BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Literasi Matematika merupakan aspek kemampuan matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja, melainkan proses sains dan menggunakannya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

RATIH DEWI PUSPITASARI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

Rizki Lestari F

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

KORELASI TINGKAT INTELIGENSI SISWA DENGAN HASIL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS I SD NEGERI JABUNGAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan seorang mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar maka

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan satuan pendidikan. Pelaksanaan UN didasari oleh Undang-Undang No 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peserta didik di Indonesia sebagian besar lebih memilih menghindari pembelajaran di bidang sains.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PISA atau Program for International Student Assessment yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sebuah program internasional yang bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang berusia 15 tahun. PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan efektivitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun untuk membandingkan literasi membaca, matematika dan sains siswa-siswa di suatu negara dengan peserta lain dan memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara. Studi PISA menunjukkan bahwa pada tahun pertama penyelenggaraan (2000), Indonesia berada di urutan ke-38 dari 41 negara peserta pada kemampuan sains, pada tahun kedua (2003) Indonesia juga berada pada urutan ke-38 untuk kemampuan sains, di tahun ketiga (2006) Indonesia berada pada urutan ke-50 dari 57 negara peserta, dan hasil terbaru pada tahun 2009 menyatakan bahwa kemampuan sains anak Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 65 negara peserta. Dengan jumlah negara peserta yang sama, untuk prestasi literasi matematika siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39, pada tahun 2003 1

2 berada di peringkat ke 38, pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50, dan pada tahun 2009 berada pada peringkat 61 (Tim PISA Indonesia, 2011). Siswa Indonesia mendapatkan skor literasi sains pada PISA tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009 berturut-turut adalah 393, 395, 393 dan 383. Dan skor literasi matematika pada PISA tahun 200, 2003, 2006, dan 2009 berturut-turut adalah 367, 360, 391 dan 371 (Tim PISA Indonesia, 2011). Dengan rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500. Perolehan skor yang rendah tersebut bermakna bahwa siswa Indonesia mempunyai pengetahuan sains dan matematika yang terbatas. Skor literasi sains yang rendah tersebut mencerminkan fenomena umum prestasi belajar IPA siswa Indonesia yang jelek. Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains peserta didik sekolah berusia 15 tahun di negaranegara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi peserta didik Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara lain dan faktorfaktor yang mempengaruhinya (Tim PISA Indonesia, 2011). Prestasi siswa Indonesia menjadi perhatian seluruh lembaga pendidikan. Karena salah satu indikator lembaga pendidikan yang berkualitas adalah kualitas prestasi akademik siswanya (Fidyatin, 2009). Kualitas prestasi akademik yang dicapai oleh siswa dalam suatu lembaga ditentukan oleh kualitas inputnya (Pujadi, 2007). Untuk menghasilkan siswa dengan prestasi akademik yang baik diperlukan seleksi agar

3 memperoleh input pilihan sehingga dapat meningkatkan kualitas prestasi akademik. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambakberas Jombang menyadari pentingnya kualitas prestasi yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu MAN Tambakberas menerapkan seleksi pada calon siswa baru. Diharapkan siswa pilihan tersebut dapat mencapai prestasi maksimal yang nantinya akan meningkatkan kualitas madrasah. Sesuai dengan pedoman pelaksanaan penerimaan peserta didik baru di kabupaten jombang yang tertera dalam pasal 6 yaitu melaksanakan seleksi dengan mengakomodasi nilai Ujian Nasional, atau rata-rata nilai Ujian Nasional SMP/ MTs dan nilai TPA serta Prestasi Akademik calon peserta didik baru (Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, 2012). Dari hasil seleksi yang dilakukan di MAN Tambakberas, calon siswa yang memperoleh skor tinggi di masukkan dalam program unggulan. Program unggulan merupakan program yang dikhususkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dan mampu berkompetisi untuk memperoleh prestasi akademik yang tinggi. Program unggulan di MAN Tambakberas memiliki misi yaitu meningkatkan kualitas peserta didiknya agar dapat berkompetisi baik di tingkat nasional dan internasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi dapat berasal dari dalam diri maupun faktor dari luar diri siswa (Slameto, 1995). Psikologi belajar kognitif menyatakan bahwa

4 perilaku siswa tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri (Suwarsono, 2002). Salah satu faktor dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi adalah kecerdasan (intelegensi). Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang 20% bagi kesuksesan siswa, sedangkan 80%-nya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Intelegensi merupakan istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Spearman inteligensi terdiri dari kemampuan umum yang bekerja sama dengan kemampuan-kemampuan khusus (Crow, 1989). Oleh karena itu, untuk membedakannya seringkali digunakan istilah inteligensi umum (general intelligence) dan potensi khusus (special aptitude). Potensi khusus sering dikaitkan dengan lapangan-lapangan khusus dalam kehidupan, seperti potensi mekanik, potensi menyanyi, dan sebagainya (Suryabrata, Alat Ukur Psikologis, 2005). Potensi akademik juga sering dikaitkan dengan fungsi intelektual khusus, seperti potensi matematika, potensi berpikir analitik, dan sebagainya. Potensi akademik dianggap lebih penting karena hasil dari tes potensi diharapkan dapat memprediksi peluang keberhasilan belajar siswa di masa akan datang (Azwar, Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A, 2008).

5 Kemampuan akademik merupakan hal yang sangat diperlukan dan seharusnya ada pada setiap diri siswa untuk mencapai prestasi akademik yang diharapkan. Karena sebagian besar kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang bersifat akademik. Tingkat potensi akademik seorang siswa dapat diperoleh melalui tes psikologi. Tes psikologi yang digunakan harus mampu memberikan informasi berupa perkiraan mengenai keberhasilan seseorang jika dia belajar pada jenjang pendidikan tertentu dan seberapa baik seorang siswa dapat menyelesaikan tugas akademik (Suryani, 2005). Pada umumnya tes psikologi yang dilakukan adalah Tes Potensi Akademik (TPA). Tes ini sangat diperlukan sebagai parameter jika ingin melanjutkan pendidikan ataupun melamar pekerjaan. TPA adalah sebuah tes untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (Sunartyo, 2009). TPA dipergunakan hampir di semua seleksi masuk suatu lembaga pendidikan. TPA digunakan sebagai alat tes seleksi masuk karena dianggap cukup dapat memberikan informasi mengenai kriteria dan kemampuan akademik yang dimiliki oleh calon siswa. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutedjo yang berjudul Laporan Penelitian Hubungan antara Hasil Psikotes dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta menyimpulkan bahwa hasil Tes Potensi Akademik berkorelasi dengan indeks prestasi mahasiswa.

6 TPA disusun berdasar konsep abilitas dasar yang hendak diukur dan tidak disusun berdasarkan silabus atau kurikulum tertentu (Azwar, Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A, 2008). Di Indonesia TPA bertujuan untuk mengukur atau mengungkap kemampuan belajar siswa pada beberapa aspek, yaitu: (1) Berpikir verbal; (2) Pemahaman kuantitatif; dan (3) Penalaran (Suryabrata, Alat Ukur Psikologis, 2005). Tes potensi berbeda dengan tes prestasi. Tes prestasi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan skor dari tes prestasi merupakan kemampuan yang mampu diraihnya saat ini. Tes Potensi Akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran, sehingga keberhasilan menjawab soal dalam tes ini sangat minim kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran tertentu dan skor dari tes potensi merupakan prediksi keberhasilan di masa akan datang (Azwar, Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A, 2008). Tes prestasi merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan calon peserta didik dalam menguasai materi yang menjadi dasar bahan ajar. Sedangkan tes potensi bertujuan untuk mengetahui kapasitas belajar calon peserta didik di jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Geiser & Studley, 2002). Namun, kenyataannya tidak semua peserta didik program unggulan MAN Tambakberas menunjukkan keberhasilan dalam studinya. Di kelas unggulan, ada satu siswa yang terpaksa ditempatkan di kelas reguler

7 dikarenakan siswa tersebut menunjukkan prestasi belajar yang semakin menurun tiap tahunnya. Selain itu rata-rata nilai ujian nasional lulusan MAN Tambakberas mengalami penurunan yaitu pada tahun pelajaran 2008/2009 sebesar 7,71, pada tahun 2009/2010 sebesar 7,99 dan pada tahun 2010/2011 sebesar 7,43. Padahal standar kelulusan siswa meningkat setiap tahunnya. Belajar merupakan tanggung jawab setiap peserta didik dan kualitas hasil belajar tergantung pada kemampuan setiap peserta didik. Selain potensi akademik, faktor dari dalam diri yang mempengaruhi prestasi adalah motivasi belajar. Motivasi belajar peserta didik dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri peserta didik yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arini yang berjudul Pengaruh Tingkat Intelegensi dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Siswa Kelas II SMA Negeri 99 Jakarta, diperoleh bahwa secara parsial intelegensi dan motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini dibuktikan dari t hitung masingmasing sebesar 2,305 dan 3,703, dengan tingkat signifikansi 0,022 dan 0,000. Berdasarkan analisis data, juga diperoleh nilai F sebesar 9,018 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan seorang peserta didik yang cerdas, apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik.

8 Motivasi belajar ada dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Mahmud, 2010). Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2010) berjudul Pengaruh Lingkungan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Di SMA Widya Dharma Turen diperoleh hasil variabel lingkungan belajar berpengaruh sebesar 26,9% dan dan pengaruh variabel motivasi belajar sebesar 44,5%. Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh motivasi belajar lebih besar dari pada lingkungan belajar. Rendahnya motivasi belajar peserta didik kerap dituding sebagai penyebab rendahnya prestasi akademik peserta didik. Pada lembaga pendidikan, faktor ini menimbulkan persoalan dilematis, karena dengan rendahnya motivasi belajar tidak mungkin peserta didik dapat menguasai bahan ajar dengan baik, sehingga peserta didik memperoleh prestasi akademik rendah dan berpengaruh pada kualitas lembaga. Di MAN Tambakberas, aspek kualitas sudah menjadi komitmen. Hal ini tampak pada misi MAN Tambakberas yaitu membentuk peserta didik yang berkualitas. Didukung oleh ketersediaan fasilitas belajar yang sangat memadai. Namun, hal tersebut tidak berarti apa-apa jika tidak

9 dibarengi dengan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan faktor penentu dalam menciptakan peserta didik yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa potensi akademik dan motivasi belajar memiliki hubungan dengan prestasi akademik dan masih belum banyak peneliti yang meneliti korelasi antara ketiganya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: Korelasi antara Potensi Akademik, Motivasi Belajar dengan Prestasi Akademik pada Siswa Kelas X Program Unggulan MAN Tambakberas Jombang. B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian pada latar belakang di atas, penulis menitik beratkan pada permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat prestasi akademik siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang? 2. Bagaimana tingkat potensi akademik siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang? 3. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang? 4. Apakah ada korelasi antara potensi akademik, motivasi belajar dengan prestasi akademik pada siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang?

10 C. TUJUAN PENELITIAN Dengan merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tingkat prestasi akademik siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang. 2. Tingkat potensi akademik siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang. 3. Tingkat motivasi belajar siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang. 4. Korelasi antara potensi akademik, motivasi belajar dengan prestasi akademik pada siswa kelas X program unggulan MAN Tambakberas Jombang. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan psikologi khususnya psikologi pendidikan. b. Sebagai bahan kajian tambahan bagi mahasiswa psikologi yang berminat untuk mempelajari psikologi pendidikan. c. Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam penelitian ini.

11 2. Manfaat praktis a. Peserta didik: Sebagai bahan pertimbangan informasi dalam usaha meningkatan prestasi akademik. b. Lembaga Pendidikan: Sebagai pertimbangan hasil seleksi peserta didik baru. c. Civitas akademika: Sebagai penambah referensi karya tulis ilmiah bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan korelasi potensi akademik, motivasi belajar dan prestasi akademik. d. Bagi peneliti: penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana korelasi potensi akademik, motivasi belajar dan prestasi akademik peserta didik, untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas yang selanjutnya serta perkembangan dan pembangunan pendidikan pada Madrasah Aliyah.