Integrasi Produk Pariwisata Indonesia Berbasis Environmental Supply Chain Management

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Selain itu juga didukung oleh masyarakat lokal Bali yang ramah,

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB 1 PE DAHULUA. Infrastructure. 1 Sub Index lainnya adalah T&T Regulatory Framework dan T&T Business Environtment and

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1. Pariwisata dunia akhir-akhir ini mengalami pasang surut karena pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

Sistematika presentasi

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi manusia dewasa ini tidak bisa lepas dari konsep leisure (waktu

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan perekonomian dan pembangunan adalah masalah pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

Mewujudkan Ekosistem e-tourism di Indonesia Oleh: Donatus Fernanda Putra

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta memiliki daya tarik yang tinggi. Oleh sebab itu, Yogyakarta menjadi kota

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dengan baik. Kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia harus

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan untuk liburan, bersenang-senang ataupun dengan tujuan lain yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Transkripsi:

Integrasi Produk Pariwisata Indonesia Berbasis Environmental Supply Chain Management Pendahuluan Peran sektor jasa dalam Perekonomian Indonesia semakin penting dan terus berkembang sejak krisis tahun 1997 (Chris dan Haryo, 2010). Hal tersebut dapat dibuktikan dari kenaikan kontribusi sektor jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ditengah penurunan tren sektor pertanian dan industri pengolahan terhadap PDB. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang kontribusi terbesar dari sektor jasa, yakni 18% terhadap PDB (BPS, 2015), selain itu penerimaan jasa perjalanan triwulan IV 2015 dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) meningkat 5.1% (qtq) ditengah defisit neraca jasa dalam NPI. Kondisi ini menggambarkan kestabilan dan pentingnya sektor jasa terutama pariwisata dalam perekonomian Indonesia. Potensi Pariwisata Indonesia yang besar masih harus diimbangi dengan kesiapan masyarakat dan infrastruktur yang baik. Menurut World Economic Forum (2015), Indonesia menduduki peringkat 50 dalam Indeks Daya Saing Pariwisata dan Perjalanan pada tahun 2015, masih dibawah Singapura (11), Malaysia (25), dan Thailand (35). Hal ini mengindikasikan potensi sektor pariwisata yang belum optimal mengingat banyaknya sumber daya baik fisik dan sosial budaya yang dimiliki Indonesia. Masalah pariwisata di Indonesia secara umum adalah daya saing yang rendah. Berdasarkan gambar 1, komponen sektor pariwisata di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah infrastruktur dan lingkungan. Indonesia berada di peringkat 101 untuk infrastruktur pariwisata dan 134 untuk masalah Environmental Sustainability (World Economic Forum, 2015). Kondisi hutan di Indonesia semakin kritis pasalnya Indonesia kehilangan lebih dari 990.000 hektar hutan dari tahun 2010 sampai 2013 (Forest Watch Indonesia, 2013). Fakta tersebut menyiratkan bahwa tujuan mencapai pariwisata yang sustainable masih jauh dari harapan, oleh karena itu diperlukan kerjasama, dalam hal ini Kementerian Pariwisata, Travel Agent, masyarakat, dan media untuk membuat strategic action plan yang tepat untuk pariwisata Indonesia.

Gambar 1. Tourism Performance Overview: Indonesia Sumber: World Economic Forum, 2015 Environmental Supply Chain Management dalam Konteks Pariwisata Menurut Zsidin dan Siferd (2001), environmental supply chain management (ESCM) adalah kumpulan kebijakan supply chain yang dibentuk sebagai perhatian terkait kondisi lingkungan alami dengan mempertimbangkan konstruksi, tambahan produksi, distribusi, penggunaan, reuse, dan pembuangan limbah dari barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. ESCM mencakup semua aspek dalam rantai produksi suatu komoditas, yakni dari supplier faktor produksi sampai ke tangan konsumen. Font, Tapper, dan Schwartz (2005) berpendapat ESCM bertujuan untuk menjamin sustainability komoditas yang dihasilkan perusahaan. Subsektor prioritas bagi sektor pariwisata dalam penerapan ESCM adalah akomodasi, transportasi, makanan dan kerajinan tangan (Font, Tapper, dan Schwartz, 2005). Masing-masing dari subsektor tersebut harus meningkatkan environmental performance sebagai improvement dari ESCM, seperti contoh pelatihan karyawan terkait isu lingkungan, pengolahan limbah dan air,

promosi paket wisata yang ramah lingkungan dan pemberian kesempatan kerja bagi penduduk setempat 1. Gambar 2 menjelaskan alur produk pariwisata yang menjadi perhatian ESCM. Gambar 2. Alur Jasa Pariwisata Sumber: Xinyan, Haiyan, & George (2008) ESCM pada sektor pariwisata berkaitan dengan konservasi lingkungan karena pariwisata berpotensi merusak ligkungan apabila dieksploitasi secara besar-besaran. (Xinyan, Haiyan, & George, 2008). Penelitian Terry (2011) menyatakan bahwa sektor pariwisata juga membawa efek rumah kaca terhadap lingkungan 2. Selain isu lingkungan, ESCM juga harus berfokus kepada permasalahan sektor pariwisata lainnya seperti masalah manajemen permintaan, supplier dan persediaan barang, hubungan antar pihak pariwisata dalam hal ekspolitasi lingkungan yang wajar 1 Kesempatan kerja bagi penduduk lokal sebagai solusi degradasi lingkungan yang disebabkan oleh urbanisasi dan migrasi. 2 Terry, dkk. 2014. Transitioning to a green economy: the case of tourism in Bali, Indonesia. Journal of Cleaner Production; 1-11.

dan konservasi lingkungan, serta pengembangan produk yang ramah lingkungan sehingga tercipta pariwisata yang sustainable dalam jangka panjang. Integrasi Produk Pariwisata di Indonesia Konsep produk pariwisata yang terintegrasi memerlukan kerjasama dari semua pelaku pariwisata mengingat produk pariwisata merupakan hasil dari berbagai macam industri seperti industri makanan, akomodasi, transportasi, kerajinan tradisional, pembuangan limbah dan pengolahan air. Penelitian dari Kenneth, Robert, dan Gary (2004) mengemukakan bahwa integrasi supplier dalam membuat produk memerlukan transparansi informasi dan intervensi secara langsung dalam pembuatan keputusan terkait komponen yang digunakan untuk membuat produk barang atau jasa. Integrasi produk pariwisata bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara pengaturan produk dan economies of scale sehingga proses produksi akan lebih efisien (Xinyan, Haiyan, & George, 2008). Salah satu contoh integrasi produk pariwisata adalah Boston Freedom Trail 3, yakni perjalanan pariwisata di Amerika Serikat mengenai sejarah Boston Tea Party. Integrasi produk pariwisata ini melibatkan beberapa desa di Boston, museum, tour operator yang langsung berkoordinasi dengan Freedom Trail Foundation. Organisasi ini membuka donasi bagi masyarakat umum untuk menjaga kelestarian situs Boston tea party. Hal serupa bisa diterapkan di Indonesia mengingat banyak sekali sejarah dan situs-situs kuno Indonesia seperti Candi Borobudur dan Desa Trunyan. Penerapan integrasi produk pariwisata Indonesia berbasis ECSM akan membuka peluang bagi sektor Pariwisata Indonesia untuk berkontribusi lebih besar bagi perekonomian Indonesia. Wisatawan dapat menikmati pesona alam dan kebudayaan Indonesia, menikmati makanan tradisional Indonesia, lalu menerima cinderamata tradisional Indonesia dan semua itu merupakan salah satu bagian dari banyak jenis paket pariwisata yang ditawarkan. Kondisi tersebut akan menciptakan rasa authentic Indonesia bagi wisatawan dan sekaligus menguntungkan Indonesia, masayarakat harus melestarikan kebudayaan yang dimilikinya, pengangguran akan menurun karena konservasi situs kebudayaan memerlukan tenaga kerja, pendapatan masyarakat akan meningkat dan lingkungan tetap terjaga. Intergrasi produk pariwisata Indonesia juga dapat 3 www.thfreedomtrail.org

meningkatkan branding Wonderful Indonesia sehingga target 20 juta wisatawan oleh Presiden RI Joko Widodo diharapkan dapat tercapai. Hanya saja perlu kerjasama dari pemerintah terkait infrastruktur pariwisata yang ramah lingkungan, dari perusahaan untuk mensosialisasikan produk pariwisata ramah lingkungan ke supplier dan konsumen, serta dari media dan masyarakat dalam mempromosikan wonderful Indonesia sehingga Pariwisata Indonesia dapat bersinergi dan berkontribusi bagi pembangunan. Kesimpulan Integrasi produk pariwisata berbasis ESCM merupakan strategic action plan yang tepat untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang sustainable karena ada pemberdayaan untuk semua sektor yang menunjang pariwisata seperti makanan, akomodasi, transportasi, dan kerajinan tangan. Strategi ini menguntungkan Perekonomian Indonesia terutama bagi wisatawan dan masyarakat lokal. Wisatawan akan menikmati pariwisata dengan rasa authentic Indonesia sehingga dalam jangka panjang pariwisata akan menjadi salah satu penyangga utama perekonomian Indonesia. Untuk menerapkannya perlu kerjasama dari pemerintah sebagai penyedia infrastruktur pariwisata, tour operator sebagai penyedia jasa pariwisata dan supplier sebagai penunjang pariwisata untuk mewujudkan Pariwisata Indonesia yang sustainable.

Daftar Pustaka Adriana, Budeanu. 2009. Environmental Supply Chain Management in Tourism: The Case of Large Tour Operators. Journal of Cleaner Production (17); 1385-1392. Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. 2015. Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan IV 2015. Jakarta: Bank Indonesia. Chris, dan Haryo. 2011. Perdagangan dan Pekerjaan di Sektor Jasa Indonesia. International Labor Organization. Font, dkk. 2005. Sustainable Supply Chain Management in Tourism. Business Strategy and the Environment. Kenneth, Robert, dan Gary. 2005. Supplier Integration into New Product Development: Coordinating Product, Process, and Supply Chain Design. Journal of Operations Management (23); 371-388. Terry, dkk. 2014. Transitioning to a Green Economy: The Case of Tourism in Bali, Indonesia. Journal of Cleaner Production; 1-11. World Economic Forum: 2015. The Travel and Tourism Competitiveness Report 2015. Geneva: World Economic Forum. World Economic Forum: 2013. The Travel and Tourism Competitiveness Report 2013. Geneva: World Economic Forum. Xinyan, Haiyan, dan George. 2009. Tourism Supply Chain Management: A New Research Agenda. Tourism Management (30); 345-358. Zsidisin dan Siferd. 2001. Environmental Purchasing: A Framework of Theory Development. European Journal of Purchasing and Supply Management (1); 61-73.