BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. 1. Perencanaan produksi, adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. 2. Pengendalian produksi, adalah aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. 2.1.1 Tujuan dan Fungsi Perencanaan & Pengendalian Produksi Secara umum tujuan perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan adalah: 1. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif. 2. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin. 3. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas. 4. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
Fungsi umum perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan adalah: 1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. 2. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan. 3. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli. 4. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis. 5. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu. 6. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan. 7. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci. 2.1.2 Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi Dalam merencanakan dan mengendalikan produksi, suatu perusahaan pada umumnya menggolongkannya dalam tiga tingkatan, yaitu perencanaan dan pengendalian produksi jangka panjang, menengah dan pendek.
1. Perencanaan jangka panjang; mencakup kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial. 2. Perencanaan jangka menengah; mencakup Perencanaan kebutuhan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, jadwal induk produksi, dan perencanaan kebutuhan distribusi. 3. Perencanaan jangka pendek; mencakup Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir, perencanaan dan pengendalian inputoutput, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek. 2.1.3 Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi Yang termasuk dalam kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi, antara lain: 1. Peramalan kuantitas permintaan 2. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu 3. Perencanaan persediaan: jenis, jumlah, dan waktu 4. Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas 5. Penjadwalan produksi dan tenaga kerja 6. Penjaminan kualitas 7. Monitoring aktivitas produksi 8. Pengendalian produksi 9. Pelaporan dan pendataan
Uraian tersebut diatas menyiratkan bahwa Analisis Pengendalian Kualitas Proses Produksi Permen Bontea di PT. Agel Langgeng, hanyalah merupakan penelitian sebagian kecil kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi yang terkait dengan penjaminan kualitas hasil produksi. 2.2 Pengendalian Kualitas (mutu) Kotler (2002) mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan / yang tersirat. Sedangkan Render dan Heizer (2001) menyatakan bahwa mutu adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk / jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlibat / yang tersirat. Uraian tersebut mengandung pengertian bahwa suatu barang dikatakan bermutu baik, kurang, atau buruk berdasarkan kriteria-kriteria yang terkandung dalam barang dimaksud, sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dihasilkan. Menurut Garvin dalam Nasution (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu produk antara lain: 1. Performa (performance); yaitu aspek fungsional dari produk dan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Fitur (features); yaitu pilihan-pilihan dan pengembangan yang merupakan ciri-ciri atau keistimewaan tambahan atau pelengkap fungsi dasar.
3. Kehandalan (Reliability); yaitu penggunaan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. 4. Konformasi (conformance); yaitu tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Daya tahan (durability); daya tahan dari ukuran masa pakai suatu produk 6. Kemampuan pelayanan (service ability); yaitu kecepatan atau kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (aesthetics); yaitu keindahan yang bersifat subyektif mengenai pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality); yaitu perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk seperti meningkatkan harga diri. Pengendalian mutu merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak. (Reksohadiprodjo dan Gito Sudarmo, 2000). Diharapkan dengan adanya kegiatan pengendalian mutu, produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan dan dapat dihindari terjadinya pemborosan-pemborosan. Pengendalian mutu merupakan kegiatan terpadu dalam perusahaan dalam rangka menjaga dan mengarahkan agar mutu produk yang dihasilkan dapat dipertahankan. Kegiatan pengendalian mutu mempunyai lingkup yang luas, dimana semua segi yang berpengaruh terhadap mutu perlu diperhatikan
dan dianalisis. Assauri (2008) menyatakan ruang lingkup pengendalian mutu meliputi: 1. Pengendalian mutu pada bahan baku Pengendalian mutu pada bahan baku sangat penting dilakukan untuk menjaga mutu produk. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga mutu bahan baku yang digunakan, antara lain: a. Seleksi sumber bahan baku b. Pemeriksaan dokumen pembelian c. Pemeriksaan penerimaan bahan baku 2. Pengendalian proses produksi Pengendalian mutu yang dilakukan selama proses produksi berlangsung, dengan cara mengambil sampel hasil produksi pada jarak waktu tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Pengendalian suatu proses haruslah dilakukan secara teratur dan berurutan; pengendalian yang hanya dilakukan terhadap suatu bagian dari proses tidak akan ada artinya jika tidak diikuti dengan pengendalian pada bagian yang lain. 3. Pengendalian produk akhir. Untuk menjaga agar produk yang dihasilkan dari suatu proses tidak sampai lolos keluar pabrik, diperlukan adanya pengendalian mutu hasil akhir atau produk akhir. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control (SQC)) merupakan suatu metode statistik dalam kegiatan pengendalian mutu,
dengan cara mencatat semua data penyimpangan yang terjadi pada sampel, kemudian mengambil kesimpulan akan karakteristik populasi dari sampel tersebut. SQC dapat digunakan untuk mengawasi proses produksi, mutu produk yang dikerjakan dan menerima atau menolak produk akhir. Perlu diketahui, SQC tidak menghilangkan resiko, dan juga tidak menciptakan resiko. Karena pada dasarnya dengan atau tanpa SQC resiko akan tetap ada. SQC hanya membantu pihak manajemen agar dapat melakukan tindakan korektif apabila diketahui telah terjadi kesalahan, juga dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mempertahankan keadaan yang lebih baik. Handoko (2008) menyatakan, pengendalian proses produksi secara statistik merupakan aplikasi teknik statistik yang digunakan untuk mengawasi dan memastikan pelaksanaan proses produksi telah berjalan sesuai dengan spesifikasinya. SQC mempunyai tiga penggunaan umum, yaitu: 1. Untuk mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual selama pekerjaan sedang dilakukan 2. Untuk memutuskan apakah menerima atau menolak sejumlah produk yang telah diproduksi 3. Untuk melengkapi manajemen dengan audit kualitas produk perusahaan. Uraian tersebut diatas menyiratkan bahwa pengendalian mutu umumnya dilakukan pada seluruh rangkaian proses produksi sebagaimana gambar berikut: Gambar 2.1 Rangkaian Proses Produksi
Gambar diatas adalah gambar rangkaian suatu proses produksi, dimana salah satu fungsi dari proses produksi adalah Pengendalian Proses. Pengendalian Proses dilakukan dengan metode Pengendalian Kualitas Statistik yang dikenal dengan istilah Statistik proses kontrol Dalam penelitian ini, pengendalian mutu dilakukan mulai dari bahan baku, selama proses pengerjaan dan produk akhir, produksi permen Bontea. 2.3 Statistical Process Control (SPC) Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) dapat dibagi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data variable dan data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi dari pada data atribut. Namum demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase kesalahan suatu proses. Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses, sementara data atribut tidak dapat menunjukan informasi tersebut. (Ariani, 2004)
Diagram kendali juga disebut diagram kendali proses atau diagram kendali mutu. Diagram kendali pada dewasa ini digunakan dengan sangat luas yaitu untuk mendeteksi variasi yang terkendali dan variasi yang tidak terkendali. Sehingga sekaligus dapat memonitor suatu proses. Diagram kendali adalah suatu tampilan grafik (graphic display) yang membandingkan data yang dihasilkan oleh proses yang sedang berlangsung saat ini terhadap suatu batas-batas kendali yang stabil yang telah ditentukan dari data unjuk-kerja (performance data) sebelumnya. Diagram kendali berfungsi sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan informasi mengenai unjuk kerja sebuah proses antara kelompok produksi antara supplier atau antara operator mesin. Unsur-unsur yang dimiliki dalam diagram Diagram Kendali adalah sebagai berikut: 1. Batas Kendali Atas (Upper Control Limit/UCL) 2. Garis Tengah (Center Line/CL) 3. Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit/LCL) Garis tengah (Center Line/CL) bersesuaian dengan mean populasi yang diperkirakan dari nilai yang diamati dalam proses. Daerah antara batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL) menunjukkan variasi yang terkontrol. Namun jika pengamatan berada di luar daerah lersebut (di atas UCL atau di bawah LCL) hal ini menunjukkan terdapatnya suatu variasi yang tak terkontrol atau variasi karena sebab khusus. Diagram Nilai Individu adalah diagram yang digunakan memonitor setiap nilai yang diamati dalam sebuah proses. Sebuah diagram yang
mengontrol nilai-nilai individu didasarkan pada probabilitas dengan distribusi normal. Unsur-unsur pada diagramnya adalah sebagai berikut: 1. Batas Kendali Atas (Upper Control Limit/UCL) UCL = μ + 3σ 2. Garis Tengah (Center Line/CL) CL = μ 3. Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit/LCL) LCL = μ - 3σ di mana: μ = rata-rata (mean) populasi σ = standard deviasi populasi Standar deviasi populasi dihitung dengan rumus: σ = Σ (x i x) 2 (n 1) di mana: xi = data pengamatan x = rata-rata sampel n = jumlah sampel Diagram kendali nilai individu tersebut diatas dapat dibuat dengan program SPSS.
2.4 Perencanaan baku mutu Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia, dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh pengusaha bagi kepentingan kesehatan manusia. Pangan sebagai komoditas dagang memerlukan sistem perdagangan yang jujur dan bertanggung-jawab, sehingga tersedianya pangan yang terjangkau daya beli masyarakat dan berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Perencanaan baku mutu diperlukan agar diperoleh: 1. Kepastian mutu spesifik 2. Kepuasan pelanggan 3. Meningkatkan daya saing pasar 4. Membentuk budaya mutu 5. Meningkatkan sumber daya manusia 6. Efisiensi dalam proses 7. Melindungi konsumen Schroeder (1997) menyatakan bahwa perencanaan pengendalian mutu harus selalu dimulai dengan sifat-sifat produk. Perencana mutu menentukan sifat mana yang penting, supaya produk/jasa cocok untuk digunakan dan mana yang tidak. Tiga atribut mutu yang penting bagi produk, yaitu kenyamanan, penampilan yang menarik, dan umur pemakaian yang dianggap wajar oleh pelanggan. Setelah memutuskan teknik pengukuran yang akan digunakan, perencana mutu harus menetapkan
standar yang menggambarkan jumlah mutu yang diperlukan pada setiap atribut. Biasanya standar ini dinyatakan sebagai batas toleransi (jumlah plus dan minus) atau batas minimum dan maksimum yang dapat diterima. Standar dapat juga ditetapkan sebagai sasaran pengendalian mutu yang diinginkan. PTAL dalam memproduksi permen Bontea menetapkan persyaratan kelengketan dan bentuk permen sebagai salah satu baku mutu barang jadinya. Kelengketan dan perubahan bentuk permen tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain: 1. Kadar air yang melebihi 2% - 3.5%; 2. Kebocoran pillow pack yang disebabkan oleh: a. Bocor pada end seal meliputi seal kepotong dan bocor ngempos b. Bocor karena crack c. Bocor body (posisi kebocoran di luar area end seal dan back seal) d. Bocor back seal Baku mutu lainnya seperti persentase isi permen dalam kemasan, pillow pack gandeng atau pillow pack kosong, dalam penelitian ini tidak dibahas. 2.5 Alat Pengendali Mutu Pengendalian mutu secara statitistik membedakan dua cara pengukuran, yaitu pengukuran dengan cara sampling dan pengukuran secara keseluruhan. Dengan pengukuran secara keseluruhan, akan didapat hasil pengujian dengan tingkat ketelitian yang tinggi; tetapi dengan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga untuk melakukan pengujian secara keseluruhan, maka dilakukan pengujian dengan mengambil sampel dengan suatu tingkat ketelitian tertentu yang telah disepakati terlebih dahulu. Gaspersz (2003) menyatakan bahwa pengukuran atau pengujian mutu dengan cara sampling dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: 1. Pengendalian atribut (attribute control) Atribut adalah karakteristik suatu produk yang berhubungan dengan pengukuran apakah produk tersebut baik atau buruk, diterima atau ditolak. Pengukuran atribut bersifat kualitatif, yaitu hanya merupakan penentuan memuaskan atau tidak. Bagan kendali yang umumnya digunakan pada pengendalian atribut adalah: a. Bagan proporsi kerusakan (p charts) Gambar 2.2 Contoh p Charts
b. Bagan bagian jumlah kerusakan (c charts) Gambar 2.3 Contoh c Chart 2. Pengendalian variabel (variable control) Pengendalian ini digunakan untuk mengukur variabel yang sering digunakan secara bersama-sama. Bagan kendali yang umum digunakan adalah: a. Bagan rata-rata atau average charts (X charts), yaitu suatu bagan yang memperhitungkan rata-rata karakteristik mutu suatu produk dalam sampel.
Gambar 2.4 Contoh X Chart b. Bagan rentang atau range charts (R charts), yaitu bagan yang memperhitungkan rentang antara data sampel yang terbesar dan yang terkecil. Gambar 2.5 Contoh R Chart
Dasar pembuatan dari alat pengendali mutu tersebut diatas adalah peta Shewhart 2.6 Piranti (alat) Perbaikan Kualitas Gaspersz (2003) membedakan piranti perbaikan kualitas berdasarkan data yang digunakan, yaitu piranti yang menggunakan data numerik dan piranti yang menggunakan data verbal. 1. Piranti data numerik Untuk mengolah data numerik atau data kuantitatif, terdapat lima piranti yang dapat digunakan, yaitu: kertas periksa (check sheet); diagram Pareto (Pareto chart); histogram; diagram pencar; dan diagram perjalanan (run chart). Kelima piranti ini digunakan untuk mengethaui apa masalah utama terjadinya penyimpangan. a. Lembar periksa (check sheet) Lembar periksa adalah suatu piranti yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering suatu terjadi. Dengan demikian, kertas periksa adalah piranti yang sederhana tetapi teratur untuk pengumpulan dan pencatatan data. Dalam menyusun kertas periksa, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus jelas; 2) Data yang hendak dikumpulkan dan dicatat harus jelas tujuannya; 3) Saat (kapan) data dikumpulkan harus dicantumkan; dan 4) Data harus dikumpulkan secara jujur.
Gambar 2.6 Contoh Lembar Periksa b. Diagram Pareto (Pareto chart) Diagram Pareto adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi berkebangsaan Italia bernama Vilvredo Pareto pada abad ke 19. Diagram ini digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di ujung sebelah kiri hingga yang paling kecil di ujung sebelah kanan. Berbagai diagram Pareto dapat digambarkan dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan. Dengan cara menunjukkan data menurut frekuensi terjadinya, biaya dan waktu terjadinya, dapat diungkapkan berbagai prioritas penanganannya, tergantung pada kebutuhan yang spesifik. Dengan demikian, kita dapat menentukan bar yang paling besar dalam diagram Pareto sebagai persoalan yang terbesar. Diagram Pareto dapat disusun dengan menggunakan diagram sebab akibat. Sesudah
sebab-sebab potensial diketahui dari diagram sebab akibat tersebut, diagram Pareto dapat disusun untuk merasionalisasi data yang diperoleh dari diagram sebab akibat. Gambar 2.7 Contoh diagram Pareto Webpage Traffic on PHD - Pareto Analysis 30 100% 25 80% 20 15 10 5 0 Home Page Downloads Gantt Charts Chart Templates Cond. Formatting Dashboards 100 Excel Tips KPI Dashboards Time Sheets Time Lines 60% 40% 20% 0% Visits in '000s Cumulative % Cut off % c. Histogram Histogram adalah piranti untuk menunjukkan variasi data pengukuran, seperti berat badan sekelompok orang, tebal plat besi dan sebagainya. Sebagaimana diagram Pareto, histogram berbentuk bar graph menunjukkan distribusi frekuensi. Tetapi, histogram berbeda dengan diagram Pareto karena penyusunannya tidak digambar menurun dari kiri ke kanan. Histogram disusun sepanjang jangkauan data pengukurannya. Jika diagram Pareto hanya menunjukkan karakteristik produk atau jasa, seperti jenis cacat, kecelakaan, kerusakan dan sebagainya, histogram menunjukkan data
pengukuran seperti berat, temperatur, tinggi dan lainnya. Histogram sebagai suatu piranti dapat digunakan untuk menunjukkan variasi setiap proses. Gambar 2.8 Contoh Histogram d. Diagram pencar (scatter diagram) Diagram pencar adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel. Meskipun terdapat hubungan, tidak berarti bahwa suatu variabel menjadi penyebab timbulnya variabel yang lain.
Gambar 2.9 Contoh Diagram Pencar e. Diagram perjalanan (run chart) Diagram perjalanan adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu. Sumbu horisontal diagram perjalanan adalah ukuran waktu; interval waktunya dapat tahun, bulan, minggu, hari, jam dan sebagainya. Dengan adanya skala waktu, maka piranti ini lebih bersifat dinamis dibandingkan dengan piranti yang lainnya.
Gambar 2.10 Contoh Diagram Perjalanan 2. Piranti data verbal Piranti yang menggunakan data verbal adalah bagan alur (flow chart), brainstorming, diagram sebab akibat atau disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram), diagram gabungan (affinity diagram), dan diagram pohon keputusan (decision tree diagram). Kelima piranti ini dapat digunakan untuk mengetahui apa penyebab utama terjadinya suatu masalah. a. Diagram alur (flow chart) Diagram alur adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling mengadakan interaksi satu sama lain. Setiap orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses haruslah mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut.
Diagram alur dibuat dengan menggunakan berbagai simbol yang melambangkan tiap-tiap proses. Gambar 2.11 Contoh Diagram Alur
b. Brainstorming Brainstorming adalah suatu cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan gagasan-gagasan dari suatu kelompok orang dalam waktu yang relative singkat. c. Diagram tulang ikan Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) atau diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau disebut juga sebagai diagram Ishikawa sesuai dengan nama Prof.Kaoru Ishikawa dari Jepang yang memperkenalkan diagram ini; adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukannya suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab terjadinya masalah atau ketidak-sesuaian atau kesenjangan yang ada. Diagram ini baik untuk digunakan dalam situasi dimana: 1) terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi; 2) diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah; dan 3) terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibatnya.
Gambar 2.12 Contoh Diagram Tulang Ikan d. Diagram gabungan (affinity diagram) Diagram ini merupakan hasil kerja kelompok orang yang bekerjasama secara kreatif untuk menganalisis data, terutama dalam situasi data yang berjumlah besar yang masih tercampur aduk dan belum tertata. Situasi tersebut dapat terjadi apabila sekelompok orang dengan pengalaman yang sangat beragam membentuk suatu tim, atau apabila orang-orang tersebut mempunyai pengetahuan yang tidak lengkap mengenai bidang yang akan dianalisis. (Nasution, 2005)
Gambar 2.13 Contoh Diagram Gabungan e. Diagram pohon keputusan (decision tree diagram) Diagram ini umumnya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara tujuan dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Diagram pohon keputusan berbentuk seperti bagan struktur organisasi yang digulingkan. Diagram ini merupakan piranti yang berguna bagi manajer puncak dan manajer menengah untuk membuat rencana perbaikan proses berdasarkan masukan dari pelanggan. (Nasution, 2004). Dengan menyatakan tujuan utama yang hendak dicapai, maka dalam pembuatan diagram pohon keputusan, tujuan utama tersebut dipecah menjadi sasaran antara dan tugas yang perlu dilakukan.
Gambar 2.14 Contoh Diagram Pohon Keputusan