BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. (2009:10) bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran, perasaan dan kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun terkomunikasi secara tulis. Lisan yakni dengan mengucapkan kata-kata atau berbicara seperti, berpidato, bercerita dan sebagainya. Sedangkan komunikasi secara tulis seperti, menulis surat, menulis karya ilmiah dan sebagainya. Kegiatan berkomunikasi disebut juga kegiatan berbahasa karena menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam ilmu kebahasaan, terdapat salah satu cabang ilmu yang disebut morfologi. Ilmu ini membatasi tentang bentuk dan pembentukan kata. Diketahui bahwa setiap saat pengguna bahasa mengucapkan kata-kata dalam menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Kelompok kata yang paling banyak digunakan dalam berkomunikasi diantaranya verba dan nomina dibandingkan dengan kelompok kata seperti seperti adverbia, ajektiva dan sebagainya. Ramlan (1987: 99) mengemukakan verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan. Segala sesuatu yang menyatakan kegiatan atau perbuatan baik disengaja maupun tidak disengaja merupakan verba, misalnya: melirik, berjalan, terinjak dan lain-lain. Selanjutnya, Chaer (2008: 77) menjelaskan verba adalah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki

fungsi predikat dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak, misalnya, Verba membaca dalam klausa Adik membaca buku menduduki fungsi predikat yang dapat dinegatifkan dengan kata tidak, sehingga menjadi Adik tidak membaca buku. Lain halnya dengan verba, kata-kata yang dapat dikelompokkan sebagai nomina, menurut Keraf (dalam Pateda, 2009: 126) lebih mengacu pada semua kata yang dapat dilekati morfem terikat ke-/ an dan pe-/-an. Kata yang dapat dilekati morfem terikat ke-/an atau pe-/-an, misalnya kata jaksa, uang, mandi, dan tinggi, menjadi kejaksaan, keuangan, permandian,dan ketinggian. Kata mandi merupakan verba, tapi kata ini dapat dilekati dengan morfem pe-/an permandian maka kata tersebut berubah menjadi nomina. Kata tinggi merupakan kata sifat (ajektiva), karena kata tinggi dapat dilekati morfem ke-/-an ketinggian maka kata tersebut berubah menjadi nomina. Jadi, dikatakan bahwa semua calon kata yang dapat dilekati dengan morfem terikat ke-/-an, dan pe-/-an dikatakan sebagai nomina. Kemudian, Burton dan Roberts (dalam Putrayasa, 2008: 72) mengemukakan nomina adalah nama seseorang, tempat, atau benda. Jadi, segala sesuatu yang dibendakan merupakan nomina. Baik verba maupun nomina mempunyai banyak bentuk. Di samping itu juga verba dan nomina dapat mengalami transposisi baik transposisi verba ke nomina maupun sebaliknya. Toorn (dalam Pateda, 2009: 144) menuliskan transposisi adalah perubahan dari kelas kata yang satu ke kelas kata yang lain. Kata kunci dari defenisi ini adalah perubahan kelas kata. Perubahan kelas kata tersebut karena adanya afiksasi, pemajemukan, dan reduplikasi. Sebagai contoh,

verba makan berubah menjadi nomina makanan (afiksasi), verba tumbuh berubah menjadi nomina tumbuh- tumbuhan (reduplikasi), dan verba makan menjadi nomina meja makan (pemajemukan). Melihat contoh di atas, dapat dikatakan bahwa transposisi pada suatu kelas kata dapat diakibatkan oleh adanya afiksasi, yaitu melalui prefiksasi, sufiksasi, maupun infiksasi, sedangkan transposisi melalui pemajemukan yakni suatu proses pembentukan kata- kata baru dengan menggabungkan dua kata atau lebih dengan atau tanpa afiks. Adapun transposisi yang terjadi melalui reduplikasi yaitu melalui pengulangan bentuk baik perulangan penuh, perulangan sebagian, atau perulangan karena perulangan bunyi. Transposisi dari kelas kata yang satu ke kelas kata yang lain, bukan hanya dijumpai pada penggunaan bahasa Indonesia. Transposisi juga dapat ditemukan pada bahasa daerah. Dalam berkomunikasi, penutur bahasa daerah maupun penutur bahasa Indonesia tidak terlepas dari penggunaan verba dan nomina, sehingga transposisi verba ke nomina secara tidak langsung diucapkan atau digunakan dalam berkomunikasi oleh penuturnya. Demikian halnya dengan bahasa daerah Wanci sebagai salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh penutur di Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Di dalam prakteknya, penutur bahasa Wanci tidak memahami kelas kata yang digunakan dalam bertutur. Dalam berkomunikasi, penutur hanya mengucapkan kata-kata begitu saja, tanpa mereka pahami bahwa yang diucapkan merupakan kelas kata. Penutur bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, tanpa mereka sadari sering mengubah verba ke nomina

dalam berkomunikasi tanpa mengetahui proses transposisi tersebut sehingga, penutur sering keliru memaknakan hasil transposisi. Misalnya, pada kata hesapatu memakai sepatu oleh penutur bahasa Wanci dipahamai sebagai nomina. Hal tersebut dikarenakan oleh penutur bahasa Wanci pada dasarnya hanya memahami kata sapatu sepatu yang merupakan kata dasar dari kata hesapatu. Penutur bahasa Wanci belum mengetahui bahwa ada proses afiksasi yakni prefiks heyang melekat pada kata sapatu, sehingga mengubah kata sapatu yang merupakan nomina menjadi hesapatu yang merupakan verba atau sebaliknya. Melihat kenyataan yang demikian, peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian ini penutur bahasa Wanci dapat mengetahui dan memahami kata-kata yang digunakan sehari-hari khususnya tentang transposisi verba ke nomina. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan penutur bahasa Wanci khususnya generasi muda guna mempertahankan dan melestarikan bahasa Wanci yang merupakan salah satu identitas penutur bahasa Wanci. Dengan demikian, penutur bahasa Wanci penting untuk mengetahui dan memahami bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai transposisi veba ke nomina.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka hal-hal yang diidentifikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Penutur bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, pada dasarnya belum memahami kelas kata dalam bahasa Wanci. 2) Penutur bahasa Wanci tanpa mereka sadari sering mengubah kelas kata verba ke nomina dalam bertutur. 3) Penutur bahasa Wanci pada dasarnya belum mengetahui bentuk-bentuk verba yang dapat bertransposisi ke nomina 4) Penutur bahasa Wanci pada dasarnya belum mengetahui proses transposisi verba ke nomina 5) Penutur bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, sering keliru dengan makna hasil transposisi verba ke nomina dalam bertutur. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: 1) Penutur bahasa Wanci pada dasarnya belum mengetahui bentuk-bentuk verba yang dapat bertransposisi ke nomina 2) Penutur bahasa Wanci pada dasarnya belum mengetahui proses transposisi verba ke nomina

3) Penutur bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, sering keliru dengan makna hasil transposisi verba ke nomina dalam bertutur. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah bentuk verba yang bertransposisi ke nomina dalam bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara? 2) Bagaimanakah proses pembentukan transposisi verba ke nomina dalam Tenggara? 3) Bagaimanakah makna bentukan transposisi verba ke nomina dalam bahasa Wanci di Kecematan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara? 1.5 Defenisi Operasional Berdasarkan judul, berikut ini defenisi operasional dari beberapa istilah yang disebutkan dalam penelitian ini. 1) Transposisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan bentuk, proses, dan makna dari kelas kata verba ke kelas kata nomina melalui afiksasi, reduplikasi dan pemajemukan dalam bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. 2) Verba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan baik posisinya dalam kalimat

membutuhkan objek (transitif) sebagai pelengkapnya maupun yang tidak membutuhkan objek (intransitif) dalam bahasa Wanci di Kecamatan Wangi- Wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. 3) Nomina yang dimaksud dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni (1) kata benda kongkrit adalah kata benda yang berwujud, bendanya dapat dilihat oleh mata, dan dapat ditangkap oleh panca indra, (2) kata benda abstrak adalah kata benda yang tak berwujud, bendanya tidak dapat dilihat oleh mata dan tidak ditangkap oleh panca indra yang terdapat dalam kosa kata Tenggara. 4) Bahasa Wanci yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahasa daerah yang terdapat di Kecematan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggra yang digunakan oleh penuturnya dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi atau berinteraksi. 1.6 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam yakni tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang besifat khusus. 1) Tujuan Umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan transposisi verba ke nomina dalam bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara.

2) Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan bentuk verba yang bertransposisi ke nomina dalam bahasa Wanci di Kecematan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. (2) Mendeskripsikan proses pembentukan transposisi verba ke nomina dalam Tenggara. (3) Mendeskripsikan makna bentukan transposisi dari verba ke nomina dalam Tenggara. 1.7 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khasanah penelitian di bidang morfologi mengenai kelas kata khususnya tentang transposisi verba ke nomina. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai transposisi verba ke nomina dalam bahasa Wanci serta pengalaman dalam melakukan penelitian.

2) Manfaat Praktis (1) Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam menelaah dan mengkaji suatu penelitian atau dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dalam melakukan penelitian ilmiah. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya pembendaharaan data bahasa Wanci khususnya yang berhubungan dengan transposisi verba ke nomina bahasa Wanci di Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. (2) Bagi Penutur Bahasa Daerah Memotivasi kepedulian terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Wanci sehingga bahasa Wanci benar-benar dirasakan sebagai kebanggaan dan identitas dalam pergaulan sehari-sehari di lingkungan keluarga atau penutur Tenggara.