BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Perkembangan Sepanjang Hayat

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Santrock, 2005). WHO (dalam Sarwono 2013) juga menetapkan batas

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

PERBEDAAN CINTA BERDASARKAN TEORI SEGITIGA CINTA STERNBERG ANTARA WANITA DENGAN PRIA MASA DEWASA AWAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) mengatakan bahwa. tinggi. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB 2 Tinjauan Pustaka

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi antara keduanya. Ketertarikan ini menimbulkan perasaan cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. Vailant (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa adaptasi kehidupan. Individu dewasa awal berusia sekitar 20 hingga 30 tahun mulai membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian, menikah, mempunyai anak dan menjalin persahabatan yang erat. Individu dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004). Sedangkan Dariyo (2008) mengatakan bahwa secara fisik seorang dewasa muda menampilkan profil sempurna, yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan aspek fisiologis. Individu dewasa awal memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan lebih inisiatif, kreatif, energik, cepat dan proaktif. Individu dewasa biasanya memiliki tugas perkembangan berupa pemantapan diri terhadap pola hidup baru atau berkeluarga. Individu dewasa seringkali dihadapkan pada masa pencarian kemantapan dan reproduktif. Masa reproduktif yaitu 1

2 suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, komitmen, ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreatifitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Dariyo, 2008). Pada masa dewasa, individu telah dianggap mampu untuk bertanggung jawab dan memikirkan hal-hal penting lain dalam hidupnya. Bentuk tanggung jawab seperti mulai serius belajar demi karir di masa yang akan datang atau memilih pasangan yang lebih serius telah mulai ditekuni oleh individu dewasa. Pada masa ini, individu mulai membangun hubungan dengan individu yang paling dicintai, dipercayai atau di bina sebelumnya atau dengan kata lain disebut dengan istilah pacaran. Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa pasangan dewasa awal yang dianggap telah mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangannya seperti memenuhi tanggung jawab justru menunjukkan perilaku yang sebaliknya dalam berpacaran yaitu telah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya sebelum adanya ikatan resmi pernikahan. Penelitian oleh Kanin, Davidson dan Sheck (dalam Papalia, Old & Feldman, 2004) menyebutkan bahwa orang yang sedang jatuh cinta mengalami reaksi yang bersifat psikologis dan diikuti oleh beberapa reaksi fisiologis. Rasa senang dan nyaman yang dirasakan oleh pasangan yang sedang menjalin hubungan romantis, pada umumnya diwujudkan dalam bentuk-bentuk perilaku berupa sentuhan yang dapat menyenangkan pasangannya bahkan hingga melakukan hubungan seksual pranikah.

3 Seperti kasus pada berikut ini. Berikut adalah kutipan wawancara pada subjek DR, seorang wanita yang berumur 23 tahun yang sedang menjalani hubungan pacaran dengan pasangannya. Wawancara dilakukan pada tanggal 13 April 2013. kalo menurut gue sih, perilaku seksual pranikah sih biasa aja tuh. Ciuman dan pelukan hal yang biasa buat gue sama cowo gue. Itu malah menjadi bukti kalo gue emang sayang banget sama cowo gue. Gue udah sayang banget sama dia, jadi gue gak mau kalo dia tinggalin gue. Jadi pas dia minta ngelakuin hubungan seks, awalnya gue gak mau tapi dia bisa yakinin gue kalo dia gak akan tinggalin gue sampe kapanpun. Semua itu gue lakuin cuma karena cinta. Dalam kasus DR tersebut, yang menjadi penyebab terjadinya hubungan seksual pranikah yaitu karena subjek sangat mencintai pacarnya dan subjek tidak ingin ditinggalkan oleh pacarnya itu. Meskipun awalnya subjek menolak, tetapi pacar subjek mampu meyakinkan subjek bahwa ia tidak akan meninggalkan subjek. Perasaan cinta memang terkadang mampu membuat seseorang mampu melakukan apapun termasuk kehilangan keperawanannya demi orang yang dicintainya. Bentuk cinta subjek DR terhadap pacarnya ini, juga diwarnai oleh adanya komitmen atau janji pasangan subjek yang akan selalu bersama dan tidak akan meninggalkan subjek. Perilaku cinta yang ditunjukkan subjek DR dalam bentuk pelukan, ciuman, hingga melakukan hubungan seksual diwarnai oleh passion yaitu sebuah ekspresi hasrat seksual seseorang untuk selalu ingin dekat secara fisik dengan orang yang dicintai. Lain halnya dengan kasus di atas. Berikut ini adalah wawancara pada subjek UT, seorang wanita yang berumur 25 tahun. Wawancara pada tanggal 18 Mei 2013. Cinta itu buat gue, saat gue dan pasangan udah saling memiliki satu sama lain. Dan pacar gue juga setuju, kalo kita udah milikin satu sama lain. Kita udah sering menghabiskan waktu bersama, dan saat gue ngelakuin hubungan seks itu gue ngerasa udah milikin pacar gue seutuhnya. seks itu

4 jadi bukti cinta kita berdua dan juga komitmen kita buat selalu sama-sama. Semenjak gue ngelakuin seks itu, kita malah jadi semakin sayang dan semakin gak mau jauh satu sama lain. Kita juga udah ada niat komitmen untuk menikah suatu saat nanti. Cuma saat ini gue sih nikmatin aja hubungan gue sekarang sama pacar gue. Subjek UT menunjukkan perilaku intimacy seperti sering menghabiskan waktu bersama hingga Subjek UT dan pacarnya memiliki perasaan saling memiliki satu sama lain dan tidak ingin saling berjauhan, lalu kemudian hingga melakukan hubungan seksual pranikah yang disertai adanya passion dan pada subjek UT ini juga telah membuat komitmen untuk selalu bersama dengan pasangan sampai ke jenjang pernikahan suatu saat nanti. Pada subjek UT ini, dengan kata lain hubungan seksual pranikah yangdilakukan oleh Subjek UT dengan pacarnya didasari oleh adanya intimacy, passion, dan komitmen meskipun belum dalam ikatan suci pernikahan yang sah. Perasaan cinta yang menyebabkan hubungan seksual pranikah yang dialami kedua subjek di atas sangat berbeda. Subjek pertama yaitu DR, bentuk cinta yang didasari oleh adanya passion dan komitmen meskipun intimacy juga ikut mewarnai dalam hubungan DR dan pacarnya. Sedangkan subjek UT, perwujudan cintanya hingga melakukan hubungan seksual pranikah dilandasi oleh adanya intimacy, passion dan komitmen. Menurut Sternberg (1988), ketiga bentuk cinta tersebut pasti ada di setiap individu yang sedang menjalani hubungan pacaran dengan pasangannya, meskipun memang dalam kadar yang berbeda-beda. Begitu pun yang dialami kedua subjek di atas. Masing-masing subjek memiliki intimacy, passion dan komitmen pada

5 pasangannya yang menyebabkan kedua subjek tersebut mau melakukan hubungan seksual pranikah. Dari beberapa kasus tersebut di atas, ditemukan pula Survey yang dilakukan oleh Men s Health Indonesia juga menunjukkan bahwa 49% pria Indonesia mengatakan hubungan seksual pranikah bukanlah hal yang salah. Pria cenderung lebih mengutamakan komponen passion (gairah) misalnya dengan mengekspresikan makna cinta dengan cara melakukan tingkah laku seksual mulai dari berpegangan tangan, berciuman, bahkan sampai melakukan hubungan intim yang dilakukan terhadap pasangannya (Marasabessy, 2008). Hubungan seksual pranikah yang terjadi karena kurangnya kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara matang dan hanya mempertimbangkan gairah semata tanpa diikuti oleh perilaku yang bertangung jawab. Perilaku berpacaran atau menjalin hubungan romantis dengan pasangan dalam era globalisasi ini cenderung mengadopsi budaya barat, sehingga perilaku berpacaran seringkali tidak mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pasangan yang sedang berpacaran, lebih memungkinkan untuk melakukan kontak fisik berupa sentuhan kepada pasangannya. Hal ini dapat menimbulkan sensasi yang menyenangkan dan bila hal ini tidak dapat dikontrol oleh keduanya maka dapat mengakibatkan tindakantindakan yang menjurus pada hubungan seksual pranikah. Relasi antara pasangan dalam berpacaran biasanya diawali daya tarik tertentu yang lama-kelamaan memungkinkan berkembangnya rasa cinta, perhatian, kehangatan, dan interaksi antara pria dan wanita. Ada banyak alasan yang

6 menyebabkan individu akhirnya memutuskan untuk pacaran. Tapi sering kali alasanalasan itu demi memuaskan kebutuhan pribadi seperti, buat teman curhat, gaul, dan ada yang memperhatikan. Pacaran juga dapat mengungkapkan rasa sayang, saling bertukar cerrita baik secara langsung maupun melalui telepon atau handphone, bergandengan tangan, berpelukan, dan mencium kening atau pipi. Menurut DeGenove & Rice (2005) pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman. Pasangan yang sedang berpacaran tentunya telah memiliki rasa cinta pada pasangannya dengan kadar yang berbedabeda. Rasa cinta inilah yang sering disalah artikan oleh para pasangan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Menurut Sternberg (dalam Dariyo, 2010) cinta adalah salah satu bentuk emosi yang mengandung ketertarikan dan perhatian pada individu. Cinta membuat individu ingin memiliki hubungan khusus dengan orang lain melalui cara-cara yang khusus pula. Pemahaman mengenai rasa cinta dan seksualitas antar individu memanglah tidak mudah. Setiap orang memiliki pemahaman berbeda atas perasaan cinta dan seksualitas serta mencari informasi untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut. Sternberg (dalam Dariyo, 2010) mengemukakan teori cinta segitiga adalah bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu : keintiman

7 (intimacy), gairah (passion), dan keputusan atau komitmen (decision/commitment). Intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dalam berpacaran, sepasang kekasih tentu akan memiliki intimacy yang cukup dekat untuk saling pengertian dan saling menyayangi. Pada pasangan yang telah melakukan hubungan seksual pranikah, perilaku intimacy yang ditunjukkan biasanya selalu menghabiskan waktu bersama, saling mendukung ketika salah satu pasangan sedang mengalami kesulitan atau masalah, menganggap penting orang yang dicintai dalam hidupnya sehingga wanita besedia dengan mudah memberikan keperawanannya kepada pasangan. Passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati atau merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Komponen passion juga mengacu pada dorongan yang mengarah pada romance, ketertarikan fisik, konsumsi seksual dan perasaan suka dalam suatu hubungan percintaan. Dalam passion ini sangat berpengaruh besar pada pasangan yang sedang berpacaran untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Jika pasangan tidak dapat mengontrol passion yang ada di dalam diri mereka, maka perilaku yang muncul biasanya adalah seperti bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, atau bahkan berhubungan seksual. Komitmen adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir. Kedua aspek tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti seseorang bersedia untuk memelihara hubungan

8 tersebut, misalnya pada pasangan yang hidup bersama. Atau sebaliknya, bisa saja seseorang bersedia untuk terikat (komit) namun tidak mencintai pasangannya. Dalam berhubungan pacaran, komitmen dapat berpengaruh karena janji pada pasangan untuk selalu bersama sampai akhir yang mampu menyebabkan individu mau melakukan hubungan seksual. Namun terkadang pada kenyataannya, ada beberapa pasangan yang mengakhiri hubungan pacaran mereka hanya karena masalah kecil dan tidak memikirkan kembali tentang apa yang telah dilakukannya hingga berhubungan seksual pranikah. Dalam hal ini biasanya pihak wanita lah yang dirugikan karena wanita telah memberikan keperawanannya hanya demi sebuah komitmen yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dalam mencintai seseorang baik pria maupun wanita mempunyai bentukbentuk The Triangular of Love ini. Dimulai dengan ketertarikan pada lawan jenis, kemudian menjalin intimacy dengan pasangan, kemudian passion pun akan timbul dengan sendirinya dan ketika intimacy dan passion telah bertemu maka keputusan untuk berkomitmen pun akan ikut mewarnai kehidupan cinta seseorang. Namun saat ini cinta banyak mempengaruhi pria dan wanita untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Bentuk-bentuk intimacy, passion dan commitment pada diri seseorang yang mempunyai pasangan akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk cinta dari teori Triangular of Love pada wanita yang berstatus belum menikah dan telah melakukan hubungan seksual pranikah.

9 B. Identifikasi Masalah Keintiman, gairah dan komitmen adalah bentuk cinta yang dimiliki pada setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan pacaran. Pacaran adalah suatu proses yang dijalani sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Idealnya hubungan pacaran ini dihiasi dengan kasih sayang, saling menghargai, saling menghormati, saling menjaga, dan saling pengertian diantara pasangan. Keintiman yang terjadi saat pacaran bisa dalam bentuk dengan saling mendukung diantara pasangan, merasa saling memiliki, merasakan kebahagiaan bersama pasangan, memberi dan menerima dukungan emosional diantara pasangan, dan lain sebagainya. Dalam berhubungan pacaran, ketertarikan fisik pada pasangan akan dirasakan dan membuat pasangan ingin selalu dekat secara fisik dengan orang yang dicintai. Biasanya perilaku ini yang muncul adalah bergandengan tangan, berpelukan atau berciuman. Selain keintiman dan ketertarikan fisik, ada satu bentuk cinta lagi yang ikut mewarnai hubungan pacaran dari sepasang kekasih yaitu komitmen. Komitmen adalah komponen yang memiliki arti untuk selalu setia bersama pasangan, mampu mempertahankan hubungan sampai ke jenjang pernikahan atau bahkan sampai akhir hidup mereka. Komponen komitmen ini sangat diperlukan untuk melewati masa-masa sulit dalam berhubungan pacaran. Ketiga bentuk cinta ini biasa disebut dengan The Triangular of Love (Sternberg, 1988), yaitu intimacy, passion dan komitmen. Ketiga bentuk cinta ini dapat berjalan beriringan untuk memelihara suatu hubungan pacaran. Namun saat ini banyak pasangan dewasa awal yang sedang berpacaran terjebak dalam hubungan

10 seksual yang belum disahkan dalam ikatan pernikahan. Pasangan yang berpacaran ini melakukan hubungan seksual pranikah hanya didasari oleh adanya hasrat (passion) terhadap pasangan, lalu kemudian ketertarikan fisik pada pasangan yang membuat pasangan tidak mampu menahan gairah untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang seharusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah berstatus menikah. Selain didasari oleh gairah (passion), dalam hal ini komitmen dari pasangan akan menjadi alasan untuk tetap saling menjaga cinta dan memelihara hubungan hingga ke jenjang pernikahan nanti. Wanita yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah (pranikah) ini dilatar belakangi bentuk cinta yang berbeda-beda pada pasangannya dan menyebabkan wanita bersedia melakukan hal tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasikan bagaimana bentuk cinta yang dimiliki wanita dewasa awal yang telah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana bentuk cinta (intimacy, passion, dan commitment) yang dimiliki wanita dewasa awal yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut:

11 1.) Manfaat secara teoritis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi para psikolog terutama di bidang Psikologi Klinis yang berkaitan tentang hubungan seksual pranikah dan mahasiswa untuk mengetahui gambaran bentuk The Triangular of Love pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual pranikah. 2.) Manfaat secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan para wanita yang belum menikah untuk lebih memahami apa artinya cinta dalam menjalin hubungan pacaran sehingga tidak terjebak dalam cinta yang membuat terjadinya hubungan seksual pranikah. E. Kerangka Berpikir Pacaran merupakan fenomena yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Tujuan menjalani masa pacaran ini adalah memilih dan menentukan pasangan hidup. Kesesuaian dari seleksi pasangan menganjurkan agar individu-individu yang memiliki kecocokan yang baik dalam karakteristik-karakteristik pokok untuk dapat menikah satu sama lain karena kecocokan dapat meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan mampu membentuk hubungan yang saling memuaskan. Pacaran dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sikap dan perilaku pasangan satu sama lain, selain itu pasangan juga dapat belajar bagaimana cara mempertahankan hubungan dan bagaimana mendiskusikan dan menyelesaikan pemasalahan-permasalahan yang terjadi.

12 Untuk membuktikan cinta kepada pacarnya, individu dituntut berani dan percaya diri mengungkapkan rasa dan cinta baik melalui telepon, memberi suatu benda yang berupa lambang cinta seperti cokelat bahkan mengungkapkan rasa cinta di hadapan pacar dan teman-teman. Namun ada beberapa subjek yang mengungkapkan cinta kepada pacarnya dengan melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan pernikahan yang sah. Sayangnya, perasaan cinta yang seharusnya menjadi dasar yang kuat untuk saling menghormati dan menghargai diantara pasangan telah berubah menjadi perilaku yang mengarah hubungan seksual pranikah yang merugikan pihak wanita. Menurut Sternberg (dalam Sternberg & Barnes, 1988) cinta bukanlah kesatuan tunggal melainkan gabungan dari berbagai perasaan, hasrat dan pikiran yag terjadi secara bersamaan sehingga menghasilkan perasaan global yang dinamakan cinta. Sternberg (1988), memiliki teori tentang cinta yang dikenal sebagai teori segitiga cinta (The Tringular Theory of Love). Dalam teori segitiga cintanya tersebut cinta terdiri dari tiga komponen yaitu intimacy, passion, dan komitmen. Ketiga komponen cinta tersebut akan mewarnai pasangan yang sedang jatuh cinta dimasa pacaran. Pasangan tersebut akan melakukan berbagai macam hal atas dasar cinta ketika mereka menjalin hubungan. Akan tetapi masa menjalin relasi pacaran seringkali dijadikan alasan bahwa rasa cinta terhadap pasangan harus dibuktikan dengan cara mau melakukan hubungan seksual meskipun pasangan tersebut belum terikat dalam suatu ikatan pernikahan yang sah menurut hukum dan agama.

13 Wanita dewasa awal yang bersedia melakukan hubungan seksual pranikah dilandasi oleh adanya cinta dalam berbagai bentuk cinta yang berbeda-beda yaitu cinta atas dasar intimacy, passion dan komitmen. Ketika seorang wanita memutuskan untuk melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebelum menikah, bentuk ketiga cinta ini akan dimiliki wanita tersebut. Dimulai dari keintiman pada pasangan yaitu seperti berperilaku saling berbagi dengan pasangan, selalu menghabiskan waktu bersama pasangan, saling menerima dan memberikan dukungan kepada pasangan, dan merasakan kebahagiaan dengan pasangan. Pertimbangan inilah yang dijadikan landasan untuk wanita bersedia melakukan hubungan seksual pranikah dengan pacarnya. Pertimbangan seorang wanita untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang dilandasi oleh passion ini biasanya dimulai dari ketertarikan fisik terhadap pasangan yang akan membuat pasangan semakin ingin dekat secara fisik, melampiaskan hasrat seksual pada pasangan dengan cara bergandengan tangan, berpelukan, berciuman, atau bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Gairah pada pasangan yag kurang terkontrol mengakibatkan pasangan menjadi semakin dekat secara fisik dan pasangan pun semakin tidak mampu menahan dorongan seksualnya untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Terakhir pertimbangan untuk berkomitmen, yaitu keputusan untuk tetap setia pada pasangan dan menjaga hubungan sampai ke jenjang pernikahan. Wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seksual pranikah yang dilandasi oleh cinta berdasarkan komitmen, pertimbangannya adalah telah ada keputusan diantara

14 pasangan untuk suatu saat nanti hubungan pacaran yang telah dijalin ini akan dibawa hingga ke jenjang pernikahan. Dinamika cinta inilah yang akan diteliti oleh peneliti, bagaiamana intimacy, passion, dan komitmen dapat membuat seorang wanita mau melakukan hubungan seksual sebelum menikah dengan pasangannya. PACARAN WANITA PRIA HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH INTIMACY PASSION KOMITMEN Bagan 1.1 Kerangka Berpikir