Pendahuluan Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS, Th. 2013 Pohon mati Kekeringan Banjir 1
Tujuan Tulisan: Manfaat : Metode Penelitian Bahan & Alat Jenis yg Diteliti No. Spesies tanaman Lokasi penelitian Kawasan Hutan 1. Sengon (Paraserianthes falcataria) Wonosobo KPH Kedu Selatan 2. Akasia - Wonogiri - KPH Surakarta (Acacia mangium) - Sumatera Selatan - PT. Musi Hutan Persada 3. Kayu putih (Melaleuca cajuputi) 4. Nyamplung (Calophyllum inophyllum) 5. Mahoni (Swietenia mahagoni) 6. Ekaliptus (Eucalyptus pellita) - Grobogan - Gunung Kidul - Ponorogo Karanganyar Ngawi Riau - KPH Gundih - KPH Madiun Tanah/Kebun milik masyarakat KPH Ngawi PT. Arara Abadi, Perawang Bak DRO Bak BF BF * Tanaman DRO Tanah Batu Kali * Tanaman Ijuk 1-1,5m ET = P (DRO + BF + ΔS) Penakar Curah Hujan 2
3
Spesies Kondisi tanaman Durasi Lokasi Jarak tanam tanaman bawah Pengamatan (th) Sengon Wonosobo Plot 1: (2mx3m) + Dibiarkan 100% 1 kopi Dibiarkan 50% Plot 2: (2mx3m) + Dibiarkan 25% kopi Plot 3: (2mx3m) + kopi Akasia mangium Wonogiri Plot 1: (4mx3m) Plot 2: (4mx3m) Plot 3: (4mx4m) Dibiarkan 100% Dibiarkan 100% Dibiarkan 100% Sumsel 3mx3m Dibiarkan 100% 2 Kayu putih Grobogan 2mx4m Dibiarkan 100% 1 Gunung Kidul 2mx4m Dibiarkan 100% 1 Ponorogo 2mx4m Dibiarkan 100% 1 Nyamplung Karanganyar Plot 1: 2mx2m Dibiarkan 100% 1 Plot 2: 3mx3m Dibiarkan 100% Mahoni Ngawi 2mx4m Dibiarkan 50% 1 Ekaliptus pellita Riau 3mx2m Dibiarkan 100% 4 1 Jenis pohon Umur tanaman (th) Lokasi studi Jenis Tanah Kelas tekstur tanah Kadar air tanah (%) Air tersedia (%) Sengon 4 Wonosobo Inceptisols Lempung 2,81-16,80 13,40-23,50 Akasia mangium 4 Wonogiri Inceptisols Lempung 2,62-12,50 11,70-19,00 Akasia 2-3 Sumatera Lempung Ultisols Selatan pasiran 2,31-2,69 9,40-18,80 Kayu putih 4 Gundih Vertisols Lempung 2,16 2,76 18,00 19,50 Kayu putih 4 Ponorogo Vertisols Lempung 1,67 2,47 9,30 19,85 Kayu putih 6 Gunung Kidul Vertisols Lempung 2,29-3,01 24,23-33,45 Nyamplung 4 Karanganyar Inceptisols Lempung debuan 2,10-8,51 10,54 17,65 Mahoni 4 Ngawi Vertisols Lempung debuan 2,85-12,47 16,60-34,80 Ekaliptus Geluh 2-5 Riau Ultisols pellita pasiran 2,46-3,20 8,91-13,90 Hasil Penelitian Jenis pohon Lokasi CH rata-rata ET rata-rata Nilai ET (%) ET terhadap CH Rata-rata Kisaran Sengon Wonosobo 2.487 708 28,5 22,2-34,9 Akasia Wonogiri 2.045 597 29,2 22,9-34,8 Akasia Sumater Selatan 3.069 1.843 59,9 58,8-61,1 kayu putih Gundih 981 397 40,5 40,5 kayu putih Ponorogo 1.982 750 37,8 37,8 kayu putih Gunung Kidul 1.875 612 32,7 30,6-34,9 Nyamplung Karanganyar 1.983 497 25,0 23,0-27,1 Mahoni Ngawi 1.665 566 34,0 31,4-36,6 Ekaliptus Riau 2.485 1.450 59,7 47,8-71,5 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00,00 4
Pembahasan Pembahasan Referensi nilai ET berbagi spesies Jenis pohon Lama Penelitian/ Umur tanaman (th) Curah hujan ET ET (% dari Metode Pengukuran CH) Lokasi Studi Sumber Pinus merkusii 8 3.056 1.971 64,5 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) P. merkusii - 3.695 1.308 35,4 Model Penman-Monteith Indonesia Arifjaya, dkk. (2002) P. merkusii 5 1.816-3.455 1.002-1.253 29-69 - Indonesia Soedjoko, dkk. (1998) P. merkusii - - 900 - - Indonesia Bruijnzeel (1997) P. caribaea 1 1.121 717 63,9 Model Soil Water Balance Brazil Lima, et al. (1990) P. caribaea - - 1.770 - Model Penman-Monteith Fiji Waterloo (1994) P. patula - - 1.160 - Model Catchment Water Balance Kenya Blackie (1979) ** ) E. urophylla 8 3.056 1.128 36,9 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) E. deglupta 3 3.136 1.659 52,9 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1992) * ) E. alba 3 3.136 1.643 52,4 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1992) * ) E. trianta 3 3.136 1.673 53,4 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1992) * ) E. grandis 1 1.121 922 82,2 Model Soil Water Balance Brazil Lima, et al. (1990) E. grandis 6 1.147 1.092 95,2 Model Soil Water Balance Brazil Almeida, et al. (2007) E. grandis 9 1.396 1.345 96,4 Model Penman-Monteith Brazil Soares, et al. (2001) E. hybrid - 3.187 1.912 60,0 - - Poore, et al. (1985) * ) E. hybrid 3 1.518 1.024 67,5 Lisimeter Congo Laclau, et al. (2005) Eucalyptus sp. 500-450 - - - Poore, et al. (1985) * ) - 1.200 1.000 80-90 Referensi nilai ET berbagi spesies Jenis pohon Lama Penelitian/ Umur tanaman (th) Curah hujan ET ET (% dari Metode Pengukuran CH) Lokasi Studi Sumber Schima walichii 8 3.056 700 22,9 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) S. walichii - - 1.200 - - Model Penman-Monteith Indonesia 1.300 Rusdiana, dkk (2002) Swietenia 6 4.016 57,7 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) macrophylla 2.317 Sorea. pinanga 4 3.465 1.154 33,3 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) A. mangium 4 3.465 2.384 68,8 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) Tectona grandis - - 950 - - Model Penman-Monteith Indonesia Hendrayanto, dkk (2002) 1.600 Tectona grandis 3 1.671 69,7 Model Tornthwaite-Matter Indonesia Supangat dan Putra 1.164 (2012) Tectona grandis 3 1.671 946-1.118 56,6-66,9 Model Penman-Monteith Indonesia Supangat dan Putra (2012) Dalbergia latifolia 4 3.465 41,7 Lisimeter Indonesia Pudjiharta dan Pramono 1.445 (1988) * ) C. callothirsus 3 3.402 1.497 44,0 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) Agathis sp. - - 1.200 - - Model Penman-Monteith Indonesia 1.250 Rusdiana, dkk (202) Agathis damara - - 1.070 - Model Catchment Water Indonesia Balance Bruijnzeel (1988) ** ) Altingia excelsa 3 3.402 1.429 42,0 Lisimeter Indonesia Pudjiharta (1986) * ) 5
Pembahasan Kesimpulan Saran 6
ETo = ET tanaman standar (ET referensi) yaitu laju evapotranspirasi dari permukaan berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya seragam, tumbuh aktif, secara leng kap menaungi permukaan tanah dan tidak kekurangan air. Maximum ET rate (reference ET), sering disamakan artinya dgn ET potensial Kc merupakan koefisien tanaman yang menyatakan hubungan antara Eto dan ET tanaman. Nilai Kc beragam sesuai dengan jenis tanaman, fase pertumbuan dan kondisis cuaca yang ada (http://yanessipil.wordpress.com). Sehingga jumlah konsumtif kebutuhan air tanaman yang digunakan untuk penguapan (ET) adalah nilai dari perkalian Kc dan ETo. Kc merupakan koefisien tanaman dan Eto merupakan evaporasi tanaman referensi (Anonim, Tanpa Tahun). Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET tanaman (ETtanaman = kc. ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca yang ada. Evapotranspirasi potensial (ETp) dapat diartikan sebagai kemampuan atmosfer untuk mengambil air melalui proses evaporasi dan transpirasi dengan asumsi tidak ada kontrol mengenai keberadaan air (air melimpah). PET juga dapat diartikan sebagai kondisi maksimum kemungkinan tanaman mengalami proses evapotranspirasi dengan kondisi meteorologi lingkungan dan fisiologi tanaman sebagai parameter. Impact of conifers and broadleaves in the uplands and lowlands For every 10% of an upland catchment that was covered by mature (closed canopy) conifer forest, there would be a potential 1.5 2.0% reduction in water yield Mixed-aged forest is likely to be less than a 1% reduction in yield per 10% forest cover over the whole forest rotation 7
Strategi pengelolaan CWR Mixed crops Agroforestry Mixed-aged forest Sistem petak/kompartemen yg tidak terlalu luas Pemanfaatan Cover crops di bawah tegakan 8