BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MELISA NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

ANALISA PROFIL JARINGAN LUNAK MENURUT METODE HOLDAWAY PADA MAHASISWA FKG USU SUKU DEUTRO MELAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN LIMA GARIS REFERENSI DARI POSISI HORIZONTAL BIBIR ATAS DAN BIBIR BAWAH PADA MAHASISWA FKG DAN FT USU SUKU BATAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

PERBANDINGAN KONSISTENSI GARIS E RICKETTS DAN GARIS S STEINER DALAM ANALISIS POSISI HORIZONTAL BIBIR PADA MAHASISWA FKG USU SUKU INDIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

ANALISA KONVEKSITAS WAJAH JARINGAN LUNAK SECARA SEFALOMETRI LATERAL PADA MAHASISWA DEUTRO-MELAYU FKG USU USIA TAHUN (TAHUN )

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN PROFIL JARINGAN LUNAK WAJAH MENURUT ANALISIS RICKETTS PADA MAHASISWA SUKU BATAK FKG DAN FT USU

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

PERBEDAAN SUDUT MP-SN DENGAN KETEBALAN DAGU PADA PASIEN DEWASA YANG DIRAWAT DI KLINIK PPDGS ORTODONSIA FKG USU

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: Ahmad Tommy Tantowi NIM:

Tugas Online 2 Fisika 2 Fotometri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN JARINGAN LUNAK WAJAH BERDASARKAN ANALISIS STEINER PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

Volume 46, Number 4, December 2013

PERBANDINGAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTROMELAYU.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

Hubungan antara derajat konveksitas profil jaringan keras dan jaringan lunak wajah pada suku Bugis dan Makassar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MATERI KULIAH ORTODONSIA I. Oleh Drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K) Bagian Ortodonsia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN ESTETIS WAJAH MENURUT MERRIFIELD PADA OKLUSI NORMAL MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BEDAH ORTOGNATI PADA MAKSILA. akan terlihat jelas ketika masa tumbuh kembang ataupun juga akibat trauma. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tenaga kesehatan membutuhkan cara untuk mendukung pekerjaan agar terlaksana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan sinar X pada tahun 1895 oleh Wilhem Conrad Rontgen memegang

ANALISA KONVEKSITAS JARINGAN LUNAK WAJAH MENURUT SUBTELNY PADA MAHASISWA INDIA TAMIL FKG USU

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suku Deutro-Melayu Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk suku Paleomongoloid atau suku Melayu. Pada tahun 2000 s.m., suku Proto Melayu atau Melayu tua yang pertama datang ke Indonesia kemudian pada tahun 1500 s.m. suku Deutro Melayu atau Melayu muda datang ke Indonesia. Dengan kedatangan suku Deutro Melayu yang telah mempunyai peralatan lebih maju maka suku Proto Melayu terdesak ke pedalaman. Kelompok Deutro Melayu terdiri dari suku Aceh (kecuali Gayo dan Alas), Melayu, Minang kabau, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Makasar, Bugis dan Menado. Kelompok Proto Melayu yaitu suku Batak di Sumatra Utara, Dayak di Kalimantan Barat dan Toraja di Sulawesi Barat pada awalnya yang menempati pesisir pantai. 10 2.2 Radiografi Sefalometri William Conrad Roentgen adalah seorang penemu sinar-x pada tahun 1895 merupakan revolusi di bidang radiografi, yang sangat berguna untuk ilmu pengetahuan Radiografi sefalometri kemudian dikembangkan oleh Hofrath dan Broadbent dan baru digunakan di klinik pada era 1960-an. 5,6, 2.2.1 Fungsi radiografi sefalometri Fungsi radiografi sefalometri dalam bidang ilmu ortodonsia digunakan untuk membantu 1,2,3,17. 1. Diagnosa ortodonsia dalam pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunak. 2. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah.

3. Pembuatan rencana perawatan. 4. Evaluasi hasil sebelum dan sesudah perawatan ortodonsia. 5. Perkiraan arah pertumbuhan. 6. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kranio-dento-fasial. 2.2.2 Penggunaan titik-titik sefalometri pada jaringan lunak Gambaran kranium jaringan keras dan lunak arah lateral dapat dilihat dengan bantuan alat radiografi sefalometri lateral. Penggunaan titik-titik jaringan lunak pada sefalometri (Gambar 1) sebagai berikut: 1,,3,4,5,6,7,8,9,15,16,19,20,21,22 1. Nasion kulit (N ) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung 2. Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung 3. Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas 4. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas 5. Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara Sn dan Ls 6. Stomion superior ( Stm s ) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas 7. Stomion inferior ( Stm i ) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah 8. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah 9. Inferior Labial Sulcus (Ils): titik paling cekung di antara Li dan Pogonion kulit juga dikenal sebagat Sulkus labiomentalis 10. Pogonion kulit (Pog ) : titik paling anterior pada jaringan lunak dagu 11. Menton kulit (Me ) : titik paling inferior pada jaringan lunak dagu

Gambar 1. Penapakan radiografi sefalometri lateral. Titik-titik yang digunakan pada profil jaringan lunak. 4,14 2.3 Struktur Jaringan Bibir Corola menyatakan bahwa bibir termasuk otot skeleton maka bentuk otot bibir ini dapat berubah sesuai dengan aktifitas yang diterimanya. 23,24 Bibir bagian luar dibungkus kulit dan sebelah dalam oleh mokosa. Kulit bibir terdiri dari jaringan stratified, berisi kelenjar keringat, sebasea dan folikel rambut. 23 Vermilion yaitu bagian dari bibir atas dan bawah, berwarna merah dan bagian inilah yang sehari-hari disebut dengan bibir. Vermilion hanya dijumpai pada manusia, ditutupi epidermis translusen yang tipis, banyak mengandung papila jaringan ikat, dan pembuluh darah kapiler sehingga tampak kemerah-merahan, sangat sensitif karena disyarafi oleh ujung-ujung syaraf sensori ke V yang berisi reseptor sensori. 23

2.4 Tinggi Bibir Atas dan Bawah Yang dimaksud dengan tinggi bibir yaitu tinggi wajah bagian bawah dari titik Subnasal ke Menton, terbagi dua bagian yaitu bibir atas dan bawah. Tinggi bibir atas antara titik Subnasal ke Stomion superior (Sn - Stm s ) sedangkan bibir bawah antara Stomion inferior ke Menton (Stm i - Me). Perbandingan antara tinggi bibir atas dengan bawah yaitu (Sn-Stm i ):(Stm s - Me) idealnya yaitu 1 : 2 (Gambar 2). Hal ini penting sekali diketahui terutama untuk perawatan gigitan dalam, terbuka dan bibir inkompeten. Pada kasus gigitan dalam dapat terjadi gigi posterior infra versi, gigi anterior supra versi atau gabungan keduanya, begitu juga sebaliknya pada gigitan terbuka. Oleh karena itu perawatannya harus disesuaikan dengan proporsi tinggi bibir atas dan bawah, begitu juga halnya dengan bibir inkompeten. Untuk memperoleh bibir yang kompoten tidak selamanya dilakukan dengan latihan otot bibir, melainkan kemungkinan diperlukan bedah pada maksila, mandibula dan sebagainya. 1,2,3,4,9 Gambar 2. Proporsi tinggi bibir atas dan bawah Perbandingan tinggi bibir atas (Sn-Stms) : bibir bawah (Stm I -Me) yaitu 1 : 2. 14

2.5 Analisa Profil Jaringan Lunak Analisa profil jaringan lunak tentang posisi bibir yang ideal telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonsias antara lain Ricketts dan Holdaway yang memberikan norma untuk nilai ideal yang sangat bermanfaat dalam perawatan ortodonsia. Untuk analisa profil jaringan lunak Ricketts mempergunakan garis estetis (garis E), Steiner garis S dan Holdaway garis harmoni (garis H). Garis E merupakan garis yang ditarik dari titik dagu kulit (Pog ) ke puncak hidung (Pr), garis S dari titik Pog ke pertengahan kurva Pronasal (Pr) dan titik Subnasalis (Sn) sedangkan pada garis H dari titik Pogonion kulit (Pog ) ke titik bibir atas yang paling anterior, biasanya pada Labral superior (Ls). Menurut analisa Ricketts, idealnya jarak Ls yaitu 2-4 mm di belakang garis E sedangkan jarak Li yaitu 1-2 mm di belakang garis E. Menurut Steiner idealnya jarak Labral superior dan inferior menyinggung garis S. Analisa Holdaway jarak puncak hidung (Pr) ke garis H sebaiknya 6 mm maksimum 12 mm, jarak Sls dan Sli, idealnya 5 mm dan Li menyinggung atau di depen garis H kisaran 1 sampai 2 mm. 1,2,3,4,5,6,9 2.5.1. Analisa Ricketts Untuk penentuan analisa estetis profil jaringan lunak seseorang, menurut Rickets dipengaruhi oleh garis E. Seseorang dikatakan mempunyai profil yang harmonis jika Labral superior (Ls) terletak 2-4 mm di belakang garis E sedangkan labaral inferior (Li) 1-2 mm di belakangnya. Posisi Labral superior dan inferior ini menunjukkan profil bibir atas dan bawah. Oleh karena titik Ls dan Li dapat berada di depan atau di belakang garis E maka diberi tanda minus jika titik-titik ini terletak di belakang garis E, sebaliknya tanda positif jika terletak di depan garis E.

Apabila letak titik Ls lebih 4 mm di belakang garis E maka profil tampak cekung sebaliknya tampak cembung jika terletak di depan garis E. Namun demikian menurut Ricketts nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan 1,2,14, 16,17,18,19,20,23 jenis kelamin (Gambar 3). Gambar 3. Garis Estetis Ricketts (garis E). Kedudukan ideal Ls 2-4 mm di belakang garis E dan Li 1-2 mm di belakang garis E,2,14 2.5.2 Analisa Holdaway Untuk analisa keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak Holdaway mempergunakan garis H sebagai singkatan dari garis harmoni atau nama keluarganya sendiri yaitu Holdaway. Garis H ini diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog ) ke Labral superior (Ls). Analisa profil jaringan lunak yang dilakukan Holdaway berbeda dengan Ricketts yang mana Holdaway tidak mempergunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisanya (gambar 4). 9,.23

Menurut Jackobson dan Vlachos, analisa Holdaway lebih berani, terperinci, jelas dan luas dalam pembahasannya tentang analisa profil jaringan lunak sehingga Bishara mempergunakan analisa Holdaway khusus untuk analisa profil jaringan lunak dalam tabel normanya. Holdaway melakukan 11 analisa pengukuran untuk memperolek profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari 1. Jarak puncak hidung (Pr), 2. Kedalaman sulkus labialis superior. 3. Kedalaman sulkus labialis inferior, 4.Jarak bibir bawah ke garis H, 5.Tebal bibir atas, 6.Kurvatura bibir atas, 7 Besar sudut fasial, 8.Tebal dagu,9.strain bibir atas,10. Besar sudut H dan 11. Kecembungan skeletal 9,23 Gambar 4. Garis Harmoni (garis H). Holdaway membuat garis H sebagai pedoman untuk analisa profil jaringan lunak yang ditarik dari titik Pog ke titik Ls 9-1 Jarak puncak hidung ke garis H Garis H merupakan garis harmoni yang digunakan Holdaway untuk analisa profil jaringan lunak. Menurut Holdaway idealnya jarak puncak hidung ke garis H (Pr-H) adalah 6 mm. Namun demikian Holdaway masih memberi batas maksimal

sampai 12 mm, terutama pada anak usia 14 tahun, sebaiknya tinggi hidung jangan melebihi 12 mm (Gambar 4). 9,24 2.5.2 Kedalaman sulkus labialis superior Sulkus labialis superior terletak pada titik tercekung antara titik Sn dengan titik Ls. Keseimbangan dan keharmonisan kedudukan bibir atas jika kedalaman sulkus labialis superior kisaran 5,0 mm terhadap garis H. Pada bibir pendek atau dan tipis jika dijumpai kedalaman sulkus labialis superior 3 mm, hal ini masih dapat diterima. Begitu juga halnya pada bibir tebal dan atau panjang apabila dijumpai kedalaman sulkus labialis superior sampai 7 mm, keadaan ini masih dalam batas lumayan bagus (Gambar 4) 9,24. - 3 Kedalaman sulkus labialis inferior Sulkus labialis inferior terletak pada titik tercekung antara titik Labral inferior (Li) dengan titik Pog. Profil jaringan lunak seseorang untuk kedalaman sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang jika kedudukan sulkus labialis inferior terhadap garis H sama seperti kedalaman sulkus labialis superior yaitu mendekati 5,0 mm (Gambar 4). 9,24-4 Jarak bibir bawah ke garis H Jarak bibir bawah paling anterior umumnya pada titik Labral Inferior (Li). Jarak bibir bawah ke garis H diukur dari titik Li ke garis H arah horizontal. Pada ras Kaukasoid idealnya jarak bibir bawah ke garis H yaitu 0 mm atau merupakan garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway pada ras Kaukasoid masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H dalam batasan -1 sampai dengan +2 mm. Tanda negatif menunjukkan letak titik Li

di belakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di depan garis H (Gambar 4). 9,24 -. 5 Tebal dagu Ketebalan jaringan lunak dagu diukur dari titik Pogonion skeletal ke Pogonion kulit (Pog Pog ). Dikatakan tebal jaringan lunak dagu harmonis dan seimbang pada ras Kaukasoid jika tebalnya kisaran 10-12 mm sedangkan jika lebih tipis terlihat dagu sangat datar. Dagu datar dapat disebabkan oleh inklinasi insisvus inferior lebih protrusif (Gambar 4). 5-6 Tebal bibir atas Pengukuran tebal bibir atas dari 2 mm dibawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior..ideal tebal bibir atas kisaran 14 mm (Gambar 5). Gambar 5. Tebal dan strain bibir atas. Ideal tebal bibir 14 mm dan strain bibir atas 12 mm. 9-7 Kurvatura bibir atas Kurvatura bibir atas berbentuk lekukan yang dibentuk oleh titik Sn-Sls- Ls.Yang dimaksud dengan kedalaman kurvatura bibir atas yaitu jarak titik Sls ke

garis yang ditarik dari titik Sn tegak lurus ke bidang Franfurt (Gambar 6). Jarak Sls ke garis tersebut pada bangsa Kaukasoid rerata 2,5 mm, pada kelompok yang mempunyai bibir tipis rerata 1,5 mm dan 4,0 mm pada kelompok bibir tebal. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam (Gambar 6. 9-8 Sudut fasial Yang dimaksud dengan sudut fasial oleh Holdaway yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis Frankfurt dengan garis N -Pog yang membentuk sudut a. Idealnya besar sudut ini 90 o tetapi masih dapat diterima jika dijumpai 92 o (Gambar 6). Apabila sudut fasial ini lebih besar dari 92 o menunjukkan profil cekung karena letak Pog lebih ke anterior, sebaliknya apabila lebih kecil dari 90 o tampak profilnya cembung karena letak titik Pog lebih ke posterior (Gambar 6) 9. Gambar 6. Sudut fasial (a) dan kurvatura bibir atas. Sudut fasial dibentuk oleh garis N -Pog dengan bidang Frankfurt. Kurvatura bibir atas yaitu kedalaman Sls ke garis Sn tegak lurus dengan bidang Franfurt arah horizontal. 9

- 9 Strain bibir atas Strain bibir atas diukur dari titik perbatasan vermilion superior umumnya pada titik labral superior (Ls) ke permukaan labial insisivus sentralis superior. Sebaiknya ukuran tebal dari titik perbatasan vermilion superior ke permukaan labial insisivus sentralis superior atas ini hampir sama atau sedikit lebih tipis dari tebal bibir atas yaitu idealnya kisaran 12 mm (Gambar 6). Jika strain bibir atas mencapai separuh dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivi sentralis superior diretraksi ke palatinal. 9,2-10 Sudut H Yang dimaksud dengan sudut H adalah sebuah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N -Pog. Sudut H juga merupakan penentuan bentuk profil jaringan lunak cembung, lurus atau cekung. Besar sudut H ini harmonis dan seimbang pada ras Kaukasoid kisaran 7 o -15 o. Apabila besar sudut H lebih besar dari 15 o maka bentuk profil menunjukkan cembung Gambar 7. Sudut H. Sudut H dibentuk oleh garis H dengan garis N -Pog. 9

sedangkan lebih kecil dari 7 o menunjukkan profil jaringan lunaknya cekung karena letak Pog lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke antrior. Apabila kecembungan skeletal dengan besar sudut H tidak sesuai maka kemungkinan di sini terjadi pertumbuhan fasial yang tidak seimbang (Gambar 7). 9-11 Kecembungan skeletal Kecembungan skeletal di ukur dari titik A ke garis Nasion-Pogonion skeletal (N-Pog). Titik A yaitu titik tercekung antara Spina nasalis anterior dengan puncak prosessus alveolar maksila. Di sini dikatakan dengan tegas bahwa kecembungan skeletal ini tidak termasuk pengukuran jaringan lunak namun sangat berguna dalam penentuan kecembungan wajah skeletal dalam hubungannya dengan posisi bibir. Kecembungan wajah skeletal yang ideal jika jarak antara garis N-Pog ke titik A -2 mm sampai dengan +2 mm (Gambar 7). 9

Kerangka Konsep Analisa Profil Jaringan Lunak (Metode Holdaway) Kaukasoid ( Analisa Holdaway) Deutro-Melayu (?) Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu Analisa Profil Jaringan Lunak Radiografi Sefalometri Lateral pada Mahasiswa Deutro Melayu FKG USU Nilai Mean Profil Jaringan Lunak Mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu Analiisa metode Holdaway (Nilai Mean Kaukasoid)