PEMBENTUKAN PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN PENAMBAHAN HNO 3 DALAM PROSES SLAKING PADA METODA KARBONASI

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DARI BATU KAPUR DENGAN METODA KAUSTIK SODA

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

SINTESA PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DARI KULIT KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN RASIO CaO/HNO 3

SINTESA PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE( PCC ) DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN VARIASI JENIS ASAM DAN WAKTU KARBONASI ABSTACT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

SINTESA PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DARI CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN VARIASI SUHU KALSINASI DAN VARIASI RASIO CaO/HNO 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

3. Metodologi Penelitian

Pengaruh Penambahan Larutan MgCl 2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat Berbahan Dasar Batu Kapur dengan Metode Karbonasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

UJI PERBANDINGAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT (PCC) DARI LIMESTONE KLATEN DAN RUMPIN HASIL PROSES HIDROMETALURGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E STUDI KARAKTERISTIK PRODUK KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT HASIL PROSES KARBONATASI DARI BATU KAPUR RUMPIN, BOGOR

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel Ca-Bentonit, Ca-Bentonit Merah muda, dan Na-Bentonit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

3 Metodologi Penelitian

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hariadi Aziz E.K

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

I. PENDAHULUAN. Banyak negara berkembang pada saat ini sebagaimana halnya negara maju

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

3 Metodologi penelitian

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Temperatur dan Laju Aliran Gas CO 2 pada Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat dengan Metode Bubbling

Pupuk dolomit SNI

Bab III Metodologi Penelitian

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN METODE BASAH-PENGENDAPAN

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Bab 4 Data dan Analisis

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

III. METODE PENELITIAN

...ل لن سن اف ا ن ب ن ل باف د ل ل لللن

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

Transkripsi:

1

2 PEMBENTUKAN PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) DENGAN PENAMBAHAN HNO 3 DALAM PROSES SLAKING PADA METODA KARBONASI PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Barat merupakan wilayah potensial dalam memproduksi batu kapur, sebab terdapat banyak daerah dengan deposit yang besar yaitu lebih dari 8 juta ton dengan luas daerah lebih dari 2800 Ha. Daerah penghasil batu kapur tersebut yaitu Dusun Pauh Tinggi Desa Halaban Kecamatan Luhak Kabupaten 50 Kota, Bukit Sumanik Desa Tanjung Lolo Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Bukit Tui Padang Panjang, Gunung Tulas Muara Kiway Kabupaten Pasaman, dan Desa Subarang Kabupaten Solok (Dinas Pertambangan, 1997) Sejauh ini batu kapur masih dimanfaatkan dalam bentuk kapur tohor yaitu batu kapur yang telah dibakar dengan pengerjaan yang sederhana dengan menggunakan tenaga manusia. Batu kapur yang dihasilkan adalah dengan tingkat kemurnian yang rendah sehingga bernilai ekonomis rendah pula. Oleh sebab itu perlu adanya usaha untuk meningkatkan mutu nilai produk batu kapur, dengan mengolah batu kapur menjadi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan nilai jual batu kapur tersebut. Secara teknis, PCC memiliki keunggulan seperti distribusi ukuran partikel yang sempit, sifatnya yang mudah diatur, kehomogenan dan keseragaman bentuk partikelnya tinggi (Elvers, 1991). PCC dapat diaplikasikan sebagai bahan pengisi (filler) dan pigmen dari berbagai industri kertas, plastik, cat, karet, tekstil, farmasi, bahkan dalam bahan tambahan makanan (Kralj dan Ljerka, 1997). Ada beberapa metoda pembentukan PCC yaitu metoda solvay, kaustik soda, dan karbonasi. Pada metoda karbonasi, batu kapur dikalsinasi (dibakar) pada suhu lebih dari 900 0 C sehingga terbentuk kalsium oksida CaO kemudian CaO dilarutkan dengan air sehingga terbentuk Ca(OH) 2 (proses slaking), proses selanjutnya Ca(OH) 2 dialiri gas CO 2 sampai ph 8 dan endapan yang terbentuk adalah endapan putih kalsium karbonat atau PCC. Namun kelarutan CaO untuk menjadi Ca(OH) 2 kecil sehingga rendemen PCC yang dihasilkan juga rendah (Putri dan Jamarun, 2005). Oleh karena itu, perlu dicari suatu cara lain yang dapat meningkatkan kelarutan CaO. Dalam penelitian ini digunakan asam anorganik yaitu asam nitrat HNO 3 yang dapat memperbesar proses kelarutan CaO dalam proses slaking sehingga diharapkan garam kalsium yang terbentuk lebih banyak sehingga diperoleh rendemen produk yang tinggi. Pembentukan PCC ini melibatkan berbagai proses dan reaksi kimia. Kondisi dari setiap proses seperti jenis komposisi larutan, ph larutan, dan pengaliran gas CO 2 perlu dikontrol untuk menghasilkan PCC yang banyak dan berkualitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat PCC dari batu kapur alam yang mempunyai rendemen produk dan tingkat kemurnian yang tinggi melalui modifikasi metoda karbonasi. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan adalah batu kapur (limestone), HNO 3, gas CO 2, NH 4 OH, dan akubides. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, desikator, kertas saring Whatman 40, ph meter Denwar, hot plate stirer, neraca analitik Ainsworth, pompa vakum, XRF, XRD (Phillips) dan mikroskop optik. Metode Pengambilan sampel Sampel berupa batu kapur diambil dari Bukit Tui, Halaban, Lintau Buo, Solok dan Indarung. Teknik pengambilan sampel adalah acak random. Sampel dari masing-masing daerah di analisa awal dengan menggunakan XRF di PT. Semen Padang untuk mengetahui kadar CaO, sampel batu kapur yang digunakan adalah sampel batu kapur yang memiliki kadar CaO terbesar.

3 Kalsinasi Batu Kapur Alam Sampel yang mengandung CaO terbesar yaitu terdapat pada daerah Lintau Buo. Sampel yang telah digiling dan diayak dengan ukuran partikel 45 µm di bakar dalam furnace pada temperatur 1000 0 C selama 20 menit, kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Proses Pelarutan Batu Kapur Hasil Kalsinasi Sejumlah 5,6 g batu kapur dengan ukuran partikel 45 µm yang telah dikalsinasi (pada temperatur 1000 0 C selama 20 menit) dimasukkan ke dalam gelas piala 400 ml yang berisi 250 ml larutan HNO 3 1 M. Proses reaksi dibantu dengan pengadukan stirer yang batang magnetnya dilapisi teflon dengan kecepatan 400 rpm selama 15 menit dan dilakukan pada suhu kamar, kemudian hasil pengadukan disaring dengan kertas saring yang dibantu dengan pompa vakum. Proses Pengaturan ph Larutan Filtrat hasil pelarutan batu kapur hasil kalsinasi diatur ph nya dengan variasi ph 9, 10, 11, 12 dengan cara penambahan larutan NH 4 OH. Proses Karbonasi Larutan yang telah diatur ph nya (ph basa) kemudian dialiri gas CO 2 dengan kecepatan 150-200 ml/menit hingga mencapai ph 8, kemudian dilakukan proses penyaringan. Endapan hasil saringan adalah Precipitated Calcium Carbonat (PCC). Residu dibilas dengan air dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80 0 C, kemudian ditimbang beratnya dengan neraca analitik untuk mengetahui rendemen PCC yang diperoleh. Karakterisasi Produk a. XRD, digunakan untuk mengetahui susunan atom-atom dalam suatu material kristalin sehingga akan diketahui struktur, orientasi dan ukuran kristal PCC yang dihasilkan. Dilakukan di Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta. b. SEM, digunakan untuk mengetahui topografi permukaan PCC yang dihasilkan. Dilakukan di Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta. c. Mikroskop Optik, digunakan untuk melihat gambaran material dan penyebaran partikel secara umum. Dilakukan di Fakultas Pertanian Unand, di Padang. HASIL DAN DISKUSI Komposisi Kimia Bahan Baku Kualitas bahan baku dari batu kapur sangat ditentukan oleh komposisi kimia yang terkandung didalamnya. Sampel diambil dari 5 daerah yang berbeda yaitu dari daerah Solok (A), Halaban (B), Bukit Tui (C), Lintau Buo (D), dan Indarung (E). Hasil analisis komposisi kimia batu kapur dengan menggunakan XRF ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia batu kapur Senyawa Derah Sampel (%) A B C D E CaO Fe 2 O 3 MgO SiO 2 Al 2 O 3 LOI 52,79 0,35 0,84 4,28 0,43 42,41 54,85 0,32 0,66 2,46 0,31 43,8 52,89 0,35 0,83 4,16 0,41 42,46 54,93 0,33 0,67 2,35 0,31 43,91 53,36 0,33 0,14 2,06 0,68 42,09 Tabel 1 memperlihatkan komposisi batu kapur dari berbagai daerah yang mengandung CaO, Fe 2 O 3, MgO, SiO 2,dan Al 2 O 3.. Daerah Lintau Buo (D) mengandung kadar CaO terbesar yaitu 54,93 % dan kadar oksida logam lainnya yang relatif kecil. Oleh sebab itu sampel yang dipilih dari ke-5 daerah sampel yaitu daerah Lintau Buo, yang memiliki kandungan CaO terbesar yaitu 54,93 %, dengan kandungan CaCO 3 dalam batu kapur adalah 93,75 %. Batu

4 kapur dengan komposisi seperti ini dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan PCC dengan kemurnian yang tinggi dibutuhkan batu kapur yang memiliki kadar CaO minimal 50 % (Hassibi, 2003). Berdasarkan pengamatan secara visual, ternyata warna batu kapur tidak langsung menentukan komposisi kimia terbanyak dalam sampel tersebut. Sampel dari daerah Halaban (B) yang berwarna kekuningan, diperkirakan banyak mengandung Fe 2 O 3 tapi yag paling banyak kandungan Fe 2 O 3 nya adalah sampel dari daerah Solok (A) dan Bukit Tui (C). Demikan juga halnya dengan sampel Lintau Buo (D) yang berwarna putih mengkilat diperkirakan banyak mengandung silika, dan ternyata yang memiliki kadar silika terbesar adalah dari daerah solok (A). Pada penelitian sebelumnya, telah diperoleh hasil optimasi dari proses kalsinasi dengan temperatur kalsinasi 1000 o C dengan waktu 20 menit (Kuntum, 2005). Pada temperatur tinggi energi panas yang dihasilkan juga besar sehingga masuknya panas ke bagian terdalam batu kapur untuk mencapai proses kalsinasi yang sempurna berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Oleh sebab itu digunakan juga temperatur dan waktu kalsinasi yang sama dalam proses kalsinasi batu kapur dalam penelitian ini. Banyaknya oksida yang terbentuk akan mempengaruhi proses pelarutan, pelarutan kalsium oksida yang sempurna akan menghasilkan jumlah ion kalsium yang optimum (Laufmann, 1998). Pengaliran gas CO 2 ke dalam larutan akan berpengaruh terhadap ukuran kristal PCC yang diperoleh. Jika laju alir gas besar maka kontak antara gelembung gas dengan larutan besar sehingga ukuran partikel yang dihasilkan akan besar, jika laju alir gas kecil maka kontak gelembung gas dengan larutan kecil sehingga ukuran partikel yang terbentuk kecil (West,1992). Dalam penelitian ini dilakukan pengaliran gas CO 2 yang kecil yaitu dengan kecepatan 150-200 ml/menit, sehingga diharapkan ukuran partikel yang terbentuk kecil. Proses Pembentukan PCC dan Modifikasinya Dalam proses slaking, batu kapur hasil kalsinasi dilarutkan dalam larutan yang mengandung asam nitrat, HNO 3 yang ph filtratnya diatur dengan penambahan NH 4 OH kemudian dialiri gas CO 2 sehingga terbentuk endapan putih kalsium karbonat. Secara visual, warna PCC yang dihasilkan memberikan warna yang putih bersih. Reaksi pembentukan PCC sebagai berikut: Batu kapur (sampel) CaO (s) + CO 2 (g) (Proses Kalsinasi) CaO (s) + 2HNO 3(l) Ca(NO 3 ) 2 (l) + H 2 O (l) (Proses Slaking) Ca(NO 3 ) 2 (l) + NH 4 OH (l) + CO 2 (g) CaCO 3 (s) + NH 4 NO 3(l) + H 2 O (l) (Proses Karbonasi) Pengaruh Variasi ph Rendemen PCC yang dihasilkan dengan varisasi ph yaitu 9, 10, 11, 12, dan 13. Rendemen terbesar yaitu pada filtrat dengan ph 12 yaitu sebesar 89,78% seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rendemen PCC (%) Variasi ph pada Asam Nitrat, HNO 3 1 M ph Berat PCC (gram) Rendemen PCC (%) 9 0,445 5,08 10 1,803 20,79 11 2,339 27,48 12 7,622 89,78 13 6,895 87,61 Analisis PCC dengan XRF Analisis PCC dengan XRF dengan ph filtrat 12, diketahui bahwa kandungan CaCO 3 dalam PCC yang diperoleh sebesar 99,66%, seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Hal ini menunjukkan tingkat kemurnian yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan sampel batu kapur alam. Tabel 3. Komposisi kimia PCC Senyawa Kadar (%) CaO 56,48 Al 2 O 3 0,19 LOI 44,31

Intensitas 5 Foto Optik PCC Foto optik sampel PCC dengan menggunakan asam nitrat HNO 3 dengan pembesaran 400 kali seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Foto optik PCC dengan menggunakan asam nitrat, HNO 3 Dari gambar 1 dapat terlihat PCC yang dihasilkan mempunyai distribusi ukuran partikel yang sempit dan bentuk partikel yang homogen. Warna PCC yang dihasilkan memberikan warna putih bersih. Hasil Pengukuran XRD Hasil pengukuran XRD seperti ditunjukkan pada Gambar 2. 300 250 200 150 100 50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2-Theta Gambar 2. Pola XRD Bentuk kristal kalsium karbonat ada tiga yaitu kalsit, aragonit dan vaterit. Masing-masing bentuk kristal mempunyai nilai 2θ dan nilai indeks miller yang berbeda-beda. Berdasarkan indeks miller dan sudut difraksi spesifiknya dapat diketahui bahwa kalsit mempunyai indeks miller (104) dan nilai 2θ = 29,5 o, aragonit (221) dan nilai 2θ = 47 o, dan vaterit (110) dan nilai 2θ = 25 o (Christos dan Nikon, 2000) Pada Gambar 2, bentuk kristal PCC dengan menggunakan HNO 3 pada ph filtrat 12 adalah kalsit. Hal ini ditandai dengan adanya puncak difraksi maksimum pada 2θ dengan nilai 29,446 o dengan indeks miller 104. Tetapi ada puncak difraksi yang menunjukkan adanya bentuk kristal lain yaitu dengan nilai 2θ adalah 23,077 o dan 36,045 o yang menunjukkan bentuk kristal PCC adalah vaterit. Bentuk kristal yang dihasilkan dengan menggunakan HNO 3 pada ph filtrat 12 lebih dari 84% kalsit dan sisanya adalah dalam bentuk vaterit dengan ukuran kristal PCC yang diperoleh dengan menggunakan persamaan Scherrer adalah 30 nm. Hasil Pengukuran SEM Pada Perbesaran 2000 dan 5000 Kali Analisa SEM digunakan untuk melihat topografi permukaan PCC. Bentuk topografi permukaan PCC menggunakan asam nitrat HNO 3 ditunjukkan pada Gambar 3.

6 Gambar 3. Foto SEM Pada Konsentrasi 1,5 M (Perbesaran 2000 X dan 5000 X) Terlihat bentuk topografi permukaan PCC dengan bentuk kristalnya bercampur antara kalsit dan vaterit, dengan ukuran partikel PCC yang sama dengan menggunakan garam NaNO 3 yaitu 2,25 µm. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa modifikasi metoda karbonasi dengan menggunakan asam nitrat HNO 3 pada proses slaking dapat memperbesar rendemen dan tingkat kemurnian PCC yang dihasilkan. Besar rendemen PCC yang dihasilkan adalah 89,78 % dengan warna PCC yang dihasilkan putih bersih. Dari pola XRD dapat diketahui bentuk kristal yang dihasilkan adalah kalsit dengan besar ukuran kristal yaitu 30 nm. Analisa SEM yang dihasilkan diketahui bahwa ukuran partikel PCC yang dihasilkan yaitu 2,25 µm. DAFTAR PUSTAKA Christos, G. and Nikon, V., (2000), Calcium Carbonate Phase Analysis Using XRD and FT Raman Spectroscopy, The Royal Society of Chemistry, 269-274. Dinas Pertambangan, (1993), Potensi Bahan Galian, Sumatera Barat. Elvers, B., (1991), Ulmann s Enclycopedia of Industrial Chemistry, Edition 5 th. Weinheim, 317-345. Khaira, Kuntum, (2005), Pengaruh Temperatur dan Waktu Kalsinasi Batu Kapur Terhadap Karakteristik PCC, Tesis-S2, Program Pascasarjana Kimia Universitas Andalas, Padang. Kralj, D. and Ljerka B., (1997), Precipitation of Calcium Carbonate from Calcium Hidroxide and Carbonic Acid Solution, J. Crystal Growth,248. Laufmann, Maximilian, (1998), Fillers for paper: A Global Review, Presented at PTS Seminar Wet End Operations, Munchen. N. Jamarun, L. E. Putri, dan A. Alif., (2005), Pengaruh Ukuran Partikel Bahan Baku Batu Kapur Terhadap Karakteristik Precipitated Calcium Carbonate Melalui Metoda Karbonasi, J. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Jumpa), Universitas Andalas, Vol 14 No1. Putri, Yulia Eka, (2005), Karakteristik PCC dari Batu Kapur dengan Metoda Karbonasi Modifikasi, Tesis-S2, Program Pascasarjana Kimia Universitas Andalas, Padang. Sibilia,J.P., (1996), A Guide to Material Characterization and Chemical Analysis,2 rd ed. Mc Graw Hill, USA. West, R. Anthony, (1984), Solid State Chemistry and Appication, John Wiley & Son Inc, USA.