BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

Critical Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata 1. Perencanaan Wilayah dan Kota. Oleh: KHIZAM DEBY KURNIAWAN I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan suatu proses perencanaan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. berpuluh-puluh tahun mengaku tidak tahu lagi harus tinggal dimana sehingga

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah)

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perumahan relokasi yang di Surakarta merupakan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Perumahan relokasi ini mulai dikembangkan semenjak terjadi banjir besar sungai Bengawan Solo tahun 2007. Kelompok masyarakat tinggal di bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok masyarakat yang kumuh, walaupun sebenarnya kelompok masyarakat yang tinggal di tepian sungai merupakan model hidup zaman dahulu kala dan tidak sepenuhnya demikian. Kumuh merupakan kondisi kasat mata yang memberikan kesan mengenai sikap dan perilaku hidup yang rendah dilihat dari standar hidup yang normal. Bagaimanapun juga kata kumuh kemudian mudah dipahami sebagai sesuatu yang negatif. Keberadaan situasi kumuh dalam kehidupan kelompok masyarakat di bantaran sungai ditandai dengan kualitas permukiman dan perumahan yang buruk, sarana penunjang kehidupan tidak sesuai dengan kebutuhan, dan situasi yang kurang nyaman menurut orang kebanyakan. Persoalan permukiman kumuh berkaitan dengan permasalahan sosial lain seperti kesehatan, tindak kejahatan, dan kerawanan sosial lainnya. Reeve (2011) menyebutkan bahwa 34 persen orang yang tinggal di lingkungan kumuh atau menggelandang membutuhkan perawatan. 42 persen diantaranya karena menderita sakit fisik, sedang 41 persen di antaranya menderita ganguan mental. 1

2 Perkembangan Kota Surakarta yang semakin pesat khususnya di bidang aset dan properti membuat kelompok masyarakat yang tinggal di bantaran sungai semakin terpuruk. Harga tanah dan perumahan di Surakarta meningkat dari tahun ke tahun dan sulit dijangkau oleh kelompok masyarakat ini. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk menjadi tempat tinggal pilihan selain di bantaran sungai Bengawan Solo. Permukiman yang berkembang sebenarnya mengarah ke permukiman yang liar (squatter). Pemerintah Kota Surakarta mencoba serangkaian program untuk mengatasi persoalan sosial terkait dengan perkembangan permukiman ini. Program dirancang sedemikian rupa, yakni mengembangkan perumahan relokasi sampai dengan rumah susun sederhana sewa diharapkan mampu menampung dampak perkembangan kota yang demikian. Kawasan permukiman relokasi di Surakarta di pusatkan di wilayah Mojosongo Kecamatan Banjarsari. Wilayah Mojosongo memiliki kontur tanah yang tidak rata, sehingga harganya cukup bervariasi dan cenderung murah. Pemkot Surakarta memilihnya dengan pertimbangan mengingat wilayah ini merupakan kawasan yang belum terbangun lebih luas daripada di wilayah lain. Pembangunan perumahan relokasi merupakan perwujudan kepedulian Pemkot Surakarta dalam upaya memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat. Kehidupan yang layak dapat dimulai dari adanya tempat tinggal bagi kelompok masyarakat marjinal ini. Masyarakat seharusnya sudah mulai menata dan mengembangkan kehidupannya semenjak menghuni rumah relokasi. Selain kepastian tanah dan aset rumahnya, masyarakat dapat menikmati infrastruktur

3 yang tentunya lebih baik daripada ketika tempat tinggal di bantaran sungai. Masyarakat yang direlokasi semestinya dapat memperbaiki kualitas ekonomi keluarganya. Hal inilah yang sering kali menjadi persoalan ketika membahas perumahan relokasi. Masyarakat yang harus meninggalkan tempat tinggal terdahulunya beserta kenyamanan yang didapatkannya. Jarak ke tempat bekerja, jarak ke sekolah anak, ketersediaan perbedaan fasilitas kehidupan turut berubah. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi perselisihan antara pemerintah dengan pihak yang direlokasi. Serangkaian persoalan di atas, sedikit banyak berimplikasi pada keberlangsungan hidup masyarakat relokasi di kemudian hari. Dalam hal ini berkaitan dengan tingkat kepuasan dari pemilik rumah relokasi itu sendiri. Masyarakat yang merasa puas dengan rumah relokasinya tentu akan bertahan dan memelihara aset yang telah diperolehnya. Demikian sebaliknya, masyarakat yang kurang puas mungkin mengambil tindakan untuk mengkomersilkan asetnya tersebut (Levy, 1985: 192). Demikian pentingnya perumahan relokasi untuk mewujudkan ketertiban dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, nampaknya masih menemui beberapa persoalan dalam pada prakteknya. Persoalan tersebut misalnya perumahan relokasi yang disewakan atau dijual. Hal ini menjadi persoalan mengingat yang memiliki hak atas rumah relokasi adalah masyarakat yang belum memiliki rumah. Pertanyaan kemudian yang muncul adalah kemanakah para pemilik rumah relokasi yang mengkomersialkan aset bersubsidi tersebut. Logikanya akan banyak opsi (pilihan) yang dapat diambil oleh pelaku komersialisasi rumah relokasi.

4 Penerima rumah relokasi akan kembali ke tempat tinggal semula demi mendapatkan pola hidupnya sebelumnya. Terdapat kemungkinan pula kembali ke tempat asal dan berkumpul lagi dengan keluarga besar. Beberapa kemungkinan lain menyertai keputusan pemilik rumah relokasi mengkomersialkan asetnya tersebut. Berangkat dari permasalahan tersebut penelitian ini mengambil fokus pada pembahasan mengenai variabel yang menentukan tinggi rendahnya jumlah perumahan relokasi yang dikomersialkan. Dengan diketahuinya variabel tersebut sekaligus akan diungkap puas tidaknya masyarakat terhadap rumah relokasi. 1.1.1 Rumusan masalah Perumahan relokasi yang dikomersialkan sebenarnya melanggar misi utama dari proyek besar ini. Perumahan relokasi diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberikan hak dasar manusia atas tempat tinggal. Permasalahan muncul karena rumah relokasi justru dikomersialkan oleh pemegang hak miliknya. Masalah besarnya yakni akankah pemilik rumah relokasi akan kembali ke tempat semula, atau ke keluarga asalnya, atau menempati lokasi baru di bawah kepemilikan pemerintah, seperti: di perlintasan kereta api, di bawah jembatan, atau di dekat stasiun dan terminal, maupun di pinggiran sungai. 1.1.2 Pertanyaan penelitian Pertanyaan yang muncul seputar perumahan relokasi dan akan dicoba diketahui jawabannya melalui penelitian ini, yaitu. 1. Apakah permukiman yang baru dapat memberikan perubahan pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di tempat relokasi?

5 2. Apakah persepsi pemilik rumah relokasi mengenai perubahan kondisi sosial ekonomi yang dialaminya di rumah relokasi memiliki pengaruh terhadap keputusan untuk memindahtangankan rumah relokasinya (motif spekulasi) baik dengan menjual atau menyewakan? 1.1.3 Batasan penelitian Batasan penelitian ini ditentukan berdasarkan lingkup wilayah penelitian, objek studi, dan lingkup pembahasan utama. Lingkup wilayah penelitian ini berada di wilayah Mojosongo, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya Mojosongo dengan berbagai pertimbangan, antara lain: 1. wilayah Mojosongo memiliki kontur yang lebih tinggi daripada wilayah lain di Kota Surakarta, sehingga menjadi tujuan utama program relokasi; 2. program relokasi tersebar hampir di semua wilayah Mojosongo; 3. program relokasi pada tahun 2008-2010 dilaksanakan di wilayah ini. Objek studi penelitian ini dibatasi pada rumah-rumah relokasi yang dibangun antara tahun 2008 2010. Logikanya, perumahan yang dibangun pada periode tersebut saat ini telah dihuni oleh pemiliknya. Kelebihan dan kekurangan dari rumah itu sendiri telah dapat diketahui dan dirasakan secara langsung, sehingga peluang untuk memindahtangankan atau tetap menguasainya lebih besar dibandingkan dengan perumahan yang dibangun pada periode 2011 2013. Fokus utama permasalahan dalam penelitian ini adalah pada perubahan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat perumahan paska relokasi dalam hubungannya dengan keputusan diperjualbelikan atau disewakannya rumah relokasi. Variabel lain yang digunakan bertujuan untuk melengkapi analisis.

6 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai dampak perpindahan ke rumah relokasi terhadap perubahan aspek sosial ekonomi penghuninya telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun belum banyak yang mencoba mengetahui hubungan persepsi perubahan kehidupan tersebut terhadap keputusan menjual atau menyewakan rumah relokasi yang saat ini marak terjadi. Penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki kedekatan dengan penelitian ini antara lain seperti diikhtisarkan di dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian Metodologi Hasil Hsi-Fu, Wan, and Jyh. (2013) Kapse, Arun, and Mayank (2012) Saheed (2012) Lee (2012) Farida (2012) Kualitatif dengan wawancara dan analisis dokumen Deskriptif kualitatif Survei dan wawancara kepada korban relokasi Data sekunder dengan Hazard Models dan Multinomial Logit models Analisis kuantitatif dengan chi- square, sign-test, dan uji triangulasi Relokasi membawa perubahan yang nyata pada kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan penduduk yang direlokasi. Kebijakan pemerintah merelokasi sebuah komunitas, justru memperburuk hubungan antara penduduk yang direlokasi dengan masyarakat pemilik tanah. Upaya relokasi di India berujung pada kegagalan, yang ditandai dengan dijual belikannya rumah relokasi dan pemiliknya kembali menjadi squatter. Faktor yang menyebabkan kegagalan antara lain hilangnya kehidupan sosial ekonomi, tidak adanya tindak lanjut paska relokasi, dan jaminan kelangsungan hidup. Relokasi membawa pengaruh besar pada perubahan kehidupan sosial ekonomi penduduk yang dipindahkan. Kegagalan penduduk untuk mempertahankan rumah relokasinya dikarenakan minimnya kompensasi yang diberikan pemerintah. Kompensasi yang dimaksudkan dalam bentuk aksesibilitas ke tempat kerja, transportasi, maupun dalam urusan pajak. Keputusan untuk berpindah dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan dan atribut rumah Kondisi sosial, ekonomi, dan kondisi perumahan serta permukiman yang baru dapat memberikan perubahan pada kondisi ekonomi terutama pada pendapatan dan kepemilikan aset

7 Khaeron (2007) Survei dan wawancara kepada penduduk relokasi dan dianalisis dengan deskriptif korelatif Brooks, Zugazaga, and Adams (2005) Kualitatif dengan model FGD Program relokasi telah memberikan perbaikan secara umum pada kualitas hidup masyarakat pemukiman relokasi maupun penduduk pemukiman di sekitar relokasi Desa Karang Song, meskipun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat 4 tahun setelah pindah ke rumah relokasi terdapat perubahan positif terhadap kondisi lingkungan sosial, ekonomi, perumahan Tujuan pertama dari penelitian ini cukup memiliki kemiripan dengan penelitian yang disebutkan. Namun untuk tujuan penelitian kedua, yakni upaya mengetahui hubungan persepsi perubahan ekonomi dan sosial dengan menambahkan variabel lain dalam analisis keputusan untuk menjual atau menyewakan rumah relokasi menjadi salah satu poin penting terkait keaslian (orisinalitas) penelitian ini. Mixed method dalam proses pengumpulan data dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini menjadi penciri utama penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang lain. Persoalan spekulasi yang tidak terakomodasi dengan pendekatan kuantitatif, dapat digali lebih mendalam dengan pendekatan kualitattif (in depth interview). 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Sejalan dengan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki fokus tujuan untuk: 1. mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai perubahan kondisi kehidupannya dari aspek ekonomi dan sosial paska relokasi. Jika setelah relokasi kehidupannya meningkat, maka rumah relokasi merupakan langkah

8 tepat oleh pemerintah dalam memberikan jaminan hak atas tempat tinggal bagi masyarakat; 2. mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilik rumah relokasi mentransfer (menjual atau menyewakan) asetnya. Upaya mengidentifikasi faktor pendorong motif spekulasi menjual perumahan ini perlu dilaksanakan jika dikaitkan dengan analisis kepuasan terhadap penyediaan perumahan relokasi. Analisis kepuasan ini kemudian bermanfaat untuk evaluasi penyediaan perumahan relokasi untuk meminimalisir pengaruh negatif jumlah perumahan kumuh di Surakarta; 3. menganalisis perubahan kondisi sosial ekonomi penduduk relokasi dengan menggunakan pendekatan in depth interview agar diperoleh informasi yang melengkapi informasi yang dihimpun menggunakan instrumen kuesioner. 1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. manfaat akademis akan mengungkap persepsi masyarakat terhadap rumah relokasi dan dampaknya dalam kehidupannya. Dengan demikian temuan penelitian ini nantinya diharapkan mampu menjawab pertanyaan efektif atau tidaknya penataan kota dengan memberikan aset berupa rumah relokasi bagi penghuni kawasan kumuh; 2. manfaat praktis bagi masyarakat, dalam pelaksanaan relokasi dapat berpartisipasi dan memahami arti penting konsep relokasi kawasan permukiman. Penelitian ini akan berusaha memberikan evaluasi tindakan yang perlu dilakukan oleh pemilik rumah relokasi untuk perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan;

9 3. manfaat untuk pengambilan kebijakan dapat menjadi evaluasi atas kebijakan untuk tetap menyediakan perumahan relokasi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh utamanya di sekitar sungai Bengawan Solo. Kajian ini akan dikaitkan dengan persepsi dan preferensi masyarakat yang saat ini menempati perumahan relokasi. Akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai input dalam pelaksanaan kebijakan yang sama di masa mendatang. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan ini mengacu pada buku pedoman dan struktur tesis yang sudah dihasilkan oleh mahasiswa sebelumnya. Buku panduan penulisan dari Magister Ekonomika Pembangunan UGM (2003: 12) menyebutkan bahwa bab I berisi pengantar yang memuat informasi mengenai: 1. latar belakang yang membahas tentang permukiman kumuh di Surakarta, evaluasi kepuasan penghuni rumah relokasi, persoalan komersialisasi rumah relokasi yang terjadi, implikasinya dalam penyediaan aset untuk tata kota; 2. keaslian penelitian yang berisikan uraian untuk membuktikannya bahwa orisinalitas yang muatannya mengenai perbandingan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang pernah ada; 3. tujuan dan manfaat penelitian; dan 4. sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teoritis dalam menjalankan penelitian ini. Bagian ini berisi tinjauan pustaka dan alat analisis yang berisikan tentang: 1. penelitian terdahulu mengenai penataan kota dengan memberikan aset berupa rumah relokasi, penelitian tentang analisis kepuasan penghuni rumah relokasi; 2. landasan teori/model yang akan dianalisis; 3. hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari penelitian; dan 4. penjelasan

10 mengenai alat analisis. Bab III berisikan analisis data yang menguraikan cara penelitian, pemilihan dan pendefinisian operasional variabel, pemilihan dan penggunaan data, dan cara menganalisis data serta menyajikannya sebagai sebuah laporan. Bab IV berisikan tentang kesimpulan, keterbatasan, saran. Kesimpulan merupakan inti sari atau benang merah yang diambil dari pembahasan yang dilakukan di bab III. Keterbatasan merupakan kekurangan atau kelemahan yang menjadikan penelitian ini tidak cukup sempurna. Saran merupakan rekomendasi untuk kepentingan akademis, praktis, dan pengambilan keputusan terkait dengan tema penelitian.