BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu organisasi. Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan industri saat ini mendapat tantangan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja UMKM juga berperan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dunia usaha di Indonesia dewasa ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat, karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan Gross Domestic Product

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketat, karena setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti menguraikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. Internet mengalami perkembangan yang luar biasa sejak pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan laba. Dengan bersaing, pedistribusian yang cepat dan tepat waktu

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan Tokopedia

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang

BAB I PENDAHULUAN. butik, serta menjamurnya bisnis eceran yang bermunculan di berbagai kota

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

Disusun Oleh : DENY IRAWAN D

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat secara nyata barang atau jasa yang mereka inginkan.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini membuat kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam kehidupan manusia terdapat bermacam-macam kebutuhan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan, serta modal awal usaha. Pasar yang sangat besar ini

BAB I PENDAHULUAN. sedang pada triwulan III-2012 sebesar 5,6% jika dibandingkan dengan periode. pertumbuhan industri kendaraan bermotor sebesar 29,7%.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. baik unit usaha yang bergerak dalam penjualan barang maupun jasa, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian nasional salah satunya dipicu oleh. kemunculan para pengusaha kecil menengah dan usaha mikro dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dekade sebelumnya, sehingga sektor ini memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan saat ini dituntut untuk dapat bekerja sesuai dengan

BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang adalah mempertahankan para pelanggan setia agar tetap loyal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam

1. PENDAHULUAN. 1 Bungaran Saragih Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan nilai bagi

Gambar 1.1 Logo UNKL347

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank sebagai lembaga keuangan merupakan institusi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memilih produk yang sesuai dengan harapannya. Konsekuensi dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan mode pakaian pada era modern ini sudah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan banyak manfaat apabila memahami pengetahuan ini. Terutama

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dinamisme pasar terhadap penerapan ambidexterity kontekstual. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahan terhadap hak legal dari suatu organisasi yang memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran tentang tingkatan maupun hasil pencapaian dari sebuah proses pelaksanaan baik kegiatan, program maupun kebijakan dalam rangka mewujudkan hal hal yang telah tertuang dalam perumusan skema strategis organisasi yaitu sasaran, tujuan, visi dan misi untuk membangun organisasi yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana organisasi mampu mencapai sasaran, tujuan, visi dan misi yang sudah ditetapkan. Pernyataan ini juga didukung oleh (Mahsun, 2006) yang juga menyatakan definisi kinerja sebagai gambaran hasil atau tingkat pencapaian terhadap pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijakan dalam mewujudkan serangkaian perencanaan yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi yaitu sasaran, tujuan, visi dan misi. Dari pendapat yang diutarakan beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa dalam meningkatkan kinerjanya, setiap perusahaan harus menyusun strategi dengan matang dimana setiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda dan strategi haruslah mampu menciptakan keunggulan kompetitif. Dalam proses perumusan strategi perusahaan terdapat banyak hal yang mempengaruhi dan mendorong meningkatnya kinerja perusahaan diantaranya adalah memperoleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan sumber kekuatan internal yang sulit diadaptasi oleh pesaing sehingga dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Selain itu pengetahuan berbeda dengan sumberdaya lainnya yang berkurang saat digunakan,

justru pengetahuan akan meningkat saat digunakan dan akan semakin bernilai oleh organisasi (Aldi, 2005). Pengetahuan merupakan informasi yang terorganisasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah dan mengambil keputusan (Woolf, 1990 dalam Liebowitz, 1999 ; Turban et al, 2004). Salah satu cara dalam memperoleh pengetahuan yaitu dengan meningkatkan kemampuan Absorptive Capacity perusahaan. Flatten et al (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh Absorptive Capacity terhadap kinerja organisasi pada UMKM menyatakan bahwa kemampuan Absorptive Capacity perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja organisasi merupakan gambaran bagaimana Absorptive Capacity yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, timbulah suatu kemungkinan yaitu Absorptive Capacity akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Cohen dan Levinthal (1990) memberikan definisi Absorptive Capacity yaitu merupakan kemampuan perusahaan untuk mengenali, memperoleh dan beradaptasi dengan informasi yang ada dilingkungan eksternal perusahaannya (akuisisi), kemudian menganalisis dan menyesuaikan pengetahuan yang ada (asimilasi), kemudian menggabungkan pengetahuan yang ada dengan pengetahuan yang baru diperoleh dari lingkungan eskternal (transformasi), pada akhirnya memanfaatkan segala pengetahuan yang tersedia dalam perusahaan untuk tujuan inti perusahaan yaitu tujuan komersial. Penelitian lainnya yaitu Zahra dan George (2002) mendukung argumen ini dimana ia mendefinisikan Absorptive Capacity sebagai kemampuan perusahaan dalam memperoleh informasi dari lingkungan eksternal (akusisi), menyerap dan mengidentifikasi informasi yang diperoleh (asimilasi), mengubah dan menggabungkan informasi yang ada (transformasi) dan memanfaatkan pengetahuan yang tersedia (ekploitasi) secara aktif. Sederhananya Absorptive Capacity dapat dikatakan kemampuan perusahaan dalam membaca situasi. Selain itu kinerja organisasi

bukan hanya dinilai dari besar kecilnya keuntungan komersial yang di dapat namun juga keuntungan nonkomersial yang di raihnya. Absorptive Capacity organisasi terdiri dari Absorptive Capacity masing masing individu yang ada didalam organisasi tersebut, hal ini merupakan asumsi dasar mengenai Absorptive Capacity (Cohen dan Levinthal, 1990). Pengetahuan merupakan hasil belajar dari manusia atau individu yang ada didalam organisasi yang diakumulasi menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang berbeda beda dan tidak akan ada yang persis sama, maka kombinasi pengetahuan yang dimiliki individu didalam organisasi akan menghasilkan pengetahuan yang berbeda dan beragam (Senge, 1995). Jadi, semakin banyak jumlah karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi semakin banyak variasi kapasitas serap masing masing individunya terhadap pengetahuan. Oleh karena itu selain dilihat dari jumlah pendapatan finansial ukuran perusahaan juga dilihat dari banyaknya karyawan yang bekerja pada organisasi atau perusahaan tersebut. Flatten et al (2011) telah melakukan penelitian tentang pengaruh Absorptive Capacity dan kinerja organisasi pada Small and Medium-Sized Enterprises (SME) di Jerman dengan berbagai macam jenis industri yang ditelitinya. Pada penelitian ini penulis juga akan meneliti pengaruh Absorptive Capacity terhadap kinerja perusahaan pada lingkup yang sama yaitu UMKM pada industri busana atau fashion. Dalam pertumbuhan ekonomi dan industri suatu negara, UMKM mempunyai peranan yang sangat penting. UMKM memberikan kontribusi dalam usaha dan penyerapan tenaga kerja yang ada di dunia, dimana sekitar 90% merupakan kontribusi UMKM, hal ini menunjukkan bahwa UMKM memberikan perhatian besar terhadap masalah pengangguran di negara berkembang terutama seperti Indonesia (Rahmana, 2009). Demikian juga dengan Indonesia, UMKM tetap berkontribusi banyak dalam hal dunia usaha. Sekitar 99,9% dunia

usaha di Indonesia merupakan sebuah UMKM dan mampu menyerap sekitar 96,1% tenaga kerja (Situmorang, 2008). Menurut Kementrian Negara Koperasi (Menegkop) kategori UMKM di Indonesia, Usaha Kecil (UK) adalah usaha yang memiliki jumlah kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat adanya usaha itu. Selain itu juga memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp100.000.000. Sedangkan Usaha Menengah (UM) merupakan usaha dengan jumlah kekayaan bersih lebih besar dari Rp200.000.000 sampai 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan apabila kalau dilihat dari kekayaan bersih dan penjulan tahunan. Kategori UMKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil memiliki pegawai berjumlah 5 sampai dengan 19 orang sedangkan usaha menengah memiliki pegawai berjumlah 20 sampai dengan 99 orang apabila dilihat dari segi jumlah atau kuantitas tenaga kerja. Namun pada setiap negara standar kriteria UMKM berbeda beda. Sedangkan menurut UU No.20 Tahun 2008 usaha kecil merupakan entitas yang memiliki rentang kekayaan bersih antara Rp 50.000.000 hingga Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha didirikan. Selain itu usaha kecil juga memiliki rentang pendapatan tahunan antara Rp 300.000.000 hingga Rp2.500.000.000, Sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki kriteria rentang kekayaan bersih antara Rp500.000.000 hingga Rp10.000.000.000 dimana kekayaan bersih tersebut diluar tanah dan bangunan kemudian usaha menengah memiliki pendapatan tahunan dengan rentang antara Rp2.500.000.000 hingga Rp50.000.000.000. Di indonesia terdapat berbagai jenis UMKM yang bergerak pada industri yang beragam jenis seperti diantaranya UMKM dalam industri fashion, kuliner, konveksi, otomotif, teknologi dan masih banyak lagi. Namun dalam penelitian ini penulis akan berfokus

pada UMKM yang bergerak di bidang industri fashion. Pada tahun 2006 di Indonesia terdapat sekitar 1.234 juta perusahaan subsektor industri fashion tepatnya 1.233.877 perusahaan subsektor industri fashion. Jumlah UKM fashion merupakan UKM terbanyak dari kelompok industri kreatif indonesia dimana 56,37% dari jumlah keseluruhan UMKM kreatif di Indonesia merupakan UMKM fashion (Blueprint Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015). Industri fashion merupakan salah satu sub bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia pada zaman sekarang. Bahkan sebagian besar orang menjadikan fashion sebagai prioritas utama dalam kehidupan. Seperti halnya kebutuhan, fashion tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder melainkan fashion saat ini adalah kebutuhan primer seseorang terutama bagi seseorang yang selalu ingin tampil menarik, modis, trendy dan fashionable ( Nathanael, 2013). Hendariningrum dan Susilo (2008) berpendapat bahwa penampilan luar seseorang yaitu cara berpakaian dan berbusana merupakan bahan penilaian awal karena gaya berpakaian dipercaya dapat mencerminkan kepribadian pemakai. Selain itu fashion yang sangat dikenal merupakan cara seseorang dalam mengekspresikan dirinya (Hendariningrum dan susilo, 2008). Busana merupakan salah satu bagian dari fashion yang sangat diminati oleh kaum wanita maupun pria, karenanya sebagian besar orang berlomba lomba membeli dan memiliki busana yang sedang populer dan baru pada zamannya (Putri dan Suhartini, 2015). Busana didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dipakai oleh manusia untuk menutupi bagian tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki termasuk busana luar, dalam maupun pelengkap seperti hiasan atau asesoris (Hadijah, 2014). Meskipun harus mengeluarkan banyak biaya untuk memiliki busana yang sedang populer dan berkualitas tidak mengurungkan niat seseorang untuk tetap up to date terhadap fashion busana, Hal ini

disebabkan karena bagi sebagian besar orang fashion tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder namun sudah menjadi kebutuhan primer (Nathanael, 2013). Setiap orang bebas berbusana sesuai selera fashionnya masing masing. Tidak tertutup kemungkinan bagi wanita berjilbab untuk tetap dapat bereksperimen dengan selera fashionnya, salah satunya yaitu fashion hijab. Semakin banyaknya pengguna busana muslim pada awal tahun 2000an merupakan fenomena yang cukup menyita perhatian masyarakat terutama fashion enterpreneur, hal ini disebabkan oleh euforia masyarakat muslim terutama wanita yang semakin senang menggunakan busana muslim (Ain dan Ratnasari, 2015). Seiring berjalannya waktu dan semakin banyak permintaan pasar terhadap busana muslim pria maupun wanita, trend fashion muslim terus mengalami perkembangan dan peningkatan mengikuti selera konsumen yang cenderung terus berubah, sehingga menjadi semakin fashionable dan kreatif dari waktu kewaktu (Mutiara, 2014). Hal ini menunjukkan trend busana tidak hanya digemari oleh sebagian orang saja, namun bagi semua kalangan baik pria maupun wanita, baik muslim maupun nonmuslim. Selain merupakan unsur kebudayaan, busana juga memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan seperti lifestyle, sarana komunikasi, simbol nilai sosial, bentuk budaya, level ekonomi dan status seseorang (Hadijah, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa fashion juga memberikan peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Busana pada zaman sekarang ini sangat mudah didapatkan baik dari toko - toko yang menjual langsung maupun dari toko online yang menggunakan jasa internet dan jasa antar. Disetiap kota yang ada di Indonesia dipenuhi oleh toko toko busana dari yang ukurannya kecil hingga besar, pada penelitian ini penulis akan berfokus pada toko busana yang berukuran kecil hingga menengah (UMKM).

Dengan banyaknya toko toko busana yang beredar dipasaran menyebabkan adanya persaingan yang ketat antar toko busana. Hal ini mengharuskan setiap toko busana yang ada mampu menyusun strategi dalam memenangkan persaingan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan Absorptive Capacity perusahaan. Dalam meningkatkan pangsa pasarnya dan meraih pelanggan yang setia, UMKM busana ini dituntut agar selalu up to date dalam mengikuti setiap perkembangan fashion yang terjadi dari waktu ke waktu yang terus berubah dengan cepat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Oleh sebab itulah penulis perlu melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh Absorptive Capacity perusahaan terhadap kinerja organisasi. Sehingga dapat diketahui strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan. Pada penelitian ini penulis menjadikan kota Padang sebagai wilayah penelitian dalam kasus ini. Hal ini dikarenakan kota Padang merupakan salah satu ibu kota yaitu provinsi Sumatera Barat. Pada dasarnya ibu kota merupakan daerah perekonomian dimana terdapat banyak transaksi jual beli. Di kota Padang sebagian besar penduduknya sangat menggemari dunia busana hal ini terlihat dari banyaknya toko busana dikota padang yang saling berkompetisi. Oleh sebab itu, penulis menjadikan kota Padang sebagai wilayah penelitian agar mendapatkan banyak sampel sesuai jumlah yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang penelitian, maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian adalah : 1. Bagaimana pengaruh dimensi akuisisi, asimilasi, transformasi dan eksploitasi Absorptive Capacity terhadap kinerja organisasi pada UMKM Busana dikota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana pengaruh dimensi akuisisi, asimilasi, transformasi dan eksploitasi Absorptive Capacity terhadap kinerja organisasi pada UMKM Busana dikota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis Memberikan pemahaman tentang bagaimana pengaruh Absorptive Capacity terhadap kinerja organisasi pada UMKM. 2. Manfaat Praktikal a. Bagi UMKM busana di kota Padang Sebagai sarana referensi dan sumber informasi yang menunjukkan keterkaitan antara Absorptive Capacity dan kinerja organisasi, sehingga UMKM di kota Padang dapat berupaya meningkatkan Absorptive Capacitynya untuk kemajuan UMKM kedepannya. b. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pengaruh Absorptive Capacity terhadap kinerja organisasi pada UMKM pada mahasiswa. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Literatur Bab ini berisikan landasan teori, pengembangan hipotesis dan penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisikan desain penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, sumber dan metode pengumpulan data, defenisi operasionalisasi variabel, serta teknik analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisikan analisis pengambilan kuesioner, gambaran umum identitas responden, gambaran umum identitas perusahaan, deskripsi variabel penelitian, pengujian data, serta pembahasan dan implikasi. Bab V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.