari batas bawah afeksi. Responden dengan afeksi netral adalah responden yang memiliki skor afeksi antara batas atas dan batas bawah afeksi. Responden dengan afeksi positif adalah responden yang memiliki skor afeksi lebih besar dari batas atas afeksi. Terdapat 11 responden yang memiliki skor afeksi rendah, 67 responden memiliki skor afeksi sedang dan 12 respondenn memiliki skor afeksi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar16), maka persentase afeksi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (74, persen), memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitiann ini memiliki perasaan emosional dan suasana hati yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. 8.% 6.% 4.% 74.% Negatif Netral Positif 2.% 12.2% 13.3%.% Gambar 16. Afeksi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2

8.3 Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Konasi adalah kecenderungan pemilih pemula untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau meniru. Dalam penelitian ini, konasi responden ditandai dengan pengambilan keputusan untuk ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dan pergi ke kelurahan. Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga tingkatan konasi, yaitu responden dengan konasi negatif, netral dan positif. Responden dengan konasi negatif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih kecil dari batas bawah konasi. Responden dengan konasi netral adalah responden yang memiliki skor konasi antara batas bawah dan batas atas konasi. Responden dengan konasi positif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih besar dari batas atas konasi. Terdapat responden yang memiliki skor konasi rendah, 6 responden memiliki skor konasi sedang dan 16 responden memiliki skor konasi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 17), maka persentase konasi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (72,2 persen), memiliki konasi netral terhadap pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki kecenderungan yang netral untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan instruksi pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2.

8% 6% 4% 72.2% Negatif Netral Positif 2% % 1% 17.8% Gambar 17. Konasi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 8.4 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Karakteristik Individu 8.4.1 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Usia Sebanyak 48,8 persen responden yang berada dalam rentang usia antara 18 sampai 21 tahun, memiliki kognisii netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 61,2 persen responden yang berada dalam rentang usia antara 18 sampai 21 tahun, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 61 persen responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memilikii konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. berada dalam rentang Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang usia 18 sampai 21 tahun memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan usia dapat dilihat pada Tabel 18. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang beradaa dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 lebih netral dibandingka an respondenn yang berusia 17 tahun.

Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki pengetahuan atau ketersediaan informasi yang lebih banyak, berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dibandingkan responden yang berusia 17 tahun. Berdasarkan keadaan di lapangan, sebagian besar responden yang berusia 17 tahun, masih duduk di bangku kelas 3 SMA, sehingga mereka lebih konsentrasi kepada hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Secara emosional, responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun lebih stabil dibandingkan responden yang berusia 17 tahun, sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih rasional. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue =,27 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan antara usia responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dibandingkan responden yang berusia 17 tahun.

Tabel 18. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Usia Usia (Tahun) 17 Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 1 1,2 11 12,3 6 6, 17 2 1 1,1 12 13,3 4,6 17 2 2 3,2 1 11,2,6 17 2 18-21 13 14,4 44 48,8 16 16,8 73 8 1 11,1 61,2 18 7,7 73 8 7 6,8 61 11 12,2 73 8 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1 Tabel 1. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 11 12,2 34 37,8 8 8, 3 8, 1 11,1 36 4 7 7,8 3 8, 8 8, 36 4 1 3 8, Perempuan 3 3,4 21 23,3 13 14,4 37 41,1 1 1,1 31 34,, 37 41,1 1 1,1 2 32,2 7 7,8 37 41,1 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1

Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (24), yang menyatakan bahwa khalayak pemilih yang berusia lebih tua, memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan khalayak pemilih yang berusia lebih muda 8.4.2 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Sebanyak 37,8 persen responden laki-laki, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 4 persen responden lakilaki, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 4 persen responden laki-laki, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden laki-laki memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat bahwa persentase sikap responden laki-laki lebih netral dibandingkan dengan responden perempuan. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue =,22 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Responden laki-laki dan responden perempuan memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (24), yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi pengetahuan responden berkaitan

dengan Pemilu. Pengetahuan khalayak pemilih laki-laki sama dengan pengetahuan khalayak pemilih perempuan. 8.4.3 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebanyak 7,8 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 73,4 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 72,2 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden dengan tingkat pendidikan sedang memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Terlihat bahwa persentase sikap reponden dengan tingkat pendidikan sedang lebih netral dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,84 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Koefisien korelasi sebesar -,11, sehingga korelasi yang terjadi bersifat berlawanan arah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin negatif sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2.

Tabel 2. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Rendah Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Sedang 14 1,6 2 7,8 21 23,3 87 6,7 1 11,1 66 73,4 11 12,2 87 6,7 8 8, 6 72,2 14 1,6 87 6,7 Tinggi 3 3,3 3 3,3 1 1,1 1 1,1 1 1,1 3 3,3 1 1,1 2 2,2 3 3,3 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1 Tabel 21. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Bekerja Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 6,7 18 2 3 3,3 26 3 4 4,4 1 22,3 3 3,3 26 3 1 1,1 22 2,6 3 3,3 26 3 Tidak 8, 37 41,1 18 2 64 7 7 7,8 48 2,2 1 64 7 8 8, 43 46,6 13 14, 64 7 Bekerja Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1

Responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang netral berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, namun mereka memiliki kecenderungan untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya, sehingga membuat mereka memiliki perasaan emosional yang negatif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (24) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan yang dimiliki khalayak pemilih juga akan semakin tinggi, dan sebaliknya. 8.4.4 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Status Pekerjaan Sebanyak 41,1 persen responden yang tidak bekerja, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 2,2 persen responden yang bekerja, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 46,6 persen responden yang tidak bekerja, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasi, bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 21. Terlihat bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan dengan responden yang bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan dengan responden yang bekerja. Waktu luang tersebut dapat digunakan responden yang tidak bekerja

untuk mencari informasi berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square,diperoleh nilai Pvalue =,87 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan antara status pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Responden yang tidak bekerja, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (24) yang menyatakan bahwa semakin tinggi curahan waktu bekerja khalayak pemilih, maka tingkat pengetahuan mengenai Pemilu akan semakin rendah. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja akan menyebabkan kesempatan khalayak untuk memperoleh informasi menjadi semakin kecil. 8. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Karakteristik Sosiologis 8..1 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Sebanyak 37,81 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan keluarga, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 44,4 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan keluarga, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 3,7 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan keluarga, memiliki konasi netral terhadap

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan keluarga, memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lingkungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 22. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan keluarga, lebih netral dibandingkan responden yang jarang dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,482 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan keluarga responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Responden yang tidak pernah, jarang maupun sering membicarakan tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 memiliki sikap sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Menurut hipotesis, seharusnya terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini juga berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (24), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang menggunakan saluran interpersonal lebih banyak,

memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayak yang menggunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh kebiasaan pemilih pemula di Desa Rancabungur yang jarang menggunakan waktunya untuk berada di rumah. Kesempatan untuk berkumpul dan membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 bersama keluarga menjadi terbatas, sehingga tidak mempengaruhi sikap pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. 8..2 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Sebanyak 3,4 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan tempat tinggal, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 1,1 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan tempat tinggal, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak,4 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan tempat tinggal, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan tempat tinggal, memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2.

Tabel 22. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Pernah,6 34 37,81 11 12,1,6 3 3,33 4 44,4 7 7,78,6,7 36 3,7 1,2,6 Jarang 8 8,3 17 18,8 1 3437,78 8 8,8 23 2,6 3 3,33 34 37,78 4 4,43 23 2,7 7 7,78 34 37,78 Sering 1 1,11 4 4,44 1 1,11 6 6,66 4 4,44 2 2,22 6 6,66 6 6,66 6 6,66 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1 Tabel 23. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Tempat Tinggal Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Pernah,4 1,2 14 1,6 2 2,2 12 13,36 14 1,6 3 3,33 1,1 2 2,22 14 1,6 Jarang 1,2 36 3,4 18 2,4 63 7 8 8, 46 1,1 1 63 7 4 4,4,4 1,1 63 7 Sering 1 11,14 3 3,26 13 14,44 1 1,11 1 3 3,33 13 14,44 2 2,22 6 6,6,7 13 14,44 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1

Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lingkungan tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 23. Terlihat bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat di lingungan tempat tinggal memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan responden yang tidak pernah membicarakan dan sering membicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun sebagian besar waktu yang dimiliki responden, digunakan untuk berkumpul bersama dengan temanteman di lingkungan tempat tinggalnya, pembicaraan yang mereka lakukan tidak selalu mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =, < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan antara lingkungan tempat tinggal responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Semakin sering responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan tempat tinggal, semakin tinggi pula sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Serupa dengan hasil penelitian Rahayu (24), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal.

8..3 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan, memiliki kognisi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan, memiliki afeksi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Sebanyak 14,44 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan, memiliki konasi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lingkungan pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 24. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan, lebih positif dibandingkan responden yang tidak pernah dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2.

Tabel 24. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Lingkungan Pekerjaan Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Bekerja 1 36 4 18 2 63 7 7 7,7 47 2,2 1 63 7 8 8,8 43 47,8 12 13,3 63 7 Tidak Pernah 1 1,1 4 4,4,6 1 1,1 4 4,4,6 4 4,4 1 1,1,6 Jarang 4 4,4 1 11, 3 3,3 17 18,8 3 3,3 11 12,2 3 3,3 17 18,8 1 1,1 13 14,3 3 3,3 17 18,8 Sering,6,6,6,6,6,6 Total 14 1,6 61,1 21 23,3 1 11 12,2 67 74, 22 13,3 1 1 6 72,2 16 17,8 1

Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,481 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (24), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh keadaan di lingkungan pekerjaan pemilih pemula Desa Rancabungur, yang sebagian besar hanya dilakukan sendiri, sehingga tidak memungkinkan pemilih pemula untuk membicarakan iklan di lingkungan pekerjaan mereka. Responden yang memiliki kesempatan untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di lingkungan pekerjaan, adalah responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan pelanggan.

BAB IX HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilih pemula yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan keterdedahan berbeda, serta memiliki sikap yang berbeda pula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi dan sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dapat dilihat pada Tabel 2. Terlihat bahwa persentase jumlah responden terbanyak adalah responden dengan tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 sedang yang memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, yaitu sebanyak 8,8 persen. Tabel 2. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Keterdedahan Sikap Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Negatif 1 1,11 6 6,67 2 2,22 1 Netral 8 8,8 3 8,8 6 6,67 67 74,4 Positif 2 2,22 1 3 3,33 14 1, Total 11 12,22 68 7,6 11 12,22 1

Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,43 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan sikap Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa tidak terdapat perbedaan antara responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi dengan sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Koefisien korelasi sebesar,22 berarti bahwa jika terdapat korelasi, maka sifat korelasi tersebut bersifat searah. Berbeda dengan pernyataan Gerbner (173) yang dikutip McQuail (187), bahwa pendedahan khalayak terhadap informasi di televisi secara terus menerus, dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang semakin positif. Hubungan terjadi jika komponen sikap dan komponen keterdedahan diuji secara terpisah..1 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 48, persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 36,6 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan durasi panjang. Sebanyak 44, persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dan kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dapat dilihat pada Tabel 26. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, lebih tinggi dibandingkan responden dengan kognisi negatif dan positif. Tabel 26. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Kognisi Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % Negatif 1 11,1 4 4, 14 1,6 6 6,7 8 8, 14 1,6,6 1 14 1,6 Netral 44 48, 11 12,2 61,1 22 24,41 33 36,6 61,1 1 16,6 4 44, 61,1 Positif 11 12,2 1 11,1 21 23,3 1 12 13,3 21 23,3 7 7,8 14 1, 21 23,3 Total 6 72,2 2 27,8 1 37 41,11 3 8,8 1 27 3 63 7 1 Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,446 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan yang

nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, tidak mempengaruhi kognisi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (24) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan pengetahuan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula pengetahuan khalayak pemilih. Bila kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 diuji menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,11 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi dengan kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Koefisien korelasi sebesar,17 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering responden melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi, maka akan semakin positif kognisi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, tidak membuat pengetahuan responden

mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 menjadi bertambah. Pengetahuan responden mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 akan bertambah jika mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Andika (28) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi melihat iklan di televisi, semakin tinggi pula pengetahuan mahasiswa mengenai kebijakan pemerintah tentang flu burung..2 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 3,3 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 4, persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan durasi panjang. Sebanyak 3,4 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi dan afeksi pemilih

pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dapat dilihat pada Tabel 27. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, lebih tinggi dibandingkan responden dengan afeksi negatif dan positif. Tabel 27. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Afeksi Negatif Netral Positif Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % N % n % n % n % 1 11,1 48 3,3 7 7,8 1 1,1 11 12,2 1 21,2 67 74,, 12 13,3 4 26 7 4,4 28,1 7,8 7 7,8 11 12,2 41 4, 67 74,, 12 13,3 3 1 3,4 21,1, 8 48 7 8,8 11 3,4 67 7,8 12 12,2 74, 13,3 Total 6 72,2 2 27,8 1 37 41,11 3 8,8 1 27 3 63 7 1 Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,166 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan. Koefisien korelasi sebesar,11 berarti bahwa hubungan yang terjadi bersifat searah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, semakin positif afeksi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, membuat perasaan emosional responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 menjadi positif. Responden yang menyukai tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden 2, juga akan menyukai kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (24) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan sikap khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula perasaan suka khalayak pemilih terhadap Pemilu..3 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 4,4 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 42,18 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan durasi panjang. Sebanyak persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dan konasi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, dapat dilihat pada

Tabel 28. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2, lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki konasi negatif dan positif. Tabel 28. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 Berdasarkan Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Konasi Negatif Netral Positif Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % N % n % n % 7 7,8 4 4,4 1 2 16 7 2,2 17,8 7,8 6 16 1 72,2 17,8 3 27 7 3,3 3,1 7,8 6 38 6,7 42,1 1 6 16 1 72,2 17,8 2 2 2,2 22,2,6 7 4 11 7,8 12,2 6 16 1 72,2 17,8 Total 6 72,2 2 27,8 1 37 41,11 3 8,8 1 27 3 63 7 1 Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue =,4 > taraf nyata =,2 maka terima H. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dengan konasi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, tidak mempengaruhi konasi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (24) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan penerapan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, penerapan khalayak pemilih semakin tepat. Bila konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 dan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 diuji dengan menggunakan Rank Spearman,

diperoleh nilai Pvalue =,148 < taraf nyata =,2 maka tolak H. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi dengan konasi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Koefisien korelasi sebesar,163 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering frekuensi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi, maka akan semakin tinggi konasi mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 yang ia miliki, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 yang dilihat oleh responden, tidak membuat mereka memiliki keinginan untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Keinginan responden untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 muncul pada saat mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Surjadi (22) sebagaimana dikutip Andika (28) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi penayangan iklan produk teh di televisi, semakin tinggi pula perilaku pembelian yang dilakukan oleh masyarakat.