BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN Eksistensi Piala Maya sebagai salah satu festival film yang masih terbilang baru tidak bisa dilepaskan dari kegigihan dan militansi orang-orang yang menahkodai manajemen penyelenggaraannya. Manajemen penyelenggaraan dilakukan secara independen oleh Tim Inti Piala Maya, dan dipimpin oleh Hafiz Husni yang awalnya melalui akun @FILM_Indonesia mengadakan Piala Maya hanya di Twitter. Penulis akan menjabarkan beberapa kesimpulan yang diambil dari seluruh proses manajemen penyelenggaraan Piala Maya 2014. Pertama, menyelenggarakan festival film secara independen artinya adalah siap untuk bekerja dengan segala keterbatasan. Keterbatasan sumber dana dari sponsor mengharuskan untuk mengalokasikannya sebijak mungkin. Bahkan dalam beberapa kondisi, pihak penyelenggara harus rela untuk merogoh kocek pribadi. Di sisi lain, terbatasnya sumber daya manusia menuntut efisiensi dan optimalisasi pembagian kerja dalam tim. Tim Inti Piala M aya hanya beranggotakan 8 orang yang masing-masing memiliki kesibukan diluar penyelenggaraan Piala Maya. Mengingat tidak ada anggaran dana untuk gaji bagi penyelenggara, kemampuan pemimpin untuk memotivasi dan menjaga keutuhan serta komitmen masingmasing anggota menjadi poin penting untuk keberlangsungan kerja Tim Inti. Hubungan baik antar sesama anggota Tim Inti juga memiliki peranan penting untuk menciptakan atmosfer kerja yang kondusif. K arena sejak awal para anggota Tim Inti memutuskan bergabung atas dasar suka rela, maka kenyamanan menjadi hal yang diutamakan. Berbagai keterbatasan yang harus dihadapi tersebut juga berpengaruh langsung dalam tiap tahap penyelenggaraan Piala Maya 2014. Kendati pihak penyelenggara menjalankan empat tahap proses manajemen menurut Ricky W. Griffin (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengontrolan), namun pada kenyataannya tidak dijalankan secara runtut dan terstruktur. Maka bisa 123
disimpulkan bahwa manajemen penyelenggaraan Piala Maya 2014 yang berbasis independen ini menerapkan management by sense. Kedua, sebagai festival film yang muncul dari platform media sosial, Twitter dan internet masih menjadi dua komponen fundamental dalam penyelenggaraan Piala Maya 2014. Twitter berfungsi sebagai ujung tom bak dalam hal promosi dan publikasi acara, memanfaatkan dua akun yang berbeda yakni @FILMIndonesia dan @PialaMaya. Pihak penyelenggara berusaha untuk menciptakan keriaan tersendiri di Twitter. Selain untuk meningkatkan awareness netizen terhadap Piala Maya 2014, hal tersebut dilakukan untuk menjaga konsistensi Piala Maya sebagai apresiator film yang berasal dari dunia maya. Keputusan untuk mengandalkan Twitter untuk urusan promosi dan publikasi didasari dengan alasan bahwa target penonton Piala Maya 2014 adalah anak muda yang berada dalam rentang usia 17 hingga 25 tahun yang aktif menggunakan media sosial. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan Piala Maya 2014, mulai dari Piala Maya Goes to School, Piala Maya Goes to Campus, Pekan Film hingga Awarding Night secara rutin dipromosikan melalui dua akun tersebut. Tak kalah penting, Twitter juga difungsikan sebagai sarana untuk menghimpun calon pendaftar volunteer Piala Maya 2014 yang disebut Tim Muda. Ketiga, Piala Maya 2014 belum bisa menonjolkan sifat utama sebuah festival film dimana pemutaran film sebagai program utama, tempat bagi penonton dan sineas bisa bertemu. Aspek yang paling menonjol pada Piala Maya 2014 masih Awarding Night-nya. Pekan Film Piala Maya 2014, sebagai program pemutaran film belum berhasil menarik banyak penonton untuk hadir. Salah satu faktor penyebabnya adalah strategi publikasi untuk acara Pekan Film yang belum tersusun secara rapi dan sistematis. Informasi dasar terkait penyelenggaraan Pekan Film baru dirilis dua hari sebelum acara berlangsung, sehingga kegiatan publikasi tidak bisa dilakukan secara optimal sejak jau h hari sebelum acara. Namun satu hal yang penting untuk dicatat adalah fakta bahwa promosi dan publikasi yang dilakukan oleh penyelenggara didesain untuk menempatkan Awarding Night sebagai highlight dari rangkaian Piala Maya 2014, bukan Pekan Film. Artinya, Awarding Night masih menjadi jualan utama, walaupun diakui oleh pihak 124
penyelenggara sudah ada usaha untuk lebih menonjolkan Pekan Film walaupun sulit. Kendati demikian, Piala Maya 2014 sebagai sebuah festival film berhasil melebarkan jangkauannya dengan menambahkan Pekan Film Online kedalam jajaran programnya. Selain mengukuhkan keunikan asal-usulnya, dengan adanya program ini menjadikan Piala Maya sebagai satu-satunya festival film yang pemutaran filmnya memanfaatkan platform internet. Keempat, sistem penjurian yang dilakukan pada Piala Maya 2014 mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Hal tersebut bisa dilihat dari kenaikan kuantitas Komite Pemilih yang pada tahun 2014 berjumlah 357 orang, naik dua kali lipat dibandingkan Piala Maya 2013. Selain itu, tata cara dan proses penjurian juga lebih sistematis. Pada Piala Maya 2014, Komite Seleksi sudah mulai melakukan penilaian terhadap film Indonesia lebih awal, yaitu sejak bulan Desember 2013. Dengan demikian kemungkinan ada film yang terlewatkan sangat kec il. Sistem penjurian juga menjadi lebih efisien dan efektif karena mulai tahun 2014 semua proses penjurian dilakukan secara online. Kelima, acara puncak Piala Maya 2014 yang berupa Awarding Night terbilang cukup sukses diselenggarakan. Alasan utama dibuatnya acara ini adalah sebagai bentuk apresiasi penonton film untuk pembuat film Indonesia. Selain itu, walaupun diselenggarakan dengan sangat sederhana Awarding Night Piala Maya 2014 mampu mengakrabkan tidak hanya sesama sineas, tapi juga sineas dan penonton film Indonesia. Nuansa keakraban itu sangat terasa selama acara berlangsung, yang didukung dengan tata ruang yang intim dan desain panggung yang membuat seolah tidak ada jarak dengan penonton. Mayoritas pengisi acara merupakan pekerja film dan hanya ada d ua penampilan musik. Hasil dari penghargaan yang diberikan oleh Piala Maya 2014 berusaha untuk memuaskan tiga stakeholder perfilman (pekerja film, pengamat, penonton) dan murni merupakan bentuk apresiasi untuk sineas dan pekerja film, bukan sebagai tandingan dari penghargaan film lainnya. Keenam, dengan menerapkan sistem penilaian yang mengambil sudut pandang penonton, Piala Maya 2014 memposisikan diri mereka sebagai festival film yang menawarkan advokasi tontonan bagi masyarakat. Salah satu poin utama 125
yang menjadi landasan selama proses penjurian dan pengkurasian film adalah semaksimal mungkin bisa memuaskan ketiga stakeholder perfilman: pekerja film, kritikus dan penonton. Dengan demikian, film-film yang lolos seleksi adalah film - film yang memiliki keunggulan dalam unsur-unsur sinematiknya, namun tetap bersahabat bagi penonton awam. Sedangkan bila ditilik dari sisi awarding, Piala Maya 2014 tidak memposisikan diri mereka sebagai tandingan dari event penghargaan atau apresiasi film yang lain, melainkan sebagai alternatif. Dalam manajemen penyelenggaran Piala Maya 2014 yang berbasis independen, satu hal yang ternyata sangat penting dan akan mempengaruhi kelancaran proses persiapan adalah menjalin hubungan dan membentuk jaringan, baik dengan sineas atau dengan pihak-pihak lain yang berpotensi bisa membantu. Memiliki hubungan baik dengan banyak pihak memiliki banyak keuntungan, dan dalam konteks penyelenggaraan independen, akan menghemat pengeluaran. Sineas bisa membantu promosi, sedangkan bila memiliki hubungan dengan pihakpihak tertentu, bisa mendapat gratis peminjaman tempat ataupun alat. Tahun 2014 merupakan kali ketiga Piala Maya diselenggarakan sebagai event festival film tahunan. Keberadaan Piala Maya di tengah dinamika festival film di Indonesia mendapat cukup banyak dukungan, terutama dari sineas dan aktor-aktor senior. Penyelenggaraannya yang selalu mengambil waktu di akhir tahun, juga cukup efektif untuk merefleksikan keadaan perfilman Indonesia pada satu tahun terakhir. Selanjutnya, pekerjaan rumah terberat bagi festival film baru menghadang, yaitu mempertahankan konsistensi. B. SARAN Masih banyak ruang yang bisa dikembangkan, baik dari sisi programming maupun eksekusi penyelenggaraan, meskipun secara keseluruhan Piala Maya 2014 sudah berjalan cukup lancar. Meskipun secara suka rela Tim Inti Piala Maya sudah mampu bekerja dengan baik, namun akan lebih baik lagi apabila ada reward yang diberikan untuk meningkatkan performa kerja dan sebagai bentuk apresiasi. Penghimpunan Tim Muda atau volunteer yang berfungsi sebagai tenaga bantu akan lebih efektif bila dilakukan satu hingga dua m inggu lebih awal. 126
Tujuannya, selain agar para volunteer memiliki waktu adaptasi yang lebih lama, koordinasi juga jadi lebih matang dan tidak tergesa-gesa. Khusus untuk Pekan Film, walaupun pada tahun 2014 sudah melakukan inovasi dengan mengadakan Pekan Film Online, pemaksimalan prom osi untuk Pekan Film sangat penting dilakukan agar lebih banyak penonton yang datang. Pemilihan venue yang mudah dijangkau dan memiliki akses angkutan umum yang mudah juga krusial. Bekerja sama dengan jaringan bioskop seperti 21 atau Blitz Megaplex, selain tempatnya lebih layak untuk pemutaran film, juga akan meningkatkan kredibilitas Piala Maya di mata publik sebagai festival film yang baik. Untuk saran penelitian selanjutnya yang mengambil topik atau tema serupa, kiranya perlu dilakukan penelitian secara lebih spesifik. Misalnya fokus membahas salah satu bagian dari proses manajemen penyelenggaraan (planning, organizing, leading, controlling) dan menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipan. 127