BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut James A.F. Stoner (2006, p7), manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB III MODEL TRANSPORTASI. memperkecil total biaya distribusi (Hillier dan Lieberman, 2001, hlm. 354).

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB VII METODE TRANSPORTASI

BAB II: LANDASAN TEORI

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

METODE TRANSPORTASI Permintaan Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan pada gambar sebagai berikut:

Model Transportasi /ZA 1

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENERAPAN MODEL TRANSPORTASI DAN DECISION TREE PADA DISTRIBUSI BARANG

TRANSPORTASI NORTH WEST CORNER (NWC)

TRANSPORTASI APROKSIMASI VOGEL

UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DENGAN METODE TRANSPORTASI DAN DECISION TREE PADA DISTRIBUSI BARANG PT. CAHAYA TALENTA ASIA

MASALAH TRANSPORTASI

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

TRANSPORTASI, PENUGASAN, PEMINDAHAN

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-11

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metode Transportasi. Rudi Susanto

PENDISTRIBUSIAN PRODUK YANG OPTIMAL DENGAN METODE TRANSPORTASI

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM

Pokok Bahasan VI Metode Transportasi METODE TRANSPORTASI. Metode Kuantitatif. 70

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

IMPLEMENTASI METODE NWC DAN MODI DALAM PENGOPTIMALAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN PUPUK (STUDI KASUS : PT. PERKEBUNAN RIMBA AYU)

ANALISA PERBANDINGAN METODE VAM DAN MODI DALAM PENGIRIMAN BARANG PADA PT. MITRA MAYA INDONESIA

OPTIMASI DISTRIBUSI GULA MERAH PADA UD SARI BUMI RAYA MENGGUNAKAN MODEL TRANSPORTASI DAN METODE LEAST COST

BAB 2 LANDASAN TEORI

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

TRANSPORTATION PROBLEM

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

TRANSPORTASI LEAST COST

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI

TEKNIK RISET OPERASI UNDA

MENGOPTIMALKAN BIAYA DISTRIBUSI PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI (Studi Kasus di PT. X Krian)

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan pendistribusian barang dari sumber (misalnya, pabrik) ke

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi

Operations Management

Penggunaan Metode Transportasi Dalam...( Ni Ketut Kertiasih)

OPERATIONS RESEARCH. Industrial Engineering

Analisis Penggunaan Model Transportasi dalam Memaksimumkan Penjualan Tiket pada Perusahaan Shuttle Xtrans Cabang Bandung

METODE TRANSPORTASI. GUDANG A GUDANG B GUDANG C KAPASITAS PABRIK PABRIK W. RP 20 RP 5 RP RP 15 RP 20 RP RP 25 RP 10 RP 19 50

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Riwayat Hidup. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Model Pengertian sistem Pengertian model

ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI

METODE TRANSPORTASI. Gudang A Gudang B Gudang C Kapasitas pabrik Pabrik W. Rp 20 Rp 5 Rp Rp 15 Rp 20 Rp Rp 25 Rp 10 Rp 19 50

EFESIENSI BIAYA DISTRIBUSI DENGAN MENERAPKAN METODE TRANSPORTASI PADA PT. GLOBAL MEDIKA ALKESINDO

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN

Model Transportasi 1

Metode Transportasi. Muhlis Tahir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII. METODE TRANSPORTASI

ANALISA BIAYA PENYALURAN PUPUK UREA BERSUBSIDI DENGAN MEMAKAI METODE STEPPING STONE DI KABUPATEN ACEH BESAR

Pertemuan 4 Transportasi Dengan Dummy

OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN BARANG DI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX

Pertemuan 3 Transportasi Tanpa Dummy

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci: Model Transportasi, Vogell s Approximation Method, Stepping Stone Method ABSTRAK

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. XYZ

PENERAPAN METODE MODIFIED DISTRIBUTION DALAM SISTEM PENDISTRIBUSIAN BARANG PADA PT.MISWAK UTAMA. Fathiyyah 1), I Gede Arya Utama 2) 1), 2)

EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDEKATAN METODE NORTH WEST CORNER DAN STEPPING STONE (Studi Kasus Industri Air Minum Kemasan di Lampung)

Manajemen Sains. Eko Prasetyo. Teknik Informatika UMG Modul 5 MODEL TRANSPORTASI. 5.1 Pengertian Model Transportasi

Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Sains. Model Transportasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Manajemen Pengertian Manajemen

Optimasi Pendistribusian Barang Menggunakan Metode Stepping Stone dan Metode Modified Distribution (MODI)

#6 METODE TRANSPORTASI

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

METODE TRANSPORTASI PENGERTIAN METODE STEPPING STONE METODE MODI METODE VOGELS APPROXIMATION (VAM)

Metode Kuantitatif Manajemen, Kelompok 5, MB IPB E49, 2014 OPERATION RESEARCH - TRANSPORTATION MODELS. Presented by Group 5 E49

TRANSPORTASI & PENUGASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Biaya Distribusi Tas Dengan Menggunakan Metode Transportasi Solusi Awal Pada CV. Nabilah Putri.

BAB2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Berdasarkan James A.F. Stoner (2006, p7), manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan Stephen P. Robbins (2009, p8), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Berdasarkan Mary Parker Follet (2005, p11), manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. Berdasarkan George R. Terry (2002, p10), manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi Berdasarkan Jay Heizer dan Barry Render (2005, p4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Berdasarkan Richard B. Chase (2004, p6), Operations management is defined as the design, operation, and improvement of the system that create and deliver the firm s primary 5

6 product and services. Artinya adalah Manajemen operasi didefinisikan sebagai gambaran, proses operasi, dan perbaikan atau pengawasan dari sistem-sistem yang menghasilkan produk utama atau jasa suatu perusahaan. Jadi dari pendapat di atas simpulan dari manajemen operasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya pengubahan input menjadi output. 2.1.3 Pengertian Efisiensi Menurut Gaspers (2001, p14), efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik dari proses yang mengukur performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Peningkatan dalam efisiensi pada proses produksi maupun distribusi akan menurunkan biaya. Menurut Levitan dan Wemere (2000), efisiensi dapat dimengerti sebagai kegiatan penghematan sumber-sumber daya dalam kegiatan organisasi seperti : penghematan pemakaian bahan, tenaga listrik, uang, waktu, air, pupuk, dan sebagainya. Ada beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan oleh auditor operasional di dalam mengembangkan kriteria evaluasi khusus untuk efisiensi. Menurut Arens dan Loebbecke (2002) yang mencakup : 1. Kinerja Hitoris Seperangkat kriteris yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual atau hasil audit dari periode sebelumnya gagasan dibalik penggunaan kriteria ini adalah untuk membandingkan apakah yang telah dilakukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Manfaat kriteris ini adalah bahwa kriteris tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan pandangan mengenai seberapa baik atau buruk sebenarnya unit usaha yang diperiksa melakukan sesuatu.

7 2. Kinerja yang dapat dibandingkan Sebagian besar kesatuan yang menjadi audit operasional tidak bersifat unik. Terdapat kesatuan yang sama di dalam keseluruhan yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan internal yang dapat diperbandingkan, datanya biasanya sudah tersedia. Bila kesatuan yang dapat diperbandingkan berada diluar organisasi, mereka seringkali biasanya menyediakan informasi seperti itu. 3. Standar Rekayasa Dalam banyak jenis penugasan audit operasional adalah mungkin dan layak untuk mengembangkan kriteris berdasarkan standar rekayasa. Misalnya studi waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi kriteris ini sering memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya karena menentukan banyak keahlian, akan tetapi hal itu mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan biaya yang dikeluarkan akan berharga. 4. Diskusi dan kesepakatan Kadang-kadang kriteris objektif sangat sulit didapat dan sangat memakan biaya, tetapi ada kalanya kriteris dapat dikembangkan melalui diskusi dan kesepakatan yang sederhana. Pihak-pihak dalam proses ini harus meliputi manajemen kesatuan yang diperiksa auditor operasional, dan kesatuan atau orang-orang yang mendapat laporan mengenai temuan-temuan yang didapat. 2.1.4 Pengertian Biaya Menurut Charles T. Horngren dan George Foster (2004, p21), biaya sebagai sumberdaya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu.

8 Menurut Michael W. Maher dan Edward B. Deakin (2001, p32), biaya adalah pengorbanan sumber daya. Menurut Adolph Matz, Milton F. Usry, dan Lawrence H. Hammer (2002, p19), Biaya yaitu suatu nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. 2.1.5 Pengiriman Pengiriman (distribusi) adalah suatu proses pengadaan pengiriman barang dengan mengutamakan kepuasan konsumen hingga barang yang diterima dapat sampai kepada konsumen hingga proses pengiriman berlangsung secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat sasaran. Menurut Lamb (2001, p8), Saluran pemasaran merupakan serangkaian dari organisasi yang saling bergantung yang memudahkan pemindahan kepemilikan sebagaimana produk-produk bergerak dari produsen ke konsumen/pelanggan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan arus barang yang saling berhubungan dari produk ke perantara dan akhirnya ke tujuan akhir. Menurut Yunarto (2006, p42) menyatakan bahwa dalam saluran distribusi dikenal tiga komponen utama yaitu Intermediary (perantara), Agent (agen), dan Facilitator (fasilitator). 2.1.5.1 Tingkat Saluran Distribusi Menurut Kotler (2002, p350) tingkat saluran distribusi terdiri dari : Saluran nol tingkat Saluran ini disebut juga saluran pemasaran langsung, dimana pabrik secara langsung menjual kepada konsumen. Saluran satu tingkat

9 Saluran ini menunjukkan bahwa pemasaran hanya menggunakan satu tipe perantara. Saluran dua tingkat Saluran ini mencakup dua perantara. Dalam pasar industrial, mereka disebut distributor. Saluran tiga tingkat Saluran ini mencakup tiga perantara. Segala pendistribusiannya adalah pedagang besar, pemborong dan pengecer yang kemudian menyalurkan kepada konsumen akhir. Perusahaan memakai dua jenis saluran distribusi yaitu saluran langsung dan saluran tidak langsung. 1) Saluran langsung Orang/produsen yang memproduksi barang dan jasa berinteraksi secara langsung dengan pelanggan. Saluran ini digunakan pada perusahaan yang membentuk sebuah saluran distribusi luar negeri. 2) Saluran tidak langsung Saluran ini digunakan pada sebuah perusahaan lokal yang memasarkan produknya melalui perusahaan lokal lainnya yang bertindak sebagai perantara penjualan. 2.1.5.2 Trade-off Trade-off dalam perencanaan biaya distribusi. Trade-off dapat terjadi pada empat level 1) Trade-off dalam suatu unsure distribusi Misalnya dalam pengaturan gudang, apakah suatu barang disimpan pada lokasi tertentu yang telah ditetapkan (fix) atau sembarang saja (random). 2) Trade-off antar unsur distribusi

10 Misalnya pengepakan barang yang baik akan meningkatkan biaya pengepakan, tetapi akan memudahkan transportasi dan meringankan transportasi dan handling. 3) Trade-off antar fungsi perusahaan Penentuan unit mana yang harus menanggung beban dari suatu kegiatan distribusi. 4) Trade-off antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya Penentuan apakah pengiriman barang akan dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. 2.1.6 Permodelan Transportasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2005, p 391), permodelan transportasi adalah suatu prosedur berulang untuk memecahkan permasalahan meminimasi biaya pengiriman produk dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Jadi pengertian transportasi adalah pemindahan barang dan atau jasa dari beberapa tempat asal (sumber) ke beberapa tempat tujuan dengan memecahkan permasalahan biaya transportasi agar biaya tersebut optimum. Masalah transportasi berhubungan dengan distribusi barang dari beberapa titik supply ke sejumlah titik permintaan. Biasanya telah diberikan kapasitas barang di setiap sumber dan permintaan barang di setiap tujuan. Masalah transportasi juga dapat digunakan ketika perusahaan mencoba untuk mengambil keputusan dimana akan dibuka fasilitas baru, sebelum membuka gudang, perusahaan atau kantor pemasaran, sangat baik sekali untuk mendapatkan sejumlah tempat alternatif. Keputusan keuangan yang baik berhubungan dengan lokasi juga dapat meminimalisasi biaya transportasi dan produksi secara keseluruhan.

11 Masalah transportasi berhubungan dengan pendistribusian barang-barang dari beberapa sumber (sources) ke beberapa tujuan (destinations). Biasanya, memiliki sejumlah kapasitas barang dari masing-masing sumber dan sejumlah kapasitas kebutuhan barang dari masing-masing daerah tujuan. Sasaran transportasi adalah mengalokasikan produk yang ada pada sumber asal sedemikian rupa hingga terpenuhi semua kebutuhan pada tempat tujuan. Sedangkan tujuan utama dari persoalan transportasi adalah untuk mencapai biaya yang serendah-rendahnya (minimum) atau mencapai jumlah laba yang sebesar-besarnya (maksimal). Persoalan transportasi terdapat pada pemilihan rute dalam jaringan distribusi produk antara pusat industri dan distribusi gudang atau antara distribusi gudang regional dan distribusi pengeluaran lokal. Dalam menggunakan metode transportasi, pihak manajemen mencari rute distribusi yang akan mengoptimumkan tujuan tertentu, misalnya tujuan meminimumkan total biaya transportasi, memaksimalkan laba, atau meminimumkan waktu yang digunakan. 2.1.6.1 Jenis-jenis Metode Transportasi Metode untuk memudahkan perusahaan dalam menentukan pengalokasian produk adalah menggunakan metode transportasi. Metode transportasi dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Metode North West Corner Menurut Siswanto (2006, p274), Metode Sudut Barat Laut (North West Corner Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara mengalokasikan distribusi mulai dari sel yang terletak pada sudut kiri atas. Itulah sebabnya dinamakan metode Barat Laut. Menurut Mulyono, Sri (2007, p117), Metode North West Corner adalah metode paling sederhana diantara keempat metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah-langkahnya dapat diringkas sebagai berikut:

12 1) Mulai pada pojok barat laut tabel dan dialokasikan sebanyak mungkin pada tabel bagian sudut kiri atas tanpa menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan (artinya X11 ditetapkan sama dengan yang terkecil di antara nilai S1 dan D1) 2) Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan pada tujuan 1. Akibatnya, tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian alokasikan sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya pada baris atau kolom yang tak dihilangkan. Jika kolom maupun baris telah dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke kotak berikutnya. 3) Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah dihabiskan dan keperluan permintaan telah dipenuhi. Menurut Render dan Heizer (2006, p633), Aturan North West Corner mengharuskan perhitungan dimulai pada bagian kiri atas (northwest-corner) tabel dan mengalokasikan unit pada rute pengiriman sebagai berikut: 1) Habiskan pasokan (kapasitas pabrik) pada setiap baris 2) Habiskan kebutuhan (permintaan gudang) dari setiap kolom 3) Pastikan bahwa semua permintaan dan pasokan telah terpenuhi 2. Metode Least Cost Menurut Render dan Heizer (2006, p634), Metode Least Cost adalah metode yang membuat alokasi berdasarkan kepada biaya yang terendah. Metode ini merupakan sebuah pendekatan yang sederhana, yang menggunakan langkah-langkah berikut: 1) Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah satu jika terdapat biaya yang sama.

13 2) Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi pasokan atau permintaan. Kemudian coret kolom atau baris itu (atau keduanya) yang sudah penuh terisi. 3) Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel (yang belum dicoret). 4) Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis dialokasikan. Menurut Mulyono, Sri (2007, p118), Metode Least Cost berusaha mencapai tujuan minimisasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya transpor per unit. Prosedur metode ini adalah: 1) Pilih variabel Xij (kotak) dengan biaya transpor (Cij) terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin. Untuk Cij terkecil Xij = minimum (Si, Dj). Ini akan menghabiskan baris I atau kolom j. 2) Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi atau tidak dihilangkan), pilih nilai Cij terkecil dan alokasikan sebanyak mungkin. 3) Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan terpenuhi. Menurut Siswanto (2006, p271), Metode biaya terkecil (Least cost Method) adalah sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi terkecil. 3. Metode Vogel s Approximation (VAM) Menurut Siswanto (2006, p279), Langkah-langkah metode VAM dapat diringkas sebagai berikut: 1) Buatlah matrik yang menunjukan kebutuhan masing-masing sumber dan biaya transportasi per unit. 2) Carilah selisih antara dua biaya terkecil di masing-masing kolom baris. 3) Pilih selisih terbesar di antara selisih-selisih yang telah dihitung pada langkah pertama.

14 4) Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukan alokasi yang sudah dilakukan. Hilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah dihabiskan. 5) Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke langkah 1, jika semua penawaran dan permintaan solusi awal terperoleh. Tujuan dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kendala penawaran dan permintaan sambil dilakukan alokasi ulang barang ke suatu kotak kosong. Semua variabel non basis (kotak kosong) dievaluasi dengan cara yang sama untuk menentukan apakah mereka akan menurunkan biaya dan arena itu menjadi calon entering variabel. Jika semua kotak kosong memiliki perubahan biaya positif, berarti solusi telah optimum. 2.1.6.2 Langkah-langkah Metode Transportasi Menurut Siswanto (2006, p268), Model transportasi pada saat dikenali pertama kali diselesaikan secara manual dengan menggunakan algoritma yang dikenal sebagai alogaritma transportasi. Alogaritma ini cukup dikenal dan masih sering diajarkan hingga tahun 90-an Flow chart alogaritma transportasi ini bisa dilihat pada Gambar 2.1 Pertama, diagnosis masalah dimulai dengan pengenalan sumber, tujuan, parameter, dan variabel. Kedua, seluruh informasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam matriks transportasi. Dalam hal ini, 1) Bila kapasitas seluruh sumber lebih besar dari permintaan seluruh tujuan maka sebuah kolom semu (dummy) perlu ditambahkan untuk menampung kelebihan kapasitas itu. 2) Bila kapasitas seluruh sumber lebih kecil dari seluruh permintaan tujuan maka sebuah baris semu perlu ditambahkan untuk menyediakan kapasitas semu yang

15 akan memenuhi kelebihan permintaan itu. Jelas sekali bahwa kelebihan permintaan itu tidak bisa dipenuhi. Ketiga, setelah matriks transportasi terbentuk kemudian dimulai menyusun tabel awal. Alogaritma transportasi mengenal tiga macam metode untuk menyusun tabel awal, yaitu 1) Metode biaya terkecil atau Least Cost Method 2) Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method 3) VAM atau Vogell s Approximation Method Ketiga metode diatas masing-masing berfungsi untuk menentukan alokasi distribusi awal yang akan membuat seluruh kapasitas sumber teralokasi ke seluruh tujuan. Keempat, setelah penyusunan tabel awal selesai maka sebagai langkah selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah biaya distribusi total telah minimum. Secara matematis, pengujian ini dilakukan untuk menjamin bahwa nilai fungsi tujuan minimum telah tercapai. Ada dua macam pengujian optimalitas alogaritma transportasi. 1) Stepping Stone Method 2) MODI atau Modified Distribution Method Kelima, atau langkah yang terakhir adalah revisi tabel bila dalam langkah keempat terbukti bahwa tabel belum optimal atau biaya distribusi total masih mungkin diturunkan lagi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa langkah kelima ini tidak akan dilakukan apabila pada langkah keempat telah membuktikan bahwa tabel telah optimal.

16 Gambar 2.1 Flow Chart Alogaritma Transportasi 2.1.7 Pohon Keputusan Dalam penelitian operasional, teori pohon keputusan merupakan bagian dari pembahasan teori keputusan dan permainan. Pohon keputusan disajikan untuk mengevaluasi hal yang dapat disebut sebagai alternatif tahap tunggal. Dalam arti bahwa, keputusan di masa mendatang tidak tergantung pada keputusan yang diambil sekarang. Proses keputusan (decision process) adalah proses yang memerlukan satu atau sederetan keputusan untuk menyelesaikannya. Tiap keputusan yang diambil mempunyai suatu keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengannya yang ditentukan pula oleh berbagai keadaan luar (external) yang mengelilingi proses itu (suatu segi membedakannya dari proses yang lain). (Nurhasanah, Nunung. 2003, p59)

17 Jika terdapat dua atau lebih keputusan yang berurutan, dan keputusan yang terakhir didasarkan pada hasil keputusan yang sebelumnya, maka pendekatan dengan menggunakan pohon keputusan sangat tepat untuk digunakan. 2.1.7.1 Definisi Pohon Keputusan Berdasarkan Siswanto (2006,p55), Pohon Keputusan atau Decision Tree adalah model visual untuk menyederhanakan proses pembuatan keputusan secara rasional. Visualisasi ini memungkinkan kita untuk memahami proses pembuatan keputusan yang terstruktur, bertahap, dan rasional. Pembuatan keputusan berarti memilih alternatif-alternatif keputusan yang tersedia. Karena unsur ketidakpastian maka berbagai kemungkinan keadaan akan dihadapi oleh masing-masing alternatif keputusan itu. Oleh karena itu, diagram keputusan mempunyai noda keputusan dan noda cabang. Berdasarkan Heizer dan Render (2005, p326), Pohon Keputusan (decision tree) merupakan sebuah tampilan grafis proses keputusan yang mengindikasikan alternatif keputusan yang ada, kondisi alamiah dan peluangnya, dan juga imbalannya bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan kondisi alamiah. Berdasarkan Antonie (2008), Decision Tree adalah sebuah struktur pohon, dimana setiap noda pohon merepresentasikan atribut yang telah diuji, setiap cabang merupakan suatu pembagian hasil uji, dan noda daun (leaf) merepresentasikan kelompok kelas tertentu. Level noda teratas dari sebuah Decision Tree adalah noda akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling memiliki pengaruh terbesar pada suatu kelas tertentu. Pada umumnya Decision Tree melakukan strategi pencarian secara top-down untuk solusinya. Pada proses mengklarifikasi data yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji dengan cara melacak jalur dari node akar (root) sampai node akhir (daun) dan kemudian akan diprediksi kelas yang dimiliki oleh suatu data baru tertentu.

18 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pohon keputusan (decision tree) adalah salah satu alat yang digunakan dalam pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang ada, yang mana dilakukan secara terstruktur, bertahap, dan rasional. 2.1.7.2 Analisis Pohon Keputusan (Decision Tree) Terlepas dari kerumitan sebuah keputusan atau kecanggihan teknik yang digunakan untuk menganalisis keputusan tersebut, semua pengambil keputusan dihadapkan dengan berbagai alternatif dan kondisi alami. Pada saat membuat sebuah pohon keputusan, harus dipastikan bahwa semua alternatif dan kondisi alami berada di tempat yang benar dan logis serta semua alternatif yang mungkin serta kondisi alami telah disertakan. Notasi yang digunakan adalah : 1. Istilah : a. Alternatif sebuah tindakan atau strategi yang dapat dipilih oleh seorang pengambil keputusan. b. Kondisi alami sebuah kejadian atau situasi dimana pengambil keputusan hanya memiliki sedikit kendali atau tidak sama sekali. 2. Simbol yang digunakan dalam sebuah pohon keputusan: a. sebuah titik keputusan dimana terdapat satu alternatif atau lebih yang dapat dipilih. b. sebuah titik kondisi alami dimana kondisi alami mungkin akan terjadi. Diagram pohon sering kali membantu dalam memahami dan menyelesaikan persoalan probabilitas. Diagram pohon biasanya digambarkan dengan lambang yang baku. Dimulai dengan suatu nokhta kemudian dibuat cabang-cabang sebanyak peristiwa yang mungkin dapat dihasilkan dari percobaan. Pada masing-masing cabang dituliskan probabilitas terjadinya peristiwa yang bersangkutan. Jika percobaan dilakukan lagi, maka langkahlangkah itu diulang. Setiap cabang berakhir pada nokhta yang kemudian diisi dengan

19 probabilitas peristiwa bersama. Pada nokhta yang paling awal dituliskan angka 1 yang artinya jumlah probabilitas dari seluruh peristiwa yang mungkin. (Mulyono, 2004, p223) Menganalisis masalah dengan menggunakan pohon keputusan mencakup lima langkah : 1. Mendefinisikan masalah. 2. Menggambarkan pohon keputusan. 3. Menentukan peluang bagi kondisi alamiah. 4. Memperkirakan imbalan bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan kondisi alamiah yang mungkin. 5. Menyelesaikan masalah dengan menghitung EMV bagi setiap titik kondisi alamiah. Hal ini dilakukan dengan mengerjakannya dari belakang ke depan (backward) yaitu memulai dari sisi kanan pohon, terus menuju ke titik keputusan di sebelah kirinya. Sumber Gambar : Siswanto (2007, p56) Gambar 2.2 Diagram Pohon

20 EMV merupakan kriteria yang paling sering digunakan untuk menganalisis pohon keputusan. Satu dari langkah awal analisis ini adalah untuk menggambar pohon keputusan dan menetapkan konsekuensi finansial dari semua hasil masalah tertentu. Nilai harapan moneter (Expected Monetary Value EMV) adalah nilai harapan moneter yang diharapkan dari sebuah variabel yang memiliki beberapa kemungkinan kondisi alamiah yang berbeda, masing-masing dengan peluang tersendiri. Saat peluang diketahui, nilai maximax dan maximin menyatakan skenario perencanaan kasus terbaik kasus terburuk. Nilai ini mewakili nilai yang diharapkan atau rata-rata tingkat pengembalian modal jika keputusan ini dapat diulangi berkali-kali. (Heizer dan Render, 2005, p324) EMV sebuah alternatif merupakan jumlah semua keuntungan alternatif, yang masingmasing diberikan bobot kemungkinan terjadinya. EMV (Alternatif i) = (Hasil kondisi alamiah 1) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 1) + (Hasil kondisi alamiah 2) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah 2) +... + (Hasil kondisi alamiah terakhir) x (Kemungkinan terjadi kondisi alamiah terakhir) Atau dengan rumus : (Siswanto, 2007, p56) Di mana, NH i = Nilai harapan cabang keputusan ke-i. p j = Probabilitas kemunculan keadaan ke-j. h ij = Nilai hasil keputusan jika alternatif keputusan ke-i diambil dan keadaan ke-j terjadi.

21 2.2 Literatur Reviews 2.1 Tabel Literatur Reviews Subject Jurnal Pengarang Keterangan Transportasi Jurnal Riset Operasi, Vol. 1, No. 2 Haryadi Sarjono, Marvianto 2009 Metode Transportasi yang paling optimal yaitu Metode VAM Meminimalkan Total Cost pada PT. Sinto Putra Mandiri Menggunakan Metode Transportasi Decision Tree Management Expose, Vol. 9, Fenny Yanti, Keputusan yang Model No. 18, Maret 2009 Haryadi Sarjono diambil berdasarkan 2009 pohon keputusan Analisis Keputusan untuk untuk tiap daerah Penentuan Lokasi Bisnis tujuan dengan Decision Tree Model

22 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran